Devil Spiders

Chapter 7

The Last Chapter

Pairing : HiruMamo

Disclaimer : Riichiro Inagaki & Yusuke Murata

Written : Sasoyouichi

Story : Sasoyouichi

© Sasoyouichi


- サソヨウイチ -

Yo! Sasoyouichi kembali :D

Kembali dengan judul ceritanya yang sama dengan chapter yang berbeda *nyengir kuda*

Yooohooo

Ini chapter terakhir Devil Spiders loo *sedih T.T*

Ini juga chapter terpanjang yang saso buat^^- 4,000 kata lebih (y)

Nggak kerasa fanfic udah jalan setengah tahun XD

Semoga pada suka sama chapter terakhirnya^^

Happy reading minna! XD~


- サソヨウイチ -

Cerita sebelumnya...

Sapphire blue eyes-nya matanya kembali menetes keluar dari tempatnya. Cepat-cepat ia menghapus air mata itu. Ia tersenyum manis ke arahku. Aku terdiam dan dia juga terdiam. Saling menatap mata satu sama lain. Aku mempersempit jarakku dan manajer sialan itu. Menundukkan wajahku. Sekali lagi aku melihatnya dan dia menutupi bibirku dengan kedua tangannya.

"Aku masih belum bisa melupakan saat Yui-san menciummu,"

"Cih. Tapi kau harus ingat, kau masih punya hutang 2 ciuman. Kekeke!" ujarku.

"Akan kupikirkan nanti. Hehe!" Akhirnya manajer sialan itu tertawa lagi. Aku mencubit pelan kedua pipinya. Dia menggembungkan pipinya seperti biasa. Ah! Dia kelihatan manis sekali saat menggembungkan pipinya.

"Besok pertandingan Deimon vs Bando yang ditunggu-tunggu. Kau harus hadir tepat waktu, manajer sialan,"

"Pasti! Tenang saja! Kita akan menang!"

"Sampai ketemu besok,"

"Jaa ne Hiruma!"

Aku lega. Masalah ini selesai dengan cepat. Ini berkata kata ajaib itu. Aku harus ke ruang club sekarang. Pasti anak-anak sialan itu sedang berkumpul di sana. Aku harus segara mengadakan klarifikasi tentang masalah yang sudah selesai ini. Haaaah.


- サソヨウイチ -

Hiruma P.O.V

Pagi-pagi buta. Embun pagi masih menempel di daun-daun yang tumbuh di sekitar sekolah. Udara dingin menusuk, memaksa masuk ke dalam tubuhku. Di dalam ruang yang banyak menyimpan loker-loker yang biasanya ada di setiap klub olahraga yang kuketahui. Di sini, aku membuka jaketku yang tebal dan mengganti T-shirt hitamku dengan seragam Amefuto berwarna merah. Celana jeans yang tadinya melekat di kakiku, tergantung rapi di salah loker yang beratasnamakan 'Hiruma Youichi'.

"Ternyata si gendut dan si gendut sialan sudah datang duluan." Ucapku lirih setelah melihat baju Kurita dan Daikichi tergantung rapip di loker mereka.

Dengan menenteng AK-47 yang terasa dingin ketika bersentuhan dengan permukaan kulit, kulangkahkan kakiku dengan santai. Keluar dari ruang klub ini. Menuju lapangan olahraga sekolah Deimon. Kutebak, kedua gendut sialan itu sudah datang dari jam 2 pagi. Tepat setelah mereka selesai menghabiskan porsi lari untuk kemarin malam.

BRUUUUUK. BRAAAAAK.

Suara benturan dari hasil latihan gendut-gendut sialan itu sudah terdengar ketika aku masih berjarak beberapa meter dari mereka. Suara itu bisa menggambarkan, kalau mereka sedang sangat bersemangat. Atau mungkin, mereka memang bersemangat setiap latihan.

Aku datang satu jam lebih awal sesuai janji yang sudah kutetapkan. Sekarang pukul 06.15 pagi. Tepat 45 menit lagi, semua anak-anak sialan itu sudah harus menampakkan batang hidungnya di hadapanku. Terlambat. Hukuman dari penjaga neraka untuk mereka.

"Yo! Duo gendut sialan!" sapaku.

"Hiruma! Kau sudah datang rupanya?" tanya gendut sialan.

"Ya. Aku datang satu jam lebih awal,"

"Tumben,"

"Cuma mau datang lebih pagi, gendut sialan." Kalimatku hanya disambut dengan anggukkan kecil dari mereka berdua.

Aku kembali meneruskan latihan terakhir sebelum melawan Bando Spiders beberapa jam lagi. Karena si monyet sialan itu belum datang, aku hanya bisa melemparkan pass ke sembarang arah. Aku terus berlatih dan berhenti seketika. Berhenti ketika aku melihat manajer sialan itu di pinggir lapangan.

"Kekeke! Kau datang 10 menit lebih awal manajer sialan!" Aku mengalihkan perhatianku dari bola-bola Amefuto, berganti ke manajer sialan itu. Aku menghampirinya yang sedang menyiapkan segala sesuatunya untuk latihan terakhir ini. Dia tidak memakai Yukata seperti kemarin. Hanya T-shirt merah longgar berlambangkan Devil Bats dan celana olahraga berwarna putih.

