"Hey , Sakura! Ada Gossip!"

"Gossip apa?"

"Senpai-mu berpacaran dengan teman sekelasnya. Aku lupa siapa namanya , tetapi yang jelas dia anak baru,"

"Uhh—Aku percaya kok sama dia! Bagaimana menurutmu , Naruto?"

"…"

"Naru-chan?"

"Laki – laki memang sama saja."

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : Sasuke x Naruto (female)

Genre : Romance – Drama (Little bit Comedy)

Rate : T

Naruto's Jurnal

In this chapter is Full Naruto's POV

Chapter 1 - Selamat datang di kehidupan SMA!

Kekasih?

Banyak cerita orang kalau moment – moment di SMA adalah moment yang paling bersejarah. Mereka (yang masih muda – mudanya) bisa menjalankan suatu hubungan kasih sayang bersama lawan jenis , jalan – jalan bersama (istilah gaulnya , kencan) , nonton film , belajar bersama , dll. Intinya , mereka bisa merasakan cinta pada pandangan pertama di masa – masa SMA. Lalu mereka juga mulai mengidolakan artis – artis kesukaan mereka. Dan juga hang out bersama genk mereka.

Alah , masa sih? Setahuku enggak semua bener tuh. Buktinya sepupuku yang masih kelas 5 sudah mulai suka – sukaan dan mengidolakan Morgan SM*SH (Ugh—bahkan waktu dia masih kelas 1 SD dia sudah tergila – gila dengan teman sekelasnya). Terus cerita dari adik kelasku bahwa temennya sudah pacaran hingga jalan ke mall bareng (anak kelas 4 SD lho!) . Dan cerita temanku dulu ketika aku masih kelas 4 SD , dengan polos – polosnya dia percaya bahwa dia akan memiliki kekasih dalam waktu singkat jika dia mengirimkan SMS yang ia dapat entah dari siapa ke 10 temannya. Cih , kalau aku yang jadi dia , aku sih enggak mau. Sayangkan , pulsa banyak buat dihabis – habisin.

Bercerita tentang kekasih? Aku kurang minat sih , kalian tahu? Menurut opiniku di dunia ini jodoh ga kemana. Itu sih bisa diatur (walah) kalau kita udah dewasa. Dan lagi , banyak banget temen bilang kalau aku belum punya pacar , ga popular. What? Mau popular aja harus punya pacar? (nb : ganteng , putih , tinggi , jago main basket , dll yang buat cewek – cewek jadi mentega cair). Haa~ Barack Obama aja item – item jabatannya Presiden AS. Dan kenapa kita harus punya pacar kalau ingin popular? Coba tanya Dominic Brian yang otaknya bak otak Einstein. Apakah dia sudah punya pacar? Setidaknya aku ingin namaku terkenal di sekolah sebagai anak peraih Juara Olimpiade Matematika. Bukannya aku sok pintar , tapi aku memang ingin saja karena aku orang yang lemah dalam bidang matematika.

Sekarang ini seharian kau mati – matian mencari tugas untuk aku bawa besok. Maklum kalau udah SMA pasti ada MOS segala. Dan yaah , kurasa walau sedikit kurang kerjaan tapi melatih pikiran kita juga. Aku harus berterima kasih kepada OSIS bahwa sekarang aku tahu minuman anti copet itu adalah Miz*ne. Huh , malah masih banyak lagi. Sudah 2 jam yang lalu aku muter – muter di supermarket ini buat nyari barang – barang aneh lainnya. Dan 1 barang yang membuatku bingung untuk di bawa besok adalah…

Cai herang dina botol plastik merek bebas*

Lucu , di Jepang pun bahasa Sunda sudah terkenal ya. Artis – artis Indonesia aja kayaknya udah Go International tuh!

v-.-v

"Tadaima!" teriakku ketika aku sudah sampai rumah. Hah , capek juga jalan kaki dari supermarket ke rumah. Walau cuma 20 menit , yang penting membakar kalori. Andai di sini ada angkot , ojek , bajaj , becak , odong – odong pun jadi.

