~For Tomorrow~
Disclaimer : Naruto is not mine.
Warning : BL/Yaoi, OOC, typo(s), Don't Like Don't Read.
Pair : SasuNaru –Forever-
Rated : T - End
.
This Chapter is dedicated to FUJOSHI INDEPENDENCE DAY #4
Chapter 8
.
~Enjoy~
.
Gusar. Galau. Geram. Bingung. Entah kata apa lagi yang mampu untuk menggambarkan kondisi jiwa Sasuke saat ini. Pikirannya sedang tidak stabil. Sangat labil. Seharian ini dia hanya mondar-mandir di kamarnya, memikirkan sesuatu. Raut wajahnya lebih ekspresif dari biasanya. Ya, ekspresi khawatir, cemas dan galau menghiasi wajah porselennya.
Bagaimana dia tidak khawatir kalau seharian ini Naruto belum menampakkan batang hidungnya di depan mata Sasuke.
Tunggu! Kenapa Sasuke bisa khawatir sampai seperti itu?
Entahlah, Sasuke pun tidak tahu, dia sudah cukup gusar karena memikirkan keadaan Naruto saat ini. Perasaannya sangat tidak menentu setiap memikirkan pemuda blonde nan berisik itu.
Tok tok.
Terdengar ketukan pintu, Sasuke menoleh dengan gusar. Sakura masuk dengan wajah yang sedikit takut akan respon Sasuke hari itu.
"Sasuke-kun?" sapa Sakura pelan.
"Hn." Jawab Sasuke, wajah stoic kembali menghiasi wajahnya. Sasuke tidak akan mungkin menunjukkan kegusarannya di depan orang lain.
"Naruto?" tembak Sakura. Ya, bisa dikatakan kalau hal yang saat ini bisa membuat Sasuke bingung hanyalah pemuda blonde itu.
Sasuke sedikit bingung akan tingkah Sakura, ada apa dengannya? Apa yang diinginkan wanita ini darinya? Namun, ada sesuatu dalam diri Sasuke yang memaksanya membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Sakura.
"Hn." Sasuke mengutuk bagian dirinya yang terlalu jujur itu. Kenapa pula dia harus jujur pada gadis bersurai soft-pink ini. Singkatnya, Sasuke bingung dengan keadaan jiwanya sendiri.
"Tidak perlu khawatir begitu," saran Sakura sambil sedikit tersenyum di balik punggung Sasuke.
Wajah Sasuke bersemu sekejap, kata-kata Sakura tepat sasaran. Dia memang sedang khawatir tentang pemuda itu.
"Entahlah, kau pikir aku peduli," tanggap Sasuke ketus.
"Ah, Sasuke kau ini tipe tsundere ternyata," goda Sakura. Sasuke masih memunggunginya namun dia tahu apa yang sedang ditampilkan oleh wajah putih Sakura. Ya, dia sedang tersenyum jahil di sana. Tepat di belakangnya.
"Aku tidak peduli," kata Sasuke menegaskan, entah apa yang ingin ditegaskannya. Dia sendiri tidak begitu mengerti.
"Kau benar-benar tidak peduli?" tanya Sakura.
"Hn."
"Walau kuberitahu satu fakta kecil?" tanya Sakura lagi. Kali ini Sasuke tidak bisa menahan diri untuk tidak membalikkan tubuhnya, menatap emerald hijau milik Sakura.
Sasuke memicingkan matanya, bermaksud mencari tahu maksud Sakura.
"Naruto bertemu dengan Itachi kemarin, sesaat sebelum dia pulang setelah kau memarahinya. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi kurasa Itachi mengkhawatirkannya. Naruto terlihat pucat." Sakura melipat kedua tangannya di depan dada, menunggu respon Sasuke yang masih beku.
Sasuke semakin galau. Apa Naruto sakit? Apa dia sakit karena hujan kemarin?