"Itu 'kan ciri-ciri manajer yang baik!" senyum sumringah terpancar dari wajah manajer sialan itu. "Kau juga hari ini datangnya lebih cepat,"

"Gak ada salahnya 'kan manajer sialan?" Aku memposisikan diriku untuk duduk di pinggir lapangan. Tidak jauh dari tempat manajer sialan itu berdiri.

"Haus?" Ia menawarkan sebotol sport drink kepadaku. Aku menerimanya dan meneguknya.

"Haaah..." Ia menghela nafas dan duduk di sampingku.

Pandanganku lurus ke arah dua gendut sialan itu berlatih. Keheningan menyelimutiku. Manajer sialan itu tidak berkata apapun dan aku juga tidak punya topik bagus untuk memulai pembicaraan.

"Deimon harus menang. Kita 'kan disaksikan murid Deimon dan sekolah lain,"

"Kita pasti menang manajer sialan,"

"Berapa persen persantase kemenangan kita?"

"60%."

"Berarti 40% bisa kalah." aku menatapnya dengan lekat dan tajam. Pergerakkannya menjadi kaku, seperti tersihir oleh tatapanku.

"Mendekat." Aku menggerakkan jari tengah dan jari telunjukku secara bersamaan. Ia mendekat tanpa rasa curiga sama sekali. Aku mendekatkan wajahku sampai tidak menyisakan jarak se-senti pun darinya.

"Aku tidak akan kalah," bisikku pelan sambil menatap sapphire blue eyes miliknya. Pipinya bersemu merah. Wajahnya memancarkan kelembutan seperti biasanya yang membuat aku mengecup singkat bibirnya.

"Ka-kau ini! Di sa-sana ada Kurita dan Daikichi!" bisiknya.

"Hanya mereka berdua. Nggak perlu dipermasalahkan," jawabku santai.

"KYYYAAAAAAAAAAA! You-nii! Mamo-nee! Apa yang kalian lakukan pagi-pagi begini?" Teriakan heboh terdengar dari arah belakangku. Siapa lagi yang memanggilku dengan nama 'You-nii' selain cheer sialan itu.

"Nggak sanggup ngelihatnya MAX!" teriak Monyet sialan itu dengan ekspresi yang sangat berlebihan. Seperti yang kalian bisa tebak. Tanpa aku sadari, anak-anak sialan itu sudah berkumpul di belakang, lengkap dengan seragam Amefuto mereka. Tepatnya di tempat yang lebih tinggi dari pada lapangan ini. Ekspresi terkejut, tidak percaya, tatapan aneh tergambar di wajah mereka.

"Hiruma! Bagaimana menjelaskannya pada mereka? Aku malu!" ucapnya pelan sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Nggak ada yang perlu dijelaskan, manajer sialan. Yang perlu dijelaskan adalah hutangmu hanya tinggal satu," aku menyeringai ke arah manajer sialan yang pipinya merona merah itu.

"Huh! Hiruma!"

Aku meninggalkan manajer sialan itu di pinggir lapangan. Anak-anak sialan itu kupanggil turun menuju tengah lapangan. Tidak ada yang berani memberi tanggapan atau pertanyaan tentang apa yang barusan mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri. Berbeda dengan di tempat manajer sialan itu. Cheer sialan itu tidak segan menghujani manajer sialan dengan berbagai pertanyaan yang sukses membuat wajahnya bertambah merah.

"Kekeke! Nggak ada yang terlambat. Berarti racun tikus ini nggak dibutuhkan lagi," racun tikus yang aku keluarkan dari saku celana, kulempar begitu saja. Raut wajah lega tergambar di wajah mereka.

"Kita latihan selama satu jam. Setelah itu gantian dengan Bando Spiders, agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan lapangan olahraga Deimon,"

"Yes sir!" jawab mereka yang langsung mengambil tempat untuk berlatih.

"Hmm. Sepertinya kalian berdua sudah berbaikan," terdengar suara orang tua sialan―Musashi―yang familiar di telingaku.

"Kekeke! Seperti yang kau lihat, orang tua sialan." Aku meninggalkan orang tua sialan itu untuk mulai menendang bola Amefuto. Jangan sampai tendangannya karatan sebelum pertandingan.


- サソヨウイチ -

Normal P.O.V

Tepat jam 08.00 pagi, anggota Bando Spiders datang ke Deimon. Mereka meminjam ruang loker Devil Bats untuk mengganti seragam mereka. Setelah itu, mereka bergegas ke lapangan. Menyesuaikan diri dengan lapangan tanah yang ada di Deimon.

"Hai semuanya!" sapa seorang cowok yang tampak sedang menyisir rambutnya―Kotaro. Sapaannya di balas oleh semua anggota Deimon.

"Selamat datang di sekolah Deimon!" seru Suzuna dengan pom-pom yang ia goyangkan dengan tangannya.

"Kekeke! Deimon akan menang rambut merah sialan!" Hiruma yang muncul dari belakang Akaba yang sedang berdiri menghadap anggota Deimon yang sedang beristirahat di pinggir lapangan.

"Kita lihat saja nanti, Hiruma. Bando nggak kalah hebatnya dari Deimon," kata Akaba.

"Musashi! Ayo kita bertanding! Tendangan siapa yang paling indah!" tantang Kotaro pada Musashi.

"Sudah pasti tendanganmu yang paling indah," jawab Musashi dengan ekspresi datar.

