A/N : CHAPTER 3 UPDATE. COMPLETE. Hai Mina-san. Terima kasih buat readers-readers yang udah mau baca sekaligus review fict gaje Uya ini, juga buat silent readers. Khusus buat senpai-senpai yang udah perhatian ama Fict Uya ini.
THANKS TO :
Tantand, U-know Maxiah, Arigatou, Katrok, Misterius, Mystery, Gleeazure, Megu-Megu-Chan, Zoroutechi, Pajak, Nakano Arishima, Sunny.
Hiru'Na' Fourthok'og : Thankz udah review. Hahaha, tereakannya lebaaaaaay amat.
Ame Kuroyuki : Mudah ketebak ya? Udah di update nih..
Ika-chan : Hahaha, kayaknya memang mudah ketebak!, Udah update nih...
Ah, iya ini, chapter terahkir loch. Rahasia Hinata bakal terungkap disini. Dan, maaf kalau masih ada kesalahan penulisan. Soalnya masih cecurut sih.
Oke, mari kita majukan pendidikan indonesia, ah, Nih mulut...
Oke, mari kita tengok ceritanya... ZOOOM*Plaak*
DISCLAIMER :
Naruto : © Masashi Kishimoto
The Plan : © Kaguya Hitsugaya
RATING : T
PAIR : Naruto x Hinata
GENRE : Romance/Hurt/Comfort
WARNING : AU, OOC, Gaje, Typo's, acak-acakan
Summary : Bagaimana kalau Naruto, seorang anggota geng kaguya, geng yang urak-urakan dan membenci wanita di sekolahnya, bertemu dengan Hinata. Seorang murid pindahan dari Sunagakure yang selalu mengikuti kemanapun Naruto pergi. Apa yang akan terjadi selanjutnya?...
~THE PLAN~
~o0o~
Kicauan burung-burung telah mengawali hari baru bagi setiap manusia. Sinar matahari pun kelihatannya sudah tidak malu-malu lagi menunjukkan dirinya. Suara kendaraan bermotor mulai menghiasi pagi yang terkesan sibuk itu.
Sinar matahari menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar seorang pemuda yang masih terbuai dengan mimpinya. Seakan terusik dengan kebisingan itu, ditambah lagi dengan sinar matahari pagi yang seakan menepok-nepok jidat pemuda itu, ahkirnya dengan berat hati, pemuda blonde itu melepas mimpi indahnya dan ahkirnya bangun dari tidur lelapnya.
Hoaaaaaammmm. Ia mengawali harinya dengan menguap lebar. Sambil memikul kelopak matanya yang baginya, beratnya mencapai 5 kilo, ia beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi. Didalam kamar mandi, ia mencuci mukanya agar bisa menghilangkan rasa kantuknya. Setelah merasa cukup, ia bergegas menuju dapur dan membuat secangkir kopi hangat sambil mengambil sepotong roti dari dalam kulkasnya. Ia menyiapkan breakfeast-nya (englesh-nye bener gak tuh?), ia melangkah menuju sebuah meja dan mulai menyantap hidangan? Yang ia buat sendiri itu.
TING TONG TING TONG TING TONG
Suara bel apartemen mengejutkannya dari acara breakfeast-nya. Iapun segera membuka pintu apartemennya karena tidak tahan dengan suara apartemen yang terkesan memaksa itu.
CLECK
"Selamat pagi Naruto!" Pria blonde terkejut mendengar sapaan dari orang yang memencet bel itu yang seakan terdengar seperti bentakkan baginya.
"Hinata?..." gumam Naruto heran. Mengapa si anak manja itu datang ke apartemennya pagi-pagi begini?.
"Loh? Belum siap ya?. Udah cepeten siap sana. Aku tunggu" kata sosok itu, yang ternyata Hinata yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.
"Hn" jawab Naruto pelan sambil mengangguk. BLAMM. Ia menutup pintu keras-keras didepan wajah Hinata yang sedang tersenyum gajebo didepan pintu. Itu tentu saja menimbulkan sebuah perempatan kecil dikening Hinata.