"Ya kalau kau memang tidak peduli, tak apa. Sampai jumpa," Sakura pamit, dia akan meninggalkan kamar Sasuke saat suara baritone Sasuke kembali memenuhi ruangan itu.
"Kau bisa memberiku alamatnya?" tanya Sasuke.
"Apa?" Sakura berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang diminta Sasuke.
"Alamat rumah Naruto. Bisa kau memberiku?" tanya Sasuke lagi.
"Kenapa? Kau ingin ke sana?" tanya Sakura lagi.
"Hn."
"Haruskah aku memberikannya?" ekspresi Sakura datar, mencoba menggoda Sasuke rupanya.
"Hn."
"Kenapa harus? Bukankah kau tidak peduli?"
"Hanya untuk memastikan dia baik-baik saja. Aku yang menyebabkannya begitu." Alasan Sasuke benar, tapi ada sesuatu di balik itu. Bukan hanya sekedar bertanggung jawab, dia benar-benar ingin memastikan pemuda itu baik-baik saja. Benar-benar baik.
"Berikan aku alasan lain," Sakura mengajukan syarat, tidak ada alasan lain baginya selain untuk menyadarkan Sasuke akan perasaannya sendiri. Walaupun Sasuke maupun Naruto tidak pernah berterus terang padanya tentang perasaan masing-masing, namun siapapun yang punya kepekaan seperti Sakura akan sadar perasaan yang tidak ingin diakui oleh mereka, 2 orang bodoh yang terjebak dalam perasaan masing-masing.
"Jangan memaksaku. Aku tidak punya alasan lain –
Sasuke sedikit berpikir. Benarkah dia tidak punya alasan lain?
Well setidaknya belum, aku belum menemukan alasan yang kau maksud."
Sakura tersenyum atas jawaban Sasuke, ya setidaknya dia tidak menampik lagi perasaannya. Hanya butuh waktu untuk menyadari perasaannya sendiri.
.
"Kau tidak akan memberitahu Aniki tentang ini kan?" tanya Sasuke yang telah siap dengan kaos biru dan jaket hitam. Ya, dia usdah berganti baju dan bersiap untuk ke rumah Naruto.
"Asal kau pulang sebelum jam 12 malam, aku tidak ingin mengambil resiko ya," kata Sakura mengingatkan.
"Hn, akan kuusahakan."
Sejak dirawat di rumah sakit, Sasuke belum pernah lagi keluar ke jalan. Yang dia tahu hanya jalan yang ada di depan rumah sakit, selebihnya, dia buta.
Sakura mengeset GPS di handphone Sasuke, "Ini akan menuntunmu untuk menemukan rumahnya, aku telah memasukkan alamat Naruto. Ikuti saja garis biru ini, dan titik merah ini adalah kau –"
"Aku mengerti, tidak perlu menjelaskannya," Sasuke memotong penjelasan Sakura yang dibalas dengan helaan nafas panjang oleh sang gadis pink itu.
Sakura sepertinya lupa kalau Sasuke adalah pemuda genius. Walaupun seumur hidupnya ini dihabiskan di rumah sakit namun Sasuke tetaplah pemuda genius yang haus akan pengetahuan, terutama teknologi.
"Baiklah, semoga beruntung," Sakura mengantar Sasuke keluar melalui pintu belakang rumah sakit. Tentu saja tidak ada yang boleh tahu kalau Sasuke meninggalkan rumah sakit malam itu. Hanya Sakura saja.
.
Berbekal GPS yang telah diset dengan alamat lengkap Naruto, Sasuke menelusuri jalan sesuai petunjuk. Ternyata rumah Naruto lumayan jauh dari rumah sakit. Sekitar 35 menit jalan kaki, Sasuke sedikit lelah karena dia belum pernah menempuh perjalanan sejauh itu, apalagi dengan berjalan kaki. Dan Sasuke mendadak penasaran, kenapa Naruto tidak tampak kelelahan setelah berjalan begini jauhnya hanya untuk membangunkan Sasuke setiap pagi. Apa dia menyukaiku?