"Semuanya harus semangat untuk pertandingan nanti," Mamori memberi energi dengan senyuman penyemangatnya.

"Arigatou Anezaki," Akaba membalas senyuman Mamori dengan senyuman ala pangerannya. Ia berbalik dan berhenti di samping Hiruma.

"Aku dengar dari klub cosplay, di akhir festival nanti, mereka akan menampilkan satu pasangan untuk memakai baju tradisional Jepang buatan sendiri. Kalau Bando bisa merebut angka pertama dari Deimon, kau nggak boleh menghalangiku untuk mengajukan diriku dan Anezaki sebagai model mereka. Kau setuju?" bisik Akaba agar tidak terdengar oleh orang lain.

"Cih! Kau berani menantangku ya, mata merah sialan. Kekeke! Tenang saja. Deimon yang akan merebut angka pertama!" bisik Hiruma.

Bando melakukan latihan di lapangan Deimon selama satu jam. Pengunjung festival sudah mulai sibuk mengambil tempat yang pas untuk menyaksikan pertandingan Deimon vs Bando. Kalian masih ingat 'kan kalau Hiruma punya banyak fans? Akhir-akhir ini memang fans Hiruma banyak yang menghilang. Alasannya ya apalagi kalau mereka patah hati karena Hiruma sudah punya Mamori. Tapi, setelah Yui datang ke Deimon kemarin, semangat mereka untuk berteriak-teriak ketika melihat Hiruma kembali menyala. Alhasil, fans Hiruma berkumpul dan duduk di bagian paling depan. Walaupun, mereka harus duduk di rumput, mereka tetap semangat menyoraki Hiruma.

"Deimon! Deimon! Deimon!" teriak murid Deimon bersamaan. Devil Bats stick di tangan kanan dan megahorn berwarna merah di tangan kiri.

"Bando! Bando! Bando!" teriak murid Bando tidak mau kalah.

Anggota Devil Bats dan Bando Spiders telah berkumpul di tengah lapangan. Kedua kapten Deimon dan Bando maju ke depan. Seperti pertandingan biasanya, untuk menentukan siapa yang akan menyerang duluan, wasit akan melemparkan koin.

"Kekeke! Kali ini, Deimon yang akan menyerang duluan!" ucap Hiruma.

"Fuuuh... kita lihat saja Hiruma," balas Akaba.

Hiruma melilih angka dan Akaba memilih gambar. Wasit melemparkan koin tersebut ke atas dan menangkapnya di kepalan tangannya. Ia mengangkat salah satu tangannya dan yang muncul adalah angka! Itu berarti, yang menyerang pertama kali adalah Deimon Devil Bats!

"YA-HA!" teriak Hiruma. "Kita harus merebut angka pertama hari ini!"

"Kak Hiruma semangat sekali," ucap Sena.

"Iya. Padahal dia pernah bilang, ciri khas Deimon itu adalah mengejar ketinggalan angka," sambung Monta.

"Mungkin ada sesuatu yang membuat dirinya sangat berambisius untuk mendapatkan sesuatu itu,"

"Mmmm, seperti apa ya Kak Yuki, sesuatu yang Kak Hiruma inginkan?" tanya Sena.

"Seperti untuk melindungi pacarnya," jawab Yukimitsu. Monta dan Sena berpandangan yang seketika itu juga diganggu dengan teriakan Hiruma.

"Ambil posisi anak-anak sialan! Set! Hut! Hut!"

Kurita melemparkan bola kepada Hiruma dari bawah badannya. Bola digenggam erat oleh tangan kanan Hiruma. Dengan gerakan seperti ingin melempar pass, Hiruma memberikan bola kepada runner Devil Bats, Kobayakawa Sena. Sena memeluk bola Amefuto dengan kedua tangannya di depan dada. Maju ke depan dan lari secepat mungkin.

Semua pemain bertahan Bando Spiders bersiap untuk menjatuhkan Sena. Satu pemain ia lewati. Dua pemain ia hindari. Dan, BRUUUUKK. Sena terjatuh sebelum ia mendapatkan first down. Siapa yang bisa menjatuhkan running back terhebat di Jepang ini?

Tidak ada yang menghimpit tubuh kecil Sena di atas lapangan. Tidak ada yang berusaha merebut bola dari tangannya. Anggota Deimon dan Bando hanya diam, berdiri memperhatikan Sena dari posisi mereka masing-masing dengan wajah cengo. Itu disebabkan karena Sena terjatuh sendiri. Terjatuh karena sepatu yang dipakainya adalah sepatu untuk lapangan berumput.

"Grrr!" muncul kotak-kotak di dahi Hiruma. Giginya bergemertak. Hiruma membuka mulutnya, siap untuk meledak. "Apa yang kau lakukan cebol sialan!"

Sena berdiri dan berkali-kali menunduk minta maaf. DRRTT. DRRRT. DRRTT. Hiruma menembakkan pelurunya ke arah Sena. Kurita dengan sigap memegang Hiruma dari belakang. Sena lari ketakutan ke luar lapangan dan cepat-cepat mengganti sepatunya dengan sepatu untuk lapangan tanah.

Karena Deimon tidak berhasil mendapatkan first down, giliran Bando Spiders untuk menyerang. Akaba memancarkan senyum kemenangannya kemana-mana. Kotaro yang heran dengan sikap Akaba itu pun bertanya pada Akaba. "Kau semangat sekali?"