"Okaeri! Neechan udah pulang toh! Bawa makanan ya? Asiik , mau dong~" tiba – tiba saja adik laki – lakiku muncul. Ckck , dia memang adik paling menyebalkan yang pernah aku punya (walau kuhargai karena jika tidak , Ayah dan Ibuku akan memasakku menjadi sayur asem) yang bernama Namikaze Kyuubi. Bocah berusia 7 tahun ya selalu saja mengangguku.

"Diem bocah! Pikir emakmu , seenaknya aja! Aku lagi beli tugas buat sekolah tau!" gerutuku kesal karena baru pulang udah dimintain makanan. Coba saja tadi aku beli roti isi di kedai kecil. Tapi mau gimana lagi , kedua tanganku penuh menenteng barang belanjaan (yang pastinya kubayar dengan uang yang aku tabung sendiri). Aku berjalan menuju lantai 2 dimana kamarku berada dan setelah memasuki kamar , aku letakkan barang belanjaanku di karpet. Aku mulai merebahkan diriku di atas kasur sembari mengacuhkan kicauan adikku yang bercerita tentang game dan game.

Aku mulai bosan dengan suara cemprengnya. Jujur sih , pengen banget aku buang semua video gamenya itu. GTA lah , Counter Strike lah , game – game tembak – tembakkan , pencurian , pembunuhan yang kupikir ga bagus buat anak – anak kecil kayak dia. Pernah kau berfikir bagaimana jika dia sudah besar nantinya?

Drrrt…Drrrtt…

Kurasakan handphoneku bergetar pertanda ada pesan yang masuk. Kuraih handphone tersebut dari saku celana jeansku dan membuka flipnya , melihat siapa pengirim pesan tersebut.

Haruno Sakura

Aku mengacak – acak helaian rambut pirangku yang panjang ini. Ada apa sore – sore begini mengirim sms? Lalu aku buka isi sms ini dan melihat apa isinya.

Naru-chan , besok duduk sama aku ya~ Oh iya pagi – pagi banget dong datengnya! Hehe aku mau curhat! Okay? See U ^.^

Mengirim sms hanya untuk memberi tahu aku duduk bersama dia dan menyuruhku berangkat pagi – pagi sekali untuk mendengarkan dia curhat? Heloo , apa tiada hari esok di sekolah? Kadang aku sedikit bingung dengan anak ini. Sakura adalah sahabatku semenjak aku SMP kelas 7. Jadi wajar saja kami sudah sangat dekat. Tapi , aku sudah mulai merasakan adanya perubahan dari dirinya. Dia jadi terlihat—err—bagaimana ya? Lebay? Bukan maksudku membashingnya tapi—dia terlihat seperti orang yang baru saja memiliki pacar maksudku. Mungkin saja , ataukah feelingku benar?

Tapi yang benar saja? Masuk SMA pun baru kemarin , masa dia sudah punya pacar lagi sih? Kalau kuingat – ingat , kemarin Sakura sering membicarakan seorang kakak kelas yang menurutnya keren sekali dan juga tampan. Dia langsung suka pas pertama kali liat gitu , tapi bisa juga kan tampang membutakan segalanya?

Aku merasa , akulah yang tiada perubahan sampai SMA sekarang ini. Merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama aja belum , gimana mau mencari pacar. Aku , Namikaze Naruto memang orang yang sulit diprediksikan kapan akan memiliki seorang kekasih (yang pastinya aku ga mau banget) yang popular dan di sukai banyak gadis maupun pria sampai banci manapun. Kata Sakura , solusi yang tepat untuk meluruskan masalah percintaan adalah ramalan. Hoyeah? Apakah aku harus percaya? No way. Mama Lauren aja udah kena banyak fitnahan terus akhirnya masuk Islam. Aku lebih percaya sesuatu yang realistis daripada ramalan yang kurang mujarab.

Karena kebanyak melamun aku jadi lupa ada tugas buat besok. Gawat , mana sekarang udah jam 6 sore , aku belum mandi! Ah sudahlah buat tugas dulu baru mandi.

Skip Time

"Ohayou Naru-chan!" sapa Sakura yang sepertinya sudah dari tadi menungguku di kelas. Aku balas senyum dan sapaannya. Hari ini aku tidak siap sekali rasanya.

"Ohayou , jadi kau mau curhat apa?" tanyaku tanpa basa – basi. Sakura malah senyum – senyum sendiri. Dasar aneh. Tiba – tiba saja dia menarik lenganku dan mendudukkanku cepat di bangku sebelahnya. Duh ini anak maunya apaan sih?