Ingin rasanya Sasuke memenjarakan pikirannya sendiri, kenapa pula dia harus berpikir seperti itu. Bukankah itu mustahil?
Oh, bukan, bukan mustahil, hanya saja Sasuke menganggap itu tidak normal. Bukan hal yang wajar. Tidak benar.
.
.
Sebuah gedung apartemen mewah terpampang jelas di depan onyx Sasuke. Rupanya Naruto tinggal di apartemen. Apa dia sendirian?
Sasuke ingat kalau Naruto berkata dia punya kakak laki-laki, tapi kakaknya terlalu sibuk bekerja makanya jarang ada di rumah. Apa sekarang dia sendirian?
Sasuke melangkah masuk ke apartemen itu, bertanya sebentar pada resepsionis dan menuju lift. Sasuke sedikit risih dengan tatapan resepsionis muda tadi, seperti ingin menelan Sasuke bulat-bulat.
Sasuke berusaha mengabaikannya dan memusatkan pikirannya pada pemuda blonde yang ada di lantai 8 gedung ini.
Sasuke sampai di apartemen nomer 823, terlihat biasa saja bagi seorang Uchiha Sasuke. Namun kau akan berdecak kagum jika kau hanyalah orang biasa. Pintu stainless elegan dihiasi dengan pegangan pintu perak. Sasuke membunyikan bel beberapa kali, namun tak ada jawaban dari dalam. Sasuke menyentuh sedikit gagang pintu, dan pintu itu terbuka. Penghuninya pasti lupa mengunci. Ceroboh.
Sasuke melangkahkan kakinya masuk dan mendapati seonggok makhluk tengah terbaring di depan pintu. Pemuda itu Naruto tentu saja. Sasuke kelihatan panik, cepat-cepat dia membalikkan tubuh Naruto hingga wajah Naruto tampak dalam kilau onyxnya.
"Wajahnya merah," gumam Sasuke, disentuhnya dahi Naruto dengan telapak tangannya dan merasa suhu tubuh Naruto sangat panas.
"Shit! Apa yang harus kulakukan?" gerutu Sasuke.
Diambilnya tubuh Naruto dan diangkatnya di depan dada, bridal style. Sasuke menarik nafas sebentar karena beban tubuh Naruto cukup berat baginya –yang sekarang.
Tubuh Naruto dibawa ke kamar terdekat, dan Sasuke bisa menebak kalau itu adalah kamar Naruto hanya dengan melihat wallpaper kamar berwarna orange terang yang menghiasi kamar itu. Sasuke meletakkan tubuh lemas Naruto perlahan ke atas ranjang di sana. Setelah itu? Sasuke bingung. Dia tidak pernah merawat orang sakit sebelumnya, karena selama ini Sasuke-lah yang selalu berdiri dalam posisi sebagai pasien.
"Sakura." Pekik Sasuke.
Dengan cepat dia mengambil handphone dan mencari nomer Sakura.
"Angkatlah."
"Moshi-moshi. Ada apa Sasuke-kun?" sapa Sakura dari sambungan di ujung sana.
"Kau pasti tahu cara menurunkan demam dengan cepat bukan? Beritahu aku!" perintah Sasuke cepat. Dia tidak ingin menyia-nyiakan waktu, dia tidak akan membiarkan Naruto tidak berdaya karena demam, dia tidak rela kalau dirinya terus berada dalam posisi 'mengkhawatirkan Naruto'.
"Apa kau butuh aku?" tanya Sakura.
"Kalau menunggumu akan terlalu lama, berikan instruksimu. Aku akan melakukannya dengan baik," jawab Sasuke, getar panik itu ada di setiap kata yang dia keluarkan. Ya, Sasuke benar-benar panik.
