Prince Slytherin and Princess Gryffindor © atacchan

.

Harry Potter © J. K. Rowling

.

Summary : Mereka berdua terjebak kedalam kebersamaan. Suka tidak suka, mau tidak mau, sadar tidak sadar, mereka saling bergantung satu sama lain. Akankah mereka bersatu?

.

Warning : OOC mungkin, gaje, jelek, absurd, typo atau miss typo(s), dan kesalahan lainnya.

.

Timeline : Setelah perang berakhir. Tahun ketujuh di Hogwarts. Kalau kurang mengerti silahkan baca buku atau nonton filmnya terlebih dahulu karena saya malas menjelaskan hehe.

.

Don't Like? Don't Read!

.

Page One : Chairman of The Student

Hermione masuk ke Aula Besar dengan perasaan senang. Pertama, karena perang besar telah berakhir dan dia dapat bersekolah kembali.

Kedua, dia terpilih sebagai Ketua Murid Putri! Surat dengan lambang Hogwarts sampai dirumahnya sehari sebelum waktunya kembali ke sekolah sihir ternama itu. Surat itu menyatakan bahwa dialah Ketua Murid Putri untuk tahun ke tujuhnya di Hogwarts. Dia bahkan langsung memeluk ibunya begitu erat setelah membaca isi surat tersebut.

Dia berjalan menuju meja makan anak-anak Gryffindor masih dengan senyuman. Sampai akhirnya dia duduk di sebelah Ginny, Harry bertanya kepadanya.

"Sedang senang? Ada kabar baik apa?"

"Tentu saja. Aku terpilih menjadi Ketua Murid Putri, sepertinya menyenangkan." seru Hermione dengan nada kelewat bahagia.

"Lalu, Ketua Murid Putranya siapa?" tanya Ron sambil mengisi piringnya dengan hidangan sarapan mereka.

"Entah, aku belum tau. Bukan kalian ya?" tanya Hermione kecewa. Dia mengira salah satu dari sahabatnya akan menjadi Ketua Murid Putra.

"Tentu saja tidak, Ron Prefek dan aku kapten Quiddicth Mione, jangan katakan kau lupa." jawab Harry kemudian meneguk jus labunya.

"Kau sudah meletakkan barang-barangmu di Asrama Ketua Murid?" tanya Ginny.

"Sudah, kenapa?"

"Masa kau tidak bertemu dengan Ketua Murid Putranya?" tanya Ginny lagi.

"Mungkin dia belum datang." jawab Hermione santai.

Tak lama kemudian Pangeran Slytherin, Draco Malfoy masuk ke Aula Besar dan menuju meja Slytherin.

"Dia sudah sedikit berubah." kata Harry sambil melihat Malfoy Junior itu lewat.

"Mewnuwhuw khwu sawa nyaha." kata Ron sambil mengunyah sandwich daging yang ada di tangannya.

"Tak bisakah kau kunyah dulu makanan mu?" tanya Hermione.

"Jawabannya tidak Mione, dia selalu begitu." Ginny menjawab pertanyaan Hermione.

Ron menelan sandwichnya dan meneguk sedikit jus labunya. "Aku tidak seperti itu Ginny!"

"Hei, tak usah membentak. Apa yang kau katakan tadi?" tanya Harry.

"Well, menurutku dia sama saja, apanya yang berubah?" tanya Ron kepada Harry.

"Oh Ron, tidakkah dia kelihatan lebih tampan?" tanya Ginny yang sukses membuat Harry melotot. "Tenang Harry, kau tetap lebih tampang dari dia." lanjut Ginny sambil terkekeh pelan.

"Terimakasih Gin, mungkin begitu tapi menurutku si Malfoy sudah tidak terlalu kasar kan? Dia sudah mau tersenyum meskipun senyum angkuh. Well, setidaknya dia sudah tak mencari masalah dengan kita lagi."

"Hem, Hei Mione. Coba kau bayangkan akan jadi seperti apa pagi mu kalau dia Ketua Murid Putra?" kata Ron seraya tertawa renyah.

"Entahlah, mungkin akan lebih baik jika aku bersama Longbottom, Nott atau Zabini." Jawab Hermione sambil bergidik ngeri.

OoO

Pelajaran Transfigurasi dan Ramuan sudah selesai beberapa menit yang lalu. Saat ini Hermione sedang berjalan menuju Asrama Ketua Murid. Setelah mengucapkan sandi Asrama dia pun masuk. Memasuki Ruang Rekreasi mata Hermione terbelalak kaget. Demi Merlin dia melihat Draco Malfoy di sofa Ruang Rekreasi! Buku-bukunya terjatuh dan mengeluarkan suara –GUBRAK- yang cukup kuat untuk di dengar penghuni Ruang Rekreasi.