"HEH. SETIDAKNYA BIARKAN AKU MASUK DULU!" teriak Hinata kesal dari luar. Mendengar itu, Naruto pun membuka pintu dengan santainya seperti tidak terjadi apa-apa. Hinata langsung masuk kedalam apartemen Naruto sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal. Tanpa berbicara apa-apa, Naruto langsung menutup pintu dan bergegas menuju kamar mandi. Hinata menunggunya di sofa depan. Rautan kesal masih terukir jelas diwajah. "Tuh anak tidak diajarkan sopan santun ya" kata Hinata kesal pada dirinya sendiri. Padahal sendirinya sudah tidak sopan pada Naruto, bisa-bisanya bicara begitu. Dasar.
15 menit kemudian, Naruto telah keluar dengan seragam sekolahnya.
"Ayo jalan" kata Naruto datar sambil berjalan menuju pintu dan membukanya. Hinata pun langsung keluar sebelum ahkirnya, Naruto menutupnya kembali dan menguncinya. Mereka berdua pun bergegas menuju sekolah bersama-sama.
Di tengah perjalanan menuju sekolah, Hinata selalu mengoceh tidak jelas (Bukan udah biasa tuh anak) yang hanya dijawab 'Hn' oleh Naruto.
"Naruto..." kata Hinata yang sedang berjalan disamping Naruto.
"Hn" jawab Naruto singkat. Udah biasa tuh.
"Apa kamu mau mengabulkan permintaanku ?" tanya Hinata sambil terus berjalan menuju sekolah.
"Bukannya aku sudah mengabulkan permintaan-permintaanmu yang aneh-aneh itu" kata Naruto datar tanpa mengalihkan pandangannya pada Hinata.
"Hehe... iya sih. Tapi ini yang terahkir kok" kata Hinata sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Hn. Apa?" tanya Naruto.
"Ng...Bisakah kamu berhenti melakukan hal-hal yang tidak baik disekolah?" tanya Hinata. Mata lavendernya terus menatap Naruto yang sedang memandang lurus kedepan.
"Misalnya?" tanya Naruto lagi.
"Ya... seperti membolos pelajaran yang tidak kau sukai..." kata Hinata sedikit ragu-ragu.
"Terus?" tanya Naruto lagi
"Menghisap rokok disekolah"
"Terus?"
"Berkelahi untuk hal-hal yang tidak penting"
"Ada lagi?"
"Keluar dari geng tidak berekspresi itu"
"Lalu?"
"Ya... pokoknya hal-hal yang tidak baik lah" kata Hinata. Ia sudah tidak tahu harus menjawab apa pertanyaan Naruto yang seakan menyuruhnya membongkar seluruh kejelekan Naruto.
"Hn.." kata Naruto yang sama sekali bukan jawaban yang diharapkan oleh Hinata.
"Jangan 'Hn'. Yang jelas. Apa kamu mau melakukannya untuk terahkir kalinya?, aku janji, setelah ini, aku tidak akan meminta hal-hal aneh padamu lagi" tanya Hinata lagi sambil terus memandang Naruto. Mengharapkan jawaban yang menggembirakan.
"Lihat saja. Aku tidak janji" kata Naruto dingin.
"Hmm, baiklah. Usahakan untuk melakukan itu semua, ya" kata Hinata sedikit senang karena Naruto tidak tersinggung dengan permintaan-permintaannya itu, dan sepertinya, ia mengiyakan permintaan Hinata. Mereka pun terus melanjutkan perjalanan menuju sekolah.
SKIP TIME...