"Baiklah, kau perlu melakukan pertolongan pertama dengan segera. Dengar baik-baik. Pertama, tanggalkan semua pakaiannya," Sakura memberi instruksi dengan tegas, dia paham kalau Sasuke pasti dilanda kecemasan berlebihan saat ini, namun dia sadar kalau Sasuke adalah genius yang bisa menguasai dirinya sendiri.
"Apa?" Sasuke merasa aneh atas instruksi Sakura barusan. Dia harus menanggalkan semua pakaian Naruto? Pasti salah dengar, pikirnya.
"TANGGALKAN SEMUA PAKAIANNYA sampai panasnya turun," ulang Sakura yang sukses membuat Sasuke salah tingkah di tempat.
Sakura tidak mungkin mempermainkan nyawa orang jadi Sasuke memutuskan untuk mengikuti instruksinya.
Sasuke meletakkan handphone miliknya dan mengaktifkan speaker agar Sakura tetap bisa memberikan instruksi.
Sasuke membuka baju Naruto, dilanjutkan dengan celana dan kemudian Sasuke berpikir sejenak saat –
"TELANJANGI NARUTO sampai panasnya turun. Kau mengerti maksudku kan Sasuke?"
-Sakura kembali mengaum dari speaker handphone Sasuke.
Sasuke sepertinya tidak punya pilihan, jadi ditariknya paksa boxer Naruto hingga pemuda itu telanjang sempurna. Sasuke bersemu, namun dia sadar dengan cepat dan menghentikan pikirannya sebelum darah mengalir turun dari hidungnya.
Sebelum Sasuke mangembil selimut untuk menutupi tubuh naked Naruto, Sakura telah memberi inrstruksi lagi, "Jangan sekali-kali meyelubungi anak tersebut dengan pakaian atau selimut. Perlakuan ini akan meningikan panasnya. Membungkus rapat-rapat anak yang menderita panas merupakan perlakuan yang membahayakan. Udara segar atau hembusan angin yang perlahan-lahan tidak akan membahayakan penderita panas. Sebaliknya angin yang sejuk membantu menurunkan panasnya."
Sasuke menghela nafas, batallah niatnya untuk melindungi diri dari penampilan naked Naruto.
"Cek kotak obat di rumah Naruto, cari Paracetamol 1 biji. Itu cukup untuk menurunkan panasnya."
Sasuke segera keliling apartemen Naruto dan mendapati kotak obat di dapur, digalinya kotak obat tersebut dengan cara kasar karena dilakukan dengan tidak sabaran. Begitu menemukan Paracetamol yang dimaksud Sakura, Sasuke langsung melesat kembali ke kamar Naruto dengan membawa obat dan segelas air.
Sasuke mengangkat kepala Naruto, memasukkan tablet paracetamol ke dalam mulut Naruto dan meminumkannya air.
"Pastikan paracetamol benar-benar ditelannya."
"Lalu?" Sasuke bertanya setelah selesai dengan paracetamol.
"Siapkan air yang banyak atau jus buah. Penderita panas perlu banyak cairan, sari buah atau apapun yang kau temukan di sana."
Sasuke kembali ke dapur dan mengacak-acak kulkas juga lemari penyimpanan Naruto. Tidak ada apapun di sana, hanya air mineral. Sasuke harus pergi membelinya nanti.
Sasuke kembali ke kamar dengan sebotol besar air mineral, dan "Apa lagi?" tanyanya pada Sakura.
"Basuhlah tubuhnya dengan air dingin atau letakan kain yang telah dibasahi dengan air dingin pada dada dan dahinya. Kipasi kain tersebut dan sering menukarnya agar kain tetap dingin."
Sasuke kembali mengikuti instruksi tersebut dengan tidak sabaran sehingga dapur Naruto sedikit berantakan.
"Selanjutnya, kalau panasnya tidak turun kau harus membawanya ke rumah sakit." Sakura memutuskan sambungan secara sepihak, sepertinya dia sedang buru-buru. Mungkin ada pasien yang butuh ditangani lehnya.
