The Dark Reality
Pairing : KiWook, KiMin, Yesung, Donghae, Heechul
Disclaimer : Super Junior milik SMEnt, Semua member milik mereka sendiri, tapi untuk Kim Kibum adalah milik saya, dan ryeowook adalah calon saya #kena Gampar#
Rated : T
Warning : Typos, bad plot, gaje, gak da humornya, YAOI, BOYS X BOYS don't like don't read
Summary : Kim Ryeowook adalah seorang polisi, hingga suatu hari dia di pecat akibat ulahnya sendiri. Disaat itulah dia menyaksikan pembunuhan langsung di depan matanya dan si pembunuh itu malah mengajaknya untuk bergabung di organisasi pembunuh bayaran yang terkenal, dan dia di terima dengan mudahnya oleh sang pimpinan yang tak sesuai dengan perkiraannya. Jelek banget nih summary!
Genre : Crime, Romance
"bummie…." Namja manis itu tersenyum sambil berjalan riang di samping seorang namja lain yang tampak lebih muda darinya. "kau mencintaiku kan?"
"nee.. selamanya" namja disampingnya itu merangkul tubuh yang lebih pendek darinya itu. Tersenyum dengan senyuman yang mampu meluluhkan siapa saja yang melihatnya.
"meski semua orang akan menolaknya?" Tanya namja mungil itu lagi memastikan
"aku tidak peduli" kemudian suasana menjadi berubah gelap, sangat gelap….
Aku tak pernah peduli, meski dunia memusuhiku asal kau tetap milikku
Aku tak pernah membenci diriku yang meraskan perasaan terlarang ini.
Aku akan melindungimu meski aku tak punya tanggung jawab untuk itu.
Sejujurnya dalam hatiku, aku tidak memperdulikan apapun kecuali kamu.
Untuk mu dan untuk hatiku yang kau hancurkan.
Namja itu terbangun dari mimpi indahnya yang langsung berubah gelap. Ia ingin berteriak namun, suaranya tercekat. Ia meratapi dirinya, menangis dalam diam yang tak pernah merubah apapun. Semuanya merupakan ambisi, semuanya adalah keadaan nyata yang membuatnya menjadi seperti ini. Sampai sekarang pun ia tak pernah tertidur pulas tanpa mimpi buruk yang terus menghantui hidupnya.
Ryeowook pov.
"kau di pecat kim ryeowook" aku mendengar suara menggelegar atasanku yang berteriak ketus. Baiklah itu memang kesalahanku, membiarkan seorang penjahat melarikan diri dan bahkan aku menyembunyikannya. Bagus sekali kan…
Anggap saja ini sebagai balas dendamku pada para polisi bejat ini. Aku membenci mereka, sangat membenci orang-orang yang mengakui diri mereka pahlawan. Aku masih sangat ingat, bagaimana cara mereka membunuh ibuku yang tak bersalah di depan kedua mataku. Benar.. peluru nyasar.. lucu sekali.
Padahal aku tahu, polisi itu punya dendam pada appaku yang sudah menjemput ajal duluan dalam kecelakaan naas beberapa bulan sebelumnya. Bahkan kecelakaan itupun hasil rekayasa para orang kaya, mereka menyogok para polisi agar menutupi hal ini kemudian ibuku yang menuntut keadilan ikut menjadi korban.
Aku benci mereka semua, aku benci semua orang yang selalu berjalan di depan bagaikan hero kemudian saat topeng mereka dibuka, mereka hanyalah orang pecundang yang tak bisa apa-apa. Bukankah sangat menjijikkan. Cih… rasanya ingin sekali aku menampar wajah atasanku yang sombong itu.
Dengan semangat 45, aku membereskan sedikit demi sedikit barang-barangku di dalam kantor kepolisian yang menangani kasus berat ini. Mereka cukup memberiku kelonggaran sampai lima kali aku mengulang keadaan yang sama. Melindungi penjahat. Hahaha.. mungkin karena aku lulusan terbaik akademi kepolisian tahun ini.
Tidak bisa dipercaya kan? Tubuhku yang kecil dan sifatku yang terlihat lembut, bisa menjadi seorang lulusan kepolisian terbaik tahun ini. Eits.. tapi jangan salah paham, aku memasuki kepolisian hanya untuk meremehkan mereka. Benar.. aku bisa melakukan tugas mereka jauh lebih baik dari mereka sendiri yang mengerjakan. Otak mereka itu sebenarnya terbuat dari apa sih? Bahkan kasus pembunuhan berantai tak bisa mereka pecahkan dengan baik, padahal sangat mudah.
Aku pulang ke apartemenku dengan malas. Di sepanjang perjalan aku terus berpikir apa yang harus kulakuan untuk membalas dendam pada para polisi itu jika aku sukses telah dipecat. Sampai-sampai aku tak sadar menabrak pohon, kemudian tembok, hampir jatuh ke got dan lain sebagainya. Huwe.. jadi apes deh hari ini.
Ku buka pintu dormku kasar. Omelan ku langsung ngerocos keluar begitu saja membuat penjahat yang bertubuh kekar yang kusembunyikan di rumah ini tampak terkejut. Aku hanya nyengir saat dia menatapku dengan sangar dan setengah bingung. Aku menghempaskan diri di sofa dan kusadari secepatnya aku harus segera keluar dari apartemen ini. Uangku takkan cukup membayar sewanya untuk bulan depan.
"kau dipecat tuan ryeowook?" penjahat berbadan besar ini tampak menunjukkan sisi perhatiannya.
"nee.." jawabku malas membahas topic ini.
"sebentar lagi, aku akan mati. Aku berterima kasih atas bantuan mu beberapa hari ini" katanya yang membuatku terkejut. Siapa yang akan membunuhnya? Para polisi itu? Cih.. aku yang akan duluan membunuh mereka jika itu benar terjadi.
Tiba-tiba terdengar suara bel pintu, aku segera beranjak untuk membuka pintu. Sementara teman besarku itu harus segera bersembunyi. Sedikit terkejut juga melihat seorang namja yang tampan tersenyum padaku dengan manisnya. Dialah yang baru saja mengetuk pintu. Dia mengenakan kaos biru laut dan celana serta sepatu bergaya casual. Dia menggunakan topi yang hampir menutupi wajahnya. Tapi karena aku lebih pendek darinya aku bisa dengan jelas melihat wajahnya.
