Halo! Gue kembali lagi… dengan fic multichap baru. Haha! Akhirnya gue bisa bikin fic HitsuRuki! HAHAHAH! *tawa kemenangan*

Tapi… lagi-lagi AU. Tapi meskipun ini fic HitsuRuki, saya masukin sedikit IchiRuki, tapi cuma unsur persahabatan doang sih.

Well, special fic for Yukio Masaki atau Kio. Thanks for your fic yang judulnya Unbelievable ! Wuah, cepet update yak! Dan semoga anda suka fic ini~

Eniwei, gue bener-bener bingung nentuin judul. Udah deh, ini aja yak.

Happy reading!


.

Sweet Vanilla

By : ariadneLacie

.

Disclaimer

BLEACH by Mbah Tite Kubo.

Warning : AU, OOC, abal, genre dipertanyakan, typo(s) ? , kayaknya judul ga nyambung sama isi tapi yang jelas gue suka vanilla (warning apaan ini)

Pairing : HitsuRuki

.

.


Chapter 1

Angkot dan Tisu.


Sudah cukup lama angkot berwarna kuning dan hijau itu ngetem di sisi jalan. Seorang gadis bermata violet yang sudah berada di angkot itu sedari tadi hanya bisa mendecak kesal.

'Sial, ni angkot ngetem lama banget! Udah 20 menit, tau! Padahal penumpangnya udah lumayan banyak… dan harusnya gue udah sampe rumah sekarang…' gerutunya dalam hati. Keringat mulai mengucur dari dahinya, dikarenakan hari yang sangat panas, dan angkot yang lumayan penuh. Udara menjadi pengap dan panas. Ia pun menghela napas dan mengelap keringat tersebut dengan tisu basah.

"Hei, boleh minta tisu tidak?"

Tiba-tiba ada orang yang tidak dikenal Rukia meminta tisu padanya. Di angkot pula, orang macam apa itu?

"E-eh?" balas Rukia heran. Ia pun menengok untuk melihat siapa yang meminta tisu padanya.

Itu adalah seorang pemuda bermata turquoise dan berambut putih jabrik. Sebagian poninya jatuh ke dahinya, dan rambutnya terlihat disisir rapi. Ia memakai seragam yang sama dengan Rukia—kemeja putih dan celana abu-abu, tetapi Rukia memakai rok abu-abu tentunya—menandakan bahwa ia seorang anak SMA juga. Ia terlihat sangat kepanasan dari keringat yang mulai membasahi dahinya, sama seperti Rukia.

"Itu, tisu. Kau punya tisu kan?" katanya lagi, mulai tidak sabar.

"Ah, iya." Rukia pun buru-buru merogoh tas-nya dan memberikan selembar tisu basah beraroma vanilla. Salah satu produk favorit-nya yang dibelikan kakaknya, Byakuya Kuchiki di Paris. Sebenarnya Rukia sempat heran, kakak-nya pergi jauh-jauh ke Paris tapi malah membelikannya tisu aroma vanilla. Tapi akhirnya ia tidak peduli, karena ia sangat menyukai aromanya.

"Terima kasih," kata pemuda tersebut. Ia pun langsung menggunakan tisu tersebut untuk mengelap mukanya. Sementara Rukia hanya menatapnya heran.

Dan setelah mendapat berbagai sindiran dari penumpang, angkot tersebut pun mulai melaju pelan.


Rukia sudah siap dengan uang receh 2000-an di tangannya meskipun tempat pemberhentiannya masih beberapa belokan lagi. Tetapi ia lebih suka antisipasi lebih awal, agar ia tidak panik nantinya. Tetapi tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bahunya.

'A…apa?' batin Rukia setelah mengetahui apa yang menyentuh bahunya tersebut. Ternyata itu… sebuah kepala. Dengan rambut jabrik putih. Dan dengan tampang polos seseorang yang sedang tertidur.

