Flower and The Star
Disclaimer: Masashi Kishimoto / Shonen Jump
Sequel dari Flower and The Moon (Yang belum baca, baca ya #promosilagi) :)
Terimakasih banyak buat para readers baik hati mau meluangkan waktunya baca fic ini #malu
Ada yang review pula / *tambahmalu* 8D
Warning : OOC, Sinetron gitu
Oke, kubalas review-nya ya :D
Kenapa semua berfikir Sasu akan menjadi pihak ketiga? T^T kan ada matsuri... Sasu untuk author aja #dilempar
keiKo-buu89 : Iya ya? :) sankyu udh mau baca Ah, Sasuke cuma numpang lewat sebenrnya #diezh
lonelyclover: Jangan galau \*A*/ yaudah, Gaaranya buat aku ya. #dirajam# sankyuu udh baca
Mayu masamune: Arigatou ./ Ah iya maafkan hamba penggemar matsuri! ;; Iya, ada hubungannya. :D
yume chan: Halo yume :) Ah matsuri baik sebenrnya #pokes# hihi, bukan sifat Hinata sepertinya untuk adu domba XD sankyuuu
uchiha senjYu: Makasih banyaaak Ah Gaara jutek? Dia kan emang begitu :( #ngeles# Makasih banyak ya!
uchihyuu nagisa: Sasu menang poling sih :( Wahaha sankyuuu
Shiokaze Arashi: Be-Belum! / Matsuri baik koook XD Ah iyaaa Sasu ikutaan XD lol Sankyuuuu
Shyoul lavaen: Ayoo, kamu mau yang mana? #ehnyanyi# *dilempar* Setting waktunya cuma beberapa minggu setelah cerita Flower and The Moon ^o^/ Gomen lama apdet... #sujud
OraRi HinaRa: Sasu mau kedapetan peran nih ;;;; lolol di Flower and The Moon dia nggak ada soalnya XDd Waah iya, enak ya jadi Hinata :( Thank youuuu ^^
Agehashiroi : Hai Ageha ^^ iyaaa aku juga suka kalau Hinata marah #eh Matsuri nggak jahat pelis #pulang author dilempar sama fans matsuri nih# Gomen ya lama :(
mery chan : Ka-Kamu mau rebutan Gaara sma aku :( *Ditendang* Iyaa Sasuke ngambil peran aku :( *makin ditendangin* wahaha sankyuuu Mery ! salam kenal :)
Tsuki sora: waaa makasih banyaak Gomen lama :(
: Sabaku-sama... terimakasih atas reviewnya! / #malu kedatengan keluarga sabaku# XDD lol Iyaaaa makasih banyaak ^^
Terimakasih buat semua yang sudah meri-view / lagi lagi seneng banget loh #glundungan
Walaupun ini sinetron banget tak apalah, aku suka buat begini untuk GaaHina *grin*
Silahkan dibaca dengan santai~~ ^^
CHAPTER 3
Black Rose
Sunagakure
"Kazekage-sama, ada berita bahwa beberapa Shinobi kita terbunuh oleh penyusup semalam!"
Gaara yang mendengar hal itu segera mengangkat wajahnya.
"Siapa?"
Shinobi yang sedang menghadap Kazekage muda ini hanya menggeleng. Gaara lalu berdiri dan memanggil Temari yang berada di depan ruangan.
"Temari, bisa kau jelaskan apa yang terjadi semalam?" Tanya Gaara pada kakak sulungnya itu.
"Aku juga tidak tahu, Shinobi yang menemukan mayat para Shinobi tersebut menghilang begitu saja. Aku yakin mereka diancam oleh penyusup." Jelas Temari belum membuat Gaara puas.
"Baiklah, kalian keluarlah, aku akan berkeliling untuk bertanya pada penduduk langsung." Gaara segera mengambil jubahnya dan keluar bersama Temari dan salah satu pengikutnya.
Setelah sampai didepan gedung Kazekage, Gaara meminta untuk berpencar dan saling bertanya kepada penduduk desa akan hal itu. Untuk Temari hal itu cukup mudah, tapi tidak untuk Gaara. Sosialisasinya yang sangat minim membuat Gaara sedikit jengah untuk melakukan hal ini. Beruntung Gaara termasuk orang yang paham akan posisinya, sehingga dapat mengesampingkan hal itu.