"kau siapa?" tanyaku
Dia tersenyum dan menerobos begitu saja masuk ke apartemenku. "heh.. aku bahkan tak mengenalmu"
"suruh orang yang kau sembunyikan itu keluar" dia mengetahui soal orang yang ku seludupkan itu. Dia masih tetap bergaya santai dan tenang. Dia malah duduk di sofaku sambil menopang dagunya. "keluar!" teriaknya yang entah kenapa teman besarku itu langsung keluar begitu saja. Seakan patuh, dia bukan polisi, aku tak pernah mengenalnya.
"maaf tuan lee dong hae. Saya gagal melakukan misi" teman besarku itu malah bersembah sujud di kakinya. Apa-apaan ini? Sebenarnya siapa namja tampan bergaya stylish ini?
Namanya lee donghae, itulah yang ku dengar. "hmf.. kau tahu konsekuensinya kan?" namja itu menendang teman besarku kemudian berdiri dari sofa. Aku hanya cengo aja ngeliat kelakuannya yang kelewat sombong. Tapi… aku bisa merasakan dia bukan orang sembarangan. Dia bisa membuat seorang pembunuh berantai berlutut di kakinya.
Donghae mendelik. Di pakainya sarung tangan karet di tangannya. Di lemparnya sebuah pistol ke teman besarku. Apa maksudnya? Apa dia otak pembunuhan ini? Apa dia akan menyuruh teman besarku untuk membunuh lagi. "ambil senjata itu. Aku memberi mu pilihan, pimpinan menyuruhku untuk menghabisimu, itu artinya aku tak boleh gagal"
Teman besarku sekerjap berdiri dan bersiap menyerang dengan pistolnya. Ia mengacungkannya tepat kea rah donghae dengan jarak tak kurang dari 2 meter. Huwa.. dia akan membunuh lagi. Aku melirik donghae yang malah tersenyum mengeluarkan pesonanya, dan brugh… bukan donghae yang tewas seketika. Teman besarku, dialah yang ambruk dengan bersimbah darah segar. Sebuah pisau menancap tepat di tenggorokannya. Mengenaskan…
Dia kemudian menjatuhkan sebuah gambar Kristal salju berwarna pink cantik di atas mayat yang tragis itu. Aku mengenal tanda itu, tidak salah lagi… lambang organisasi yang tak pernah bisa di ungkap polisi, kelompok pembunuh yang menamai mereka dengan "SNOW PINK".
Tubuhku bergetar hebat, keringat dinginku keluar begitu saja. Benar.. aku sedang ketakutan, aku sangat ketakutan melihat sosok namja yang ada di depanku. "dasar TERI, aku pasti di ejek karena punya bawahan babo seperti mu" gumamnya. Dia kemudian melirik kearahku. Bukankah sekarang, aku yang akan ia bunuh. Aku kan… melihat wajah seorang SNOW PINK, itu artinya aku harus di hilangkan dari dunia ini agar identitas salah satu dari mereka tidak terlihat.
"namamu kim ryeowook kan?" katanya padaku dengan ekspresi dingin. "kau takut?"
Aku mundur beberapa langkah, aku mengambil ancang-ancang agar bisa melindungi diri. "tenang aku tak di tugaskan membunuhmu" dia kembali tersenyum hangat "kau benci polisi kan? Karena masa lalu mu, hehehe.. aku ingin buat penawaran bagus denganmu"
Aku menurunkan pertahananku dan menatap tajam namja yang SKSD pada ku ini. "jadilah bagian dari SNOW PINK. Menjadi pembunuh para manusia menyebalkan ini" katanya membuat bulu kudukku berdiri. Ini salah satu jalan untukku menghancurkan kepolisian, menjadi seorang penjahat kelas KAKAP! Benarkah aku harus menjadi pembunuh seperti mereka. Sejujurnya aku sangat takut tapi.. wajah kedua orang tuaku memenuhi kepalaku lagi. Suara tawa menjijikkan para polisi itu membuatku memantapkan hatiku menjawab dengan suara bergetar…
"benarkah aku bisa? Aku sangat ingin" ucapku
Dia sedikit terkejut, karena reaksiku yang tanpa basa-basi menjawab pertanyaan orang tak di kenal yang baru saja membunuh orang di hadapan mataku sendiri. Kemudian dia tersenyum lagi, wajahnya yang tampan itu tak bisa dipercaya milik pembunuh hebat. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, "pimpinan pasti akan sangat menyukaimu"
Author pov
Baru saja seorang mantan polisi bertubuh pendek itu sampai di sebuah gedung berlantai 101. Ia mendongak melihat puncak gedung itu yang membuatnya tak percaya. Namja tampan bergaya stylish di sampingnya hanya tertawa melihat wajah imut namja yang di bawanya itu. "waeyo" tanyanya akhirnya karena cukup bosan melihat wajah kagum ryeowook, si namja imut.
"tak kusangka markas snow pink itu di gedung yang begitu mencolok" ujarnya yang memang pernah menyelediki kasus organisasi pembunuh itu namun dengan hasil nihil.
Namja bernama donghae disampingnya hanya tertawa, "biasa aja kali, ayo masuk!" donghae menarik ryeowook. Semua orang yang berlalu lalang di dalam gedung itu langsung menunduk hormat atas ke datangan mereka berdua. Para yeoja cantik berbisik-bisik melihat tangan donghae yang dengan sok akrabnya menggandeng tangan ryeowook. Bisa di duga. Mereka pecinta namja tampan rupawan itu.
"tenang, hanya beberapa diantara mereka yang pembunuh, gak semua. Sisanya sih Cuma karyawan biasa yang ngjalanin bisnis resmi pimpinan"
"jadi berkedok bisnis ya! Pimpinan kalian itu pintar"
Donghae tertawa, kali ini dia mengacak-acak gemas rambut ryeowook "tapi ini hanya bisnis isengnya, bisnis sebenarnya itu… menjadi agen pembunuh bayaran" ryeowook terdiam mematung, sekali lagi rasa takut menyerangnya. Dapat di bayangkannya orang yang akan ia hadapi akan begitu mengerikan. Tapi ia sudah berada di sini, jika ia mundur maka ia akan mati.
"tuan dongie.. anda sudah ditunggu pimpinan sejak tadi" seorang yeoja sexy menghampiri ryeohae sambil membungkuk kearah donghae. Donghae hanya tersenyum lagi, dan dia memang suka begitu. Dia memiliki kpribadian yang selalu riang.
"nee.. aku tahu, ayo!" dia menarik tangan ryeowook dan berlari menuju lift. Ditekannya angka 77 dan mereka langsung melesat kesana.
