B.O.R.E.D (1 of 2)

Disclaimer: Standard Applied

Warning: M rated. NO UNDERAGE ALLOWED! PWP

.

.

Naruto menatap gadis berambut merah jambu yang duduk di hadapannya itu. Gadis itu sibuk mengerjakan pekerjaan rumahnya tanpa menyadari tatapan teman sekelasnya itu. Sudah beberapa kali Naruto Uzumaki menyatakan cinta pada teman sepermainan sejak kecilnya itu namun gadis berwajah cantik itu selalu menertawakannya dan menganggapnya bercanda. Padahal ia memang benar-benar menyukainya sejak beberapa tahun belakangan ini. Meskipun Sakura terlihat lebih tertarik pada teman sekelas mereka lainnya, Sasuke.

Hari itu rencananya tiga sahabat itu akan mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan wali kelas mereka untuk dikerjakan selama liburan musim panas. Seperti kebanyakan anak-anak lainnya, ketiganya pun menunda mengerjakan tugas mereka sampai tidak terasa dua hari lagi sekolah sudah kembali dimulai. Sakura, Sasuke dan Naruto mulai panik karena mereka belum menyelesaikan satu pun tugas mereka. Mereka pun hari ini berjanji untuk berkumpul di rumah Naruto untuk mengerjakan tugas mereka. Sakura berkata bahwa bila dikerjakan bersama-sama maka tugas mereka akan lebih cepat dan mudah selesai, meskipun dalam hati Naruto tahu bahwa itu hanya akal-akalan gadis manis itu saja agar bisa bersama dengan pemuda tampan berambut hitam yang juga merupakan teman baiknya itu. Meskipun tahu bahwa semua itu adalah rencana Sakura, pemuda berambut pirang itu tidak keberatan karena dengan cara ini, ia pun bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama gadis yang disukainya itu.

Sakura baru menyelesaikan tiga dari dua puluh lima soal matematikanya ketika ia akhirnya mengangkat wajahnya dan menatap ke arah pintu kamar Naruto. Dahinya berkerut dan bibir merah mudanya mengerucut. Kedua sahabat itu duduk di lantai berlapis karpet di kamar Naruto dibatasi meja kayu rendah tempat mereka mengerjakan tugas mereka. Di lantai dan di atas meja berserakan kertas dan buku-buku untuk menyelesaikan tugas mereka.

"Lama," gumam Sakura dengan wajah sedikit kesal.

Naruto tidak perlu bertanya, ia tahu apa—atau tepatnya, siapa—yang dimaksud oleh gadis bermata hijau itu. Pemuda bermata biru itu menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal dan hanya menyeringai.

"Mungkin sebentar lagi?"

Sakura melemparan tatapan tidak percaya pada Naruto tapi pemuda itu hanya mengangkat kedua bahunya dan tertawa. Sakura menghela nafas. Jari-jarinya yang bertaut dengan penanya tanpa disadarinya mengetuk-ngetukan pena tersebut ke atas meja kayu di hadapannya dengan berirama.

"Membosankan," keluh Sakura masih dengan bibir mengerucut, membuat Naruto harus menelan ludah dan menghitung satu sampai sepuluh dalam hati. Gadis yang ada di depannya saat itu terlihat begitu manis sehingga sulit untuknya menahan diri.

Sesuatu di dalam diri Naruto bergolak.

Bagian dalam perutnya—organ-organ dalamnya—bergolak.

Hari itu cuaca cukup panas, suhu di luar mencapai tiga puluh tujuh derajat. Sakura mengenakan celana pendek berbahan jins berwarna putih yang memamerkan paha mulusnya dan kaus merah tanpa lengan dengan potongan leher rendah yang sedikit longgar. Pakaian yang dikenakannya itu dapat membantunya merasa sedikit lebih sejuk namun tanpa ia sadari pakaian yang dikenakannya itu justru membuat pemuda di hadapannya merasa gerah.

Sakura melanjutkan berkutat dengan tugasnya sementara Naruto diam-diam berusaha menenangkan dirinya. Seandainya tidak ada meja yang menghalangi keduanya, Sakura pasti akan menyadari gundukan yang menyembul di bagian depan celana Naruto.

Sial.

Naruto menggigit bagian dalam mulutnya, mencoba beberapa trik untuk menenangkan dirinya.