"Baiklah, aku akan ambil jalan sini." Ucap Gaara sebelum akhirnya mereka berpencar. Gaara melalu jalan bagian selatan. Ia tidak memperdulikan seluruh pandangan masyarakat disekitarnya. Setidaknya asal Gaara masih dapat bernafas, hal itu cukup untuknya.
"Permisi." Ucap Gaara pada sebuah rumah kecil dari gundukan pasir yang pertama Ia lalui. Belum sempat Gaara bertanya, penghuni rumah sudah seperti seseorang yang didatangi oleh sesosok monster ganas yang siap menerkam. Dengan takut, penghuni tersebut menghampiri Gaara perlahan.
"Ada apa, Kazekage-sama?" Tanya seorang perempuan tua dengan takut-takut.
"Apa kau lihat ada Shinobi tanpa ikat kepala sejak tadi malam?" Tanya Gaara perlahan. Ibu-ibu itu berfikir sebentar dan mengangguk pelan.
"Sa-Saya lihat, kalau tidak salah dia pergi ke arah bangunan kosong disana." Tunjuk Ibu tadi pada sebuah rumah yang terletak paling ujung. Sebuah rumah yang tidak pernah ditempati semenjak penghuninya mati karena perang.
"Baiklah, terimakasih." Gaara segera berlari cepat menuju rumah yang ditunjukkan Ibu tadi. Dengan perlahan Gaara memasuki rumah itu dan melihat ke pelosok ruang yang sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan itu. Menyadari sesuatu Gaara hanya menyeringai kecil.
"Kau tidak perlu bersembunyi begitu, Uchiha Sasuke." Gaara menatap ke langit-langit rumah dengan wajah datar.
"Huh. Kazekage memang jenius." Ujar lelaki yang masih berada di sebuah kayu yang terpampang di langit-langit rumah itu. Tahu keberadaannya di bongkar, Ia segera turun ke hadapan Gaara.
"Selamat pagi, Tuan Kazekage." Sasuke tersenyum licik. "Setelah ini, apa kau akan membunuhku dengan pasir-mu, hah?" Sasuke menyeringai tanpa takut sedikitpun.
Gaara tetap berwajah datar dengan kelakuan mantan sahabat temannya itu.
"Tenang saja, aku rasa itu adalah urusan Naruto. Dan seperti yang kau katakan, aku ini jenius. Bunshin-mu ini tidak cukup pintar untuk mengelabuiku." Gaara menatap Sasuke tajam.
"Tepat, kalau kau cukup hebat kurasa mudah bagimu menemukanku!" Sasuke tersenyum sebelum akhirnya menghilang dari pandangan Gaara.
Belum sempat Gaara membuka pintu rumah tadi, Temari langsung membukanya cepat.
"Ah Gaara! Syukurlah aku menemukanmu! Tadi aku bertemu Sasuke! Shinobi lainnya juga!" Seru Temari panik.
"Bunshin,kan?" Tebak Gaara.
Temari terdiam dan langsung mengangguk. "Ya."
"Dia berniat mengelabui kita. Tunggu saja apa niatnya memasuki Suna." Ujar Gaara sebelum akhirnya keluar dari rumah tua tersebut.
Gaara menapaki kediamannya pelan. Jam dinding dirumahnya sudah lewat dari pukul 11 malam. Ia berhati-hati agar tidak membangunkan penghuni rumah lainnya. Setelah membuka jubah Kage-nya segera Ia menuju kamarnya.
"Gaara? Kau sudah pulang?" Ujar Kankurou yang baru keluar dari kamarnya.
"Ng. Besok, datanglah ke ruangan Kage, ada yang ingin kubicarakan."
"Baiklah. Kau tidak mau masuk ke kamar Hinata dulu? Mungkin dia belum tidur." Ucap Kankurou dengan nada jahil.
Gaara hanya tersenyum tipis dan menggeleng. "Tidak, aku lelah. Selamat malam."
"Eh? Gaara?"
Gaara menutup pintu kamarnya perlahan. Segera Ia hempaskan tubuhnya ke atas kasurnya. Ia menghela nafasnya panjang. Tubuhnya sudah disortir berhari-hari dengan kerjaan di ruang Kazekage yang menumpuk. Ditambah dengan Sasuke yang menambah beban pikirannya. Belum lagi masalah Hinata. Pikirannya yang berkecamuk itu langsung terhenti ketika terdengar ketukan pintu dari luar kamarnya.