Draco Malfoy menoleh dan berkata "Kau tidak sedang bermimpi Granger."

Oh, dan dia bahkan bisa membaca pikiran Hermione.

Hermione mengumpulkan bukunya dan masuk ke kamar Ketua Murid Putri. Menyusun bukunya dan menepuk pipinya. 'Mimpi apa aku semalam?' batinnya.

War is over. Mungkin benar. Perang dengan si Prince-Of-Darkness-Noseless atau Pangeran-Kegelapan-Tanpa Hidung sudah berakhir. Dan sejak perang usai yang Pureblood kek, Halfblood kek, Mudblood kek, sudah tidak dipedulikan lagi. Semuanya dianggap sama dan rata (untuk yang ini Hermione merasa sudah sepantasnya).

Tapi berbagi Asrama dengan Pangeran Slytherin? Satu atap? Dan menjalani tugas bersama? Bloody Hell! Jangankan bermimpi untuk membayangkannya saja dia ingin muntah.

Demi Godric Gryffindor! Dia yakin tidak sedang bermimpi! Lalu salah apa dia? Apa karena kata-kata Ron tadi? Mungkin juga. Dia harus menemui Ron sekarang!

Hermione keluar dari kamar Ketua Murid Putri yang akan ditempatinya dalam jangka waktu setahun ke depan jika dia tidak mati karena bertengkar dengan Malfoy Junior.

Draco masih bersantai di sofa Ruang Rekreasi Ketua Murid saat melihat Ketua Murid Putri berjalan, coret, lebih tepatnya berlari ke luar Asrama Ketua Murid.

Sejujurnya, bukan hanya Hermione yang tidak meyangka akan satu Asrama dengan Draco. Draco sendiri tidak pernah membayangkannya. Tapi yah sudahlah. Semoga saja kedepannya tidak ada hal buruk terjadi.

Draco sudah sedikit berubah, wajah aristokratnya masih ada tapi tidak dingin dan angker seperti dulu, kali ini lebih sering dihiasi senyuman. Yah meskipun hanya senyuman setipis garis 0,5 milimeter, tetap saja itu senyuman yang jarang diwajah Draco kan? Dia kan lebih sering menyeringai.

Barang-barangnya sudah masuk ke kamarnya tadi saat dia sampai. Dia lumayan terkejut saat melihat Hermione berjalan keluar Asrama Ketua Murid. Mungkin, Prof. McGonagall selaku Kepala Sekolah Hogwarts saat ini tidak menyadari apa yang akan terjadi bila Hermione dan Draco satu Asrama!

Menghela nafas Draco mengambil sesuatu dari saku celananya. Bukan tongkat sihir miliknya. Tetapi sebuah benda berbentuk lingkaran kecil yang diukir dengan indah dan terbuat dari perak. Itu cincin.

Draco mengangkat cincin itu ke depan wajahnya, menatap cincin itu dengan pandangan yang sulit di artikan dan berkata "Apa yang harus ku lakukan?"

OoO

Hermione memasuki Ruang Rekreasi Gryffindor dengan muka ditekuk. Dia mengarahkan bola mata coklat madunya untuk mencari keberadaan rambut merah dan rambut acakadut temannya. Harry dan Ron yang baru keluar dari Kamar Putra Gryffindor saat Hermione duduk di sofa Ruang Rekreasi.

"Hei Mione, sedang apa disini?" tanya Ron sambil berjalan ke arah Hermione dan duduk di sebelah kiri Hermione.

Setelah Harry duduk di sebelah kanan Hermione, Hermione pun berdiri di depan ke dua sahabatnya. "Katakan apa salahku?" tanyanya kepada keduanya.

Ron dan Harry sama-sama menautkan alis mereka masing-masing. Mendapat tatapan membunuh dari Hermione, Harry menjawab "Well, kalaupun ada sudah ku lupakan Mione, What Happening?"

Mendapat jawaban yang tidak memuaskan dari Harry, Hermione menatap Ron, "Err, itu, ku rasa sih tidak ada." jawab Ron bingung.

"Lalu apa maksud mu mengutuk ku?" tanyanya pada Ron.

"Aku tak pernah mengutuk Mione, oh ayolah, aku tak mengerti." eluh Ron.