Hari demi hari telah berlalu. Perlahan-lahan, Naruto mulai menunjukkan sikap baiknya. Ia sudah tidak lagi membolos dari pelajaran yang tidak disukainya, berhenti merokok, berhenti berkelahi untuk alasan yang tidak jelas, sudah berteman dengan cewek-cewek disekolahnya dan terahkir, mungkin yang tersulit baginya. Ia menemui anggota-anggota gengnya. Ia mengajukan untuk keluar dari geng itu. Dan ternyata, Sasuke, ketua dari geng itu, mengizinkan Naruto untuk keluar dari geng itu. Bukan hanya itu. Sasuke juga mengatakan kalau ia ingin membubarkan geng itu dan menjalani hidup masing-masing seperti anak-anak biasa. Tidak satupun dari anggota geng itu yang kelihatan bahagia mendengar kata-kata Sasuke. Ya, karena mereka tidak bisa mengekspresikan rasa senang mereka. Dan ahkirnya, geng itu pun bubar. Tapi mereka tetap bersahabat seperti dulu kok.
Hinata senang dengan perubahan Naruto itu. Terlebih lagi, saat ia mengetahui kalau geng tanpa ekspresi itu, geng kaguya, telah dibubarkan. Iapun menghampiri Naruto yang membaca buku dikantin.
"Hay, Naruto..." Sapa Hinata girang sambil duduk disamping Naruto.
"Hn" jawab Naruto singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dibacanya itu.
"Terima kasih ya..." kata Hinata sambil tersenyum lebar.
"Buat apa?" tanya Naruto darat a.k.a datar.
"Ya... Karena kamu sudah mau mengabulkan permintaan ku... begitu..."
"Hn" Hinata makin melebarkan senyum saat melihat senyuman tipis Naruto yang mengarah padanya. Seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan baru, Hinata berloncat-loncat girang menuju penjaga kantin dan memesan 2 mangkok ramen. Setelah disiapkan, ia mengantarkan ramen itu pada Naruto.
"Nih... Naruto" kata Hinata sambil menyodorkan semangkok ramen dihadapan Naruto.
"Hn?" Naruto menaikkan sebelah alisnya bingung. Tidak biasanya Hinata seperti itu.
"Anggap saja sebagai tanda terima kasihku" kata Hinata sambil kembali duduk disamping Naruto. Naruto hanya mengangguk. Ia menyimpan buku yang dipegangnya dan mulai melahap ramen itu.
"Atau mungkin mas kawin?" kata Hinata sambil nyengir gajebo.
"Haaaah?" Naruto terkejut sampe keselek mendengar kata-kata Hinata itu. Ia segera melemparkan pandangan bingungnya pada Hinata.
"Hahaha... Becanda" kakah Hinata senang sambil mulai menyantap ramen yang didepannya.
TENG TENG TENG TENG...
Naruto memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Setelah selesai, ia menghampiri Hinata yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tasnya.
"Ayo.. Pulang" kata Naruto.
"Ah... Iya" Hinata cepat-cepat memasukkan buku-bukunya dan segera mengejar Naruto yang sudah berjalan duluan kedepan pintu kelas. "Naruto tunggu aku" teriak Hinata sambil berlari kecil mengejar Naruto.
Sesampai dipintu gerbang, Naruto melihat sebuah mobil mewah, sedang parkir didepan sekolah. Ia tidak menghiraukannya dan terus berjalan.
"Naruto..." panggil Hinata dari belakang Naruto.
"Hn" Naruto berbalik untuk melihat Hinata.
"Hari ini... Kamu tidak usah mengantarku pulang"
"Kenapa?"
"Tidak kok. Ayahku datang menjemput hari ini" terang Hinata sambil menunjuk mobil hitam yang sedang parkir itu. Naruto melirik mobil itu kemudian mengangguk kecil.
"Oh. Ya sudah" kata Naruto sambil kembali memutar tubuhnya dan berjalan menuju arah kerumahnya.
"Naruto... Terima kasih ya" teriak Hinata.
"Ya" jawab Naruto. Ia pun ahkirnya menghilang dibelokan.
Seorang pria paruh baya, berambut panjang dan mempunyai mata seperti Hinata, keluar dari mobil itu dan berdiri didepannya.