"Fuuuh.. Itu benar! Aku semangat sekali hari ini," jawab Akaba.

"Apa ada sesuatu yang membuatmu sampai semangat seperti ini?" Kotaro meraih sisir lipatnya yang ia sembunyikan di balik seragamnya.

"Sesuatu yang ingin aku dapatkan untuk membuat seseorang cemburu." Akaba menyeringai untuk pertama kalinya yang berhasil membuat Kotaro merinding.

Pertandingan dilanjutkan dengan serangan dari Bando Spiders. Peluit wasit dibunyikan menandai mulainya pertandingan. Bando mulai menyerang. Strategi yang dipilih oleh Akaba dan Bando Spiders adalah onside kick! Semua pemain bersiap di posisinya masing-masing. Bola ditendang oleh Kotaro. Bola ditendang sangat jauh dan tinggi.

"Ini bukan onside kick!" seru Hiruma dengan tatapan cemas yang beberapa saat kemudian digantikan dengan seringaian ala setan. "Kami tidak akan terkecoh! Kekeke!"

Dan memang, Hiruma telah mempersiapkan anggota yang lain. Mereka maju ke depan. Menyerang ke arah Kotaro tanpa taktik. Tetapi, tidak bisa dibendung lagi. Kotaro adalah penendang yang handal. Ia berhasil menendang bola Amefuto sebelum ada yang berhasil menghalaunya. Bola terbang dan berputar-putar dengan indah menuju tengah gawang. Bola masuk ke tengah gawang tanpa hambatan.

"Cih! Tendangan si penyisir sialan itu memang susah untuk digagalkan!" rutuk Hiruma.

"Masuk!" teriak komentator pertandingan yang ternyata adalah Riko Kumabukoro, anak dari Kumabukoro.

Papan skor berubah untuk Bando Spiders. Angka 3 berada di bawah nama Bando Spiders. Pendukung Bando Spiders bersorak gembira. Menyambut angka pertama yang menjadi milik Bando Spiders. Pendukung Deimon yang tidak rela tim sekolahnya kehilangan semangat, berteriak mengelu-elukan nama Devil Bats.

"Hiruma-sama! Hiruma-sama! Hiruma-sama!" fans-nya Hiruma berteriak menyerukan nama Hiruma.

Akaba mendatangi Hiruma. "Fuuh.. Bando yang berhasil merebut angka pertama dari Deimon. Dan sesuai janji..."

"Cih!" Hiruma pergi meninggalkan Akaba yang sedang menyeringai menakutkan.

Pertandingan berlanjut dengan kerasnya. Saling bertubrukan, saling menjatuhkan dan saling merebut bola dari tangan para pemain. Bukan hanya pemain di tengah lapangan yang merasakan tekanan untuk menang, tapi penonton juga bisa merasakannya. Berlomba-lomba menyemangati tim sekolahnya. Seiring waktu berjalan dan usaha yang dilakukan oleh kedua tim, nilai di papan score terus berubah.


- サソヨウイチ -

Pemain dari kedua tim berbaris menghadap barisan tim lawan. Nafas tersengal-sengal dan peluh menghiasi wajah mereka. Rasa lelah menghinggapi badan mereka. Pemain berjabat tangan yang menandai selesainya pertanding hari ini. Tepukan tangan penonton bergema di Deimon untuk merayakan berakhirnya pertandingan ini. Angka 20 tertera di papan skor untuk Bando Spiders.

"Kekeke! Pertandingan yang bagus rambut merah sialan,"

"Fuuh.. Terimakasih Hiruma," Akaba memainkan kacamatanya naik-turun.

"YEEEIIIII! DEIMON MENANG!" Suzuna berteriak mengumumkan kemenangan Deimon. Loncat-loncat dengan inlane skate-nya. Pom-pom di tangannya bergoyang-goyang sesuai gerakan tangannya. Tidak hanya Suzuna saja yang semangat seperti itu, pendukung tim Devil Bats juga tak kalah semangatnya. Mereka berteriak dan mengelu-elukan nama idola mereka.

"25 lawan 20. Angka yang bagus," ucap Musashi pelan.

"YA-HA!"

"Deimon! Deimon! Deimon!"

"KYAAA! Hiruma-sama yang paling hebat!" puji fans Hiruma dari pinggir lapangan.

"Eyeshield 21! Kau keren!"

"Kurita tank yang paling kuat!"

"Ha-Ha brothers kalian hebat!"

"Terimakasih. Tapi... Kami bukan saudara!" teriak Juumonji, Kuroki dan Togano bersamaan.

"Meskipun Taki bodoh, dia pintar olahraga!"

"A-ha-ha! Terimakasih para pendukungku!" ujar Taki sambil melakukan spin dengan kaki yang diangkat ke atas.

"Walaupun Ishimaru nggak terasa kehadirannya, tapi kau cukup hebat!"

"Haha.. Aku anggap itu sebagai pujian." Ishimaru tertawa renyah mendengar teriakan dari pendukung Deimon.

"Kekeke! Sudah ku bilang 'kan, Devil Bats yang akan menang," Hiruma beranjak dari tengah lapangan ke pinggir lapangan di mana Mamori berada.

"Aku yakin Devil Bats yang akan menang!"

"Karena Devil Bats menang, apa yang mau kau berikan padaku, manajer sialan?" tanya Hiruma.