"Gaara?" Terdengar suara Hinata dari balik pintu. Sejujurnya Gaara hendak membukakan pintu, tapi menyadari bahwa tubuhnya sudah tidak kuat lagi berdiri, ia mengurungkan niatnya dengan niat agar Hinata ikut kembali ke kamarnya untuk segera tidur.
Tidak sesuai perkiraan, Hinata masih tetap berdiri di balik pintu tersebut. "Kau lelah? Kalau begitu, tidurlah." Ucap Hinata lembut. "Aku...tidak tahu apa permasalah Gaara-kun, tapi... semangatlah. Meski terjatuh, bangunlah. Aku yakin Gaara bisa. Jadi, seberapa berat hal yang kau hadapi, hadapilah. Tidak perlu berusaha terlalu keras, tapi berusaha sebaik mungkin. Berjuanglah!" Hinata tersenyum simpul dan mengetuk kembali pintu kamar Gaara.
"Selamat malam."
Suara langkah Hinata mulai menjauh. Menyadari hal itu, Gaara yang sedari tadi mendengar perkataan Hinata mulai tersenyum. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi dari raut wajah Gaara yang terlihat senang.
"Terimakasih." Bisik Gaara sebelum Ia memejamkan matanya memasuki tidurnya.
"Sa-Su-Ke!" Gadis berkacamata yang sedari tadi mengikuti jejak lelaki didepannya makin bosan. Sudah hampir 2 jam Ia keliling Desa itu, dan yang Ia lihat hanyalah pasir. Ya, segundukkan pasir yang tampak tak berujung.
"Diamlah, atau ku panggil kembali suigetsu untuk membawamu." Sasuke bergumam pelan. Mendengarnya, gadis tadi langsung ciut.
"Jangan sadis begitu. Lagipula dari tadi kita belum sampai juga ke Desa Suna bodoh itu! Aku lelah sekali!" Gerutu gadis bernama Karin itu.
"Karin, apa kau tidak merasakan chakra lain?" Tanya Sasuke tidak menggubris ucapan Karin.
Karin hanya menggeleng. "Sama sekali tidak. Mana mungkin ada, kan? Pasir, pasir, pasir, lihat! Semuanya pasiiir!" Seru Karin seraya menunjuk-nunjuk dasar serta gundukan pasir dihadapannya.
"Konsentrasi Karin, aku merasa ada yang mendekat." Sasuke mulai siaga. "Karin, belakangmu!"
Dengan sigap Karin segera menghindar dari serangan pasir dibelakangnya. "Sial! Pasir ini berniat melukai tubuhku yang indah!" Karin langsung berniat mencari sosok pengendali pasir tersebut.
"Akhirnya kau menemukanku, Kazekage-sama." Ucap Sasuke.
"Eh? Kau bicara dengan siapa, Sasuke?" Karin mencari-cari sosok yang di sapa oleh Sasuke itu.
"Dibawahmu."
"Heee?" Karin segera menghindari pijakkannya dan bersembunyi dibalik tubuh Sasuke. "Mana dia?"
"Cih, bunshin. Ayo, Karin saatnya kita ke Desa itu. Kita hancurkan Desa pasir tidak berguna ini."
"Ketemu."
"Dimana?' Seru Temari mendengar ucapan adik bungsunya itu.
"Dari arah Barat. Aku yakin sekali dia akan kemari dalam waktu yang tidak lama. Saatnya kita siapkan para Shinobi dan evakuasi para warga." Gaara segera berdiri dari duduknya dan melepas jubah Kage-nya.
"Ga...Gaara jangan bilang kamu akan turun langsung menghadapinya.'' Ucap Temari melihat Gaara yang sedang mempersiapkan kunai-kunai di kantung kunainya.
"Mana mungkin tidak, kan? Dia adalah buronan, aku Kazekage. Dia sahabat Naruto, dan Naruto merupakan sahabat bagiku. Apa itu salah?" Gaara menatap Temari.
