Halo semua! Ini fic FF VII kedua buatan saya yang lagi-lagi menceritakan mengenai Cloud dan Tifa, dan lagi, ini AU alias tak ada kaitannya dengan game. Hope you enjoy it!

PART 1

"Ya, aku mengerti. Ada interview dengan majalah 'Enix' jam 4 nanti."

Seorang pemuda dengan rambut spike berwarna kuning tampak sedang berdiri menelpon sambil menatap pemandangan kota lewat kaca jendela apartemennya, ekspresinya datar, namun dalam hatinya ia merasa agak jengkel karena dia tidak bisa beristirahat, jam 8 sampai 12 siang tadi dia sudah ada pemotretan, dari jam 12 dia menjadi bintang tamu di sebuah acara talk show, membicarakan mengenai karirnya sampai membahas mengenai kehidupan romansanya karena dia masih single juga sampai sekarang, talk show itu selesai sampai jam setengah 2, dari sana ia harus pergi lagi ke studio untuk pemotretan majalah sampai jam setengah 3, ia baru bisa istirahat setelah itu di apartemennya. Yah, awalnya dia pikir akhirnya dia bisa istirahat juga, tetapi baru satu jam ia menyandarkan dirinya di sofa, tiba-tiba manajernya menelponnya kembali dan mengatakan kalau ada pekerjaan yang harus diselesaikannya, sial... begitulah isi hatinya.

"Aku akan kesana nanti... ya, mungkin aku akan naik taksi, soalnya mobilku sedang diperbaiki sekarang... ya ya, aku tahu... oke."

Pemuda itu menutup flip handphonenya, dan setelah itu ia mengambil remote TV yang ada di atas meja dan menekan tombol berwarna merah yang juga adalah tombol power, dalam sekejap, TV LCD 32 inch itu langsung menyala. Jam digital yang ada di dinding masih menunjukkan pukul 14.57, masih lumayan lama sampai waktu berangkat nanti, setidaknya, pria ini ingin rileks dulu meski waktu yang tersedia tidak banyak. Selagi mendengar suara yang terdengar di televisi, pria ini berjalan menuju dapur dengan niat untuk mengambil minuman dari kulkas.

"Baiklah! Sekarang mari kita beralih ke salah satu selebritis kesayangan kita yang bernama... Cloud Strife!"

Langkah pria itu langsung terhenti ketika mendengar nama yang disebutkan oleh presenter itu, dan itu adalah namanya... Cloud Strife. Yah, dia memang adalah salah seorang selebritis terkenal di seluruh negeri, dengan kemampuan aktingnya yang mengagumkan ditambah dengan wajah yang tampan, Cloud Strife langsung menjadi idola seluruh perempuan di Midgar.

"Ya... selebritis kita yang satu ini memang sering sekali menjadi pembicaraan banyak orang ya? Tetapi yang sering sekali ditanyakan adalah... kenapa lelaki setampan itu belum punya pacar juga ya?"

Bukan urusanmu... begitulah isi hati Cloud saat mendengarnya. Pertanyaan mengenai kehidupan romansa dirinya adalah hal yang (sebenarnya) dibenci oleh Cloud, ia bosan karena ditanyai seperti itu terus dimana-mana, apalagi banyak sekali wartawan usil yang menggunakan topik itu sebagai berita utama dengan headline 'CLOUD STRIFE MASIH SINGLE?' sungguh kurang kerjaan.

"Apa coba yang kurang dari Cloud Strife? Tampan? Ya... Tubuhnya bagus? Ya... Baik? Hm, mungkin ya... hahaha, hanya bercanda. Pokoknya, rasanya sosoknya itu benar-benar mendekati sempurna ya? Aku pun ingin sekali memiliki pacar seperti dia..."

Cloud memilih untuk tidak memperdulikan celotehan presenter itu dan berjalan menuju kulkas, dari dalam kulkas, ia mengambil minuman energi yang bernama 'Elixir', yang juga merupakan minuman favoritnya. Sambil meminum minumannya, Cloud kembali berjalan menuju ruang tamu dan berniat untuk menonton acara lain. Baru saja tangannya mengambil remote, selebritis yang menjadi topik pembicaraan tiba-tiba saja terganti, bukan lagi dirinya, melainkan seorang wanita, penasaran, Cloud memutuskan untuk tidak mengganti channelnya.

"Yak, apakah anda mengenali sosok tadi?" kata presenter itu sambil membetulkan posisi duduknya, "kurasa, jawaban anda pasti ya."

Selagi memandang layar televisi, Cloud berjalan menuju sofa yang ada di dekatnya, dan setelah itu ia duduk, dengan minuman yang masih dipegangnya.