"Mmmm, permen karet less sugar!"

"Cih. Apa cuma itu yang bisa kau beli?" Hiruma meremehkan Mamori.

"Kalau nggak mau, ya nggak masalah."

"Tck. Manajer sialan menyebalkan!"


- サソヨウイチ -

Sesuai rencana, Akaba bertemu dengan Mamori tepat setelah selesai pertandingan. Akaba memberitahu apa yang ia rencanakan pada Mamori. Dari raut wajah Mamori, Akaba bisa melihat kalau Mamori tertarik dengan ajakan Akaba. Langkah kaki Mamori dan Akaba membawa mereka di depan ruang klub cosplay. Pintu terbuka. Di dalam ruang klub, kostum-kostum tokoh anime di pajang di dinding. Orang berlalu-lalang keluar masuk pintu klub.

"Sumimasen," Akaba melihat ke dalam ruang klub. Spontan, orang yang berada di dalam ruangan itu melihat ke arah Akaba.

"Aku dengar kalian sedang mencari orang untuk memakai baju tradisonal Jepang kalian. Aku dan Anezaki mau mencalonkan diri,"

"Bagaimana ketua Nakamura?" tanya seorang anggota klub.

"Akaba dari Bando dan Anezaki dari Deimon ya. Itu bagus! Kita pakai mereka!" Nakamura tersenyum ke arah Akaba dan Anezaki.


- サソヨウイチ -

Anggota tim Bando dan tim Deimon―kecuali Hiruma yang tetap di ruang klub―menghabiskan waktu mereka untuk berkeliling festival yang belum dikunjungi kemarin. Untuk mengakrabkan diri, mereka bercanda, tertawa, mengejek, seperti sudah berteman sangat lama. Contohnya seperti, anggota tim Bando sudah mulai memanggil Monta dengan sebutan monyet. Akaba dan Mamori menghabiskan waktu mereka untuk membantu klub cosplay sampai tidak terasa tiba waktunya untuk tampil.

"Wah, yang nonton banyak juga. Ah! Anggota Devil Bats dan Bando Spiders semuanya berkumpul! Aku jadi takut," Mamori mengintip dari belakang panggung. Ia sedang dalam proses memakai Kimono saat ia mengintip.

"Tenang saja. Kau pasti berhasil, Anezaki," Akaba masih membantu anggota klub lainnya. Ia belum memakai kostum yang seharusnya ia kenakan. Tiba-tiba ia memegangi perutnya dan merintih pelan.

"A-akaba, ada apa?" tanya Mamori khawatir.

"Hanya sedikit sakit perut. Aku ke belakang dulu ya," image Akaba yang cool hilang seketika.

Akaba berlari ke belakang. Tapi, bukannya berhenti di kamar kecil, ia terus berlari menuju belakang sekolah. Berlari menuju ruang klub Deimon. Ia membuka pintu klub dengan kasar.

"Hiruma, Anezaki memanggilmu,"

"Untuk apa rambut merah sialan?"

"Aku nggak tau. Sepertinya penting. Anezaki menunggumu di belakang panggung,"

"Cih. Merepotkan!" Walaupun berkata begitu, Hiruma tetap berdiri dan keluar dari ruang klub meninggalkan Akaba yang tersenyum penuh arti.

"Fuuh... Ternyata aku bisa jadi cupid mereka!" suara hati Akaba terdengar sampai ke telinga author.

Jadilah Hiruma pergi ke belakang panggung untuk menemui Mamori. Dengan santai Hiruma berjalan di tengah kesibukan orang-orang di belakang panggung. Matanya berpendar mencari sosok yang ia panggil manajer sialan itu. Hiruma belum juga manemukan Mamori. Pantas saja. Karena Hiruma mencari sosok Mamori yang masih memakai T-shirt merah longgar berlambangkan Devil Bats dan celana olahraga berwarna senada.

"Baaaa!" seseorang mengejutkan Hiruma dari belakang. Hiruma membalik badannya. Membeku. Ia memperhatikan orang yang ada dihadapannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rambut auburn-nya digulung ke atas. Memakai kimono terusan yang didominasi warna ungu.

"Ngapain pakai kimono, manajer sialan?" Hiruma tersadar dari lamunannya akan Mamori.

"Hm? Bukannya semua anggota Devil Bats udah diberi tahu ya?" Mamori berpikir dengan telunjuk yang ia tempelkan di dahinya. "Sudahlah. Bagaimana menurutmu? Aku cantik 'kan?"

"Tch. Kau lebih cantik daripada sadako yang pakai kimono itu," jawab Hiruma sinis.

"Kok gitu? Nggak bisa memuji orang sedikit pun!"

"Kau mau ngomong apa, manajer sialan?"

"Udah cantik gini masih dipanggil dengan embel-embel sialan," bibir Mamori mengerucut. "Aku nggak mau ngomong apa-apa kok,"

"Si rambut merah sialan itu bilang, kau manggil aku buat ke sini,"

"Ha? Oh iya. Akaba kemana?"

"Anezaki, apa kau melihat Akaba?" tanya ketua Nakamura.

"Tadi katanya mau ke belakang. Tapi, sampai sekarang belum kembali," jawab Mamori.