"Hinata... ayo pulang" panggil pria paruh baya itu, yang ternyata adalah ayah Hinata. Hizashi Hyuuga. Hinata menoleh pada ayahnya dan mengangguk pelan. Ia segera berlari kecil menuju ayahnya. Hizazhi membuka pintu mobil untuk Hinata. Hinata pun masuk kedalam mobil diikuti Hizashi. Ahkirnya, mobil itu melenggang dari gerbang sekolah.
"Kamu jangan memaksakan diri jalan kaki.." kata Hizashi dalam mobil pada Hinata yang sedang duduk disampingnya.
"Tidak apa-apa kok Otou-san" kata Hinata.
"Tapi itu akan membuatmu bertambah parah Hinata..." kata Hizashi. Wajahnya menyiratkan kecemasan pada anak sulungnya itu.
"Tidak apa-apa. Aku ini kuat loh, Otou-san" kata Hinata sambil memamerkan cengirannya didepan ayahnya. Hizashi hanya tersenyum miris memandang anaknya sambil mengelus-ngelus kepala Hinata.
"Uhuk Uhuk...huk" Hinata terbatuk. Tangan kanannya menutup mulutnya. Saat ia melepaskan tangan dari mulutnya, cairan kental berwarna merah pekat memenuhi seluruh telapak tangannya. Darah.
"Hinata. Kamu tidak apa-apa nak?" tanya Hizashi terkejut. Ia khawatir melihat mulut Hinata yang masih mengeluarkan darah. Cepat-cepat ia mengambil sapu tangannya dan membersih darah itu dari mulut Hinata.
"Tidak... apa-apa kok... Otou-san" Kata Hinata sambil tetap tersenyum meskipun, wajahnya telah berkeringat menunjukkan kelelahan.
"Hinata..." sekali lagi, Hizashi menatap khawatir anak sulungnya itu.
CLECK..
Naruto masuk kedalam apartemennya. Hal pertama yang selalu dilakukan Naruto saat pulang dari sekolah adalah membuang tasnya diatas meja. Mengisi perut, mandi, adalah hal kedua yang selalu dilakukannya saat pulang sekolah.
Matahari telah beristirahat. Digantikan dengan bulan penuh disaat malam hari. Langit dimalam itu, terlihat begitu indah. Bintang-bintang berjejer, seakan membentuk sebuah lukisan alami yang indah dilangit yang gelap itu. Binatang-binatang malam mulai beraktifitas. Cahaya-cahaya kenderaan bermotor berlalu-lalang, menambah keindahan kota yang termasuk kota tersibuk itu.
Naruto berdiri di depan jendelanya. Memandangi bulan penuh yang menurutnya sangat indah itu. Termenung. Sesaat kemudian, bayangan antara dia dan Hinata, terlintas dibenaknya. Ia langsung mengeleng-gelengkan kepalanya, menghilangkan lamunan yang menurutnya tidak wajar itu. "Aku pasti kelelahan. Sebaiknya aku istirahat" katanya. Ia pun menutup tirai jendela itu dan beranjak menuju tempat tidurnya untuk membaringkan tubuhnya
Saat ini disedang berbaring dikamarnya, mengistirahatkan diri melalui hari yang berat. Sudah beberapa kali ia mencoba menutup matanya. Tapi, bayangan Hinata selalu terlintas dibenaknya. Mulai dari saat pertama kali ia melihat Hinata, hingga hari-hari yang ia lalui bersama Hinata yang selalu mengikutinya.
Ia menarik selimutnya keatas, menutup seluruh tubuhnya bahkan kepalanya. Berharap bayangan Hinata bisa hilang setelah melakukan itu. Setelah merasa tenang, ia menutup matanya dan mulai tidur.
"Arggghhhhhh" teriak Naruto frustasi. Ia langsung duduk diatar tempat tidurnya dengan kain yang masih menutupi tubuh bagian bawahnya.
"Aku pasti sudah gila" kata Naruto. Nafasnya terengah-engah, seakan baru bangun dari mimpi buruk yang mematikan untuknya.