"Apa sih Sakura? Itte~" gerutuku kesel. Pagi – pagi udah di seret begini. Dia malah senyum – senyum innocent. Dan berbisik kepadaku.

"Aku dapat pacar baru lho Naru-chan!" bisiknya. Aku sempat memproses kata – katanya dengan otak lemotku. Dan—apa? Pacar? Bagaimana bisa?

"Dengan siapa?" tanyaku sedikit penasaran.

"Sama itu lho! Cowok rambut merah acak – acakan yang aku tunjukkin itu!" Astaga di sinikan cowok rambut merah banyak. Aku juga lupa lagi siapa namanya. Kalau tidak salah..Sa—Sa..

"Sasori-senpai Naru-chaan! Ketua ekskul panahan!" serunya sedikit kesal. Aku ber-oh ria. Cowok yang sering mengedarkan senyuman yang menurut anak – anak cewek itu manis dan juga keren. Apa kerennya. Kalau senyum imut pun aku juga bisa (narsis).

"Tapi , kau baru pertama kenalkan sama dia? Ga mungkin langsung pacaran," ujarku.

"Walau begitu pun , dia menembakku kok. Waktu pulang sekolah dia menghampiriku dan mengatakan bahwa dia menyukaiku saat kami bertemu pandang di Aula. Aku terima karena aku sangat menyukainya!" Terkadang aku sangat kasihan dengannya. Jika aku menjadi dia , aku harus tahu dulu dengannya lebih dekat. Jika kita sudah sangat akrab , baru aku akan menerima pernyataan cintanya. Setidaknya jika itu aku sudah dewasa. Mungkin…

.

.

.

"Hey , Sakura! Ada Gossip!" tiba – tiba saja gadis berambut cokelat dicepol dua datang menghampiri kami yang tengah bercanda gurau di kantin sekolah. Setelah memberikan tugas MOS yang gaje akhirnya kami bisa menikmati istirahat makan siang.

"Gossip apa?" tanya Sakura yang sedang menyeruput jus strawberrynya.

"Senpai-mu berpacaran dengan teman sekelasnya. Aku lupa siapa namanya , tetapi yang jelas dia anak baru," ucapnya. Uwah , aku harap Sakura tidak mengebrak meja kantin seperti yang di sinetron – sinetron , lari menjauh kemudian menangis di toilet perempuan.

"Uhh—Aku percaya kok sama dia! Bagaimana menurutmu , Naruto?" tanya Sakura kepadaku. Bagaimana denganku? Salah sendiri tidak mau mendengarkan nasehatku. Kulihat sekilas raut wajah Sakura yang kaget dan kecewa.

"…" Aku hanya diam. Entahlah , aku mulai tidak suka arah pembicaraan ini.

"Naru-chan?" panggil gadis berambut cokelat yang bernama Tenten.

"Laki – laki memang sama saja." Jawabku datar. Aku tidak peduli apa kata temanku. Tapi ya seperti inilah kenyataannya. Dan itu sebagai alasan kenapa aku tidak mau berpacaran begitu cepat.

"Apa maksudmu Naruto?" tanya Tenten. Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan lalu menikmati jus jerukku.

"Enggak kok , aku merasa laki – laki yang seperti itu biarlah sudah!" jawabku asal – asalan. Repotnya harus mengurus soal percintaan beginian. Apa aku juga akan begitu?

…..

"Hari ini kalian udah bagus ya. Tugas juga udah semua bener walau ada yang eror sedikit. Ya , untuk besok kalian mulai membawa buku tulis dan alat tulis aja buat nulis note dari guru – guru pengajar , Ketua sama Wakil Ketua osis nantinya. Jangan ada yang lupa , besok untuk yang putrinya rambut masih di iket dua kayak sekarang! Mengerti?" jelas kakak Osis galak banget. Udah gitu panjang lebar segala. Khusus untukku , aku sih udah terbiasa diiket dua begini dari SD. Dulu aku ga terlalu suka sih , tapi yaa entah kenapa aku masih sangat suka. Jujur aku bukan tipe gadis tomboy , melainkan childish. Huh , apa – apaan tuh!