Berbeda dengan lantai lainnya, lantai yang ini bernuansa sangat familiar. Tema klasik sepertinya unsure utama di lantai ini, dengan tatanan mewah ala barat. Dinding berwarna cream dengan motif bunga bergaya elite. Desainnya seolah melambangkan kemewahan dan keindahan karena nuansa emas ukiran indah terpahat di dinding dan pintu. Tidak ada cahaya matahari yang masuk hanya ada cahaya lampu yang tak terlalu terang. Seakan ini adalah sarang vampire.
"aku juga cengo waktu pertama kali di bawa pimpinan masuk kelantai ini" donghae berusaha menghilangkan keheningan diantara mereka. "suasana yang sangat membuat kesepiankan?"
Ryeowook hanya menggangguk, melihat ekspresi donghae yang berubah drastis. Dapat terbaca olehnya bahwa donghae sedang mengingat masa lalu yang kelam. Ya.. lee donghae, dia adalah namja yang di bawa oleh pimpinan mereka beberapa tahun yang lalu kemari. Dia hanya berandalan yang suka berkelahi di jalanan. Dia menerima hidup yang layak di sini, di bawah perhatian sang pimpinan.
Donghae pov.
Entah kenapa aku merasa nyaman bersama namja imut yang sedang ku bawa ke hadapan pimpinan. Hmf… selain dia memang terlihat sangat cute, aku memang sudah lama tertarik dengan kebaikannya melindungi beberapa penjahat yang sebenarnya hanya penjahat terakhir saja yang merupakan bawahanku.
Tubuhnya pendek dan terlihat kelembutan dari rona wajahnya. Aku sering memperhatikannya saat ia berusaha memecahkan kasus sulit yang merupakan kewajibannya sebagai seorang polisi. Dia lulusan terbaik di akademi kepolisian tahun ini lho! Awalnya aku juga tidak percaya, karena kelakuannya yang kelewat polos itu.
Aku merangkulnya masuk keruangan yang terdapat di ujung lantai ini. Ruangan pimpinan, aku ingin merengek pada pimpinan agar dia di masukkan ke dalam organisasi. Bukan hanya sebagai bawahan yang tak dapat membawa nama snow pink, aku lebih menginginkan dia jadi atasan yang memegang kendali sama denganku dalam organisasi. Aku akan mengeluarkan fishy eye ku kalau dia tak mau. Atau aku akan menangis keras di ruangannya sampai dia mau mengabulkan permohonanku.
"apa kau yakin pimpinanmu akan setuju denganku yang mantan polisi ini?" tanyanya yang membuatku agak mengerutkan kening. Benar juga dia kan mantan polisi. Aku menatap wajahnya, gwa… hahaha… aku sangat suka melihat tampang innocentnya. Aku yakin pimpinan akan manggut-manggut aja kalau lihat betapa cutenya dia.
"tenang saja, kau gak akan di bunuh kok" kataku ringan yang membuat ekspresinya takut kembali. Kenapa sih begitu banyak orang yang takut mati, biasa ajakan. Semua orang juga akan berakhir begitu, hanya cara dan waktunya saja yang berbeda.
Seperti biasa, aku akan ngerocos masuk aja tanpa ngetuk pintu terlebih dahulu. Kenapa aku harus ngetuk pintu terlebih dahulu? Aku tidak perlu sopan santun untuk berhadapan dengan anak kecil kan? Aku duduk di sofa putih bersih dalam ruangan yang di kelilingi oleh kaca ini. Jika takut ketinggian, aku selalu memberi usul agar tak usah pernah memasuki ruangan pimpinan.
Ruangan pimpinan ini seluruhnya terbuat dari kaca kuat. Seluruhnya, dan hanya bisa dilihat dari dalam ruangan sedangkan dari luar tidak. Saat kau berdiri di ruangan ini, kau akan melihat seolah kau akan jatuh kebawah. Benar ruangan yang dekorasinya termahal dari seluruh ruangan di gedung ini.
"masuklah ryeowook ssi" kataku sambil menaikkan kakiku di atas meja yang menghadap sofa.
Pimpinan tampak tak tertarik dengan kedatangan ryeowook. Dia memang selalu begitu. Sikapnya itu terlalu dingin, jika dia seperti aku kan alangkah baiknya. Ceria… selalu gembira dan super bahagia. Dia membalikkan kursinya, mencari buku yang sepertinya belum ia baca di rak di belakang kursi yang dikatakan singgasananya.
"ryeowook imnida" ryeowook menunduk formal, kurasa dia salah paham karena… pimpinan itu jauh lebih muda darinya…
"yang benar ini si pimpinan itu?" tanyanya geram padaku. Memang tak sesuai nama besarnya sebagai pimpinan snow pink, pimpinan ini baru berusia 20 tahun. Wajahnya tampan dan manis. Dia punya jurus rahasia, yaitu…. Jenjreng… the killer smile yang langsung membuat yeoja bahkan namja kelepek-kelepek. Seandainya aku tak normal, aku mungkin sudah memeluknya sekarang.
Aku melirik ryeowook yang mengeluarkan aura kecewa. Hahaha.. dia memang sudah salah paham. "ya.. dialah pimpinan snow pink sekaligus pimpinan gedung ini" aku tertawa mengejek wajah ryeowook yang sudah manyun.
"siapa dia?" Tanya si snowy ini dingin
"anggota baru snow pink, aku yang merekrutnya" aku berteriak bangga.
"aku tak tertarik menambah anggota, jadikan saja dia anggotamu"
Nah.. ini dia. Dia memang pimpinannya dan pimpinan memiliki anggota, untuk pimpinan utama memiliki beberapa anggota utama dan anggota utama memiliki beberapa anggota pilihannya sendiri. Untuk snow pink, pimpinan utama lah yang memilihnya, untuk anggota utama seperti ku tidak bisa mengatakan bawahanku sebagai anggota snow pink. Hanya anggota lee donghae. Bukankah itu curang!
Aku segera berlari ke arah pimpinan dingin ini. Tak ada ekspresi yang terukir di wajahnya, datar dan tenang. Ku keluarkan fishy eye ku, "ku mohon… dia training aja dulu, kalo gak bisa ngelewatin jadi anggotaku juga gak pa-pa deh"
"berarti untuk sementara dia membunuh atas nama snow pink?"
"nee…" aku tersenyum
"gak mau! Usir aja lah!" apa-apaan nih orang. Keterlaluan! Main usir aja! Aku kan udah janji bakal masukin ryeowook sebagai snow pink, bukan fishy blue.
"bummie-ah.. demi aku! Tolonglah!"