"Hinata" gumamnya. Sesaat kemudian, nafasnya mulai teratur dan ia tersenyum saat mengingat kembali saat-saat dimana ia bersama Hinata.
"Huh. Dasar. Aku sudah gila" katanya sambil kembali merebahkan dirinya ditempat tidurnya. Ia membalikkan tubuhnya dan menghadap ke jendela.
"Besok... aku akan menembaknya" katanya sambil tersenyum. Ia pun menutup matanya. "Biar gila sekalian bersamanya" katanya lagi sebelum ahkirnya, terbuai dalam dunia mimpi.
Konoha, 07.15 am...
Seorang pemuda blonde, terlihat sedang berjalan dengan seragam sekolahnya. Ia terlihat begitu segar dan ceria pagi itu. Setiap orang yang ditemuinya, selalu disapa dengan sopannya. Ia mendongkakkan wajahnya kelangit biru yang begitu cerah secerah bola matanya. Memandangnya beberapa saat, kemudian tersenyum yakin. Ia segera berlari sekuat tenaga kesekolahnya.
Kini ia sudah sampai di depan gerbang sekolah. Ditatapnya papan yang lumayan besar diatas gerbang itu yang bertuliskan 'KONOHA HIGH SCHOOL' untuk beberapa saat. Setelah puas menatap papan sekolah itu, ia segera berlari cepat menuju kelasnya.
Sesampainya dikelas, ia melihat sudah banyak anak-anak yang berada dalam kelas itu. Ia pun langsung berjalan gontai menuju tempat duduknya. Saat sampai ketempat duduknya, ia pandangi seluruh sudut dan kelas itu. Tapi ia tidak menemukan apa yang dicarinya itu.
"Mungkin dia terlambat" katanya sambil menyimpan tasnya keatas meja. Duduk diatas kursinya dan mulai melamunkan seseorang. Sekali-kali, ia tersenyum sendiri. Cengegesan seperti orang yang terkena epilepsi?.
"Naruto!" panggil Kiba dari tempat duduknya.
"..." diam. Tidak ada respon dari Naruto. Karna penasaran melihat tingkah aneh Naruto hari ini, ia segera menghampiri Naruto ditempat duduknya. Alangkah terkejutnya ia melihat Naruto yang sedang cengegesan sendiri sampai hidungnya mengeluarkan darah. Karena geli melihat Naruto seperti itu, Kiba menggebrak meja Naruto dengan keras.
BRAKKKKKK. NARUTO!'teriak Kiba
"..." tidak ada respon. Naruto masih tetap cengegesan seperti orgil.
Kiba makin heran saja melihat Naruto yang tidak terkejut atas gebrakkan meja yang telah ia lakukan dengan sekuat tenaga. Kiba pun mendapat ide. Ia menyeringai, menunjukkan muka usilnya itu.
"AH.. HAI, HINATA. BARU DATANG YA!" teriak Kiba keras sehingga mengagetkan siswa-siswi lainnya yang ada dalam kelas itu.
"HAH, MANA. AH. HINATA-CHAN..." sapa Naruto keras saat ia tersadar dari lamunannya. Entah pada siapa sapaan gak mutu itu ia tujukan. Matanya mulai terang. Ia celingak-celinguk mencari sosok Hinata yang ia tunggu-tunggu. Tapi, ia tak menemukan Hinata sama sekali dalam kelas itu. Matanya terpaku pada Kiba yang sedang terkikik geli disampingnya.
"Ah... Kamu Kiba" kata Naruto lemah sambil duduk kembali ke bangkunya.
"Hahaha... Kamu hari ini aneh Naruto. Tidak biasanya seperti itu. Ada apa?" tanya Kiba. Senyum usil belum hilang dari wajahnya itu.
"Tidak ada apa-apa" kata Naruto pelan sambil menaruh dagunya diatas meja.
"Betul tidak ada apa-apa?" tanya Kiba memastikan. Senyum diwajahnya berganti dengan ekspresi kekhawatiran terhadap temannya itu.