"Ya senpai!" jawab murid – murid serempak takut dikepret (?) karena ga jawab sahutan dari senpai. Lalu , senpai yang bernama Temari (setelah aku tahu dari name tag-nya) menganggukan kepalanya. Kemudian meninggalkan keluar kelas bersama Osis – Osis lainnya. Setelah itu , kudengar teriakan histeris dari anak – anak cewek sampai – sampai menutupi wajahnya.

"Kalian tahu? Ketua Osis dan Wakil ketua Osis bakalan ceramah lagi!"

"Yay! Kesempatan kita melihat ketampanan mereka berdua!"

"Betul , betul , betul!"

Aku melongo ga percaya. Segitu cakepkah ketua osis dan wakilnya itu? Menurutku biasa saja. Ataukah aku yang sakit mata? Menurutku tidak , aku bisa melihat Shikamaru , cowok paling malas yang sedang tertidur di pojok belakang sana.

"Duh , mereka mulai lagi!" ucap Sakura sambil menghela nafas.

"Biar sajalah. Aku sih enggak peduli amat! Mamat tukang bakso langgananku aja ga peduli , paling – paling ceramahnya juga disetiap kata pasti diselipkan kata 'Hn'. Atau enggak bicarakan sangat singkat , padat , ga jelas!" cletukku. Sakura terkikik kecil lalu menepuk pundakku pelan.

"Kamu jangan begitu , benci bisa jadi cinta lho!" persetanan itu lagi , aku tetep gamau peduli.

"Mou , Naru-chan! Bisa saja kau jadi salah satu perhatian dari mereka berdua!" smabungnya lagi. Ok. Cukup. Bukannya narsis tapi kalau aku emang manis itu sih wajar.

"Aku ga suka sama cowok yang pelit suara kayak radio rusak. Udah gitu Ketos sama Waketos sama – sama dingin. Apa jangan – jangan mereka itu 'Putra yang ditukar' ya?" gumamku tanpa sadar , membuat Sakura ketawa – ketawa gaje. Nah loh , gara – gara kebanyakan nonton sinetron -ralat- maksudku gara – gara Ibuku sering nonton sinetron Indonesia tiap malem dan biasanya , kalau malem – malem aku suka banget nunggu di ruang tv , nunggu giliran nonton film. Dan Ibuku itu maniak nonton sinetron sambil nangis – nangisan. Jika itu film iklan , aku ganti ke channel lain deh lalu giliran aku yang nonton dan Ibu yang nunggu. Krisis tv , di kamarku tv ga ada. Bisa nonton film sih pake laptop , tapi modem aku pun ga punya.

"Pfftt—Naru-chan kau ini bisa saja bercandanya! Oh iya , pulang sekolah temani aku beli novel yuk!" kulihat dia tersenyum. Tapi aku bisa melihat senyum palsu di wajahnya. Dan aku bisa tebak apa penyebabnya.

"Kau tidak apa – apa Sak?" tanyaku. Sakura menggeleng pelan dan kembali tersenyum.

"Tidak apa – apa kok. Lagi pula Sasori-senpai mungkin hanya bercanda saja. Lagi pula aku juga terlalu bersemangat sepertinya. Hehehe.." jawabnya dengan nada di ceria – ceriain. Mungkin saja kalau tidak ada aku , dia akan pundung lalu ngegalau sendiri.

"Sudahlah , biar ga memperburuk suasana , nanti aku traktir es krim deh pas pulang dari Toko Buku!" ucapku sambil mengelus punggungnya. Tiba – tiba tatapan Sakura berbinar.

"Benarkah? Kalau begitu boleh aku minta 2 cup es krim strawberry!" serunya memelas. Ngeeh—nyesel aku nawarin dia tadi. Aku mulai berfikir , aku gamau jadi guru bimbingan konseling nantinya.

Tapi aku masih penasaran , apakah Sakura masih menyukai Sasori-senpai? Dan kenapa Sasori-senpai dengan tega menduakan Sakura? Ataukah Sakura dipermainkan? Inilah yang kutakutkan saat berpacaran. Dipermainkan oleh cowok yang engkau baru kenal dan itu membuat kau sakit hati dan dipermalukan. Hah , rumit sekali sih yang namanya pacaran. Kupikir pacaran itu hanya sekedar menyatakan saling suka doang terus udah deh beres. Heeaa , sepertinya aku butuh dokter cinta (?).