"Padahal 15 menit lagi giliran kalian yang maju," ketua Nakamura berkali-kali melirik jam tangannya. "Kita harus nyari penggantinya Akaba,"

"Gimana kalau Hiruma aja!" Mamori menunjuk Hiruma yang sedang malas-malasan melihat kesibukan orang-orang yang ada di sekitarnya. Nakamura menelan ludah mendengar usul Mamori.

"Ayolah Hiruma! Bajunya bagus lho! Kita bakal seragam," bujuk Mamori.

"Nggak. Aku nggak mau pakai kimono," tolak Hiruma.

"Huh! Kapan lagi aku bisa pakai kimono bagus seperti ini. Pasti tambah bagus kalau seragam sama Hiruma," Mamori menatap Hiruma dengan jurus puppy eyes.

"Ada imbalannya. Selama dua minggu kau harus buatkan aku bento. Mau atau nggak?"

"Oke setuju!" Mamori hampir melompat-lompat kegirangan.

"Ja-jadi, Hiruma akan menjadi pengganti Akaba?" Nakamura setengah bertanya pada Mamori. Mamori mengangguk cepat.

Hiruma dikelilingi anggota klub yang sedikit ketakutan ketika harus membantu Hiruma memakai kimono setelan berwarna senada dengan Mamori. Dengan malas-malasan ia menuruti omongan anggota klub demi bento selama dua minggu. Ini pertama kalinya Hiruma bisa setenang dan menurut seperti ini. Mamori yang sudah siap, melihat Hiruma dari tempat duduknya sambil bertopang dagu. Kadang-kadang tersenyum melihat ekspresi Hiruma.

"Bagus!" Mamori melompat kegirangan dari kursinya ketika Hiruma telah selesai memakai kimononya. Karena kimono yang ia pakai panjangnya sampai ke lantai, ia sedikit tersandung. Mamori merentangkan tangan untuk mengatur keseimbangannya.

"Bodoh."

"Hehehe. Sudah kuduga, kau cocok memakainya. Terlihat, ehem, keren."

"Jangan harap aku akan berjalan seperti model profesional!"

"Ti-tidak masalah Hiruma. Cu-cukup ja-jalan seperti biasa saja," ujar Nakamura ketakutan karena tatapan horor dari Hiruma

"Ikuti aku Hiruma!" Mamori mengacungkan ibu jarinya.

"Ini geta kalian. Sekarang giliran kalian yang maju." Ucap ketua Nakamura. Mamori mengangguk.

Dengan bermodal semangat berani mati (?) Mamori dan Hiruma keluar dari belakang panggung. Dengan perlahan-lahan Mamori dan Hiruma melangkahkan kaki mereka lebih jauh ke depan panggung. Beratus pasang mata memperhatikan mereka. Terutama anggota Devil Bats yang melongo melihat kapten mereka ada di atas panggung.

"I-itu You-nii?" tanya Suzuna tidak percaya. Ia mengerjap dan mengusap-usap matanya. "Benar. Itu You-nii! You-nii! Mamo-nee!"

"Ke-kenapa Kak Hiruma disana?" tanya Sena.

"Iri MAX! Seharusnya aku yang mengganti Akaba di sana!" Monta menggigit kerah bajunya.

"Hi-hiruma memakai kimono," Kurita menatap Hiruma dan Mamori yang sedang berjalan di atas panggung.

"Hahaha. Anak memang sudah sedikit berubah," Musashi tertawa pelan melihat tingkah laku temannya. Mamori melambaikan tangan ketika menyadari teman-temannya berada di antara pengunjung yang lain.

"KYAAAAAAAAAAAAAA! Hiruma-sama pakai kimono!" teriakan fans Hiruma memekakan telinga pengunjung yang lain. Kamera digital keluar dari masing-masing tas fans Hiruma. Bunyi kamera tiba-tiba membahana. Fans Hiruma sibuk mengambil foto Hiruma dari berbagai sudut.

"Hiruma-sama keren banget ya!" ucap salah satu fans Hiruma.

"Nggak ada tandingannya!" sambung fans satu lagi.


- サソヨウイチ -

"Hiruma lihat! Fans-mu kayaknya senang sekali melihatmu memakai kimono," bisik Mamori.

"Biarkan saja,"

"Berikan mereka satu foto dengan sedikit senyuman," Hiruma seketika menatap Mamori.

"Baiklah. Tapi, ada ganjarannya," Sebelum Mamori sempat bertanya padanya, ia maju selangkah ke depan. Berdiri tegap menghadap para fans-nya dan tersenyum―walaupun sedikit.

"KYAAA! Hiruma-sama tersenyum ke arah kita!" jeit salah satu fans Hiruma.

Suara kamera kembali membahana. Tidak hanya fans Hiruma yang mengambil gambar, Suzuna pun ikut-ikutan. Ia berhasil mendapatkan foto Hiruma yang sedang tersenyum dalam jarak dekat.

"Sudah 'kan?" tanya Hiruma dengan tampang malas-malasan. Mamori tersenyum senang, karena berhasil menjahili Hiruma. Ia melangkah terburu-buru mendekati Hiruma dan tersandung.

"Oooooooo!" pengunjung festival serempak membuka lebar mulut mereka ketika melihat Mamori tersandung dan hampir terjatuh. Hiruma memegang kedua tangan Mamori yang terjulur ke arahnya. Mamori terselamatkan dari insiden memalukan, yaitu jatuh di atas panggung. Semua menghela nafas panjang.