"Iya" jawab Naruto malas.
"Oke deh..." kata Kiba. Ia kembali ketempat duduknya dan duduk dengan tenang.
Skip Time
TENG TENG TENG TENG
Bel pulang telah dibunyikan. Anak-anak membereskan buku mereka bersiap kembali kerumah mereka masing-masing. Hinata tidak masuk sekolah hari itu. Naruto pun menghampiri Sakura -yang notabenenya teman baik Hinata- Yang sedang membereskan bukunya ditempat duduknya.
"Sakura. Apa kamu tahu mengapa Hinata tidak masuk?" tanya Naruto.
"Tidak. Ia tidak menelponku dari tadi pagi" jawab Sakura sambil terus memasukan bukunya kedalam tas.
"Oh. Apa dia sakit ya?" tanya Naruto pada dirinya sendiri. Tapi, Sakura yang mendengar itu, menjawab pertanyaan Naruto.
"Tidak tahu" jawab Sakura.
"Hn, Sakura. Kamu mau ikut denganku kerumah Hinata tidak?"
"Boleh. Ayo" kata Sakura sambil memakai tas ranselnya. Mereka berdua pun bergegas menuju rumah Hinata.
Sesampainya mereka dirumah Hinata. Mereka melihat banyak orang yang berdatangan kerumah Hinata. Karena penasaran, mereka bertanya pada seorang pria yang hendak memasuki rumah Hinata.
"Permisi paman" sapa Naruto menahan jalan pria itu.
"Ya. Ada apa?" tanya pria itu.
"Ng, disini ada apa ya? Kok banyak orang yang datang?" tanya Naruto lagi.
"Oh, itu. Anak sulungnya pak Hizashi, meninggal tadi malam. Ya sudah, paman masuk dulu" kata pria itu sambil berlalu dari hadapan kedua anak . Bagai tersambar petir, Naruto dan Sakura membeku ditempat. Saling berpandangan pun tidak. Segera mereka berdua berlari memasuki rumah Hinata. Mereka menerobos orang-orang yang sedang berdiri mengelilingi sesuatu sambil menangis sedih.
"AH! HINATA!" pekik Sakura histeris. Ia segera berlutut didepan peti kayu berisi tubuh Hinata yang terbujur kaku tak bernyawa. Ia menangis sejad-jadinya. Airmatanya membasahi kain jenasah Hinata. Ia tak pernah membayangkan kalau teman baiknya akan pergi secepat itu.
Naruto berdiri kaku menatap Hinata yang telah terbujur kaku. Ia mengepalkan kedua tangannya. Tak terasa, cairan bening membasahi wajahnya. Dipandanginya wajah Hinata dalam peti itu. Wajah Hinata begitu tenang. Kesedihan makin melanda hatinya, kepedihan, kekecewaan bercampur menjadi satu dan menghujam hatinya. Disaat ia telah menemukan kebahagian, kebahagiaan itu malah dirampas oleh takdir.
'Kalau seperti ini, buat apa kau kirim dia kepadaku. Membuatku merasakan kebahagian, kemudian kau tarik kembali kebahagiaan itu dari sisiku. Apa kau ingin seperti ini? Apa ini tujuanmu? Apa ini rencanamu? Apa ini membuatmu senang? Lebih baik, dari awal, jangan kau biarkan aku hidup dalam cerita kehidupan menyedihkan yang kau buat ini' lirih batin Naruto.
Naruto sudah tidak tahan. Ingin sekali ia menyentuh kulit mulus Hinata untuk yang terahkir kalinya. Tapi entah mengapa, tubuhnya tidak bisa bergerak, membatu ditempat. Dengan mengumpulkan segenap kekuatannya, ia berbalik dan berjalan menuju pintu keluar dengan perasaan yang kacau. Sedih, kecewa, pedih. Ia masih belum percaya kalau Hinata telah tiada.