Pimpinan yang bernama lengkap kim kibum ini melirik ryeowook tajam. Ryeowook bergidik, ya.. dia ini memang sedikit mengerikan. "kau takut?" tanyanya, ku mohon hyung bantu dia. Aku komat kamit mengingat hyung ku yang sudah meninggal dan lukisannya terpajang diruangan ini dengan sangat besar.
"jangan anggap aku sebagai yeoja! Dasar babo, aku namja" teriak ryeowook membentak meja kibum. Huwa… terjadi masalah besar nih. Hyung,, aku memang sering berhutang padamu, masa kau malah memasukkan ku dalam masalah.
Kibum tersenyum killer, wajah ryeowook samar terihat memerah. Kena dia! Eits gawat.. wajahku juga memerah. "baiklah aku mengizinkan! Dongie hyung, pinjam kamarmu untuknya sementara. Panggil aku bummie saja.. wookie hyung"
Inilah dia dua kejiwaan yang bertolak belakangnya muncul lagi. Terkadang sangat mengerikan, terkadang sangat menyenangkan. Sepertinya moodnya lagi baik, "gommawo bummie" aku memeluk erat dongsaengku ini.
"jangan kecewakan aku, atau aku yang langsung turun tangan membunuhmu" suara kibum terdengar menyesakkan. Wookie berhenti, di tatapnya namja gila itu. Jangan tatap dia, kau bisa terhipnotis.
"aku takkan buat kau kecewa bummie-ah" wookie tersenyum innocent. Mirip seseorang.. sangat mirip.
Ryeowook pov.
Aku sekarang berada di kamar lee dong hae. Berbeda dengan ruangan si kibum, ruangan ini jauh lebih terlihat menyenangkan dan terang. Seluruh dinding bewarna biru laut. Sofa berwarna biru tua, ah cape ngediskripsiinnya yang penting serba biru. Diruangan ini, semua terkesan mengikuti perkembangan jaman. Dimulai dari LCD, dan hal luar biasa lainnya soal Hi-Tech dan music.
"kau sangat suka music"
"tak juga, aku suka menari" katanya cepat duduk di sisi tempat tidurnya.
"donghae…"
"panggil aku hae aja atau dongie… bummie tidak suka jika terlalu formal" serunya cepat mengingatkanku atas pimpinan yang tak sesuai harapanku. Kukira dia akan jauh bertampang lebih sangar dan tentu saja lebih tua. Ternyata hanya seoranga anak remaja yang berwajah imut dan manis. Senyum killer nya itu sungguh membuat jantungku berdebar. Padahal dia namja, kenapa aku jadi aneh begini.
"baiklah, hae.. kau bukan gay kan" aku harus bertanya jujur.
Dia berdiri sontak terkejut mendengar pertanyaanku. Tawanya kemudian pecah. "andew.. aku bukan gay, aku orang ternormal disini" ya.. ampun padahal kau itu sangat aneh sebagai seorang pembunuh. "kenapa emangnya, atau kau gay ya! Keluar deh dari kamarku!"
"aku juga normal kok. Hanya saja, kau tahu bagaimana aku kan. Aku ini…"
"benar… sangat menggoda di kalangan para seme. Kurasa kau kesusahan dengan tampang cantik dan suara merdu itu" dia mengerti aku. Dia menghampiriku dan menepuk kepalaku lembut "aku normal wookie, dan aku takkan jatuh cinta padamu. Aku takkan membuatmu susah, aku hanya ingin membantumu karena kita sama"
"maksudmu"
"aku tahu, kau begini karena orang tuamu dan para polisi keparat itu kan? Aku juga, aku berada disini karena sungmin hyung menjadikanku member snow pink. Kita senasib dan aku hanya ingin membantumu selayaknya sungmin hyung membantuku"
"siapa sungmin hyung?"
"pendiri snow pink, dan dia meninggal tiga tahun yang lalu" aku membeku sejenak, tak kusangka ada member snow pink yang terbunuh. "tak ada yang bisa membunuhnya kecuali cinta"
"hah.. mwo?"
Donghae kembali tertawa. "tidak apa-apa. Oh ya.. jangan terlalu dekat sama bummie. Begitu-gitu dia seorang seme lho!" tak mungkin namja semanis dia itu seme? Yang cocoknya uke, lagi pula dia masih muda. "kau tak percaya?"
"kau sedang berbohongkan?"
"ya sudah… yang penting turuti saja" dia kemudian menerjang tempat tidurnya dan tidur dengan cepat. Aku hanya terbengong-bengong sendiri. Dasar gila! Aku bergumam kemudian memperhatikan diriku sendiri. Sungguhkah donghae sedang tidak mengarang cerita padaku. Sungguhkah aku akan baik-baik saja dengan menjadi seorang pembunuh bayaran dari organisasi terkenal.
Tiga jam kemudian, mataku tak jua bisa terpejam. Otakku terasa berbicara sendiri. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan saja dalam gedung ini. Tidak masalahkan? Bukankah pimpinan snow pink sendiri yang sudah mengangkat resmi diriku dalam training. Aku jadi penasaran, benarkah namja setampan dia seorang gay. Sangat disayangkan sesungguhnya..
Aku keluar dari kamar donghae. Jarak kamar donghae dengan ujung lorong ini tak jauh. Itu artinya tak jauh dari kamar kibum ssi. Aku melirik kearah pintu ruang di ujung lorong itu yang terbuka sedikit. Sungguh aku sangat penasaran, aku berjalan mendekat dan mencoba mengintip. Rasanya ingin sekali lagi melihat wajahnya. Eh.. aku kenapa sih? Apa aku berubah menjadi gay mendadak. Tidak wookie, kau normal. Nah.. kali ini aku ikut memanggil diriku sendiri dengan wookie.
Ku dengar suara desahan dari dalam ruangan. Kibum… dengan seorang yeoja…? Aku menutup mulutku. Dia masih duduk di bangkunya sedangkan yeoja menggunakan gaun kuning itu terus melumat bibir pimpinan snow pink itu. Apa dia tak sadar, meskipun usianya terbilang dewasa, tapi tetap saja kurasa dia belum pantas berhubungan badan dengan seorang yeoja.
"siapa disana?" kurasa yeoja itu mengetahui kehadiranku. Ia segera bangkit dan melihat sekelilingnya.
Kibum menarik tangannya saat yeoja itu berjalan kearahku. "sudahlah, palingan dongie hyung lagi, chullie-ah" kali ini kibum yang melumat bibir yeoja itu.