"Naru? Naru-chan!" panggil Sakura. Aku tersentak dari lamunanku. Kenapa aku jadi sering melamun begini? "Ada apa?" tanyaku.

"Itu , nanti kalau besok kita dibagikan kertas berisikan daftar ekskul , kau akan memilih ekskul apa?" benar – benar gadis yang penuh dengan pemikiran yang jauh.

"Apa ya? Aku sih ingin sekali ikut ekskul basket dan modern dance. Kalau aku diterima mungkin!" jawabku. Kuakui aku memang pendek. Tinggiku hanya 155 cm dan aku merasa bukan seperti anak SMA melainkan SMP.

"Genki wo dashite*! Pasti kau diterima kok! Kenapa tidak ikut ekskul renang saja?" tanya Sakura lagi. Inilah yang aku takutkan. Aku punya trauma masa kecil , tenggelem di sungai ciparay (?).

"Aku..aku ga bisa berenang!" jawabku pelan. Sakura kembali tertawa terbahak – bahak , membuat bangku meja aku dan Sakura menjadi perhatian banyak murid di kelas. Sial. Awas saja ya Sak! Kalau kau tenggelem di lautan cinta selatan ga akan aku tolongin kau! (nb: berenang aja ga bisa gimana mau nolongin?).

"Gomen~ Aku bercanda Naru-chan!" ucap Sakura sambil menjulurkan lidahnya. Aku mengembungkan pipiku kesel. Tadinya aku hendak membenamkan kepalaku di atas meja tapi entah badai apa yang sedang menghantuiku sekarang , Temari-senpai memasuki kelas lalu memanggil namaku dengan suaranya yang menyeramkan. Kelas yang tadi ramai langsung sepi kayak di kuburan.

"Mana yang namanya Namikaze Naruto?" tanyanya. Bwuah , aku kira dia sudah tahu mana yang namanya Naruto , ternyata belum. Aku langsung berdiri dari dudukku dan mengacungkan tanganku.

"Ya senpai?" sahutku dengan sopan. Temari-senpai langsung menatapku. Kemudian dia berjalan menuju bangku. OMG , jangan – jangan dia mau menghukumku? Apa salahku? Apa salah ibuku?

Tatap…tatap….tatap…tatap….

Busyet , udah merinding aja aku dilihat sama Temari-senpai dari deket. Ada apa sih?

Melotot….melotot….melotot….

"Aa..Ada apa senpai?" tanyaku risih. Dia mulai ketawa kecil. "Kau enggak terlihat seperti anak SMA!" cletuknya. Tawa seluruh murid – murid di kelas termasuk Osis – Osis lainnya yang ada di pintu luar kelas ikut ketawa mendengar ucapan Temari-senpai. Kalau bukan senpai udah aku tendang aja nih orang.

"Hahaa , maaf! Kau dipanggil Ketua Osis di ruang Kesiswaan," sambungnya. Huah , bilang gitu aja pake bilang aku ga kayak anak SMA. Aku berjalan melewati bangku lainnya dan menuju pintu kelas dan langsung berlari ke ruang kesiswaan. Malu rasanya diketawain kayak tadi. Huh , tapi kenapa aku dipanggil ya? Perasaan dari tadi aku ketiban sial mulu deh? Atau jangan – jangan ada masalah denganku? Oh Kami-sama semoga bukan masalah buruk!

TBC

*Cai herang dina botol plastik merek bebas itu terinspirasi dari cerita sodara. Bwuhaha ga nyangka kalau sebenarnya itu tuh air keruh yang dimasukin ke botol aqua yang udah ditulisin merek bebas. Jadi ngakak sendiri ngingetnya.

*Genki wo dashite : Ayolah semangat!

Hehehe bagaimana Minna-san? Apakah fic ini harus di delete? Atau lanjutkan? Maaf kalau rada2 aneh karena Macho kurang bisa membuat cerita romance. Maaf jika pengambaran tokoh kurang jelas. Di chap berikutnya semoga bisa lebih bagus lagi. Terimakasih sudah membaca , mohon saran dan kritikkan ya :D