"Kau benar." Temari tersenyum. "Baiklah, kalian semua segera beritahu Shinobi akan hal ini, Kankurou, aku ingin kau atur evakuasinya!" Seru Temari mengatur para Shinobi yang langsung mengikuti arahannya.
"Baiklah, kalian berdua tunggu disini, aku akan kabari lagi." Kankurou ikut berlari keluar dari Gedung Kazekage.
"Gaara." Panggil Temari pelan.
"Ng?"
"Bagaimana Hinata? Aku yakin dia tidak mau ikut di evakuasi." Ucap Temari yakin.
"Tidak usah diberitahu juga aku tahu. Kau pikir aku sudah berapa lama mengenal Hinata?" Gaara memandang Kakaknya itu. "Dia adalah tunanganku, dan aku akan menikahinya. Aku tahu sifatnya, nee-chan."
Temari tersenyum lebar. "Haha, tumben sekali kau begini.'' Ia memukul pundak Gaara pelan. "O,ya malam ini kurasa Sasuke pasti menyerang, bersiaplah."
"Terimakasih. Aku akan berusaha demi Desa ini.''
"Uchiha...Sasuke?" Hinata seakan tidak percaya mendengar kembali nama itu. Tubuhnya sedikit bergidik. Hinata yang dulu mengenal Sasuke kini sedikit takut mendengar bahwa lelaki Uchiha itu sudah menjadi buronan yang telah membunuh Shinobi - Shinobi hebat yang tak diragukan lagi kekuatannya.
"Ya, malam ini kurasa dia akan datang ke Suna. Kamu...Mau bagaimana?"
"Aku akan tunggu disini." Hinata tersenyum.
"Kau..."
"Gaara pasti mengira aku mau ikut dalam perangnya, kan?" Tanya Hinata tepat.
"Iya." Gaara mengangguk pelan.
"Aku juga awalnya langsung berfikir begitu. Tapi, mengingat kita akan menikah, jika wajahku terluka aku harus menunggu berapa lama sampai sembuh?" Hinata tertawa kecil. Melihat itu, Gaara ikut menahan tawanya.
"Kau benar." Gaara menepuk kepala Hinata pelan. "Baiklah, aku pergi dulu." Gaara langsung berdiri dan menggunakan kembali 'gourd' tempat pasirnya.
"Gaara, hati-hatilah."
"Iya. O,ya Hinata aku sudah bilang Matsuri untuk menemanimu. Tapi tenang saja, aku sudah menyuruhnya untuk tidak ceroboh lagi." Ucap Gaara. Mendengar hal itu Hinata langsung diam.
'Jadi, Gaara tidak tahu yang sebenarnya?' Gumam Hinata dalam hati.
"Baiklah, terimakasih." Hinata tersenyum kembali sampai akhirnya Gaara keluar dari rumahnya.
Hinata langsung terlihat lesu. Bagaimana yang harus ia lakukan saat bertemu matsuri setelah kejadian itu? Hal itu mulai berkecamuk dalam hati Hinata.
"Jadi, kau baik-baik saja.'' Terdengar suara dari pintu depan.
"Matsuri!" Seru Hinata kaget.
"Hm, kaget begitu. Apa aku menakutkan?" Matsuri memasuki rumah itu dan duduk disebelah Hinata. Hinata hanya diam. Jujur, Hinata sedikit takut pada Matsuri.
"Kenapa kau diam? Kalau ini bukan pinta dari Gaara-sama, aku tidak akan mau." Ujar Matsuri. "Padahal, kau yang datang belakangan! Aku duluan yang mencintai Gaara!" Seru Matsuri pelan. Mendengar hal itu, Hinata sontak kaget.
"Matsuri..."
"Jangan beri aku simpati! Kenapa kau merebutnya?'' Matsuri menangis terisak. Hinata yang mendengarnya langsung kaget dan bingung harus berbuat apa.
"Aku tidak...'' Hinata menunduk dalam.
''Aku sudah lama menyukai Gaara! Lebih dari yang kau kira, perasaanku lebih besar daripada dirimu!" Matsuri menarik kerah jaket Hinata.
''Matsuri, kenapa kau begini?" Tanya Hinata pelan seraya ketakutan. Ia juga ikut menahan tangisnya.