"Kak Naruto" panggil Hanabi. Matanya memerah. Seperti baru habis menangis semalaman. Diwajahnya masih tersirat kesedihan yang mendalam. Naruto mengangkat kepalanya yang sedang tertunduk. Memandang Hanabi yang sedang berdiri didepannya sambil memegang secarik kertas.
"Ini..." kata Hanabi pelan. Ia menyerahkan kertas yang dari tadi dipegangnya. Kertas yang terlipat beberapa bagian itu, diterima Naruto. Ia memandang lama kertas itu sampai Hanabi berkata lagi.
"Nee-chan menulisnya semalam. aku duduk menunggunya untuk tidur. Sampai titik terahkir tulisan Nee-chan, bulpennya terlepas dari tangannya. Kepalanya terjatuh diatas meja. Aku kira Nee-chan tertidur, tapi..." Hanabi tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya. Ia tertunduk. Airmata menetes dari pelupuk matanya. Naruto menatap Hanabi sedih. Beberapa saat kemudian, ia berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Hanabi.
"Hanabi" kata Naruto sambil mengelus-elus kepala Hanabi. Suaranya terdengar bergetar. Hanabi mendongkakkan wajahnya menatap Naruto. Naruto tersenyum miris menatap Hanabi seperti itu.
"Tolong bisikkan ini ditelinga Nee-chan mu, 'I LOVE YOU'" kata Naruto sambil nyengir menyembunyikan kesedihannya. Airmata kembali jatuh membasahi pipinya. Hanabi membelalakan matanya terkejut. Kemudian mengangguk, mengiyakan permintaan Naruto. Naruto pun kembali berdiri, memasukkan kertas itu dalam saku celananya. Ia berjalan keluar meninggalkan Sakura yang sedang menangis dihadapan Hinata.
Naruto berjalan lesu menuju apartemennya. Sesampainya diapartemen, ia memasuki kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Ia duduk diatas tempat tidurnya. Menangis, meluapkan semua perasaan sedihnya yang sempat tertahan.
Tiba-tiba ia mengingat kertas yang diberikan Hanabi padanya. Ia menghapus air matanya, segera mengambil kertas itu dari dalam saku celananya dan mulai membaca isi dari kertas itu.
~ Hai Naruto ehmm.. Naruto-kun. Hehe baru ingat kalau aku tidak pernah memanggilmu dengan embel-embel kun. Saat kamu membaca tulisan ini, aku sudah tidak ada lagi disini.
Oh, iya. Kamu pernah bilangkan kalau kamu mau tahu tujuan ku'kan. Kalau begitu, akan ku ceritakan dari awal. Baca baik-baik ya.
1 tahun lalu, aku divonis mengidap 'Kanker Darah' stadium 3. Dokter mengatakan kalau umurku tidak akan lebih dari 1 tahun.
9 bulan kemudian, ayah menyuruhku berhenti sekolah, dan aku berhenti sekolah. Setelah itu, kami pindah ke Konoha dan menetap disini.
Suatu malam, aku sedang jalan-jalan mencari angin segar. Saat itu, aku melihatmu menyelamatkan wanita yang tengah dirampok itu. Mulai saat itu, aku sangat kagum padamu. Aku terobsesi padamu.
Aku mulai mencari informasi tentang dirimu. Dan dari itu pula, aku tahu tentang kamu yang urak-urakan dan membenci wanita.
Saat itu, kutetapkan tujuanku. Disisa hidupku, aku ingin mengubah cara hidupmu. Karena kalau terus begitu, kamu tidak akan menemukan kebahagian.
Aku memaksa ayahku untuk memasukkanku di sekolah yang sama denganmu. Dan akhirnya, aku bisa berkenalan denganmu. Ya walaupun hanya sepihak sih.
Aku terus mengikutimu. Karena aku tahu, kamu membenci wanita. Aku ingin supaya kamu terbiasa denganku. Dan ya, itu berhasil.