'Ini kan si orang yang minta tisu tadi? Kenapa sekarang dia malah tidur dan nyender ke bahu gue?' batin Rukia berteriak-teriak marah. Sementara wajahnya sudah semerah kepiting rebus sekarang. Entah karena malu atau marah.

"Hei… hei…" kata Rukia pelan. Ia menggoyang-goyangkan tangannya sedikit untuk membuat orang tersebut terbangun. Tapi sia-sia.

'Cih, tidur di angkot sih ga pa-pa. Tapi jangan sampai nyender ke orang dong! Arrgh, gue do'a in biar tempat pemberhentian lo kelewat!' Rukia mulai ngutuk dalam hatinya. Tetapi ia menggunakan kesempatan ini untuk meneliti orang di sampingnya itu.

Ya, dia memang anak SMA. Tetapi tidak seperti cowok-cowok teman SMA-nya, cowok ini tergolong… 'pendek'. Yah, tetapi Rukia tidak tahu apakah cowok ini lebih pendek atau lebih tinggi darinya jika mereka belum berdiri bersebelahan. Yang penting, sebenarnya dia murid SMA mana sih?

Rukia pun melanjutkan penelitiannya (?) menuju kakinya. Nah! Dia mengenakan kaus kaki sekolahnya! Dan dia… SMA Karakura? Tunggu, berarti itu sama dengan SMA Rukia?

Rukia pun mulai mengingat-ingat apakah ia pernah bertemu dengan orang-aneh-yang-minta-tisu-di-angkot ini di sekolah sambil melihat ke luar. Kebetulan, tempat pemberhentiannya sudah cukup dekat. 'Haha, kalau aku pergi, cowok ini pasti jatuh. Rasain, makanya jangan nyender ke bahu orang!' batin Rukia kejam.

"Kiri!" seru Rukia. Tetapi angkot tersebut tidak memperlambat lajunya. Seperti suara Rukia yang tergolong kecil dan lembut tidak dapat mengalahkan suara penumpang lain yang sedang mengobrol dengan asyiknya.

"Kiri! Kiri!" seru Rukia lagi. Masih tidak mau berhenti juga. Tempat pemberhentian Rukia nyaris terlewat sekarang. Ketika Rukia berniat untuk teriak sekuat tenaga saja, ia mendengar suara yang agak tak asing di telinganya.

"Pak, Kiri pak."

Rukia menengok pada sumber suara tersebut dengan tatapan takjub. Baik sekali orang tersebut mau menolongnya. Siapa dia?

"O-oh. Kau sudah bangun, makasih, ya," kata Rukia canggung begitu menyadari bahwa orang-aneh-yang-minta-tisu-di-angkot itulah yang menolongnya.

"Sama-sama. Tapi sebenernya gue juga turun di sini," balas cowok itu dengan nada datar. Rukia jadi ingin menjitaknya mendengar jawabannya itu. Entah kenapa ia merasa dilecehkan.

"K-kau!" serunya.

"Hei, buruan turun. Supirnya nungguin tuh," lanjut cowok itu.

"Kenapa? Kau kan lebih dekat ke pintu?" tanyanya heran. Posisi cowok itu memang lebih dekat ke pintu.

"Kan ladies first, hehe," katanya sambil nyengir. Rukia semakin menatap cowok tersebut heran.

"Hei! Jadi turun tidak?" seru si supir angkot. Rukia pun buru-buru turun, diikuti cowok yang tadi.

Rukia pun menyerahkan selembar uang dua ribu rupiah pada supir angkot tersebut, tetapi supir angkot tersebut malah mengernyit heran. "Neng, ini sih kurang seribu," katanya. Sekarang gentian Rukia yang mengernyit heran.

"Apa? Saya ini pelajar, mas! Lagipula saya kecil kok, ga menuh-menuhin ni angkot! Masa tiga ribu sih?" cerocos Rukia ngeles.