"Yang baru saja kita lihat itu adalah seorang artis pendatang baru yang bernama... Tifa Lockhart. Mungkin nama ini memang baru di telinga kita, tetapi apa anda tahu kalau ternyata dia sudah membintangi 2 buah film? Apalagi keduanya adalah film yang sempat booming..."

Kemudian layar televisi berganti gambar menjadi gambar artis perempuan yang disebut-sebut tadi, Tifa Lockhart, nama itu memang terdengar asing di telinga Cloud, apalagi manajernya yang biasanya update mengenai berita selebritis pun tidak pernah memberitahu apapun. Wajahnya bisa dibilang cantik, bola matanya berwarna cokelat... berbeda dengan Cloud yang berwarna biru, rambutnya lurus panjang berwarna hitam dengan kunciran di ujungnya. Sepintas memang tidak ada yang terlalu spesial dengan penampilan gadis ini, penampilannya pun selalu natural, tidak seperti artis lain yang biasanya berdandan medok.

"Baiklah! Cukup sekian berita hari ini, terima kasih atas perhatian anda dan jangan lupa untuk saksikan Celeb's News besok! Sampai jumpa lagi di pertemuan selanjutnya!"

Acara infotainment itu berakhir, dan Cloud juga spontan mematikan televisinya. Entah kenapa acara tadi membuatnya tidak mood lagi untuk menonton acara TV, ditambah lagi, waktu sudah menunjukkan pukul 15.18, astaga... cepat sekali rasanya waktu berjalan, padahal tadi dia hanya menonton dua berita saja. Studio 'Enix' lumayan jauh dari apartemen Cloud, mungkin jaraknya sekitar 15-20 menit jika naik taksi, karena itu Cloud segera menghabiskan minumannya dan bersiap-siap pergi keluar mencari taksi. Untuk menyamarkan dirinya dari pandangan orang-orang, Cloud memakai hoodie berwarna putih serta kacamata bening tanpa lensa, sebagai tambahan, Cloud juga memakai kerudungnya, karena orang-orang pasti mengenali rambut spike kuningnya yang memang khas itu.

"... oke, kurasa sudah cukup."

Setelah merasa penampilannya bisa mengelabui, Cloud berjalan keluar dari kamarnya dan mengunci pintunya, lalu ia berjalan menuju lift yang ada di lorong sebelah kiri. Sebenarnya sih tidak banyak yang menghuni apartemen ini, paling hanya kalangan tertentu saja, lagipula apartemen ini masih tergolong baru, Cloud juga baru 2 minggu tinggal disini, Cloud memilih untuk tinggal di apartemen ini karena letaknya yang dekat dengan jalan raya, selain itu tidak banyak papparazi yang meliput di sekitar situ.

"Tolong ke lantai dasar ya...," kata Cloud kepada petugas lift.

Petugas lift itu mengangguk dan kemudian menekan tombol angka satu yang ada di deretan bawah, hanya butuh waktu kurang dari satu menit untuk sampai ke lantai satu dari lantai sembilan, karena itulah Cloud hanya sempat memakaikan headset ke telinganya ketika lift sudah berbunyi 'ting'. Sesampainya di lantai satu, Cloud tersenyum kepada petugas lift dan berjalan keluar sambil menyetel lagu favoritnya yang bernama 'One Winged Angel'di handphone, lagu itu memang lebih terdengar seperti orkestra, tapi toh... Cloud menyukainya. Ketika ia keluar dari pintu otomatis apartemen, ia memencet tombol berwarna merah yang ada di pilar depan dengan maksud untuk memanggil taksi, ya... apartemen Cloud juga memiliki jasa penyedia taksi sendiri, jadinya Cloud tidak perlu pergi ke jalan raya lagi.

"Selamat sore, kemana anda ingin pergi?" tanya salah satu petugas lewat interphone.

"Ke Studio 'Enix', 11th Midgar Street," jawab Cloud sambil memasukkan handphone miliknya ke saku.

"Baik, kami akan segera mengirim taksi untuk anda, harap tunggu."

Berhubung suasana hotel masih sepi, sebuah taksi bisa langsung datang menjemputnya dari arah kanan, ketika taksi itu datang di hadapannya, Cloud membuka pintu dan langsung disambut sang supir dengan sebuah senyum.

"Selamat sore tuan...," kata sopir itu.

"Sore...," jawab Cloud sambil duduk di kursi belakang.

"Apa anda sedang terburu-buru tuan?" tanya supir itu sambil menjalankan mobilnya.

"Em... tidak juga, memangnya ada apa ya?"

"Yah, karena jam sekarang merupakan jam-jam sibuk, jadinya saya takut jalanan akan macet."

"Oh, tidak apa-apa, saya tidak terlalu buru-buru kok," kata Cloud sambil melepaskan kacamatanya.