Sasuke duduk di tepi ranjang Naruto, membasuh pelan tubuh bagian atas Naruto, Sasuke tidak berani melirik bagian bawah karena dia yakin akan menemukan 'milik'nya mengeras jika terus menerus memperhatikan milik Naruto.
Apa yang terjadi padamu Sasuke Uchiha?
Setelah selesai membasuh tubuh atas Naruto, Sasuke meletakkan kain basah nan dingin di atas dahi dan dada Naruto. Sasuke menghela nafas dalam-dalam, perasaannya sedikit tidak enak, "Semoga tidak ada serangan saat di sini," doa Sasuke dalam hati.
Sasuke tentu saja tidak mau dia mengalami serangan di saat dia merawat Naruto, apa jadinya jika dia jatuh di dalam kamar yang isinya hanya berisi 2 orang sakit, dia bisa memastikan kalau nafas terakhirnya akan berhembus di sini kalau sampai itu terjadi. Tidak mungkin dia mengandalkan Naruto yang sama tidak berdayanya.
Sasuke dengan cepat menampik pikiran itu, dia ingat kalau harus membeli sari buah untuk Naruto. Tapi, Sasuke tidak tahu dimana minimarket terdekat. Sasuke menghapus opsi untuk bertanya pada resepsionis di bawah tentang minimarket terdekat dan memutuskan untuk menelusuri sendiri jalanan di sekitar apartemen Naruto.
Setelah memastikan keadaan Naruto akan baik-baik saja selama dia pergi, Sasuke keluar dari apartemen tanpa mengunci pintunya, dengan alasan Naruto tidak bisa bangkit untuk membukakan pintu.
.
20 menit kemudian, Sasuke kembali ke apartemen itu dengan nafas tersengal-sengal, tidak ada apa-apa, minimarketnya hanya berjarak 100 meter namun Sasuke harus menghadapi 'serangan' dari sang resepsionis di bawah. Sasuke baru bisa bernafas lega begitu pintu lift tertutup dan memastikan dirinya benar-benar sendirian saat ini. Sasuke bingung, bagaimana mungkin Naruto bisa hidup di tempat berbahaya seperti ini.
Sasuke mengingat kalau setiap pagi Naruto datang ke rumah sakit dengan piyama kyuubi-nya, apa reaksi resepsionis tadi melihat Naruto yang polos hanya dengan piyama.
Keinginan untuk menampar dirinya semakin kuat, Sasuke benar-benar tidak bisa mengendalikan pikirannya lagi. Naruto bisa mengambil alih pikiran seorang Uchiha Sasuke.
"Hebat sekali kau Usuratonkachi!" sorak Sasuke dalam hati. Dia sudah tidak peduli lagi akan pertengkaran sengit antara hati dan logika Uchiha-nya.
.
Naruto terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat, tapi tubuhnya terasa ringan. Naruto memegangi kepalanya, berusaha melawan gravitasi bumi yang bisa membawa kepalanya kembali ke dalam pelukan bantal empuk di bawahnya.
Tunggu! Bantal?
Bukannya tadi tubuh ini tergeletak di depan pintu dan rasanya semua gelap?
Naruto menyapu tampilan dunia –tepatnya kamarnya- dengan blue ocean miliknya dan mendapati dirinya dalam keadaan yang sangat tidak lazim.
Baju? Mana baju? Apa yang sebenarnya terjadi?
Naked! Sejak kapan?
Ingin rasanya Naruto mengambil pisau dari dalam dapurnya dan mengiris denyut nadinya saat itu juga. Pikiran siapa yang akan logis saat mendapati dirinya dalam keadaan naked di kamarnya sendiri?
Naruto menghela nafas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Tidak bisa! Ini terlalu aneh untuk pemuda itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Hanya itu yang ada di kepala Naruto.
Tring.
