Ponsel berkamera model terbaru.

Benda itulah satu-satunya barang yang sampai saat ini sangat Naruto inginkan, dan benda itu memang sudah menjadi miliknya saat ini—hasil dari kerja paruh waktu. Pernah Naruto meminta kepada orang tuanya untuk membelikannya, tetapi mereka menolaknya dengan alasan barang seperti itu tidak Naruto butuhkan untuk saat ini. Ponsel biasa saja sudah cukup.

Namun bukan Naruto namanya kalau tak memberontak. Maka dengan diam-diam sehabis pulang sekolah Naruto melamar pekerjaan di sebuah caffe dan akhirnya menjadi pelayan di sana hampir selama satu bulan. Dan gaji selama satu bulan itulah akhirnya ia bisa memiliki ponsel berkamera ini.

Tak henti-hentinya senyum terkembang. Sambil mengayunkan tangan tannya yang tengah memegang ponsel tersebut kesana-kemari—mencari objek foto yang pas—akhirnya mata birunya tertuju pada satu objek yang menarik.

Ah, Sasuke tengah tertidur. Objek yang bagus bukan?

\(^.^\) (/^.^)/

Disclaimer: NarutoMasashi Kishimoto

Warning: Shounen-ai, Typo (saya harap tidak ada). Don't Like Don't Read!

.

Camera Cellular

By: Uzumaki Arisa

Special fic for my wife birthday, Arya Angevin

.

\(^.^\) (/^.^)/

Kelopak mata itu terbuka saat indra pendengarannya tak sengaja mendengar suara 'click' pelan yang menginterupsi tidurnya. Ia menoleh dan memandang selidik pada Naruto, satu-satunya sang pelaku yang membuatnya kembali terjaga. Ups, sepertinya suara kamera dari ponsel ini lupa tidak Naruto aktifkan.

"Suara itu, apa kau, Naruto?" tanya Sasuke—yang jelas-jelas memang berasal dari ponsel itu.

Naruto hanya tersenyum dan menekan tombol zoom pada objek yang baru saja ia dapatkan. Lalu dengan sebuah cengiran senang yang menyusul, ia tunjukkan foto Sasuke yang tengah tertidur bersandar di dinding tepat di depan wajahnya. "Lihat, aku mendapatkan fotomu saat tertidur! Bagus, bukan?" Ujarnya senang.

Sebenarnya Naruto dan Sasuke berada di kelas yang sama sejak tahun terakhir. Tidak ada yang spesial diantara mereka—setidaknya seperti itu. Sasuke merupakan tipe orang yang tak banyak bicara dan sulit ditebak. Dia sama sekali tidak peduli dengan keadaan sekitar, acuh, dan terkadang menjengkelkan. Ya, begitulah. Namun saat mengingat bagaimana Naruto kali pertama melihatnya, matanya sama sekali tak bisa lepas darinya. Mengikuti kemana arahnya pergi. Seolah tertarik begitu saja kemanapun Sasuke berada.

Awalnya memang Naruto dan Sasuke tak sekelas waktu itu, bahkan Naruto tak tahu siapa namanya dan dimana kelasnya. Yang pada saat itu Naruto enggan untuk menyapanya seperti halnya teman-temanku yang lain. Hanya bisa melihatnya. Sampai pada suatu hari ketika Naruto tengah berbincang-bincang dengan temannya di koridor kelas, salah satu temannya berbisik.

"Hei, itu Uchiha Sasuke 'kan? Dari kelas 10-5?"

Dan dari situlah akhirnya Naruto tahu dia. Entah kenapa sejak saat itu Naruto mulai berharap untuk bisa bertemu dengannya lagi.

Satu hal kebiasaan Sasuke yang Naruto hafal adalah setiap hari Kamis Sasuke selalu menyempatkan diri untuk pergi ke atap sekolah. Entah itu tidur siang saat jam istirahat tengah berlangsung atau makan siang dengan tenang tanpa gangguan dari siswi-siswi lain—makhlum, Sasuke termasuk dari sekian kategori siswa terpopuler di kalangan siswi yang diidolakan. Sekian beberapa minggu berlangsung, akhirnya Naruto memberanikan diri untuk mengikutinya ke atap sekolah, mencoba menyapanya.

"Aku tidak tahu kau, dan kau sepertinya bukan tipe orang yang suka pergi ke atap sekolah sepertiku."

Mula-mula dahi Naruto berkedut jengkel mendengarnya. Yah—tapi bagaimanapun juga apa yang Sasuke katakan memang benar, dia tidak tahu Naruto.

"Aku sering melihatmu ke sini, dan sebenarnya aku datang untuk mengucapkan 'hai' ke kamu sejak lama."

Masih segar di ingatan Naruto bagaimana ekspresi Sasuke waktu itu saat Naruto baru saja melontarkan kalimat seperti itu padanya. Dengan dahi yang terlipat dan alis kanan yang naik, ia berkomentar bahwa ia adalah orang aneh. Huft, jika mengingat ucapan Naruto tersebut, terlihat sangat konyol. Pantas saja jika Sasuke berkomentar seperti itu. Andai Naruto saat itu bisa mengerem bibirnya.