"Kau tahu? Kata-kata mu jadi kenyataan Ron. Itu sangat mengerikan!" seru Hermione dan mendudukkan dirinya kembali diantar Harry dan Ron.

"Kata-kata Ron yang mana Mione?" tanya Harry mewakili Ron yang memandangnya dengan tatapan bertanya.

"'Coba kau bayangkan akan jadi seperti apa pagi mu kalau dia Ketua Murid Putra?' Ingat?" tanya Hermione.

"What? Jadi kau satu Asrama dengan si Ferret?" seru Ron histeris.

"Hei, tunggu dulu. Apa yang kalian bicarakan?" tanya Harry innocent.

"Sebenarnya aku malas mengulanginya. Jadi tolong dengarkan karena aku takkan mengulanginya lagi." Harry dan Ron menganggukkan kepala mereka sekali.

"Tadi pagi saat Ron bertanya pada ku 'Coba kau bayangkan akan jadi seperti apa pagi mu kalau dia Ketua Murid Putra?'. Dia yang dimaksud Ron adalah Malfoy, dan yah aku satu Asrama dengannya. Berita yang sangat baik bukan?" tanyanya dengan nada sarkastik.

Harry dan Ron hanya menatapnya dengan pandangan tak percaya. "Kau bercanda kan Mione?" tanya Harry.

"Aku harap ya Harry, tapi sayangnya tidak."

OoO

Hari ini hari pertamanya Hermione dan Draco menjadi Ketua Murid. Dan saat ini mereka –atau lebih tepatnya Hermione- sedang memimpin rapat. Prefek yang mendengarkan ceramah Hermione mulai menguap kecil.

"Baiklah, aku rasa itu saja. Pembagian jadwal patroli sudah selesai. Ada yang mau di tanyakan?" tanya Hermione.

Semua sontak mengeleng. Sudah jam sembilan malam dan mereka tidak ingin menunda waktu untuk menuju tempat tidur, sudah cukup Hermione langsung menyeret mereka untuk rapat.

"Baiklah, rapat kali ini selesai. Terimakasih." kata Hermione. Semuanya langsung bubar tanpa di komado lebih lanjut lagi. Dan akhirnya hanya tinggal Ron, Ginny, Hermione, dan Draco.

Ginny masih memandang Hermione tak percaya seolah pandangannya mengatakan 'kau-siap-berkerja-sama-dengan-Malfoy?', sedangkan Ron yang sudah tahu pun masih memandangnya tak percaya.

"Aku duluan." kata Draco meninggalkan Ruang rapat. Ginny melirik ke arah kepergian sang Pangeran Slytherin. Setelah cukup jauh untuk mendengar percakapan mereka Ginny pun bertanya "Jadi?"

"Yah. Ini adalah hal yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Aku cukup frustasi kau tahu? Semoga dia tidak melakukan hal menyebalkan seperti dulu lagi." jawab Hermione frustasi.

"Baiklah, lalu apa kau tetap akan ke Asrama Ketua Murid?" tanya Ron. Mendapat pandangan aneh dari Ginny dan Hermione dia langsung menambahkan "Well, kalau kau merasa tidak baik untuk berada di satu Asrama dengan Malfoy, lebih baik kau di Asrama Gryffindor dulu kan?"

"Untuk hari ini ku rasa tidak. Jika dia berulah besok, mungkin aku akan memikirkan hal itu." jawab Hermione.

"Oke, selamat malam Mione, selamat berjuang dengan takdir mu." kata Ginny dengan wajah prihatin dan di sambung Ron dengan kata "Kami kembali sekarang, sebaiknya kau juga."

Mendapat anggukan dari Hermione, keduanya pun pergi. Hermione menyusun ketas-kertas yang tadi dibawanya untuk rapat dan keluar kembali ke Asramanya.

OoO

Selesai mengucap sandi, Hermione pun masuk ke Ruang Rekreasi Asramanya.

Dia melesat ke pantri untuk membuat cokelat hangat dan kembali ke Ruang Rekreasi.

Draco Malfoy keluar dari kamarnya saat mendengar ada seseorang yang masuk ke pantri. Dia melihat rambut semak-bergelombang-coklat madu milik Hermione. Entah apa yang membuatnya duduk di sofa Ruang Rekreasi Ketua Murid. Sejenak terlintas difikirannya untuk bertanya pada Hermione. Tapi, dari pada ditertawakan gadis itu dia memilih untuk diam.