Supir itu hanya mengangguk-angguk, dan setelah itu ia kembali memusatkan konsentrasinya pada jalan di depan, sementara Cloud melihat-lihat pemandangan luar dengan lagu yang terdengar cukup keras di telinganya.

...

"Astaga Tifa! Aku barusan lihat beritamu di TV! Kau benar-benar cantik!"

Seorang wanita berambut hitam panjang sedang duduk di sofa dengan handphone yang menempel di telinga kanannya, wajahnya terlihat lelah, maklumlah... tadi siang saja dia berusaha melewati kerumunan para paparazi setelah konferensi pers mengenai filmnya yang akan ditayangkan nanti, butuh usaha yang sangat besar untuk melewati paparazi yang keras kepala dan juga pemaksa itu, sampai-sampai Tifa sempat merasa jengkel meskipun ia terus memaksakan senyumnya. Paparazi itu baru menyerah setelah melihat Tifa naik taksi yang hendak mengantar Tifa ke rumahnya, rumah yang penampilannya tidak terlalu menunjukkan sosok rumah artis karena ukurannya yang tidak terlalu besar, Tifa kira ia langsung bisa istirahat ketika ia memasuki kamarnya, tetapi baru saja 15 menit berbaring di ranjang, temannya yang bernama Aerith menelponnya.

"Ya ya... terima kasih Aerith," jawab Tifa sambil menggaruk rambutnya.

"Setelah jadi artis kau malah makin sibuk ya? Untuk menelponmu saja susah..."

"Yah... maklum saja lah, lagipula aku menyukai pekerjaan ini kok..."

"Kau yakin?"

"Kenapa aku harus bohong...? Hoammm," jawab Tifa sambil menguap lebar.

"Aku hanya takut kau kecapekan."

"Jangan khawatir, aku mulai terbiasa dengan jam kerjaku..."

"Kalau boleh tahu, waktu syuting kau pulang jam berapa?"

"Em...," Tifa berusaha mengingat-ingat, "paling lambat jam 3 pagi."

"Jam tiga pagi? Astaga, lalu mulai syuting lagi jam berapa?"

"Jam... 7 pagi."

"Tujuh pagi! Astaga, berarti selama 3 bulan ini kau tidur kurang dari lima jam?"

"Yah, begitulah..."

"Kok bisa-bisanya kau cuma bilang begitu?"

"Habisnya mau bagaimana? Ibuku sedang dirawat di rumah sakit sekarang, bagaimana aku mau membayar biaya rumah sakit kalau aku tidak bekerja?"

"... memang sih."

Kejadiannya memang sudah agak lama, tetapi masih teringat dengan jelas di benak Tifa. Beberapa bulan yang lalu, Tifa harus menerima kenyataan pahit bahwa ibunya terserang kanker payudara stadium 3, penyebabnya masih belum diketahui dengan jelas, namun kondisinya tidak selalu bisa ditebak sehingga harus sering dimonitor. Bulan ini menandakan kalau ibu Tifa sudah 8 bulan masuk rumah sakit, dokter yang merawatnya, dokter Zangan, mengatakan kalau kondisi ibunya sudah mulai membaik sekarang, dan stadiumnya juga tidak naik. Meski begitu, ibu Tifa masih belum diperbolehkan keluar dari rumah sakit, sampai keadaannya lebih baik baru ibunya boleh pulang.

"Aerith, sudah dulu ya, aku capek."

"Sebelum itu... aku ingin memberitahumu sesuatu."

"Memberitahu... apa?"

"Aku dan Zack akan menikah..."

Mata Tifa tiba-tiba melebar, "kau serius?"

"Yup! Kemarin dia melamarku di tokoku, astaga... aku malu sekali, apalagi banyak orang melihat..."

"Wah wah, tak kusangka kau akan menikah duluan, apalagi dengan model terkenal itu."

"Hahaha, tapi kami belum bisa menentukan harinya, kau mau menunggu kan?"

"Tentu, kenapa tidak?"

"Bagus! Oh, kau mau istirahat kan? Baiklah, sudahan dulu ya, selamat tidur!"

"Iya, dah Aerith," jawab Tifa sambil menekan tombol merah handphonenya.

Setelah selesai mengobrol, Tifa kembali berbaring di ranjangnya, kali ini dia tidak bisa menolerir kantuknya lagi, jadinya dalam waktu kurang dari 5 menit matanya langsung terpejam. Tetapi selagi matanya terpejam, ada sebuah sms yang masuk ke Handphonennya tanpa ia sadari, dengan nama pengirim 'Reno'.

Continue...

Bagaimana menurut kalian? Apakah bagus? Mohon review ya... Oh iya, handphone yang digunakan Cloud sama dengan yang di FF VII AC, kalau handphone Tifa, itu handphone biasa :)