"Untung aja,"

"Tch. Kalau kau jatuh, aku juga ikut malu, manajer sialan ceroboh!" omel Hiruma.

"Hehehe. Gomen ne," Mamori menarik tangannya dari pegangan Hiruma. Hiruma tidak melepaskannya begitu saja. "Hiruma lepaskan!"

Bukannya melepaskan tangan Mamori, Hiruma malah menarik Mamori ke arahnya dan melingkarkan tangannya ke pinggang Mamori. "Hi-hiruma! Jangan macam-macam! Ini di depan orang banyak!" ucap Mamori yang sedang berusaha melepaskan diri dari kekangan tangan Hiruma.

"Kekeke! Siapa yang mau macam-macam manajer sialan?" Hiruma menyeringai menakutkan.

"Te-terus, ini a-apa?"

"Mmm, hanya ingin membalas rambut merah sialan itu," jawab Hiruma dengan tetap mempertahankan posisinya.

"Terserah apa pun yang mau kau lakukan. Sekarang lepaskan aku!" Mamori memaksa Hiruma lagi.

"You-nii mau melakukan hal seperti yang tadi pagi?" teriak Suzuna yang ternyata sudah berada di depan panggung.

"Kekeke! Kau dengar manajer sialan?"

"Jangan lakukan itu!" Hiruma tidak memperdulikan penolakan Mamori. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Mamori. "Hiruma! Aku serius!"

"Aku juga serius." Hiruma mempersempit jaraknya lagi. Semakin dekat dan semakin dekat. Mamori menahan nafasnya. Suzuna juga menahan nafasnya. Fans Hiruma berhenti berteriak dan menahan nafas mereka. Pengunjung yang lain juga menahan nafas menanti kelanjutan scene ini.

Hiruma mencium pipi kanan Mamori yang ada di dalam pelukannya. Ia sengaja mencium pipi yang kanan agar orang lain bisa melihat ekspresi Mamori yang malu dengan wajah memerah. Bunyi kamera kembali terdengar.

"Yeeii! You-nii hebat!" teriak Suzuna yang kegirangan. Tak lupa, ia juga mengambil foto Hiruma dan Mamori yang diperkirakan lebih dari 10 foto.

"KYAAAAA! Iri MAX!" teriak fans Hiruma dan Monta bersamaan.

"Itu ganjarannya karena kau memintaku untuk tersenyum, manajer sialan," Hiruma melepas kekangannya pada pinggang Mamori.

"Bagaimana aku harus menghadapi hari esok dengan peristiwa memalukan ini..." Mamori dan Hiruma berjalan perlahan, kembali ke belakang panggung.

"Kekeke! Nggak usah dipikirkan, manajer sialan. Hutangmu sudah lunas,"

"Kau 'kan memang nggak tau malu, Hiruma! Jadi, itu tadi untuk itu," Mamori menggembungkan pipinya.

"Kekeke!"

"Dasar setan!"

Mamori dan Hiruma kembali ke belakang panggung dan disambut tepukan tangan dari anggota klub cosplay. Mamori menunduk dan berterimakasih atas tepuk tangan yang diberikan.

"Terimakasih atas bantuan kalian berdua. Acara sukses dan mendapat sambutan yang sangat meriah. Terutama, ehem, yang terakhir tadi," ketua Nakamura memberikan ucapan terimakasih mewakili anggotanya.

"Kami juga ingin berterimakasih karena diizinkan memakai kimono sebagus ini,"

"Kimono itu membuat kalian tampak lebih serasi," puji salah satu angota klub.

"Ah! Arigatou ne!"

Selesai dengan acara saling berterimakasihnya, dilanjutkan dengan photo session. Banyak yang anggota klub yang ingin berfoto dengan Mamori apalagi karena Mamori memakai kimono rancangan mereka bersama. Sedangkan Hiruma, ia sudah berada di ruang ganti untuk melepas kimononya.

Selesai dengan urusan di klub cosplay, Mamori dan Hiruma kembali dengan pakaian normal mereka. Menuju ke ruang klub Amefuto untuk beristirahat. Menghindari tatapan orang-orang. Hiruma membuka kasar pintu klub dengan kaki kanannya.

"Haah. Akhirnya selesai dengan urusan sialan itu," Hiruma duduk dan menaikkan kakinya di atas meja.

"Benar-benar melelahkan dan memalukan," Mamori mengambil posisi duduk di samping Hiruma. "Tapi, aku senang selama 2 hari ini. Mulai dengan bolak-balik ke Bando untuk membicarakan festival ini dan akhirnya diputuskan namanya adalah Devil Spiders no Matsuri. Hari pertama festival yang menyebalkan!"

"Kenapa kata menyebalkannya dikuatkan, manajer sialan?" tanya Hiruma.

"Huh! Itu 'kan karena kau dan Yui-san!" Mamori melipat tangannya di depan dada.

"Itu 'kan udah lama," Mamori memberikan deathglare pada Hiruma.

"Terus, hari ini. Kita menang melawan Bando dan memakai kita kimono di atas panggung,"

"Hn." Hiruma menghidupkan laptopnya yang sedari tadi tergeletak tak bernyawa di atas meja dan mulai sibuk dengan benda itu. Mamori meletakkan kepalanya di atas meja. Menempelkan pipi kanannya di meja yang dingin.

"Hiruma," panggil Mamori pelan.

"Hn."