Naruto mengingat kakak semata wayangnya dan tersenyum lega jika yang melakukan semua ini adalah kakaknya sendiri. Naruto mengambil handuk basah yang menempel di dahi dan dadanya, ya pasti Deidara yang melakukannya.
Terdengar suara pintu terbuka, Naruto masih mematung dalam posisi duduk. Sebenarnya, pemuda ini ingin berlari menghambur keluar dan berharap kalau yang datang benar-benar Deidara, kakaknya. Tapi entah kenapa, firasatnya mengatakan kalau itu bukanlah Deidara.
Dan..
Benar saja, Naruto mengambil keputusan yang tepat dengan mempercayai firasatnya karena saat pintu kamarnya terbuka, sosok yang dilihatnya adalah Uchiha Sasuke.
UCHIHA SASUKE!
Naruto berharap kalau itu semua hanya mimpi. "Ini hanya mimpi, bangunlah Naruto!" rapalnya berkali-kali.
Sosok Sasuke semakin mendekat membuat rapalan Naruto semakin cepat dan menjadi kacau balau. Naruto merapatkan dirinya dengan kepala ranjangnya yang cukup empuk hingga tidak ada lagi jarak antara kepalanya dan kepala ranjangnya.
Sasuke menghela nafas panjang, duduk di tepi ranjang Naruto dan meletakkan kantong plastik berisi sari buah di meja terdekat. Tangan Sasuke melayang di udara dan mendarat tepat di dahi Naruto, Sasuke memegang dahinya sendiri dengan tangan yang lain, dibandingkannya suhu tubuhnya yang normal dengan suhu tubuh milik Naruto. Sudah sedikit turun.
Naruto tertunduk lemas, memasrahkan tangan Sasuke di dahinya. Dia bukannya tidak ingin berontak, hanya saja tenaganya tidak ada untuk melakukan itu. Terlalu lemas.
Sasuke menyingkirkan tangannya dari dahi Naruto dan mengambil sekotak sari buah jeruk dari dalam kantong plastik yang tadi dibawanya. Naruto masih belum kembali dari alamnya sendiri, dia masih sibuk menatap Sasuke saat pemuda di depannya itu menyodorkan sekotak jus jeruk untuknya. Sasuke memutar matanya, tidak menyangka akan mendapat respon seperti itu.
"Dobe!" panggil Sasuke pelan.
"Eh? Apa?" jawab Naruto cepat, masih tidak bisa berkonsentrasi dengan yang terjadi dalam dunia nyatanya.
Naruto mengambil jus jeruk yang disodorkan Sasuke dengan canggung, pemuda ini terjebak dalam alam khayalnya dan alam nyata. Sasuke mengangkat tubuhnya, berjalan ke kursi di ujung tempat tidur Naruto, mengambil celana panjang dan T-Shirt yang tadi dilepasnya secara paksa dari tubuh Naruto.
Sasuke meletakkan itu di dekat pembaringan Naruto, "Pakailah, panasmu sudah turun. Setidaknya kau tidak telanjang," kata Sasuke datar.
Tahukah kalian kalau saat itu Sasuke tengah menahan diri untuk tidak menyerang Naruto yang pertahanannya terbuka penuh? Percayalah kalau Sasuke benar-benar menahan diri dengan memasang tampang stoicnya. Sasuke menyerang? How can?
Jangan bertanya, Sasuke sendiri tengah bingung dengan apa yang dipikrkannya. Pikirannya berpikir terlalu keras mungkin belakangan ini, makanya sedikit error.
"Sasuke," panggil Naruto saat Sasuke beranjak meninggalkan kamarnya.
"Hn." Jawab Sasuke, berbalik dan menatap Naruto yang telah mengenakan pakaian leng- hanya boxer dan T-Shirt rupanya.
"Kau yang melakukan ini?" tanya Naruto ragu-ragu.
"Hn."
"Kenapa kau bisa ada di sini?"
"Karena aku sedang tidak di rumah sakit."
"Darimana kau tahu aku di sini?"
"Sakura."
