Missions

Dislaimer: Harry Potter belongs to J.K Rowling. Kim, Vane, Lady, dan Paradizo milikku serta beberapa OMC lainnya.

A/N: Cerita ini mengandung sisi explicit sexual, crime, gore, kill, dan sebagainya. Maka dari itu ratingnya M, benar-benar terlihat ._.v Terinspirasi dari fict berjudul Malignant Objects karya Charlie –dashdot- Blue, dan Death of Today karya Epic Solemnity. Dua-duanya keren banget! Hehehehehe, dan dua-duanya TRHP. Tapi saya galau nih… bikinnya LVHP/TRHP atau HPDM ya… Voting! Mumpung masih chapter pertama, mending cerita ini TRHP atau HPDM? Oh ya, It's a twinfict, kawan!

Don't Like Don't Read

Enjoy!


Chapter 1 – A Mission.

Suara musik terdengar, suara orang-orang berteriak, berseru, tertawa. Suara lompatan, hiruk pikuk terdengar dengan jelas.

Dari sebuah ruangan yang sangat luas, sebuah lampu disko terpasang di langit-langit, ruangan terlihat remang. Tapi penuh sesak dengan orang-orang yang berdansa di tengah ruangan, tertawa dan melompat. Berseru, bersenang-senang.

Sementara di tempat lain, para strip dancer sedang beraksi, menari dengan lihai di tiang yang terpasang di tempat panggung, dengan pakaian mini yang menempel di tubuh mereka, menggoda orang-orang yang sedang menonton.

Di sudut lain, orang-orang berkumpul untuk bermain judi, poker, kartu. Sebuah bar penuh dengan orang-orang yang meminta minum, lagi dan lagi kepada sang bartender. Para wanita dengan pakaian mini berjalan melewati kerumunan, menggoda orang-orang yang sedang tertawa atau hanya sekedar bermain di sana.

Dan di ruang dansa, sorak-sorakan terdengar.

"Raven! Raven! Raven!"

Sosok yang diteriaki; dikenal di kalangan belakang dengan nama 'Raven'. Seorang remaja berumur sekitar tujuh belas tahun, walau sebenarnya usia aslinya adalah delapan belas tahun. Memakai kaus ketat berwarna hijau tua, menampilkan tubuhnya yang terlatih dan terbentuk sempurna. Celana kulit hitam ketatnya membentuk kakinya yang panjang. Rambutnya yang bergelombang, berwarna hitam dengan highlights hijau tua, turun ke wajahnya dengan sempurna. Matanya yang berwarna hijau, hijau paling cerah. Dalam ruangan gelap ini, ia bagaikan Angel of Death. Begitu indah… tapi sekaligus mematikan.

Bagi orang yang benar-benar mengetahuinya, sebutan Angle of Death benar-benar pas untuknya. Dibalik sosok sempurnanya, yang begitu gampang dicari di lantai dansa, yang begitu gampang menarik perhatian orang lain, yang begitu populer, Raven akan berubah mematikan ketika berlutut dihadapan sang Lady, bersiap untuk melayaninya.

Lady. Tidak ada orang yang benar-benar mengetahui nama aslinya. Hanya memanggilnya simpel, 'Lady'. Sosok wanita yang ditakuti di kalangan belakang. Di dunia underworld. Bahkan di dunia Mafia dan dunia sihir. Begitu banyak orang yang mengabdi kepadanya, melayaninya, bekerja untuknya. Lady sendiri yang menciptakan tempat ini, Paradizo. Tempat yang bisa dikatakan 'kota', dengan ukurannya yang sangat luas. Penuh dengan jalanan berliku, menuju ke banyak tempat. Bar, klub, tempat tinggal orang yang memang besar atau dipungut oleh Lady dari jalanan. Dan tentunya, markas sang Lady itu sendiri.