Saat tersadar dari lamunanya saat mendengar langkah kaki seseorang. Draco Malfoy mendonggakan kepalanya untuk melihat wajah partner Ketua Muridnya. Sesungguhnya memandang Hermione saat dia dan Hermione masih musuh besar adalah suatu hal yang, oh, sulit untuk dibayangkan.

Hermione terlihat mengerutkan dahi tapi tetap berdiri. Terlihat sebuah mug yang Draco yakini berisi minuman hangat –karena terlihat mengepulkan asap- di tangan kanannya.

"Mana untukku?" tanya Draco spontan.

Lengkungan di dahi Hermione tidak hilang. Justru dahinya terlihat semakin berkedut-kedut.

"Uh lupakan." sahut Draco saat tak mendapat jawaban dari Hermione.

Draco berdiri dari posisi duduknya dan mulai melangkah. Dia terhenti saat mendengar Hermione mengatakan sesuatu yang dianggapnya kata-kata yang hampir tidak pernah terpikir olehnya untuk diucapkan seorang Princess Gryffindor pada dirinya.

"Kau mau? Aku bisa buatkan untuk mu. Tunggu sebentar,"

Entah memang tubuhnya yang sedang dirasuki sesuatu atau memang dirinya yang memerintahkan tubuhnya untuk duduk kembali. Tak lama Hermione kembali mengengam sebuah mug dan piring berisi sandwich di tangan kanan dan kirinya.

Setelah meletakkan piring sandwich di atas meja, Hermione menyerahkan mug itu pada Draco. Jangan tanya bagaimana perasaan mereka saat ini, mereka tak akan mampu untuk menjawab hal itu. Sungguh, sanggat, benar-benar, dan kata apapun itu intinya mereka tidak merasa sedang di dunia mereka. Rasanya begitu aneh melihat Draco meminta dibuatkan secangkir coklat panas dan lebih aneh lagi ketika Hermione mau membuatkannya.

Setelah menyesap minumannya sekali Draco dan Hermione sama-sama diam. Bukan tidak ada topik pembicaraan. Sebenarnya banyak hal yang dapat mereka bicarakan, yah, tentu saja jika mereka berteman. Kondisi yang canggung itu membuat Draco bingung.

Draco bingung apa yang harus dia lakukan atau apa yang harus dia katakan.

"Hei,"

Draco mendonggakan kepalanya kearah sofa di seberang sofanya. Dia yakin sekali suara itu berasal dari Hermione yang duduk di sofa itu. Draco hanya menaikkan alis pertanda tidak mengerti.

"Oh Mister Malfoy tidakkah kau tahu bahwa tidak menaggapi perkataan lawan bicara mu adalah hal yang tidak baik? Kalau begini, aku yakin kau akan mendapat Poor untuk pelajaran tata krama jika pelajaran itu ada di Hogwarts." Jawab Hermione ketus.

"Sorry Miss Granger, namaku bukan Hei.".

Hermione mendengus mendengar kata-kata Draco.

"Um, aku hanya bermaksud jika tidak ada yang mau kau lakukan mungkin lebih baik jika kau tidur dan mengistirahatkan tubuh mu."

"Peduli pada ku Miss? Atau aku hanya salah dengar?" tanya Draco menyangsikan pendengarannya.

Hermione mendesah. Rasanya sulit sekali berbicara pada Malfoy yang satu ini.

"Kau salah dengar."

"Mungkin, tapi menurutku tidak." Sanggah Draco.

Hermione hampir menyuarakan sejenis kata-kata "Kalau kau tahu kenapa bertanya?"

"Uh lupakan." Sergah Hermione.

"Kau meniruku."

"Apakah jika aku meniru mu aku harus meminta izin pada mu Mister Malfoy?" tanya Hermione.

"Tidak." Jawab Draco singkat.

Mereka terdiam lagi. Kalau boleh jujur, sebenarnya percakapan tadi adalah percakapan teraneh sekaligus terlama untuk Hermione dan Draco sendiri. Mereka selalu mempertengkarkan hal yang konyol. Tapi tentu saja tak sekonyol kata-kata mereka barusan.

Bosan pada keheningan Hermione mengulurkan tangannya.

"Berdamai?" tanyanya.

"Kapan kita pernah bertengkar?" tanya Draco.

"Seriously Mister Malfoy."

"Okay, bukan hal buruk.". Draco menjabat tangan Hermione.

Entah apa yang dirasakannya, yang pasti saat ini hati dan tanganya terasa hangat. Ruang diantara jari-jarinya pun terasa penuh, rasanya ingin mengengam tangan Hermione lebih lama.

