Disclaimers : Naruto ©Masashi Kishimoto

Mengenal Naruto berarti telah siap memiliki seorang teman yang unik. Yah, barangkali tak seunik (baca : seaneh) Shino. Namun, di mata Sasuke, Naruto adalah teman yang unik.

Unik karena Naruto dengan penuh percaya diri mengenakan ikat kepala konyol dan jubah lebay ke mana-mana. Konyol di mata Sasuke karena... hei, dia pikir dia itu pendekar, apa? Lagipula, dengan rambut mencuat seperti itu, ikat kepala bukanlah aksesoris yang diperlukan. Naruto telah menggunakan benda yang tak perlu. Dan jubah itu, tak perlu komentar panjang untuk menunjukkan letak kebodohannya, bukan?

"Cobalah berpenampilan lebih cerdas, Dobe," kata Sasuke, hanya sesaat setelah Naruto mendapatkan penolakan dari Sakura untuk yang ke... ehm, Sasuke lupa. Tidak penting.

"Sejak kapan kau menjadi penasihat fashion untukku?"

"Sejak aku bosan melihat pandangan meremehkan orang-orang setiap kali, secara kebetulan, kita berjalan bersama."

Meski pada awalnya menunjukkan sedikit sanggahan, Naruto menuruti juga saran Sasuke. Hari berikutnya, ia menampakkan diri di sekolah tanpa ikat kepala dan jubah kebanggaannya. Hanya mengenakan jeans, plaid shirt, sneakers dan apa itu... kacamata?

Oke. Naruto kini tampak layaknya pelajar kebanyakan. Kelihatan lebih cerdas dan...

"Keren..." desis Hinata, terpana saat hampir berpapasan dengan Naruto di selasar sekolah. Tumben anak pemalu itu tidak gagap.

Di belakang Hinata, sejumlah gadis juga mencuri pandang pada Naruto. Sasuke dapat melihat kilatan kekaguman pada mata mereka.

Sasuke mendengus sebal. Naruto menjadi keren, itu adalah haknya. Tapi imbas dari perubahan positif itu yang tak disukai olehnya. Sasuke tidak suka jika gadis-gadis itu memandang dirinya seperti melihat mobil sport paling keren. Dan kini, Sasuke pun tak dapat menerima jika Naruto menerima tatapan serupa. Tak dapat dibiarkan!

"Dobe," ujar Sasuke sambil melepas kacamata Naruto, "ikat kepala lebih cocok untuk wajahmu."

END