"Kau yang kenapa? Gaara itu milikku! Hanya aku yang boleh, padahal aku sudah lama suka. Kau yang datang belakangan! Aku selalu memandangnya, mengagguminya, menunggu sampai dia berpaling dan menyadariku. Tapi semuanya hilang saat kau ada!" Seru Masturi sambil mengguncang-guncang tubuh Hinata.
"Kau salah!" Seru Hinata tidak kalah kencang. "Aku juga menyukai dia...'' Gumam Hinata pelan.
Mendengar pernyataan Hinata, tanpa basa-basi Matsuri melayangkan tangannya di pipi Hinata keras.
"Jangan bermimpi kau! Aku tidak akan menyerahkannya! Tidak mau..." Matsuri langsung mendorong Hinata yang masih terluka karena jatuh di gurun pasir dulu.
"Matsuri, maafkan aku. Tapi aku juga sungguh-sungguh."
''Kenapa kau sekeji itu?" Matsuri memandang Hinata hingga akhirnya Ia keluar dari rumah Gaara secepat mungkin.
Hinata yang masih terduduk di lantai seraya memegangi pipinya yang masih terasa panas hanya terdiam lesu. Hinata tidak tahu harus berbuat apa. Ia merasa Matsuri mirip dengannya. Mirip dengan Hinata yang dulu menyukai Naruto. Merasa Sakura tidak adil, padahal Hinata yang selalu memandang Naruto.
"Aku harus berbuat apa?'' Gumam Hinata pelan.
Tiba - tiba terdengar suara langkah kaki dari luar rumah mendekati Hinata.
"Hinata?"
"Gaara! Ada Shinobi yang terbunuh dari bagian barat! Pasti ini perbuatan Sasuke!" Ujar Temari yang baru memasuki ruangan Gaara.
"Iya, aku akan segera ke gerbang Suna." Gaara lalu berjalan peralahan keluar.
''Gaara, ingat. Lawanmu Sasuke, berhati-hatilah.''
"Iya.'' Gaara mengangguk pelan.
"O,ya Hinata dijaga oleh siapa?" Tanya Temari sebelum Gaara keluar.
"Hm? Matsuri.'' Jawab Gaara.
Temari langsung berwajah bingung. ''Hah? Yang benar? Aku melihat Matsuri berlari ke arah Selatan bersama Shinobi lain."
Gaara langsung berlari keluar. "Anak itu!"
Gaara langsung secepat mungkin kembali ke Rumahnya. "Hinata!" Ia mencari Hinata di seluruh ruangan, tapi hasilnya nihil, Hinata sudah tidak ada.
"Cih! Sudah kubilang untuk menjaganya!" Ujar Gaara seraya mendecih.
"Bagaimana?" Seru Temari yang mengikuti Gaara dari belakang.
"Seperti perkiraan. Harta-ku dijadikan tumbal olehnya.'' Ujar Gaara kesal.
"Tenang saja, kalau benar itu Sasuke, dia tidak akan menyakiti Hinata, bagaimanapun Hinata temannya." Ujar Temari menenangkan.
"Kau yakin? Kakak-nya saja dibunuh, bagaimana temannya?" Tanya Gaara ketus seraya keluar dari rumah tersebut.
"Sudah sadar?"
Hinata mengerjapkan matanya berkali - kali tercium wangi aneh di hidungnya.
"Apa ini?" Ia langsung terbangun dan mencoba berdiri.
"Heeei! Sasuke sudah berbaik hati menyuruhku untuk membangunkanmu tahu!" Ujar seorang Gadis disampingnya.
"Sa-Sasuke-kun?" Hinata segera mengedarkan pandangannya. "Dimana?"
''Sedang mencari-cari perban di tasnya." Ujar gadis itu menunjuk kebelakangnya.
Hinata melihatnya. Ia lihat pundak seorang lelaki berbaju putih dengan lambang Uchiha dibelakangnya.
'Itu benar-benar Sasuke.' Pikir Hinata pelan.
"Hinata, lama tak bertemu. Aku benar-benar tidak menyangka bisa bertemu denganmu di tempat seperti ini. Kau tahu? Ini bukan Konoha." Ujar Sasuke yang menghampirinya.
"Ah, Sasuke-kun. Ini dimana?" Tanya Hinata mengedarkan sekelilingnya. Hanyalah pasir. Ini bukan di Sunagakure. Mungkin di ujung atau hampir berada di puncak Suna.
