My Boyfriend is a Vampire

A Screenplays fanfic

Disclaimer: Anggota Suju bukan kepunyaan saya, Tapi, plotnya murni ide saya. Jadi, jangan copy paste pleaseee

Cast index: Choi Siwon as Andrew

Kim Tami as Ashley

Hyora as Hyora

Kim Ahra as Gladys

Song Chien as Annabeth

Enjoy it

Chapter 8: Her Rival

Sesosok tubuh melayang terpental di udara. Tubuh yang melayang-layang bagai layangan putus itu segera ditangkap dengan sigap oleh Annabeth yang segera pulih dari keterkejutannya. Aku mengenalinya sebagai salah satu vampir pengawal Andrew. Di dada vampire itu tampak lubang menganga yang mengeluarkan darah kental. Nafas sang vampir terputus-putus ketika ia membuka mulutnya yang berlumur darah, hendak mengatakan sesuatu pada Annabeth

"Mereka... mereka datang.., tu... tu...an sedang be be berusa ha mena...han mereka" lapornya terbata-bata.

Detik itu juga, aku melihat bebearapa ekor harimau bertubuh sebesar anak gajah mengamuk di pelataran. Para prajurit vampir mencoba menahan mereka dengan seluruh kemampuan. Namun aku tercengang ketika melihat mereka banyak yang tumbang diserang para harimau yang memiliki kecepatan dan kekuatan setara para vampir itu.

"Natt! Hei Natt! Janet, bawa Natt ke klinik!" Annabeth memerintahkan Janet yang tampak agak pucat. Janet mengangguk dan menggendong si vampir tanpa kesulitan. Ia melesat hilang dari pendangan, meliuk-liuk menghindari kekacauan di pelataran.

Annabeth memandang para newborn tajam "Kalian, bantu mereka. Ingat, ini bukan latihan, gunakan kemampuan maksimal kalian" Perintahnya tegas. Wajahnya menegang, dan bola mata coklatnya berubah menjadi merah. Persis Andrew saat ia sedang marah, aku lupa, mereka kan kakak adik...

"Ash, kembali ke kamarmu, sekarang" desis Annabeth padaku dengan penakanan pada kata terakhirnya.

Aku menggeleng tegas "Nope. Kalau kau bertarung. Aku juga..."

"Ash..." Annabeth membuka mulut dengan marah, namun serangan dari salah seekor harimau itu membuat kami terpencar menghindar. Aku menggunakan kesempatan ini untuk menjauh dari Annabeth dan malah menghambur ke arah seekor harimau lain yang tengah diserang dua orang newborn. Annabeth tidak bisa menghentikanku karena ia sendiri sibuk dengan harimau pertama.

"GROOOOAAAAAAAAR!" Aku berkelit ke samping ketika cakar sebesar pahaku mengayun berbahaya dengan kecepatan kilat.

Masih untung, aku sempat berkelit sehingga cakar itu hanya mengenai udara kosong. Kalau saja aku terlambat sedikit saja, aku pasti sudah jadi Ashley cincang. Hii…

Kedua newborn yang bersamaku melengkungkan pungung mereka dan melompat canggung dari dua sisi yang berlawanan. Taring mereka berkilau dan cakar mereka mengayun berbahaya. Namun, sang harimau melenturkan tubuhnya dan melompat menghindar dengan mulus sehingga kedua penyerangnya menabrak tanah.

Aku merogoh kantung saku belakangku untuk mengambil Riptide. Pena itu mendesis dan memanjang sampai berbentuk sebilah pedang panjang yang tajam dan berkilau, pegangannya melingkari pergelangan tanganku dan terasa seakan menyatu dengan tanganku.

"Hei harimau jelek, kesini kalau berani"ejekku sambil berkelit menghindari ekornya yang menyabet bagai cambuk, sayangnya pahaku sempat terserempet dan ya ampun, rasanya pedih sekali. Harimau itu meraung lagi dan menubrukku dengan kekuatan sebuah truk tronton. Aku meliuk menghindar sembari mengayunkan tangan kananku, menyabetkan Riptide ke perutnya yang terbuka.

Harus kuakui, untuk makhluk sebesar ini, reflek si shape shifter benar-benar sangat bagus. Sabetan yang biasanya bisa membuat perut lawanku robek menganga hanya meninggalkan bekas goretan tipis seperti terserempet duri. Si harimau, yang tampaknya tidak merasakannya, malah melontarkan seorang newborn yang menerkamnya dengan gigi gigi tajam dan membuatnya jatuh tak bergerak sejauh lima meter. Kemudian, ia menyerangku dengan cakarnya, menghasilkan empat buak goresan dalam di lengan atasku dan lengan jaket serta baju yang kukenakan langsung tercabik.