Diciptakan dengan sihir, membuatnya tak-terpetakan. Hanya bisa masuk ketika ada orang yang mengetahuinya, dan untuk bisa masuk dan menikmati salah satu surga dunia di Paradizo, setidaknya harus mengenal seseorang yang bisa mengakses ke sana. Dan orang-orang yang sudah mengetahui tidak langsung memberitahukan orang lain. Mereka tidak bodoh; kalau sembarang orang, terutama musuh sang Lady mengetahui tempat ini, maka akan lebih sulit untuk mempertahankan tempat yang sudah berdiri ratusan tahun itu.

Dan Raven… salah satu assassins terhebat yang pernah ditemui. Dan ia bekerja dengan Lady, walau umurnya masih sangat muda. Dilatih sejak umur delapan tahun, oleh sang Lady sendiri. Dibina untuk menjadi warriors di dunia yang tidak lembut itu, terutama bagi mereka yang telah merasakan kejamnya dunia belakang.

Dan Raven adalah salah satunya.

Tapi, walau sosok muda itu terkenal, tapi jabatannya sebagai assassins terbilang salah satu top secrets. Tidak ada yang tahu selain para anggota tinggi, Council, dan Lady itu sendiri. Jadi wajar saja kalau sekarang, ketika ia sedang bebas tugas, sosoknya bisa ditemukan di antara kerumunan orang yang menari dengan liar, sosoknya didekati oleh banyak wanita dan pria. Tangan melayang, menyentuh dan membelai tiap kulit yang terekspos. Lidah menari, menyecap leher dan pundak yang terlihat.

Tangan Raven berkelana, menarik pria atau wanita secara acak, dan mencium mereka dengan penuh gairah. Seksual. Lidah menari, bertarung untuk memenangkan dominasi. Tangan bergerayang, menyentuh, membelai. Pinggang saling bertemu, bergesekan, sementara tubuh bermain mengikuti irama musik yang terdengar.

Tapi kemudian sebuah tangan menyentuh pundaknya, dan Raven langsung mengetahui siapa. Dan untuk apa perhatiannya ditarik dari seorang pemuda yang sedang ia cium. Ia berbalik dan menghadap Kim, seorang gadis berambut merah gelap dan bola mata berwarna biru tua, tubuhnya yang seksi tertutupi oleh tank top hitam dan rok jeans putih, memakai cardigan dan rambutnya dikuncir. Terlepas dari sosok fisiknya, Kim adalah seorang sniper kebanggaan sang Lady, salah satu anggota tinggi. Dan ia juga adalah sahabat Raven, walau perbedaan umur mereka sedikit jauh.

Mengerti bahwa ia sedang dibutuhkan, Raven berbalik dan mencium sekali lagi pemuda di pelukannya, menggigit dan membelai bibir merah itu. Tangannya yang berada di pinggang lawannya membelai pelan, sensual, lalu ia memberikan kedipan mata dan pemuda itu tersenyum cerah. Kedua mata mereka penuh dengan hasrat, tapi Raven tahu ini bukan waktu yang tepat.

Ia menemukan dirinya mengikuti sosok yang sudah ia kenal empat belas tahun itu.

"Shadow?"

"Raven, kau dipanggil."

Raven mengehela nafas, tahu bahwa sang Lady akan memberikannya tugas lagi. Walaupun hari ini adalah hari Jumat, yang membuatnya biasanya dibebas tugaskan dari misi, keadaan sekarang sedang sedikit memburuk sehingga sang Lady membutuhkan orang-orang yang benar-benar bisa bekerja.

Raven mengangguk, lalu mereka berdua berjalan beriringan. Tapi kemudian Kim berbalik, menunjuk Raven.

"Kau mungkin ingin membersihkan dirimu?"

Harry men-death glare sahabatnya itu, lalu kemudian mengangkat tangannya dan melambaikannya di depan muka, membersihkan apapun noda yang berada di wajahnya dengan sihir. Ia juga mengganti pakaiannya dengan apa yang biasa ia pakai ketika menghadap sang Lady, dan kemudian Kim melemparkannya jubah berwarna hitam dengan highlights berwarna perak dan hijau tua bermain di sekitarnya. Jubah itu di desain untuk menandakan bahwa ia adalah anggota tinggi, dan lambang Elang di dadanya. Menandakan bahwa ia adalah anggota Council.