Ok, kedua orangtuanya sedang tidak ada di rumah tapi ia tidak tahu kapan keduanya akan kembali. Ia harus bisa menjaga sikap. Lagi pula, Sakura Haruno adalah temannya. Dan ia menyukai Sasuke.

Memikirkan tentang sahabat sekaligus rivalnya itu nampaknya berhasil sedikit memadamkan nafsu yang bertumpuk di bagian bawah perutnya. Sasuke tidak pernah memberikan respon berarti pada Sakura sehingga ia tidak bisa memastikan apa yang sebenarnya dirasakan Sasuke pada Sakura.

Naruto kembali mengalihkan pandangannya pada Sakura.

Ia menelan ludah sekali lagi saat melihat pemandangan di depannya.

Sakura yang tengah membungkuk mengerjakan tugas musim panasnya tidak menyadari bahwa posisinya itu memberikan kesempatan pada Naruto untuk melihat dadanya yang putih mulus. Beberapa detik Naruto tidak dapat mengalihkan pandangannya. Gadis berambut sebahu itu tampaknya tidak menyadari bahwa sepasang mata berwarna safir tengah terfokus pada belahan dadanya.

Naruto menahan nafas.

Bayangkan Kakashi berbikini...

Kakashi...

Bikini...

Saat Naruto tengah berusaha keras mengalihkan pikirannya. Memikirkan sosok wali kelasnya mengenakan bikini sedikit membantu, sekarang tonjolan di celananya dapat sedikit berkurang meskipun belum sepenuhnya hilang.

"Ngghhhh..."

Suara yang dikeluarkan Sakura sebenarnya hanyalah suara yang tanpa sadar dibuatnya sambil memikirkan jawaban dari soal yang tengah dikerjakannya. Namun suara itu terdengar begitu erotis di telinga pemuda berusia enam belas tahun itu.

Pandangan matanya tertumpu pada bibir kemerahan Sakura yang tengah mengulum pena yang dipegangnya tanpa sadar sambil memikirkan jawaban yang akan ditulisnya.

Naruto menelan ludah. Bibir gadis itu tampak begitu menggoda, ia bisa membayangkan pena di bibirnya lenyap digantikan oleh...

Celana yang dikenakannya tiba-tba menjadi jauh lebih ketat.

"Ughh..." lagi-lagi suara erotis dikeluarkan gadis itu, ia tidak menyadari bahwa desahan polos yang dikeluarkannya telah membuat jantung Naruto berdeba kencang. Aliran darah di tubuhnya mengalir ke satu titik, namun Sakura tentu saja tidak menyadarinya. Ia meletakan penanya di atas meja dan menatap Naruto dengan dahi berkerut, "Aku bosan."

Naruto menggeser posisi duduknya agar Sakura tidak dapat melihat bagian bawah tubuhnya yang mulai tegang, "Emm, mau kuambilkan minum?"

Sakura menggelengkan kepala dan mengerutkan dahinya, "Aku bosan, bukannya haus."

Naruto menghela nafas, ia tidak tahu harus berkata apa, "Lalu?"

"Mau melakukan sesuatu?"

Jantung Naruto berdetak lebih kencang lagi, "A-apa?"

"Aku bosan," ulang Sakura dengan nada manja ,"ayo main."

"Main apa?"

Sakura mengangkat kedua bahunya, "Entah."

Naruto menaikan sebelah alisnya. Sakura balas menatapnya dengan tatapan seolah menuntutnya untuk memutuskan permainan apa yang sebaiknya mereka lakukan. Ia sama sekali tidak bisa memikirkan apapun untuk saat ini. Otaknya telah dipenuhi oleh hal-hal mesum yang membuat tubuhnya merasa panas.

"A-aku akan ambilkan minum, tunggu sebentar."

Naruto memutuskan untuk kabur ke dapur ketika Sakura yang tidak mengetahui soal rasa panas di bagian bawah tubuh pemuda itu pun mencoba menghentikannya dengan cara menarik pergelangan tangannya.

Sakura masih dalam posisi setengah duduk ketika Naruto berbalik menghadapnya. Beberapa senti dari wajah cantiknya, sebuah gundukan menyembul dari dalam celana santai yang dikenakan Naruto.