Yeoja itu melepas ciumannya. "tidak, dia akan memotret kita seperti kemarin. Aku harus menarik anak sialan itu" dia kembali berjalan ke arahku.
"sudahlah, aku kehilangan nafsu hari ini. Pulanglah ke kamarmu, bukankah kau lelah setelah pulang dari china?" kibum terlihat merapikan pakaiannya yang sudah tak jelas rupanya lagi.
Yeoja itu sepertinya tak terima. Tapi dia terlihat patuh, aku langsung berlari menuju kamar donghae sebelum aku di temukan oleh yeoja itu. Entahlah.. aku tak mengerti, aku merasa ada yang salah. Aku segera mengambil tempat disebelah donghae. Mencoba memejamkan mataku.
Author pov.
Donghae mengguncang tubuh mungil yang sedari tadi terlelap di tempat tidurnya. Padahal jelas waktu sudah menunjukkan pukul dua belas. "wookie-ah.. sudah pagi lho! Ayo kita rapat!" donghae berbicara lembut di telinga wookie.
Wookie membuka matanya berlahan, ia langsung bangun dan berlari ke kamar mandi. Donghae tertawa kecil saat melihat tingkah orang yang sudah dianggapnya sahabat sejak kemarin malam itu. "wookie-ah. Pakaianmu ada di atas ranjang ya!" teriak donghae mulai memakan sarapannya di depan TV.
Beberapa kali terlihat donghae yang tersenyum bangga, karena hasil karyanya di beritakan. Seorang pembunuh bayaran terbunuh disebuah dorm dengan pelakunya dipastikan adalah snow pink. Hihihi.. sesekali emank tapi dia senang kali ini sungguh karya original nya. Dasar gila, bahkan dia bangga dengan hasil bunuhannya yang tak di bayar begitu.
Wookie akhirnya selesai dengan kesibukan dirinya sendiri, dia mengenakan pakaian casual yang ia rasa sangat cocok dengan gayanya. Dia jauh terlihat sedikit lebih tampan dengan pakaian itu. Bisa ditebak, donghae lah yang memilihnya. Toh.. butik juga tepat dilantai 76. Wookie ikut menghabiskan makanannya.
"kau bohong padaku kan, hae? Bummie, dia bukan seorang gay, buktinya aku lihat dia melakukan itu dengan seorang yeoja semalam" wookie menunjukkan pipi menggembungnya yang membuat donghae langsung mencubit pipi itu karena gemas.
"yeoja? Suer deh aku gak bohong! Udah ganti selera dia kali" donghae menjawab asal. "kau mengintip ya!"
"aku hanya tak sengaja melihat" wookie menunduk malu
"tapi aneh lho itu, kurasa kau salah lihat, yeoja itu pasti namja"
Tiba-tiba terdengar suara dari luar yang seakan ingin menghancurkan pintu kamar donghae. "eh.. ikan asin cepat! Kau ingin menunda rapat sampai kapan?" pekik suara itu, yang langsung membuat donghae menarik wookie spontan keluar dari kamar.
"mian chullie hyung. Nyantai donk!" kata donghae ceria. Wookie menatap namja cantik itu, dan yang benar saja, dia mengenalnya. Namja inilah yeoja yang kemarin malam di lihatnya bersama kibum. Tak salah lagi, donghae sama sekali tak berbohong padanya.
Namja cantik bernama chullie yang terlihat pemarah itu langsung meninggalkan wookie yang masih cengo. Sepertinya semalam namja itu memakai gaun kuning layaknya seorang putri, sekarang dia malah berpenampilan tetap cantik hanya saja lebih maskulin.
"kau terpesona ya dengan kecantikan si prince of darkness itu. Hati-hati lho!" donghae memecah lamunan wookie
"andew.. dia yang semalam kulihat"
"ya.. iyalah, diakan pacaran sama bummie. Dia punya hobi aneh, katanya si bummie lebih nafsu liat dia kalau pakai pakaian yeoja makanya kau melihat yeoja jadi-jadian semalam"
"tapi meskipun gay, si bummie itu gak tanggung-tanggung ya pilih pasangan"
"iya sih, delapan taun lebih tua lho, chullie hyung dibanding dia. Lucunya malah dia yang jadi semenya" donghae tertawa kekeh dan langsung mendapat lemparan sepatu dari chullie. "AKU MENDENGARNYA IKAN ASIN!" teriaknya yang gilirian wookie mentertawai donghae.
Di tempat rapat lantai 101. Wookie sudah di rangkul duluan oleh chullie untuk menaiki lift dengannya. Berbeda dengan donghae yang harus menaiki tangga dari lantai 77 kelantai 101, itu hukuman dari kibum untuknya karena memiliki bawahan bodoh.
Keringat bercucuran dari dahi donghae. Chullie masih tak henti-hentinya mentertawai namja yang sudah dianggapnya dongsaengnya itu. Mereka memang biasa seperti itu, seakan jika mereka melakukan kesalahan adalah sebuah lelucon yang akan di tertawakan oleh salah satu diantara mereka. Yak.. mereka lah rival abadi di dalam snow pink.
Tiba-tiba kibum tampak masuk keruangan itu dengan tatapan dinginnya, disampingnya ada seorang namja berkursi roda yang mengekorinya. Wookie tampak bingung dengan tampang namja berkursi roda yang tak ia kenal itu. Lagi pula tampangnya tak meyakinkan dia juga seorang pembunuh. Namja itu dengan hangat menyapa wookie "kim joongwoon imnida, pangil aja yesung" ujarnya dengan seukir senyum tipis diwajahnya yang terlihat menyenangkan.
Donghae dengan nafas tak karuan segera menarik tangan wookie dan mengajaknya duduk di salah satu kursi kosong. Kibum duduk di kursi yang menjadi pusat perhatian, sedangkan yesung duduk di dekatnya dengan kursi roda canggih otomatis miliknya. Heechul duduk di tempat ia mau sama seperti donghae dan wookie.
"ini tugas kalian minggu ini. Untukmu wookie hyung, kau patner ku"
"mwo?" suasana ricuh seketika mendengar penuturan kibum "dia itu belum pengalaman, tugasmu kan berat bummie-ah"
"bagaimana jika dia patnerku saja bummie?" donghae ngerocos, tampangnya memang setengah ketakutan.
Kibum tersenyum killer, "aku menginginkan dia, aku tak suka dia terlalu dekat denganmu"
Kibum pov.
"aku menginginkan dia, aku tak suka dia selalu dekat denganmu" aku terdengar seakan sedang bercanda. Kenyataannya aku serius dengan kata-kataku. Aku melirik wookie yang sepertinya merasa ini hal yang gawat.