Berarti, panggilannya kali ini ada hubungannya dengan Council.

Raven mengeluh keras-keras. Mengapa sih, mereka harus terlibat dengan perang Dunia Sihir? Dunia underworld baik-baik saja, satu kali terjadi penyerangan adalah ketika ia berumur enam belas tahun. Sekarang, pekerjaannya hanya membunuh beberapa orang yang terancam bisa membahayakan sang Lady dan Paradizo, juga yang telah berkhianat, dalam bentuk apapun.

Segala bisnis dimiliki oleh Lady. Dari yang legal sampai yang benar-benar illegal. Dan, sebagai salah satu orang kepercayaan sang Lady, Raven salah satu orang yang biasanya diutus ketika ada orang yang ingin berbicara dengan Lady. Ia sudah dipercaya untuk memutuskan apakan orang itu layak untuk bertatap langsung dengan Lady, atau apakah orang tersebut berbahaya bagi sang Lady.

Dan sejauh ini, Raven tidak pernah mengecewakan orang yang sudah menyelamatkannya itu.

Mereka keluar dari klub malam itu, Paradizo juga namanya. Kim dan Raven berjalan bersisian, menuju suatu gedung. Mereka melewati hall yang sudah beribu-ribu kali Raven lewati, dan segera menuju ke pintu di ujung, terbuat dari kayu ek. Kim mengetuk pintu tiga kali, lalu membukanya.

Ruangan tersebut remang. Sebuah panggung dengan kursi-kursi dan juga meja panjang. Di samping kiri kanan juga terdapat kursi-kursi dan meja panjang. Kim menyelinap ke kursi kosong di sebelah cowok Prancis bernama Vane, sementara Raven langsung berjalan ke tengan ruangan, dan berlutut dengan satu kaki di hadapan Lady. Tangan kirinya terkepal, berada di sebelah lutut kirinya yang menyentuh lantai. Tangan kanannya di atas lutut kanan, keduanya hampir menyentuh wajah. Raven menundukan kepalanya dalam-dalam, dalam sikap hormat.

"Lady…"

Sang Lady berdiri, senyum muncul di bibirnya. "Raven, berdirilah."

Raven berdiri, wajahnya walau kaku tanpa ekspresi, tapi matanya menunjukan rasa hormat dan kesetiaan. Bagaimana tidak? Lady adalah orang yang menyelamatkannya dari tempat itu, dimana orang-orang membencinya karena ia berbeda.

"Saya siap melayani anda, Lady," ujarnya, benar-benar sepenuh dari hati.

Sang Lady tersenyum. Memang tidak salah keputusannya untuk mengambil anak itu dari pinggil jalan. Raven… atau Harry Potter.

"Raven, kau akan diberikan sebuah misi penting, tapi kau akan pergi sebagai utusan Council."

Raven mengangguk. Ia hanya memakai Raven ketika ia berada di lantai dansa atau di medan pertempuran. Tempat dimana ia mendapat julukan sebagai sang Angel of Death. Malaikat Kematian. Tapi di arena politik dan Council, ia adalah sang prodigy, tangan kanan sang Lady, seorang Slytherin sejati walau ia tidak pernah menginjakan kaki di area Hogwarts.

Oh, Raven, atau Harry, mengetahui siapa orangtua kandungnya. Dan siapa adik kembarnya. James dan Lily Potter, orangtua dari sang Boy-Who-Lived, Daniel Potter.

Ia hanya memakai nama aslinya, Harry, ketika ia berada di belakang panggung politik dan ketika ia bersama sahabat-sahabat kepercayaannya, ketika ia tidak memakai topeng. Ia menjadi diri sendiri ketika ia berada di atas, menguasai orang-orang, menyebutkan pikiran-pikirannya.