"Kenapa datang ke sini?"
"Sakura menyuruhku."
"Kenapa menolongku?"
"Sakura akan membunuhku kalau aku membiarkanmu mati karena demam di luar."
"Kenapa menelanjangiku?"
"Sakura yang menyuruhku."
"Apa Sakura juga yang menyuruhmu membelikanku jus jeruk?"
"Hn."
"PULANG KAU TEME!" teriak Naruto sekuat tenaga kemudian disusul lemparan kotak jus jeruk yang sudah tak berisi lagi, tepat mengenai kepala Sasuke. Namun, Sasuke tentu saja tidak bergeming jika hanya dilempar kotak jus kosong.
"Aku memang harus pulang sekarang," kata Sasuke setelah melirik jam dinding di sana yang jarum pendeknya menunjuk angka 12.
"Coba kutebak, Sakura heh?" tanya Naruto sinis.
"Hn."
Dan sebuah bantal melayang ke arah Sasuke.
Naruto bangkit dengan usaha berlebih, berjalan terseok-seok ke arah Sasuke yang masih tidak bergeming. Naruto mendorong tubuh Sasuke keluar dari kamarnya.
"Kau!" Naruto menunjuk Sasuke dengan tatapan tidak menyenangkan, sedikit menyeramkan bagi Sasuke. Dia tidak pernah melihat tatapan Naruto yang seperti itu. "Jangan datang ke sini lagi. Kau tidak diterima di rumahku."
"Kau tidak bisa mengucapkan terima kasih?" sindir Sasuke, sinis.
"Aku akan mengucapkan terima kasih pada Sakura-chan yang repot-repot menyuruhmu datang ke sini dan menolongku," jawab Naruto tak kalah sinis.
"Kau cemburu?" Sasuke akan menggantung dirinya nanti karena telah bicara tidak jelas seperti itu di saat yang dirasa sangat tidak tepat.
Naruto bersemu merah, sangat merah hingga Sasuke ingin memakannya karena sekilas Sasuke membayangkan kalau wajah Naruto adalah tomat raksasa.
"Kau! Jangan berkata hal yang bodoh, Teme!" pekik Naruto. Pandangannya mulai mengabur, dunia seakan berputar seperti sedang ada di atas jet coaster yang melaju lambat. Naruto terhuyung ke depan dan sukses mendarat di dada Sasuke.
"Hei Dobe," panggil Naruto sambil menahan Naruto agar tetap berdiri. Sasuke bisa merasakan dada Naruto berdetak sangat cepat, seharmoni dengan detak jantungnya yang semakin cepat. Detak jantung mereka seperti memiliki irama yang sama, saat detak jantung Sasuke dirasanya semakin cepat, jantung Naruto pun seakan bersinkronisasi dan mengikuti irama jantung milik Sasuke.
"Aneh," gumam Sasuke. Ada apa dengan jantung ini?
Pada akhirnya Sasuke memutuskan untuk mengangkat Naruto kembali ke atas ranjang, Naruto pingsan. Sasuke kembali mengecek suhu tubuhnya, sedikit panas. Sasuke tidak akan menelanjangi Naruto untuk kedua kalinya, dia tidak akan sanggup menahan diri mungkin, maka Sasuke hanya mengompres dahi Naruto dengan air dingin lagi.
Sasuke menarik kursi kecil ke samping ranjang Naruto, didudukkannya tubuhnya di atas kursi itu dan matanya memandang jauh ke dalam wajah Naruto. Ekspresi macam apa ini?
Sasuke tidak bisa berkedip, matanya terfokus pada ekspresi damai Naruto. Tadinya wajah ini sangat mengerikan, tapi saat tertidur seperti ini, rasanya malaikat lah yang sedang dipandangi oleh Sasuke.