Sementara hae hyung hanya menatapku dengan tatapan takut bercampur serba salah. Serta chullie yang mungkin sedikit cemburu namun tetap memikirkan rekan barunya ini. Sementara yesung hyung, hanya diam saja sambil membolak-balik tugasnya. Terkadang tampak dia melirikku, yang dengan wajah santai menatap wookie hyung yang terserang panic.
Benar sekali, tugasku beresiko paling besar. Aku tak pernah bekerja secara team beberapa tahun belakangan ini semenjak meninggalnya seorang yang sangat kucintai yang menjadi patner tetapku. Kurasa sudah saatnya aku tidak terlalu membebani kematiannya. Sudah saatnya aku mencari satu orang saja, mungkin aku sedikit tertarik dengan wookie hyung yang terlihat sangat mirip dengan dia.
Aku menatapnya, sementara dia tak terlihat suka dengan pandanganku padanya. Dia menunduk, aku tahu dia orang yang mencintai yeoja, bukan sepertiku atau chullie yang dibilang gak normal. Dia seharusnya tahu, aku tak mencintai dia, aku hanya ingin menjadikan dia melaksanakan tugasnya dengan baik seperti patnernya yang lain.
"bummie-ah.. jangan bercanda! Aku bisa terima jika kau tertarik padanya, tapi jika bersamamu dia bisa mati konyol" suara chullie seakan ingin merobek gendang telingaku. Chullie mengambil kertas kerja yang harus kulakukan minggu ini. "lihat! Targetmu team pembunuh berdarah dingin dari Moscow. Kemudian mwo.. membunuh calon presiden. Ini gila!"
"chullie-ah.. tenanglah!" yesung hyung mencoba menenangkan chullie yang sudah heboh sendiri. "biarkan pimpinan melakukan apa yang ia inginkan. Itu haknya"
Benar, keputusan akhir tetap di tanganku. Kutatap donghae yang merasa menyesal membawa wookie ke tempat ini. Aku tak ingin membuat keputusannya itu salah. Aku akan merubahnya benar. Sungguh, aku akan menjadikan wookie seperti dia. Menjadi namja kuat yang mampu menjaga dirinya sendiri.
Aku melirik wookie hyung. Dia kali ini membalas tatapanku. Dia ketakutan, aku dapat melihatnya. Tapi hatinya jauh lebih kuat. Dia mengangguk mantap "aku ikut!"
"mwo?" hae hyung menarik tangan wookie hyung erat "jangan bercanda kau! Misi dia itu rank A"
"baiklah, orangnya saja mau. Besok kita akan pergi jadi siapkan dirimu. Kamarmu ada di sebelah kamar yesung hyung. Suruh dia mengantarmu. Aku ingin keruanganku. Chullie, kau gunakan tangga karena hyung berteriak di depan wajahku tadi" aku tersenyum pekat. Aku keluar duluan meninggalkan para patner kerjaku di ruangan ini.
Sesampainya di lantai 77, aku segera menuju ruanganku. Mataku tertuju ke sebuah lukisan seorang namja di dinding. Air mataku menetes begitu saja, Minnie hyung… lee sungmin.. lihat aku hampir membunuh seorang namja yang mirip denganmu lho! Salah dia sendiri kenapa dia begitu mirip denganmu. Donghae melakukan hal babo lagi dengan membawa dia ke hadapanku.
Flash back
Aku berdiri diam di bawah sebuah pohon cherry di halaman sekolah. Seorang yeoja cantik menghampiriku. Aku tak mengenalnya, aku tak pernah mengenal siapapun di dalam sekolah ini. Bukan tak ada yang tak ingin memperkenalkan dirinya padaku, hanya saja aku memang tak tertarik mengenal mereka. Terlalu rising mengenal banyak orang, aku tak suka duniaku terganggu.
Aku sedikit membesarkan suara ipod dengan handsfree di telingaku. Aku tak suka dengan suara berisik di sekitar. Aku lebih senang dengan suara keras dengan nada teratur. Yeoja itu berusaha berbicara padaku dan aku tak mendengarnya. Jelas karena suara ipod ku. Dia memberi isyarat agar aku membukanya. Aku buka sebelah handsfreeku. "waeyo?" tanyaku datar
"kim han nie imnida, kibum ssi…" katanya dengan wajah merah dan berusaha berlagak imut. Ah.. aku ingat sekarang, dia termasuk yeoja babo yang mengganggu siapapun yang mendekat kearahku. aku sering mendapat perlakuan seperti ini, di ajak bicara oleh yeoja cantik, aku bisa apa yang akan mereka lakukan sekarang ini.
Tuh kan benar, selembar amplop pink di sodorkannya padaku. Aku sudah sangat hapal apa isinya. Sangat! Hampir sudah delapan surat yang kuterima hari ini. Apakah dia yang terakhir untuk hari ini? Aku menghela nafas. Ku sumbat kembali telingaku dengan ipod, ku koyak surat itu di depannya tanpa membukanya. Inilah yang selalu kulakukan. "aku tak tertarik" ucapku kemudian aku berjalan keluar pagar sekolah. Aku tahu yeoja itu pasti menangis, mereka hanya bisa begitu. Mereka tercipta di dunia ini untuk itu.
Seorang namja tiba-tiba menepuk kepalaku saat aku berlalu dari depan pagar sekolah. Aku segera melepas handsfreeku. Siap untuk menyelak orang yang menepuk kepalaku itu. Tapi aku langsung mengurungkan niatku saat aku melihat siapa yang berada di belakangku itu. Namja pendek, berambut hitam se kerah baju, bibir pink yang mempesona dan kulit putih merona.
"kau ingin marah?" katanya menunjukkan gaya aegyo nya di depanku
"anny…" sergahku cepat sebelum dia mengeluarkan aksi ngembeknya yang berlebihan.
Dia tersenyum dan merangkul lenganku. Dia memang lebih pendek dariku tapi usianya enam tahun lebih tua dariku. Namanya lee sungmin, namja aegyo pecinta pink. Seperti yeoja memang, tapi dia ini guru olahraga di sekolahku, bahkan dia sangat jago berbagai macam beladiri. Sampulnya memang tidak seperti keadaan sebenarnya.
"bummie-ah, kau mau pulang?" tanyanya lembut padaku sambil tersenyum "temani aku sebentar ya!"
