Hai all...

Yang minta sequelnya Our Marriage, udah saya buat meskipun baru prolognya aja. Semoga kalian suka ya?

^^v

Naruto by Masashi Kishimoto

The Happines For You by Kyra De Riddick

Prolog


Buk!

Bruk!

Duak!

Suara daging yang berbenturan dengan keras lalu terjatuh memenuhi gang sempit dan gelap, tercipta dari celah-celah tak terpakai pusat pertokoan di kota kecil bernama Konoha itu. Siluet-siluet tubuh yang terkapar di tanah terdengar merintih kesakitan. Namun seolah rintihan kesakitan itu tidak cukup, sebuah bayangan lain yang masih berdiri tetap menyarangkan tendangan ke arah tulang rusuk para korbannya.

Tendangan itu akan terus ia langsungkan andai sosok yang lebih tinggi darinya, yang sejak tadi hanya diam menatapnya sejak lawan-lawannya terkapar, tak segera menahannya.

"Cukup, Uzumaki." Suara beratnya berucap dengan intonasi rendah. Namun sosok yang ia panggil 'Uzumaki' tersebut tak mengacuhkan tegurannya. Ia masih sibuk menendangi lawan-lawannya yang sudah tak berkutik.

Greb!

Akhirnya, pemuda berpostur tinggi itu menarik paksa lengan mungil si Uzumaki dan menyeretnya keluar dari gang sempit dan gelap itu. Namun, belum juga mereka sempat menyapa matahari sore, Uzumaki yang ternyata adalah seorang gadis muda menyentakkan lengannya hingga tarikan si pemuda terlepas.

Pemuda bernama Uchiha Sasuke itu memfokuskan sepasang mata hitamnya untuk memandangi gadis yang baru berusia 20 tahun itu. Tubuh itu lebih kecil darinya. Wajahnya sedikit memar akibat perkelahian tadi, mata birunya menatap Sasuke dengan dingin, rambut pirangnya yang telah mencapai bahu menari dirayu angin. Namun yang ada dalam pandangan seorang Uchiha Sasuke bukanlah gambaran itu. Melainkan sosok lain dengan wajah dan cirri-ciri yang sama. Akan tetapi sosok dalam pandangan Uchiha Sasuke berambut panjang dan menatapnya dengan lembut. Tanpa ada aura kebencian di dalamnya. Sangat berbeda dengan sosok yang berada di hadapannya saat ini.

"Naruto."

"Apa?" sergahan kasar itu menyadarkan Sasuke. Didapatinya kebencian dalam tatapan gadis di hadapannya semakin nyata ditujukan padanya.

"Sampai kapan kau mau mencari masalah yang akan membahayakan dirimu? Kalau tadi aku tidak datang, kau mungkin tinggal nama sekarang."

Seringai mengejek dicetak dengan baik oleh Naruto. "Memangnya aku memintamu untuk datang?" Tanyanya dengan nada tidak sopan pada dosen semester pertamanya itu.

"Terserah padamu saja. Ayo pergi." Sasuke yang memang lebih dewasa berniat untuk menyudahi debat kusir tanpa akhir yang akan segera terjadi kalau dia membantah pernyataan muridnya itu.

Naruto mematung. Tidak melangkah sedikit pun untuk mengikuti ajakan Sasuke. "Tugas-tugasku sudah aku kumpulkan. Kehadiranku juga tidak bermasalah. Dan lagi, kau tidak lagi berstatus sebagai pengajarku. Kau sama sekali tidak punya hak untuk mencampuri urusanku."

"Memang. Tapi kau yang selalu datang dengan pakaian berantakan dan wajah memar tetap menjadi tanggung jawabku."

"Alasan bodoh."

"Cukup, Naruto. Ikut aku."

"Siapa yang kau panggil?"

Pertanyaan itu membuat Sasuke mengernyit heran. "Tentu saja aku memanggilmu."

"Kalau begitu, siapa yang kau lihat?"

Kali ini Sasuke terdiam. Pertanyaan itu, walaupun tidak ia mengerti, tetap saja menyinggung hatinya. Seolah-olah gadis di hadapannya mengetahui masa lalunya. Atau setidaknya mampu membaca pikiran Sasuke yang selalu memikirkan seseorang.

"Kau tidak bersikap seperti ini pada yang lain. Hanya padaku saja." Naruto berucap hampir berbisik. "Kenapa? Untuk apa?"

"Tentu saja karena kau yang paling bermasalah."

Naruto mendengus kesal. "Kau pikir aku begitu bodoh? Begitu bodoh sampai tidak menyadari bagaimana caramu memandangku."

"Aku harap kau tidak salah paham-"

"Sayangnya, aku sangat menyadarinya. Jadi, kuingatkan; menjauhlah dariku, karena aku BUKAN DIA."

Sasuke seolah mendengar suara petir menyambar di kepalanya. "Kau…"

Tatapan benci dari mata biru itu masih ditujukan ke arahnya dengan berani. "Kalau kau memang peduli padaku, setidaknya lihat aku. Kalau kau memang mengkhawatirkan aku, datanglah untukku. Uzumaki Naruto.