"Ga bisa neng, sekarang ongkos tu sama rata!" balas si tukang angkot kekeuh. (1)

"Tapi…!"

"Biar saya aja yang bayar mang, nih," kata orang-aneh-yang-minta-tisu-di-angkot tadi sambil menyerahkan dua lembar uang dua ribu pada supir angkot tersebut. Supir angkot tersebut pun nyengir dan langsung melanjutkan perjalanan mengantar penumpang setelah berseru 'Nuhun!' (2) pada orang-aneh-yang-minta-tisu-di-angkot itu.

"M-makasih… lagi," kata Rukia takjub. Ternyata orang-aneh-yang-minta-tisu-di-angkot itu baik juga ya.

"Sama-sama. Ini sebagai ganti tisu yang tadi," kata orang-aneh-yang-minta-tisu-di-angkotitu. Lalu ia pun segera berjalan meninggalkan Rukia. Sementara Rukia hanya menatap punggungnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"AH! Aku lupa tanya namanya!" seru Rukia. Ia pun berniat mengejar orang-aneh-yang-minta-tisu-di-angkot itu, tetapi ia mengurungkan niatnya karena orang tersebut sudah cukup jauh. Rukia males, lagipula ngapain. Mereka kan satu sekolah, pasti bisa ketemu lagi kan?


Malamnya, Rukia sibuk berkutat dengan komputernya. Malam-malam begini dia paling suka chat, atau tuitteran, dan juga fesbukan. Maklum, Rukia adalah seorang Otaku yang sangat senang berkomunikasi dengan sesama Otaku lainnya melalui cyber world.

'Gue jadi keinget sama orang yang tadi. Kira-kira siapa yang kenal dia ya?' batin Rukia. Ia pun segera membuka list friends-nya di aplikasi chat-nya dan mencari orang yang kira-kira mengenalnya.

"Ah! Mungkin si Ichigo tau!" seru Rukia girang. Ya, sahabatnya yang berambut oranye itu mungkin saja tau. Dia kan cukup eksis karena ketampanannya. Dan dia juga sahabat Rukia. Tetapi Rukia lebih curiga kalau dia eksisi karena rambut-nya yang unik itu.

Rukia 'chappy' Kuchiki : Yo! Ichigo!

Setelah selesai mengirim chat singkat untuk menyapa Ichigo, Rukia pun dengan tidak sabaran menunggu balasannya.

Ichigo 'orange' Kurosaki : Yo, Rukia. Nama lo masih tetep alay ya. :P

Rukia yang melihat ejekan Ichigo ini spontan langsung ngamuk-ngamuk sendiri. Dia tidak rela nama 'chappy' dibilang alay.

Rukia 'chappy' Kuchiki : APA? Elo tuh yang alay! Sama rambut oranye aja banggaaa! X(

Ichigo 'orange' Kurosaki : Gue engga bangga kok, lagipula ni rambut udah ga bisa diapa-apain lagi. Gue udah coba cat rambut gue pake warna merah, tapi jadi kayak mirip babon. Maksudku Renji. Gue udah coba cat pake warna item, tapi cepet luntur nih. Rambut gue jadi belang-belang oranye item. Sedih amat hidup gue kan?

Rukia 'chappy' Kuchiki : Sedih ga yaaaa….? :P

Ichigo 'orange' Kurosaki : sial =='

Rukia yang berniat mengirim berbagai chat ngaco lagi ke Ichigo langsung melupakan niatnya. Ia kan ingin menanyakan tentang orang-aneh-yang-minta-tisu-di-angkot tadi, kenapa jadi si Ichigo yang curhat? Oke, sekarang langsung tanya, nanti dia lupa lagi.

Rukia 'chappy' Kuchiki : hey, Ichigo, kau kenal dengan seseorang berambut putih di sekolah kita?

Ichigo 'orange' Kurosaki : Hah? Tentu saja lah. Dia kan sangat terkenal. Masa kau tidak tahu?