"baiklah, tapi aku harus tukar pakaian dulu, hyung mau kau terkena masalah lagi karena aku" ujarku berusaha seramah mungkin bicara dengannya. Dia, adalah pacarku. Tentu saja pacar abnormal, selain dia adalah guruku dia juga seorang namja sama sepertiku. Tapi apa yang bisa kuperbuat, akulah yang menyukainya duluan.
"tidak apa-apa! Terserah mereka saja, kita kerumah ku kok, hanya ada yesung hyung dirumah. Tak ada kepala sekolah atau keluargamu" appa dan eommaku melarang hubungan kami, si kepala sekolah dan orang lain hanya bisa manggut-manggut mengingat kedua orang tuaku itu memang orang berada. Tapi sejak kapan mereka menganggapku sebagai anak mereka? Mereka kan hanya mementingkan uang dan uang.
Hanya Minnie hyung yang peduli padaku. Yang membuatku merasa senang di sampingnya, yang mencintaiku apa adanya. Yang selalu mampu mengeluarkan senyuman padaku. Aku mencintainya sebesar aku mencintai diriku sendiri. Hingga aku rela menjadi seorang pembunuh demi dia. Meski aku tak pernah di biarkannya untuk merasakan tetesan darah.
Di kediaman Minnie hyung, aku menatap kearah hae yang baru pulang dari kuliahnya. Chullie hyung tampak senang bermain dengan cerminnya, sementara yesung hyung terus berkutat dengan komputernya. Mereka adalah patner kerja, patner dalam membunuh dengan imbalan besar. Pekerjaan berisiko dan bagi mereka menyenangkan.
"bummie-ah…" chullie hyung berlari ke arahku dan langsung mendapat deathglare dari Minnie hyung.
"chullie… dia milikku!" pekiknya sambil memeluk pinggangku, dia memang ke kanak-kanakan. "aku ada berita baik, apa nama yang bagus untuk organisasi kita… jreng..jreng… snow pink!" dia sedang berbangga diri.
"norak ah! Kok pink sih?" hae hyung tampak tak setuju. Ia memainkan senapan di tangannya sambil mengelap senapan itu.
"itu gabungan aku dengan kibum. Ya kan bum? Lihat sifat dingin dan pendiamnya itu seperti salju terus aku suka sekali dengan pink. Jadilah snow pink! Ingat tak ada yang boleh membantahnya termasuk yesung hyung. Aku pimpinan di sini" celotehnya . dia terlihat manis kalau seperti itu
"tapi kenapa harus aku hyung?" tanyaku yang merasa tuh nama emang aneh
Dia berjinjit menyambar bibirku. "karena aku mencintaimu dan kau semeku" plop… jadilah wajahku yang memerah. Yesung hyung tertawa, sementara hae hyung bersiul-siul gaje.
Flashback end-
"aku sungguh akan menjaga snow pink untukmu bunny pink ku sayang! Lihatlah aku dari surgamu dan tertawalah dengan senang karena kaulah yang membuatku begini" gumamku menyentuh lembut bibir lukisan yang kutatap sedih.
Kenapa aku tak bisa membencinya? Kenapa aku tak bisa mencampakkannya? Kenapa aku tak bisa melupakan dia? Minnie hyung, aku mencintaimu…
Ryeowook pov.
Aku menatap lirih dengan pimpinan muda organisasi pembunuh bayaran sekaligus pemilik gedung tinggi berlantai 101 lantai ini. Dia terlihat cerah pagi ini, seharusnya aku sangat tahu dia bukan sebaik penampilannya. Benarkah dia seorang gay? Aku merasa sayang dengan wajahnya yang luar biasa tampan itu. Aduh… bukankah aku sedang dalam bahaya? Aku namja tulen yang normal yang mencintai yeoja, tapi kenapa jantungku berdebar saat dia mengatakan dia tertarik kepadaku semalam.
"bummie-ah.. kita akan kemana?" tanyaku menatapnya. Dia tersenyum simpul, sungguh yeoja pasti langsung mimisan saat melihatnya. Aku mengakui itu.
"kau mau kemana?" dia sedang mempermainkan aku huh?
Kibum tertawa, gawat.. aku pasti tak sadar menunjukkan wajah kesalku yang konon bisa menarik perhatian para seme dan yeoja keibuan. Yang ku dengar dari hae,,, dia ini kan seme meski usianya masih muda. Dia menarik tanganku, tangannya sedikit berbeda sungguh membuat merasa aman. Kenapa aku begini sih? Bukankah aku yang harusnya memberikan dia rasa aman, aku kan hyungnya.
Di daerah Mokpo, 18.30
Kami memasuki sebuah penginapan kecil. Kibum dengan sempurna membuatku terkejut dengan penyamarannya yang seperti namja berusia 30 tahunan, sedangkan aku agak sedikit kesusahan karena aku berperan menjadi adiknya yang masih SMA? What.. yang benar aja?
Kami memasuki salah satu kamar di lantai dua. Kibum memegang tanganku erat, hingga di dalam kamar dia melepasnya. Dia segera membuka penyamarannya dengan menghapus make-up yang membuatnya terlihat lebih tua itu. Dia menatapku sambil tersenyum manis seperti biasa. "hyung, cantik deh" sekali lagi dia menggombalku. Itu takkan mempan asalkan dia tak mengeluarkan senyuman killernya. Entahlah jantungku selalu berdebar cepat saat itu terjadi.
"jadi apa yang harus kita lakukan?" tanyaku cepat membuka tas berisi senapan yang kubawa. Kibum menutup tasku.
"tetap tenang, kerjamu itu seperti polisi. Sok cepat tapi akhirnya lelet" katanya yang membuatku serasa tak mempunyai pengalaman apapun. "bersihkan dulu tubuhmu itu, aku tak suka dengan hal yang kotor"
Ini aneh, setelah aku dan dia selesai berberes dengan diri kami masing-masing. Kibum malah dengan santainya tiduran di atas sofa. Dia sibuk membolak balik buku novel yang sedang ia baca. Aku jadi bosan sendiri, kenapa tidak ada aksi memata-matai, atau semacamnya yang biasa aku lakukan saat akan menangkap penjahat kelas berat.
"kau bosan?" dia seakan bisa membaca pikiranku. Aku duduk di sisi tempat tidur yang tak jauh keberadaannya dari sofa.
"menurutmu aku tak cocok ya jadi pembunuh bayaran" benar sekali, dia bisa menebak pikiranku dengan benar. "semulanya aku memang bukan, tapi semenjak kekasihku meninggal aku harus menggantikan posisinya" kekasihnya? Apa maksud nya Minnie hyung yang di ceritakan donghae.