"Apa kau senang?"

"Hn?" Hiruma menghentikan gerakan jarinya di keyboard laptop. "Kekeke! Apa penting kau bertanya seperti itu, manajer sialan?"

"Penting."

Hiruma menyingkirkan laptop dihadapannya beberapa senti ke depan. Ia mengikuti apa yang Mamori lakukan. Ia menempelkan pipi kirinya untuk menahan beban kepalanya di atas meja. "Kekeke! Sepertinya aku senang karena banyak menyiksamu!"

Mamori terdiam sebentar, menatap ke dalam mata Hiruma. Sambil menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi mata Hiruma, ia berkata, "Doumo arigatou ne, Hiruma."

Hiruma memilih untuk tidak membalas ucapan terimakasih Mamori. Samar-samar, rona merah tampak di wajah Hiruma. Hiruma membiarkan Mamori menyentuh rambut pirangnya. Hiruma lebih memilih memejamkan matanya dan menikmati gerakan rambutnya. Mamori tersenyum melihat Hiruma yang begitu tenang di hadapannya.

"Aku nggak pernah berpikir, kalau aku salah milih Hiruma." Bisik Mamori.


O W A R I


[O M A K E]

"Mamo-nee! You-nii! Ayo bangun!" Suzuna masuk ke dalam ruangan klub sambil membawa bingkisan besar.

"Kenapa kalian tidur di sini?" tanya Juumonji.

"Mungkin mereka lelah," jawab Yukimitsu. Anggota klub Amefuto ikut masuk ke dalam ruang klub dan mengambil posisinya masing-masing.

"Ternyata, aku tertidur," Mamori mengerjap ketika melihat sinar matahari yang masuk ke dalam ruang klub. Hiruma yang tadinya ada dihadapannya menghilang. Ternyata, Hiruma sudah duduk di depannya dengan kaki terangkat di atas meja.

"Apa yang kau bawa itu, cheer sialan?"

"Ini? Oke! Semuanya lihat ke sini!" Suzuna bersiap merobek kertas coklat yang membungkus sesuatu yang ia bawa. "Jjang Jang!"

BREEEEKK...

Sebuah foto besar yang dibingkai dengan kayu berwarna hitam. Tinggi pigura itu setengah dari tinggi Juumonji. Kalian tau itu foto apa? Foto itu adalah foto Hiruma dan Mamori berkimono. Bukan itu saja, di dalam foto itu tergambar Hiruma sedang mencium pipi Mamori di atas panggung. Dengan seringaiannya, Suzuna berkata, "Kekeke! Aku suka sekali foto ini! Aku akan gantung ini di dinding!"

"Yaaa! Jangan lihat!" Mamori setengah melompat dari tempat duduknya. Ia berusaha menutupi foto itu dengan badannya. Ia merentangkan kedua tangannya dan bergerak kesana kemari untuk menghalangi pandangan anggota Devil Bats yang lain.

"Kekeke!


Alhamdulillah ~(^o ^)~(^o^)~(^ o^)~

Yeeeeiii! *ambil megahorn*

Akhirnya selesai juga fanfic ini XD

Dari chapter 1 sampai chapter 7 selesai dalam waktu 5 September 2011 – 25 Februari 2012

Satu tahun looo! *plaak* tepatnya, 6 bulan, panjang juga ya ^^

Hehehe

Terimakasih atas semua dukungan dan semangatnya yang terus mengalir sampai fanfic ini selesai ^3^

Terimakasih untuk semua review, favourite story dan favourite author-nya ^3^

Terimakasih untuk semua pujian, kritik dan sarannya ^3^

Terimakasih sebanyak-banyaknya ya readers ^3^

Special thanks to : Dinaffa - Anna Just Reader - Hyou Hyouichiffer - Mayou Fietry - Natsu Hiru Chan - Haza ShiRaifu - Angelique rayne - Cyrix Uzuhika - Hikari Shourai - Miss Simple – anon - Y0uNii D3ViLL – ILA - Fiyui-chan - Kuro Nami - Animea Lovers Ya-haOtonamiErinna - arumru-tyasoangcarnadeite - RK-Hime – aura - Arisa Yuki Kushinada - My Little Chiio-ChanAnezakibeechaurafirmansyah

Balasan review yg nggak log-in :

Aurafirmansyah : makasih XD makasih udah baca dan review^^

OtonamiErinna : ini udah update XD maaf lama ya :D Ini chapter terakhirnya, semoga bagus^^ makasih buat reviewnya :D

RK-Hime : hehehe, maaf telat (_ _) *plaak* makasih udah review^^

Anezakibeech : maaf nggak kilat update nya, hehehe, makasih udah review^^

Animea Lover Ya-ha : hehehe, hiruma punya saso! XD ini chapter terakhirnya^^ makasih ya udah baca dan review Nea *hug*

My Little Chiio-Chan : author juga nggak setuju kalau Hiruma dicium Yui! *tendang yui* ini lanjutannya XD makasih udah baca & ninggalin review^^

Sekali lagi terimakasih untuk semuanya ya XDDD

Semoga kita bisa bertemu di fanfic yang lainnya, secepatnya :D

Author, sasoyouichi pamit untuk Devil Spiders^^

Jaa mata! *melambai-lambaikan tangan dengan semangat*

Review Anda selalu dibutuhkan^^ (walaupun ini chapter terakhir ^^')