Mengabaikannya, Naruto kembali membuka pembicaraan. "Kau suka dengan tempat ini?"

Sasuke mengangguk.

"Hm—kau tahu, ketika aku pertama kali bertemu denganmu di tahun pertama, aku sering memperhatikanmu. Apa kau tahu tentang itu?"

Sejenak Sasuke terpaku, namun kemudian ia kembali menguasai ekspresinya dan mengalihkan pandangannya dari Naruto, memandang langit cerah yang terhampar di atasnya.

"Tidak, aku tidak tahu."

Naruto menyadari kalau ia memang tak pandai bicara, dan beberapa kata yang ia ucapkan padanya agaknya terlalu 'menakutkan.' Sepertinya ia telah menimbulkan aura yang tidak enak. Juga bingung harus bagaimana. Tetapi Sasuke ternyata tak ambil pusing dengan itu, ia mengerti apa maksud Naruto yang sebenarnya.

Naruto hanya ingin akrab dengan Sasuke.

Pada akhirnya Naruto rutin datang ke atap sekolah setiap hari Kamis untuk menemui Sasuke.

"Itu berkamera?"

Pertanyaan Sasuke menyadarkan Naruto dari lamunannya. Tangan pucat itu meraih ponsel Naruto yang semula berada di genggaman Naruto. Jari-jarinya menekan tombol untuk memilih menu camera dan mengayunkan ponsel itu kesana-kemari—sama seperti Naruto tadi yang mencoba mencari objek yang pas untuk difoto.

"Ya," jawab Naruto kemudian. "Ponsel itu masih berumur muda, aku membelinya seminggu yang lalu. Aku pernah meminta orang tuaku untuk membelikannya, tetapi mereka bilang kalau aku tak membutuhkannya saat ini. Jadi, aku kerja paruh waktu dan menabung supaya bisa membeli ini."

"Hm—you must be loaded."

Mendengar respon Sasuke, Naruto tersenyum.

"Jadi setelah kau mendapatkan ponsel ini, objek apa yang sebenarnya sangat ingin kau foto?" tanya Sasuke—masih dengan mengayunkan ponsel Naruto kesana-kemari. Tampaknya dia masih belum menemukan objek yang pas selain dari dinding, lantai, dan langit.

Tampak Naruto berpikir sejenak. Ibu jari dan telunjuknya menopang dagunya layaknya seorang detektif yang tengah berpikir keras memecahkan kasus. Kemudian matanya menangkap Sasuke yang akhirnya menemukan objek yang pas untuk difoto. Ekspresi Sasuke tampak sumringah.

Kembali senyum tersungging di wajah Naruto. Lalu dengan gerakan yang cepat Naruto meraih kembali ponselnya dari genggaman Sasuke dan memotret wajah Sasuke yang masih belum sadar dari keterkejutannya. Namun beberapa detik kemudian Sasuke merampas ponsel itu sebelum Naruto sempat menyimpan fotonya. Dengan tampang yang aneh saat melihat potret dirinya sendiri yang terpampang di layar ponsel Naruto, Sasuke menekan tombol save cancelled.

"Lain kali gunakan ponselmu dengan benar," ujar Sasuke seraya bangun dari duduknya dan membersihkan celana bagian belakangnya yang kotor dari debu. Sedangkan Naruto yang merengut kesal karena gagal menyimpan foto Sasuke mengerucutkan bibirnya.

"Ayo kembali. Bel sudah berbunyi."

Sambil berjalan di belakang Sasuke setelah bangkit dari duduknya, Naruto memandang belakang tubuh Sasuke. Dengan postur badannya yang tinggi dan tegap, ia tampak menarik. Pantas saja jika ia menjadi incaran dari hampir semua siswi sekolah.

Menghembuskan nafas, Naruto berpikir. Ah, mungkin lain kali ia harus berusaha lagi untuk mendapatkan fotonya lagi, dan yang pasti tanpa sepengetahuan Sasuke.

\(^.^\) (/^.^)/

To be Continued

Inspiration fromRooftopScenery

\(^.^\) (/^.^)/

A/N: #Lihat kalender dengan posisi tepar

Huwaaaa! Benar-benar jauh dari hari H! Seme-chan, ini kado dariku, maaf atas segala keterlambatannya yang sangat tidak berperikemanusiaan (ToT)

Selamat ulang tahun ya saying. Semoga semua kebaikan datang menghampirimu. Makin pintar, makin disayang orang tua, makin cantik, juga makin saying denganku :P #kick

Ini bingkisan kecil yang aku TBC. Maaf kalau terlalu pendek karena ini aku jadikan pembukaan. Ditunggi chap selanjutnya, ya :)

#salam peluk dan cium

For another readers, RnR please?