Dia tersenyum lagi, tapi terlihat terpukul di ekspresinya yang menyedihkan "hyung… sangat mirip dengan dia. Cara bicara, cara menatapku bahkan kau memiliki aegyo yang mengimbanginya. Hahaha.."
"mian.. aku tak bisa membantumu melepaskan rindumu padanya" aku tahu akhir pembicaraan ini.
"kumohon, jagalah jarak denganku! Bagaimanapun aku seorang seme" rasanya aku ingin menepuk kepalanya itu. Berani sekali dia mengakui dia seorang seme dengan begitu bangga, lalu dia ingin bilang aku uke yang baik.
"kau jago menembak?" dia mengalihkan pembicaraan tiba-tiba
Aku mengangguk sambil tersenyum "nilaiku sempurna" ujarku.
"aku akan jelaskan sedikit soal snow pink padamu, snow pink itu akulah pimpinannya dengan anggota yesung hyung, chullie hyung dan hae hyung serta wookie hyung. Yesung hyung menguasai soal jaringan, dia hanya menggunakan pedang dalam setiap aksinya. Chullie hyung menguasai penyamaran, dia pengguna sniper hanya saja dia bisa menggunakan dalam jarak dekat, kemudian hae hyung dia memiliki fisik terkuat diantara kami, dia hanya menggunakan pisau kecil dalam membunuh sedangkan aku, aku menguasai semua senjata itu dan aku memiliki sihir"
"maksudmu?"
"hipnotis… aku ingin bertanya senjata apa yang bisa kau gunakan. Semua anggota bisa menggunakan semua senjata hanya saja, mereka lebih akurat menggunakan senjata yang mereka sukai tadi. Lalu apakah kau punya keahlian lain?"
Aku menunduk, memikirkan apa yang baru saja yang ditanyakan kibum. Senjata yang bisa ku gunakan secara akurat? Pedang, senapan atau pisau. Aku tertunduk, aku hebat dalam menembak memang. Benar pistol, aku hebat menggunakan pistol. "pistol, machine gun…" ujarku semangat
Dia tertawa lagi "kau sungguh manis! Baiklah, kemudian apa keahlianmu?" aku terdiam mematung, aku tak punya keahlian seperti mereka. Apa ya? Kibum tiba-tiba berdiri. Dia mengeluarkan pistol dari jasnya. Ia melempar ke arahku dan kutangkap dengan manis. "mereka sudah keluar, tembak salah satu dari mereka dan yang lain akan melihat kearahmu, lakukan dengan cepat dan jangan tinggalkan jejak" ucapnya membuatku meningkatkan kewaspadaan.
Aku keluar dari jendela beranda kamar penginapan yang kami tempati sekarang. Aku melihat segerombol orang-orang. Jumlah mereka satu… "jumlah mereka dua belas orang! Jangan gunakan matamu, dengarkan suara langkah mereka" kibum membuatku terpesona dengan kemampuannya. Pantas saja, dia mendapat misi yang paling sulit.
Aku mengambil ancang-ancang ingin menembak mereka. Tiba-tiba aku terserang gemetaran hebat. Ya.. aku ketakutan, aku tak pernah membunuh sebelumnya apalagi menembak orang. Bagaimana ini? Aduh.. jika begini aku akan ketahuan. Peluhku mengalir deras, tanganku lemas seketika dan pistol itu hampir jatuh dari tanganku.
Jreep… kibum sudah ada dibelakangku, dia merangkul pinggangku. Di pegangnya tanganku yang hampir menjatuhkan pistol. Ia membidik target dengan pistolku. "kau tidak punya pengalaman dan tak punya keahlian. Makanya aku tak mengizinkanmu bergabung menjadi anggotaku" katanya bergelayun manja di bahuku. Dia mengeratkan rangkulannya, "tapi karena aku tertarik padamu maka aku menerimamu" dia berbisik tepat di telingaku.
DOOR.. satu peluru di tembakkan dan tepat di tenggorokan salah satu diantara target. "dia pimpinannya, suasana akan kacau setelah ini. Dengar habisi mereka dengan cepat, tepat di tenggorokan seperti yang baru saja aku lakukan"
Aku menelan ludah, tubuhku masih bergetar tapi tak terlalu kencang Karena dekapan iblis kecil ini. "aku akan memberikan contoh sekali lagi wookie ah…" dia tidak melihat target, dia sedang merayuku tapi dengan cepat satu persatu namja di bawah sana berjatuhan, sangat tepat di tenggorokan.
"kau tidak melihat mereka?"
"tidak perlu melihat, dengarkan suara nafas mereka yang mengalir di tenggorokan mereka lalu tembak. Mataku ini hanya ku gunakan untuk melihatmu.." ujarnya tersenyum jahil, kini mencium cepat pipiku. "yak peluru mu habis" katanya mengeluarkan pisau kecil seperti punya hae…
JLEPP.. JLEPP.. semuanya tepat di tenggorokan. Dia mengerikan. Kibum, namja yang sedang mendekapku ini mengerikan. "misi selesai!" katanya sambil tersenyum melepas rangkulannya di pinggang rampingku. "baumu enak, seperti wangi Minnie hyung"
"tunggu dulu, apa keahlian Minnie hyung mu itu?" entah kenapa aku bertanya begitu. Dasar babo wookie, kau sudah kehilangan muka dengan tehnikmu yang payah itu.
"dia,,, tidak ada dia hanya ahli bela diri dan tak pandai menggunakan senjata api"
"aku tak punya keahlian…" kataku gusar.
"kau punya sekarang,, anggap kau memiliki keahlianku, karena kau milikku" dia menyeringgai. Aku sudah tak normal sekarang, wajahku memerah saat mendengarnya. Brengsek kau kim kibum. "kenapa kau melamun, kita akan segera pergi ke penginapan lain! Berpura-puralah histeris, agar tak ada yang mencurigai kita" dia mengeluarkan dua belas lambang snow pink, kemudian di sebarnya ke arah mayat yang terlihat mengenaskan itu.
TBC…
Mian he,,, payah banget nih FF,,, gaje gitu bawaannya. Hiks.. pasti buruk ya!
Sampai jumpa di chapter 2 (sape juga yang mau jumpa)
Di chapter 2, snow pink sungguhan dalam masalah karena mereka mulai di selidiki oleh tim elit kepolisian yang di pimpin oleh Choi Si Won. Heheeheehe…. Bakal ada sibum nih kayaknya, truz siapa sih sebenarnya pembunuh lee sungmin, yang sedang di buru Kibum?
Mohon reviewnya…. Suka gak suka! (hahahaha, lagi maksa nih)