Bukan Naruto yang lain!"

Suara bentakan gadis muda itu terdengar bagaikan Guntur di telinga seorang Uchiha Sasuke. Terutama kalimat terakhirnya yang benar-benar menyinggung. Ia pun hanya bisa berdiri mematung tanpa mampu mencegah langkah cepat sang Uzumaki.

Pertama kalinya ia bertemu dengan gadis itu adalah sekitar tujuh bulan yang lalu. Yaitu saat dirinya diminta oleh mantan dosennya untuk menggantikannya mengisi mata kuliah yang tidak bisa ia ajarkan karena urusan studi sang dosen yang mengharuskannya ke luar Negeri.

Saat itu, Naruto datang terlambat dan sangat heboh. Ia menjawab panggilan absennya dengan berteriak dari luar kelas sambil lari. Ciri fisiknyalah yang membuat seorang Uchiha Sasuke sempat terpaku selama beberapa menit. Sebab gadis itu sangat mirip dengan seorang gadis dari masa lalunya. Seorang gadis yang sangat ia cintai, namun harus ia lepaskan karena gadis itu memilih untuk kembali pada suaminya, tak peduli pada luka yang telah ditorehkan oleh sang suami padanya. Seorang gadis yang telah berpulang pada sang Khalik tak lama setelah ia berjuang untuk mempertahankan keberadaan kedua buah hatinya di dunia ini. Seorang gadis yang masih sangat ia cintai hingga kini. Sabaku No Naruto. Naruto-nya.

Awalnya, Sasuke masih bisa menggunakan pikirannya untuk menjauhkan diri dari Uzumaki Naruto. Sebab ia sadar bila Naruto yang ia kenal dulu, sangat berbeda dengan Uzumaki Naruto ini. Naruto-nya adalah seorang gadis yang sangat riang, berisik, dan juga bodoh. Tetapi di sisi lain, Naruto-nya adalah seorang wanita hebat yang begitu lemah lembut dan dewasa. Sedangkan Uzumaki Naruto adalah seorang gadis –yang kata kasarnya- berandalan. Hampir setiap hari dia datang ke sekolah dengan pakaian berantakan dan wajah memar di sana sini.

Hal itu pula yang membuat Sasuke tidak bisa mengalihkan pikirannya dari dirinya. Teguran dan laporan dari para dosen lain dan mahasiswa yang merasa khawatir dengan Naruto membiatnya harus turun tangan. Sedikit demi sedikit ia pun mulai menyelidiki Naruto yang berujung dirinya ikut terlibat dalam pertikaian gadis itu. Seperti yang baru saja terjadi.

Ia tahu, bila alasan utamanya selalu memperhatikan Uzumaki Naruto adalah karena kemiripannya dengan Naruto-nya. Sebab memang alas an yang selalu ia keluarkan selama ini memang sudah tidak lagi relevan mengingat ia hanya mengajar gadis itu selama tiga bulan pertama, dan lagi, dirinya sama sekali bukan seorang dosen.

Tetapi ia tidak akan pernah menyangka, bila Naruto akan tahu alasannya.

Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. "Sial!" Umpatnya, "Sadarlah, Sasuke. Dia bukan Naruto yang kau kenal."


Dimana? Pikirannya menanyakan hal itu. Ia sama sekali tidak mengenali tempatnya berdiri sekarang ini. Tempatnya berpijak adalah tanah berumput hijau segar. Tetapi itu bukanlah sebuah taman, sebab ada banyak pepohonan di sekitarnya. Desir angin memainkan rambut pendeknya.

Kepalanya mencari-cari ke semua arah saat didengarnya alunan musik yang terasa asing dan familiar di saat yang sama mengusik pendengarannya. Matanya pun berhenti mencari saat ia menangkap sebuah sosok yang tengah duduk menghadap sebuah danau berair sejuk dengan sebuah biola di pundak kirinya. Rambutnya berwarna sama dengan miliknya, tetapi lebih panjang.

"Siapa kau?" bibirnya mengucap tanya.

Menyadari ada seseorang di belakangnya, sosok itu berbalik dan tersenyum lembut.

"Kau!"

Mata birunya mengerjap cepat. Napasnya berderu cepat tak teratur. Setelah menenangkan dirinya sejenak, ia melirik jam beker yang ada di samping tempat tidurnya. 05.45.

Masih terlalu pagi untuk bangun. Tetapi mimpinya membuatnya tidak bisa tidur kembali. Ia memutuskan untuk bangun dan mengambil segelas air hangat untuknya di dapur dan segera kembali ke kamarnya. Diteguknya air sampai habis setengah gelas, lalu ia menatap cermin besar yang ada di kamarnya. "Kenapa?" ia berbisik pelan.

"Kenapa kau harus kembali?"


TBC

Mau review nggak?

please...

19/8/2011

Kyra De Riddick