Sakura tidak sepolos yang orang kira, meskipun usianya masih enam belas tahun ia sudah paham tentang anatomi tubuh lawan jenis. Apa yang tengah dilihatnya saat itu—tidak salah lagi—adalah ereksi yang dialami Naruto. Apa Naruto sedang terangsang?

Sakura terpaku menatap tonjolan yang hanya beberapa senti dari wajahnya itu. Naruto yang berubah pucat masih terlalu kaget untuk melakukan apapun. Ia hanya berdiri di sana, menatap Sakura yang masih terpana menatap ereksinya yang masih terbalut kain.

Sakura terdiam beberapa saat sebelum kemudia mengangkat telunjuknya dan dengan sedikit takut-takut mencolek tonjolan itu dengan telunjuknya.

"Aahn," ada rasa sakit bercampur geli yang kemudian menyebar ke bagian selangkangannya ketika gadis itu menyentuhnya.

Rupanya reaksinya yang tidak diduga itu membuat Sakura semakin penasaran. Belum sempat Naruto menghindar atau memintanya berhenti, Sakura sudah menggunakan ujung-ujung jarinya untuk mengusap tonjolan itu. Lagi-lagi Naruto tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesah nikmat.

"Mmmm..." lutut Naruto bergetar seolah kehilangan kekuatan, matanya terpejam, "S-sakura..."

Tentu saja sebelumnya ia sudah pernah menyentuh dirinya sendiri tapi rasanya berbeda saat orang lain yang menyentuhnya seperti ini. Belum lagi orang yang tengah menyentuhnya itu adalah gadis yang selama ini disukainya.

Sakura menengadahkan wajah menatap Naruto yang kini dengan mata terpejam tengah menggigit bibir bawahnya, mencoba untuk tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Sakura harus mengakui dalam hati bahwa ekspresi Naruto saat itu sangat menarik untuk diperhatikan.

Dengan segenap akal sehat yang masih tersisa dan nafas tersenggal-senggal, Naruto menatap gadis yang masih berlutut di hadapannya itu, "Sa-sakura... hentikan..."

Sakura hanya tersenyum nakal, "Ssst, aku rasa aku sudah menemukan permainan yang ingin kumainkan."

Kali ini dengan lebih berani ia mulai menurunkan celana pendek yang dikenakan Naruto, sekaligus bersama dengan bokser yang dikenakannya sebagai celana dalam. Ia sedikit terkejut saat benda yang sejak tadi tersembunyi di balik celana teman sekelasnya itu kini terbebas, berdiri tegak dengan bangganya hanya beberapa senti dari wajahnya. Sakura dapat mencium aroma khas tubuh laki-laki yang selama ini tidak dikenalnya.

Naruto tidak tahu harus berbuat apa, ia bahkan tidak yakin kalau apa yang tengah terjadi padanya saat ini bukanlah mimpi yang setiap malam menghampirinya. Ia tidak ingin berbuat lebih jauh lagi tapi ia juga tidak sampai hati untuk menghentikan Sakura. Jantungnya berdegup cepat, sejujurnya ia sudah tidak tahan lagi.

Sakura terdiam beberapa saat sebelum kemudian memberanikan diri untuk menyentuhnya secara langsung. Ia mencengkram benda itu dengan tangannya—sedikit terkejut karena ternyata milik Naruto itu lebih besar dari yang dikiranya—dan dengan lembut menggerakan tangannya naik-turun.

Benda itu panjang dan keras. Berdiameter hampir lima senti dan sepanjang sekitar empat belas senti. Benda itu terasa panas di tangan Sakura. Meski dilapisi kulit yang lembut, benda itu juga dihiasi urat-urat yang sedikit menonjol sehingga entah mengapa di mata Sakura benda itu terlihat 'marah'. Sakura belum pernah melihat dan menyentuh secara langsung benda seperti ini sebelumnya, namun entah kenapa, mengetahui bahwa benda yang ada di hadapannya ini adalah milik Naruto, teman sepermainannya sejak kecil, Sakura tidak merasa jijik sama sekali.

Ia tidak pernah melihat milik laki-laki lain sehingga ia tidak bisa membandingkannya, namun dari apa yang dibayangkannya selama ini, punya Naruto terhitung cukup besar untuk anak seusianya. Tanpa ia sadari Sakura menjilati bibirnya yang kering. Naruto yang melihat ini merasa bahwa hal itu sangatlah seksi.