Aku merasakan sensasi tajam menyengat dari lukaku yang berdarah "AARRRRRGGHHH"

Dari sudut mataku, kulihat tiga ekor harimau lain bergabung dengan dua yang masih melawan kami, sementara empat yang lain sudah berhasil dilumpuhkan. Salah seekor harimau yang memiliki tubuh lebih ramping dibanding rekan-rekannya dengan warna kulit lebih cerah dan mata kuning yang menyorot cemerlang juga ikut memasuki medan pertarungan yang langsung penuh sesak. Tidak seperti yang lain, harimau ini tidak langsung menyerang kami dengan ganas, tapi hanya berdiam tenang. Setiap gerakannya terlihat selalu diperhitungkan matang-matang. Ia memang dua kali lebih kalem dibanding teman-temannya, tapi juga dua kali lebih mematikan. Setiap ayunan cakar maupun kertakan giginya selalu memakan korban dari pihak para vampire.

Annabeth yang akhirnya berhasil melumpuhkan lawannya sendirian, melompat cepat menghadapi sang harimau kecil. Begitu mereka bertatapan, aku nyaris bisa melihat kilatan api memercik di antara sepasang bola mata kuning cemerlang dan merah menyala. Selama beberapa saat Annabeth dan harimau itu tidak bergerak sama sekali. Harimau-harimau lain juga perlahan melompat mundur berdiri di belakang lawan Annabeth. Aku dan beberapa newborn lain hendak mengejar, tapi Annabeth memberi isyarat agar kami semua mundur sehingga kini tersedia ruang kosong yang cukup lebar antara kedua musuh yang saling berhadapan itu.

Tiba-tiba, si harimau melompat tinggi seperti hendak menerkam. Anehnya, Annabeth sama sekali tidak bereaksi, ia tetap berdiri tenang, bahkan tanpa ada indikasi akan menghindar.

Harimau itu bersalto dan –aku melongo melihatnya- mengecil dengan cepat. Akhirnya, yang mendarat anggun beberapa puluh senti di hadapan Annabeth adalah seorang gadis muda. Gadis itu memiliki postur tubuh mungil ramping namun terlihat kekar, ia sedikit lebih pendek dari Annabeth dengan rambut hitam lurus tergerai sepinggang. Rambutnya terlihat sewarna dengan loreng hitamnya saat ia berubah menjadi harimau, sangat kontras dengan warna kulitnya yang kuning langsat.

Annabeth tersenyum meremehkan "Hyora, tak kusangka kau datang kemari" sapanya pelan, dengan nada bersahabat yang anehnya, terasa dingin dan menyeramkan. Tanpa sadar, bulu kudukku meremang mendengarnya.

Gadis yang dipanggil Hyora itu balas menatap Annabeth tanpa rasa takut. Ia memainkan rambut indahnya dengan santai, seakan bertemu dengan teman lama.

"Lama tidak bertemu, hanya itu sambutanmu pada teman lamamu, Annabeth?" balasnya

"Hmm, lalu, kau mau kusambut seperti apa? Peluk dan cium pipi" Annabeth maju selangkah dengan sikap waspada "Ngomong-ngomong, mana kakakmu, biasanya dia yang jadi babysitter?" ejeknya

Hyora menyeringai "Kakak dapat lawan yang bagus, dia jadi memperbolehkanku sendirian kali ini" gadis itu juga kemudian maju selangkah sehingga mereka saling berhadapan rapat. Bahkan, jika mereka saling mengulurkan tangan, mereka dapat menyentuh satu sama lain "bagus juga kan, kesempatan langka ini tidak akan kusia-siakan"

Annabeth menggeram "Dia Andrew bukan?"

"Hmmm… mungkin" jawab Hyora tidak meyakinkan

Selama sedetik, mereka berdua membisu, dan tiba-tiba, dalam sebuah gerakan serentak, kedua gadis itu melompat menyerang lawan mereka mesing-masing, dan bagi Hyora, dia kembali bertransformasi menjadi seekor harimau betina yang anggun.

Sang vampire dan shape shifter saling serang dengan ganas. Mereka bergantian menyabet, menghindar, merunduk, melompat, menyerang lagi, dan masing-masing nampaknya berusaha keras untuk menghancurkan lawannya. Mereka berdua seakan menari gemulai, berputar-putar di arena kosong yang kami ciptakan, dipandangi oleh para shape shifter, vampire, dan aku yang seakan tersihir keanggunan mereka.