Tanpa sadar, Sasuke mengeliminasi jarak di antara keduanya. Bibir mereka bertemu secara tidak sadar, secara naluriah. Sasuke tidak menampik ataupun menolak nalurinya kali ini, dia hanya berusaha menikmati setiap detik yang dilaluinya dalam kecupan hangat itu. Sasuke seperti menumpahkan semua emosinya dalam kecupan itu, bahagia mendominasinya, walau terselip perasaan bingung, takut, dan sedikit kekhawatiran. Namun, rasa bahagia membuatnya sangat manis.
Naruto tersenyum simpul tanpa mengetahui rasa manis apa yang tengah menempeli bibirnya, yang dirasakannya hanya rasa manis, kebahagiaan yang menggelitik perutnya. Dan gelap. Naruto kehilangan kesadarannya secara penuh.
"Oyasuminasai, Dobe," ucap Sasuke sebelum melabuhkan kepalanya di tepi ranjang Naruto.
.
.
T.B.C
.
A/N!
Waaaaaaaaaaaaaaaa selesai dalam waktu 6 jam.. yes! Akhirnya saya bisa ngetik panjang. LoL
Wkwkwk 3k.. Ini sebagai permintaan maaf pada readers sekalian karena 2 chapter sebelumnya pendek dan nanggung..
Plus, akhirnya ada adegan romance-nya *tebar bunga*
Ini kan yang ditunggu? Ini kan ini kan ini kan?
Saya kasih deh wkwkwk
Chapter ini saya buat dalam kondisi mood yang labil *tabok*
Ditemani dengan sedikit doujin dan spoiler Naruto yang baru..
Saya jadi terbantu dalam memperbaiki mood saya ini wkwkwk
And now, I want to reply all your review from last chapter.
Check this out~
.
Ciel-Kky30 : author yang paling keren deeehh~ gak ditawar lagi wkwkw
Sasuke galau? Saya suka banget bikin bagian2 itu. OOC gitu wkwkw
Tebakannya benar :3 Naru emang sakit hehehe
.
GerhardGeMi : aduh jangan manggil saya sensei dong, saya masih pemula banget :3
Pertanyaannya sudah terjawab kan? Alasan Naru gak datang ^^
.
Namikaze lin-chan : nih yang panjang nih, saya kasih yang panjang sebagai tanda maaf karena yang kemarin pendek2 wkwkwk
Pertanyaannya sudah terjawab kan? Rumah Naru sm rumah sakit lumayan jauh..
Tapi karena dasarnya Naru yang hyper aktif jadinya gak peduli deh, mau keluar pake piyama juga gak jadi masalah wkwkwk
Naru sakit.. makanya gak nongol ^^
.
ChaaChulie247 : karena Naru hyper aktif maka satu2nya cara ya dengan teriak-teriak gitu wkwkwk
Nih saya kasih sedikit sasunaru yang romance :3 semoga gak mengecewakan ya hehehe
Happy end? Masih rahasia ya ^^
.
imelia : *hugkiss* permintaan imel masih dipertimbangkan ya wkwkwk *grin*
*ditabok sasunaru*
.
tobaru : makasih ^^ saya juga langsung fallin love pertama kali liat SasuNaru :3
Ini dia next chappie-nya :) enjoy yaaa.. semoga gak bosen bacanya ^^
.
ryukey : ini sudah dilanjutin.. review lagi yaaa ^^
.
Louisia vi Duivel : permintaannya masih dipertimbangkan ya ^^ kalo gak DC gak seru sih
*ditabok massal* wkwkwk doain saja nanti saya tidak dalam mood untuk membunuh karakter xD
.
.
Sekian~
Selamat menunggu Chapter berikutnya..
Dan selamat menunggu hari kemerdekaan kita ^^
ini pertama kalinya saya ngepost untuk hari bersejarah ini :)
HAPPY FUJOSHI INDEPENDENCE DAY #4
THIS CHAPTER IS DEDICATED TO THAT DAY ^^
KEEP LOVE OF BL/SHO-AI/YAOI ^^
NB: no edit again~ wkwkwkw