"Ini tempat yang jauh dari Suna. Yah, awalnya aku sudah ada di Suna, tapi melihatmu. Kukira kau ditangkap oleh Kazekage itu." Jelas Sasuke.
"Kalau memang begitu, kenapa kau menolongku?" Tanya Hinata ragu.
Sasuke hanya memandangnya sebentar lalu memalingkan wajahnya. "Aku tidak menolongmu. Aku berniat menjualmu nantinya."
"Yang benar?" Seru Hinata tidak percaya. Melihat reaksi Hinata, Sasuke langsung terbelalak kaget.
"Aku sempat berpikir begitu." Ujar Sasuke datar.
"Sebenarnya..." Hinata membuka suaranya dan langsung menutupnya kembali. Gawat kalau Sasuke tahu Hinata adalah tunangan Gaara, seperti yang didengar Hinata, Sasuke ingin menyerang Suna. Jika Sasuke tahu hal itu, akan menjadi perisai kuat bagi Sasuke mengetahui tunangan sang Kazekage ditangannya. Hinata segera mengurungkan niatnya.
"Hm?" Sasuke menunggu ucapan gadis bermata indigo pucat itu.
"Aku...sedikit lapar. Begitulah." Lanjut Hinata ragu-ragu.
"Oh, Karin kau masih ada sisa makanan kan? Berikanlah dia." Ujar Sasuke seraya meninggalkan mereka berdua.
"Eh? Kenapa Sasuke perhatian sekali padamu?" Tanya Karin seraya menggembungkan kedua pipinya.
"Entahlah, bagaimanapun Sasuke-kun itu teman seangkatanku dulu di Konoha." Jawab Hinata seadanya.
Karin tersenyum senang mendengarnya. "O,ya salam kenal, namaku Karin."
''Ah, Hinata...Hyuuga Hinata." Balas Hinata.
"Kau cantik sekali." Puji Karin tulus melihat wajah Hinata.
"Tidak, masih ada yang jauh lebih cantik dariku." Jawab Hinata malu.
"Eh? Siapa?" Seru Karin penasaran.
"Hm...Sa-Sakura, temanku di Konoha." Jawab Hinata pelan. Ya, Sakura lebih cantik dari Hinata baginya, kalau tidak mana mungkin Naruto tidak jatuh hati pada gadis bermata hijau itu.
"Sakura? Aku penasaran wajahnya seperti apa? Rambutnya bagaimana? Kulitnya seperti apa? Sudah punya pa.." Belum selesai Karin bertanya pada Hinata, Sasuke melemparnya kantung tidur dari tempatnya duduk.
"Pakai itu, dan tidur. Jangan bertanya, jangan menjawab, jangan bicara. Atau kupanggil Suigetsu!" Ketus Sasuke datar. Karin mengikuti perintah Sasuke seraya kesal.
Hinata hanya mencuri pandang ke arah Sasuke.
'Apa Sasuke marah karena kami membicarakan Sakura?' Tanyanya dalam hati. Jauh dari lubuk hati Hinata, Ia sangat penasaran. Apa Sasuke menyukai Sakura? Alangkah baiknya jika Sasuke mendapat kebahagiaannya juga. Berhenti bertanya-tanya dalam hati, menyadari malam semakin larut, Hinata segera memasuki kantung tidurnya.
'Gaara-kun, maafkan aku. Aku akan mengikuti Sasuke dan ikut melindungi Suna.' Seru Hinata dalam hati. Ia memejamkan matanya perlahan hingga tertidur. Dalam mimpinya, ia merasa ada yang memainkan rambutnya yang tergerai panjang.
Siapa?
Gaara-kun? Atau... Sasuke-kun?
CHAPTER 3
FIN
CHAPTER 4
LILY
Sankyuuuu semuaaa yang sudah mau meluangkan waktu membacanya!
Maaf ya makin aneh aja ceritanya, aku suka buat yang aneh sih. #diezh
Gimana? Ada yang kurangkah? :D aku butuh revieww~ perbaiki kesalahanku ;w;/
eh pas nulis fic ini galau loh SasuHina atau GaaHina #Dirajam
LoL~ Terus Matsuri makin jahat, maafkan aku!
Well, terimakasih semua ;w;/ maaf telat apdet mulu.
See you next chap!