Sakura sedikit terhibur saat melihat cairan bening yang mulai keluar dari ujungnya. Perlahan ia menyentuh bagian kepalanya dan mengusapkan jempolnya ke lubang tempat keluarnya cairan bening itu. Ia tersenyum saat Naruto mendesis dibuatnya.

"Sakura..." desah Naruto, ia menatap sakura dengan tatapan memohon yang tiba-tiba saja terlihat sangat seksi di mata Sakura.

Sakura menyeringai bangga, "Kau terangsang karenaku?"

Wajah Naruto semakin memerah. Ia menolak untuk menjawab tapi Sakura sudah tahu jawabannya. Sakura tidak bodoh, ia tahu bahwa selama ini Naruto selalu tertarik padanya. Hanya saja, selama ini ia selalu sibuk mengejar-ngejar Sasuke sehingga memutuskan untuk mengacuhkan perasaan Naruto padanya. Sebelumnya ia tidak pernah menyadari bahwa Naruto benar-benar menyukainya sampai sebesar ini.

Masih sambil mengusapkan ibu jarinya di ujungnya yang masih mengeluarkan cairan, Sakura tersenyum.

"Kau sampai seperti ini... Ini karena aku?"

Naruto semakin merah padam, "Ini karena kamu memakai pakaian terbuka seperti itu."

"Oh ya?" Sakura tersenyum angkuh, "Intinya, kamu terangsang karena aku kan?"

Naruto memalingkan wajahnya, mencoba untuk menyembunyikan rasa malunya. Ia tidak mengatakan apa-apa lagi.

Sakura kembali memusatkan perhatian ke benda asing yang ada di tangannya itu. Dalam hati ia penasaran seperti apa rasanya. Ia sering mendengar cerita dari teman-temannya yang sudah pernah melakukannya. Menurut Ino, itu tidaklah terlalu sulit dan rasanya tidak terlalu buruk. Ia hanya perlu menahan nafas untuk beberapa saat sampai ia terbiasa. Sakura adalah gadis yang selalu ingin mencoba sesuatu yang baru. Kali ini, ia sangat ingin melakukannya...

"Mmmm..." Sakura mendekatkan wajahnya dan mencoba mengirup aroma dari benda berukuran lumayan besar itu. Ia pun memutuskan bahwa aromanya tidak terlalu buruk. Mungkin rasanya pun masih bisa diterimanya.

Dengan sedikit takut-takut ia menjulurkan lidahnya. Malu-malu ia menjilat sedikit cairan yang keluar dari ujungnya, membuat Naruto mendesis. Sakura memutuskan bahwa rasanya tidak terlalu buruk. Lidahnya mulai bergerak melingkari bagian kepalanya, menjilati lubang tempat keluar cairan being itu. Bagian itu belum pernah disentuh orang lain sebelumnya sehingga sangat sensitif, sedikit saja sentuhan dari Sakura membuat Naruto menggeliat geli. Ia memegang bagian belakang kepala Sakura dengan kedua tangannya. Jari-jarinya bertaut dengan rambut merah muda gadis itu.

Setelah hampir tiga puluh detik bermain dengan bagian kepalanya, Sakura memutuskan bahwa sudah saatnya untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Ia menjauhkan kepalanya sedikit dan membuka mulutnya sebelum kemudian memasukan sedikit demi sedikit ke dalam mulutnya. Ukurannya yang cukup besar membuat Sakura sedikit kesulitan, ditambah lagi itu adalah pengalaman pertamanya. Sakura belajar dengan cepat, meski ia tidak bisa memasukan seluruhnya ke dalam mulutnya, ia menggunakan lidahnya untuk memijatnya dari dalam. Ia mulai menggerakan kepalanya naik turun, berusaha agar giginya tidak menggores kulit sensitif benda bersuhu tinggi itu.

Tangan Sakura tidak tinggal diam. Gadis bermata besar itu menggunakan sebelah tangan untuk memompa naik turun bagian yang tidak dapat masuk kedalam mulutnya dan sebelah tangan lagi ia gunakan untuk bermain dengan bundalan lembut di bagian bawah, tempat penyimpanan sperma yang juga merupakan bagian paling sensitif Naruto.