Rukia menatap balasan Ichigo dengan heran. Apa? Dia sangat terkenal? Masa sih?

Rukia 'chappy' Kuchiki : Ga tau. Emang namanya siapa?

Ichigo 'orange' Kurosaki : Juushiro Ukitake. Guru biologi kita yang penyakitan itu. Hebat amat elo ga kenal.

Rukia serasa ingin menonjok layar komputernya saat itu juga, dan berharap Ichigo merasakan pukulannya yang tiba-tiba keluar dari layar secara mistis. Tapi ia tahu itu tidak mungkin, jadi ia pun menanyakan dengan lebih spesifik.

Rukia 'chappy' Kuchiki : Bukan bego! Bukan yang itu! Dia… pendek, dan dia MURID, bukan guru. Matanya warna hijau gitu…

Ichigo 'orange' Kurosaki : Oh, itu. Dia murid kelas sebelah tau. Namanya…

(3)

Rukia dengan tidak sabar menunggu. Tetapi Ichigo tidak kunjung membalas chat-nya. Sebenarnya ada apa ini?

"Rukia, ini sudah malam. Cepat matikan komputermu dan tidur," kata Byakuya sambil membuka pintu kamar Rukia. "Lagipula koneksi internetnya sudah kuputus."

Rukia seketika terkulai lemas. Ia pun langsung mematikan komputernya dan berpaling dengan wajah horror. "Nii-sama… jaahaat!"

"Sudahlah adikku sayang, memangnya kau sedang melakukan apa hah? Nanti aku akan belikan kau parfum vanilla lagi dari Paris," kata Byakuya kemudian. Seketika kedua mata violet Rukia membulat dan berbinar.

"Benarkah?" tanyanya memastikan.

"Tentu. Aku berniat pergi ke Paris lagi besok untuk mengunjungi kakak-mu yang sedang belajar disana. Jaga rumah dengan baik sampai aku pulang ya," kata Byakuya. "Selamat tidur."

"Selamat tidur juga, nii-sama!"


Setelah Rukia menjatuhkan badannya ke atas kasur, dan ia memeluk erat bantalnya, Rukia kembali teringat dengan orang-aneh-yang-minta-tisu-di-angkot tadi. Seketika parfum vanilla yang dijanjikan kakaknya terlupakan begitu saja.

"Kenapa aku terus memikirkanmu sih?" gumam Rukia kesal.

Ia pun memusatkan pandangannya ke atap kamarnya yang miring, dan terdapat jendela yang cukup besar di atapnya. Ia dapat melihat taburan bintang yang sangat indah melalui jendela itu. Kakaknya memang sangat mahir dalam bidang arsitektur, Rukia sangat menyukai kamarnya ini.

"Aaah! Sudahlah. Aku pasti akan menemukan identitasmu, wahai orang-aneh-yang-minta-tisu-di-angkot!" seru Rukia sambil membenamkan wajahnya di bantalnya. Dan dalam hitungan tiga detik, ia pun jatuh tertidur.


To be Continued


(1) Itu bahasa sunda. Kekeuh : ngotot.

(2) Ini juga bahasa sunda. Nuhun : terima kasih.

(3) Eniwei, kalian ada yang uname fb ato something yang namanya Rukia 'chappy' Kuchiki atau Ichigo 'orange' Kurosaki ? Gue cuma mau bilang, ni ide murni dari gue. Baru kepikiran waktu mau di-publish, takut ada yang namanya itu. Gue bukan mau mem-publikas-kan nama atau plagiat ye. Harap maklummi author sialan ini XD

Gimana? Gue tau ni fic garing, tapi gue udah mencoba sekuat tenaga. Tau ga, inspirasi gue ngalir deras waktu ngetik ni fic! *ya terus*

I hope kio like this!

Thank you for everyone for read this fic!

And ... mind to review?