Di arena Council, mereka memanggil nama aslinya hanya ketika Raven sedang dibebas tugaskan. Sekarang, ia sekali lagi memakai topeng Raven, salah satu dari dua anggota Assassins di Council.

"Your wish is my command, My Lady."

Lady kembali tersenyum. "Kau akan berbicara dengan seorang Severus Snape. Terlepas dari mata orang lain, Severus tidak pernah loyal kepada dua 'master'nya. Sekarang, Severus Snape datang sebagai wakil dari Dumbledore. Orang tua itu ingin meminta Council membantu mereka dalam perang, terlepas dari bahwa selama ini Council tidak pernah memihak. Yang harus kau lakukan adalah berbicara, dan sedikit melepas topeng Ravenmu."

Raven berdiri shock. "Lady?"

Tapi sang Lady hanya tersenyum. "Ini bukan hukumanmu, yang pernah kau lakukan selama ini hanya loyal terhadapku dan membanggakanku serta Council. Yang perlu Dumbledore ketahui adalah bahwa kau adalah anggota Council, dan begitu James dan Lily mengetahui bahwa anaknya masih hidup, mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkanmu lagi. Ketika itu, kau akan sedikit membiarkan mereka. Dan ketika kau sampai di Hogwarts dan aku datang…"

"Lady akan datang sebagai Lady, dan karena Lady sudah terlihat memihak Voldemort, maka itu bisa ditandakan bahwa underworld dan Council memihak Voldemort," Raven menyelesaikan. Ya, ini misi yang benar-benar penting, dan mungkin hanya ia satu-satunya yang bisa melakukannya. "Tapi mengapa harus memakai step seperti ini, my Lady? Bukankah lebih cepat langsung mengumumkan bahwa Lady dan Council memihak Voldemort?"

Raven memang belum pernah melihat langsung Voldemort atau mengetahui tujuan perangnya, tapi kalau kedua 'master' memihaknya, maka pasti ada alasan bagus untuk melakukannya.

"Karena, itu akan menghancurkan hati Dumbledore dan kedua orangtuamu perlahan-lahan," Alfonso berdiri. Ia adalah wakitl Council, dan sangat dekat dengan Raven. "Ketika mereka mengira bahwa mereka telah mendapatkanmu, lalu ternyata mereka kehilangan harapan sama sekali. Dan bahwa Dumbledore telah kehilangan dua potensi aliansi sekaligus." Pria itu tertawa kecil, tawa yang sadis tapinya. "Lagi pula, dengan cara cepat dimana serunya?"

Raven tersenyum.

"Baik Lady, saya akan lakukan misi ini dengan sempurna."

Lady tersenyum. "Bagus. Besok, Severus Snape akan datang, dan kuharap kau sudah siap, Raven. Misi ini berat, dan kau harus benar-benar pintar memilih mana orang yang bisa dipercaya atau tidak."

Raven menunduk sekali lagi. "Saya mengerti, My Lady."

"Bagus. Ah, Raven? Kau bisa kembali ke Paradizo dan… bersenang-senang."

Harry bisa merasakan wajahnya memerah. Lady suadh bisa ia lihat sebagai seorang ibu, walau ia tidak selalu ada. Tapi, yang terpenting, Lady pernah ada di sampingnya ketika ia sedih, ketika ia berlatih, dan Lady yang memberikan semua pengetahuan dan menjadikannya seperti ini sekarang.

"Terima kasih, My Lady."

"You may dismiss, Harry." bisik sang Lady, mengucapkan nama yang hanya didengar olehnya, oleh Raven. Sebuah bisikan yang hanya ditujukan olehnya.

Dan ketika Raven mendengar Lady memanggilnya dengan nama asli…

Raven tahu bahwa ia tidak bisa menggagalkan misi ini. Tidak akan.

TBC


Well?

Keep it or delete?

Review!