Melepas jabatan tangan mereka Hermione membuka suara lagi "Mohon kerjasamanya Mister Malfoy."

"Kau seperti sedang berbicara dengan Ayah ku."

"Jadi?" tanya Hermione.

"Draco saja jika kau tidak keberatan Miss Granger."

"Not bad, Hermione saja kalau begitu. Kau juga seperti sedang berbicara dengan Ibuku." Saran Hermione.

"Kau meniruku lagi."

"Oh ayolah. Apakah itu harus dibahas?" tanya Hermione.

"Harus. Kau sudah meniruku dua kali Maka, 2 permintaan saja untuk menebusnya." Jawab Draco seenaknya.

"Kau! Dasar licik!" Hermione berkata sambil memijat pelipisnya.

"Kalau aku tidak licik mungkin aku tidak bisa masuk Slytherin."

"Ugh, sudahlah. Aku malas berdebat." Sahut Hermione kemudian berdiri.

"Kau mau kemana?" tanya Draco ikut berdiri.

"Bukan urusan mu." Jawab Hermione asal dan mulai berjalan ke arah pintu Asrama Ketua Murid.

"Baik, tadi sudah ku katakan kau harus menepati 2 permintaan ku-"

Hermione menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Draco. "Kau serius dengan kata-kata mu tadi?"

"Aku tidak bercanda kan? Permintaan pertama, mau kemana pun kau harus memberi tahuku terlebih dahulu, dan jangan pergi jika aku bilang tidak." Kata Draco santai sambil menyeringai.

"Oh ayolah Draco, katakan ini lelucon."

"Tentu saja tidak, aku tidak tertawa kan?" kata Draco santai.

"Terserah kepada mu, aku tidak jadi pergi!" jawab Hermione dan berjalan menuju kamarnya.

"Begitu lebih baik Mione." Sahut Draco dengan senang.

Hermione merasa aneh saat mendengar Draco memanggilnya dengan panggilan tidak biasa itu, tapi uh lupakan.

OoO

Pagi ini merupakan pagi yang cerah untuk setiap orang termasuk Hermione. Setelah mengatakan bahwa dia akan ke Aula Besar dan mendapatkan izin dari Draco dia langsung pergi tanpa menyia-nyiakan kesempatan.

Tadinya Hermione mau langsung pergi saja, tapi daripada harus terlibat perdebatan konyol dengan Draco dia menurutinya saja. Hermione sempat merasa sifat Draco aneh, mendadak dia meminta Hermione minta izin padanya terlebih dahulu, oh, Draco bukan kekasih Hermione kan?

Sesampainya di meja Gryffindor, Hermione langsung mendapatkan sambutan dari Ginny yang berupa "Selamat pagi Mione." dan dibalas Hermione dengan anggukan.

"Dimana Ron dan Harry?" tanya Hermione.

"Mereka masih di Asrama, mungkin sebentar lagi turun. Ohya, aku baru dengar kalau kau sudah putus dengan kakakku? Bagaimana bisa?" tanya Ginny.

"Itu adalah kesepakatan kami, sulit untuk menjelaskannya. Lagi pula kami sudah putus sebelum Hogwarts dibuka kan? Kenapa kau baru tahu?"

"Curang! Tidak ada yang memberi tahukan ku tentang ini."

Hermione mendelik ke arah Ginny. "Ini kan bukan sesuatu hal yang harus di umumkan Gin."

"Tentu saja harus. Lalu, apakah kau akan berpaling kepada Malfoy?" tanya Ginny.

Hermione yang baru saja menelan kentang tumbuknya hampir tersedak. Hermione melotot dan memberi Ginny pandangan bertanya.

"Ayolah Mione, Malfoy tidak jelek untuk dijadikan kekasih bukan, dia tampan, pintar dan-" ucapan Ginny terhenti begitu melihat Harry dan Ron memasuki pintu Aula Besar.

"Lupakan kata-kata ku tadi, hei Mione, kau dan Ron tidak terlihat seperti pasangan yang baru putus." Kata Ginny mengalihkan pembicaraan.

Hermione mengeleng-gelengkan kepalanya dan menjawab santai "Kami memutuskan untuk berteman, bukan hal buruk kan?"

OoO

TBC

.

Afterwords : Oke, mungkin ini belum bagus sama sekali. Tapi yah inilah awalnya. Sebegitu saja yang aku bisa. Tolong jangan di tertawakan -_-

.

Mind to Review?

.