"Ah, ah... Saku..." Naruto mendesah tidak keruan, tangannya menarik rambut Sakura, ia terus mendesah sementara Sakura mulai menggerakan kepalanya lebih cepat lagi.

Sakura sendiri dapat merasakan cairan panas mulai membasahi celana dalamnya. Tubuhnya terasa panas dan sekujur tubuhnya mulai terasa geli. Sebelah tangannya yang tadinya digunakan untuk mempermainkan bagian bawah tubuh Naruto kini berpindah ke dadanya. Ia memijat dadanya yang masih berlapis pakaian. Tidak cukup. Tubuhnya terasa sangat panas dan ia butuh lebih dari ini.

Sakura menciumi bagian samping dan bawahnya sebelum kembali menjilati setiap titik sensitif yang ada di sana. Tangannya masih bergerak mengocok beda itu membuat Naruto semakin tidak kuasa menahan rasa geli di seluruh tubuhnya.

"Enak?" tanya Sakura sambil mempercepat kocokannya.

Naruto menatapnya dengan bibir terbuka dan mata setengah tertutup. Ia hanya sanggup mengerang dan mengangguk sebagai jawaban. Sakura sudah puas dengan jawaban itu, artinya ia bisa melakukannya dengan baik.

"Aah, hampir..." desah Naruto saat Sakura kembali memasukkannya ke dalam mulutnya dan mulai menghisapnya sekuat tenaga, sebuah trik baru yang ingin dicobanya, "Aku hampir kelu... aaaaah!"

Sakura tidak sempat menghindar saat Naruto menyemprotkan cairan putih kental ke dalam mulutnya. Saat ia menjauh, cairan putih yang tersisa menyembur ke wajah dan rambutnya. Sakura terkejut dan tidak sengaja menelan cairan yang terkumpul di dalam mulutnya itu. Ia berjengit saat merasakan cairan lengket dengan rasa asin bercampur pahit itu melewati tenggorokannya, itu bukanlah rasa terenak yang pernah dirasakannya meskipun itu juga tidak terlalu buruk untuknya.

Naruto terduduk lemas. Nafasnya tersenggal-senggal. Celananya yang masih menggantung di mata kakinya tidak dihiraukannya, ia baru saja merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.

Sakura mencoba mengusap cairan yang menempel di pipinya meskipun dengan cara ia melakukannya, itu hanya semakin menyebarkan cairan itu kemana-mana. Naruto tidak mengatakan apa-apa, sejujurnya ia merasa bahwa apa yang dilakukannya itu sangat seksi.

"Enak?" goda Sakura pada Naruto yang duduk di hadapannya.

Naruto hanya nyengir malu-malu. Nafasnya masih terengah-engah dan dahinya dibasahi keringat, namun kilatan di mata birunya menunjukan bahwa ia masih menginginkan sesuatu yang lebih. Sakura tahu apa itu dan ia tidak keberatan sama sekali.


Author's Note:

Hai, salam kenal dari saya. Fic ini dibagi jadi 2 chapter yah... Chapter 2 full lemon :9

Sebelumnya saya bukan author baru di sini, akun saya yang utama adalah "Recchinon" (di fandom ini saya baru menulis beberapa cerita seperti Love me Tender dan Home Sweet Home). Akun baru ini saya buat KHUSUS untuk cerita-cerita dewasa. Saya putuskan untuk tidak mencampuradukan cerita dewasa dan cerita 'normal'.

Saya masih baru dalam menulis lemon, tapi saya akan berusaha sebaik mungkin. Saya mencoba sebisa mungkin untuk tidak menggunakan kata-kata seperti "pen*s", "v*gina" dan semacamnya karena saya agak, eww, menulisnya... he-he...

Sebelumnya, saya sudah cukup umur untuk menulis cerita semacam ini, dan saya harap para pembaca yang membaca cerita ini juga sudah cukup umur...

Kedepannya saya akan menerima request untuk cerita dengan ratting M untuk beberapa fandom seperti Naruto, Bleach, One Piece, dan lain-lain. Untuk kali ini, saya masih mencari tahu tanggapan pembaca tentang cerita yang saya tulis.

Ciao, sampai jumpa di chapter lemon... ah maksud saya chapter selanjutnya~

Take care!

Recchinon.

-Follow twiter (a)Recchinon

-Add FB Recchinon