Setiap serangan luwes Hyora hanpir selalu dapat dihindari atau ditangkis Annnabeth. Sebaliknya, sang harimau juga meliuk-liuk lentur mengelak sabetan-sabetan cakar maut Annabeth. Keduanya sama-sama luwes, keduanya sama-sama mematikan, dan nampaknya memiliki kemampuan yang setara.

Kini, ada lebih banyak shape shifter yang datang, dan juga beberapa pria bertubuh kekar yang kuduga adalah kawanan werewolves. Bala bantuan vampire pun mulai membanjiri pelataran. Tapi seperti kami, merekapun seolah terpaku menyaksikan kecantikan yang mematikan dari Annabeth dan Hyora.

"Astaga…" desahku pelan. Ternyata, dibalik keceriaan dan sikap kekanak-kanakan Annabeth, dia memang sangat hebat. Sangat pantas menjadi adik Andrew.

Omong-omong soal Andrew…

Aku celingukan mencari sosok pria pengisi hatiku itu. Namun, sejauh yang kulihat tidak ada yang kukenal di sini, kecuali..

Gladys berdiri beberapa meter dari tempatku, sangat kebetulan berada di depan Janet yang terlalu terpaku untuk bisa bergerak.

"Gladys.." bisikku pelan berusaha agar tidak ada seorangpun, terutama Janet yang mendengar bisikanku

Gladys terlonjak "Ash.. Ashley?"

"Kau.." aku ragu-ragu sejenak "Tahu dimana Andrew berada?"

Aku takkan heran kalau ia menggeleng kebingungan karena memang pertanyaanku agak tiba-tiba dan aneh. Tapi, Gladys malah mengangguk kecil

"Ya. Memang kenapa?"

Jantungku berdetak dua kali lebih cepat, "Di mana ia? Katakan padaku" aku harus menahan dorongan untuk mengguncang gadis vampire itu keras-keras. Jadi, Gladys tahu dimana dia? Bagus sekali!

Gladys nampak bingung melihatku, namun ia toh memberitahuku juga "tuan Andrew dan tuan Casey ada di ujung lapangan sana itu. Ia yang menyuruhku segera kemari untuk membantu nona Annabeth" jelasnya sambil menunjuk arah Utara, yang penuh dengan shape-shifter.

Aku mendesah "Trims Gladys" dan mengendap-endap menjauhi pertempuran tunggal Annabeth dengan Hyora.

Aku tahu aku harus pergi ke tempat Andrew. Tapi, Utara penuh dengan sosok-sosok harimau raksasa yang siap menyerang. Bagaimana aku bisa melewati mereka? mereka pasti akan menyerangku, dan aku tidak mungkin bisa melawan mereka semua,

Kecuali…

aku tahu kalau tempat yang ditunjuk Gladys itu dekat dengan bangunan sekolah, dan antara bangunan sekolah serta gedung asrama memiliki lorong penghubung, dan gedung asrama hanya berjarak beberapa meter di belakangku. aku juga tahu kalau para shape-shifter itu sudah menyerang gedung sekolah. Tapi, aku sudah hafal seluruh jalan rahasia dalam gedung itu. Para harimau raksasa itu pasti takkan menyerang lorong ventilasi yang sempit dan gelap kan?

"Oke" aku mendesah sambil menatap deretan kamar-kamar di hadapanku. Sekali lagi, kupastikan kalau Riptide masih aman di sakuku sebelum memantapkan hati memasuki gedung asrama yang terlihat familier. "Here we go, Ashley"

Ok, semua….

Akhirnya chapter 8 ini publish juga fyuhh #Lap keringet :P#

Buat chapter 9, kayaknya bakal lama nih, soalnya lagi panen ulangan, mana 2 minggu lagi US. #Derita anak sekolah nih

Oya, itu chara Hyora adalah request dari Aalea Ciputt (Bener kan nulisnya? #Plakkk) yang kemaren berhasil jawab tebakanku hehehe, selamat ya, omong-omong, kamu ga ngasih ciri-cirinya, jadi aku buat gini gpp kan? Ntar klo keberatan, kasih aku ciri-cirinya nd bakal kuubah.

Dan, ada yang mau request nama buat jadi kakak cowoknya Hyora? Kehabisan stok nama nih hehe #Huuuuuuuu…..

Okay, akhir kata #Halah, sok resmi hehehe.

RnR please…..