3 bulan, aku berusaha mengubah cara hidupmu. Tapi, waktu itu belum cukup. Kamu masih terlihat dingin dan masih menjauhi wanita.
Sebulan kemudian, aku berhasil. Kamu sudah bisa mengubah cara hidupmu. Ya walapun masih terlihat kaku, tapi aku senang karena kamu sudah berubah.
Aku bahagia. Tujuanku telah tercapai.
Sebenarnya, aku ingin mengatakan kalau aku menyukaimu. Tapi, karena umurku yang pendek ini, aku tidak jadi mengatakannya karena takut kamu sakit hati. Ya walaupun saat membaca ini, kamu pasti akan tahu tentang perasaanku.
Terima kasih. Terima kasih karena telah memberiku waktu untuk terus bisa bersamamu. Terima kasih telah memberiku kebahagiaan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Terima kasih, karenamu, aku dapat menikmati hidupku lebih lama. Ya walau hanya sebulan lebih lama, tapi aku senang bisa melewatinya bersamamu.
Diahkir tulisan ini. Aku ingin memberitahumu sesuatu.
Didunia ini, tidak ada ahkir yang menyedihkan. Semuanya akan berakhir bahagia. Hanya orang yang pengecut, yang lari dari cobaan dan mengurung diri mereka dalam kerangka besi bernama kesedihan.
Hope, you always remember me. Don't ever forget me in your life story. My first love. Naruto.
I'll always be your side. Guard and accompany you. Forever. In You heart.~
TES TES TES...
Air mata Naruto membasahi kertas itu. Ia berulang-ulang kali membaca tulisan dari Hinata itu. Berulang-ulang kali menyebut nama Hinata. Berulang-ulang kali meneteskan airmata. Dalam kamar itu, ia mengenang Hinata.
ARGHHHHHHHHHHHH!
Dipemakaman Hinata, banyak orang yang membawa bunga duka, menyirami bunga diatas kuburan Hinata yang masih basah itu. Teman-teman sekelasnya terlihat sedang menatap sedih kepergiannya. Tapi disana, Naruto tidak terlihat. Orang-orang yang rata-rata berbaju hitam itu, mulai meninggalkan Kuburan Hinata. Dan ahkirnya, mereka semua telah kembali kerumah mereka masing-masing.
Saat keadaan kuburan itu sudah sepi, Naruto datang dengan pakaian serba hitamnya. Ia berjongkok didepan kuburan Hinata. Ia terlihat mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Sebuah surat. Ia meletak surat itu diatas kuburan Hinata.
"Always with me. In my heart. Forever" kata Naruto pelan. Naruto berdiri dan meninggalkan kuburan itu.
1 bulan setelah kejadian itu. Naruto tampak lebih ceria. Ia bahkan menjadi anak yang paling Hyperaktif disekolahnya. Sering usil dan mengerjai teman-temannya. Ia mendapat nilai-nilai yang bagus dalam pelajaran.
Sasuke menembak Sakura. Dan ahkirnya mereka jadian. Gaara menembak seorang siswi kelas 1, bernama Matsuri.
Sai menjadi siswa yang murah senyum, bahkan, sampai giginya kering, ia tidak pernah melepaskan senyumannya dari wajahnya. Dan ternyata, Ino seorang siswi kelas 2 yang cantik, menyukainya. Mereka berdua ahkirnya pacaran
Shino tetap pendiam. Ia hanya mendapat kegemaran lain. Yaitu mengumpulkan serangga dan memiliharanya.
3 tahun berlalu. Mereka berlima menjadi orang yang sukses. Mereka membangun sebuah kedai yang diberi nama 'KAGUHINA', nama yang terinspirasi dari Hinata dan geng Kaguya. Tidak lama kemudian, kedai itu berubah menjadi sebuah restoran besar yang ramai pembeli.
Sasuke dan Sakura menikah. 9 bulan kemudian, Sakura melahirkan seorang anak perempuan yang cantik. Atas permintaan Naruto, anak mereka diberi nama 'Hinata' Uchiha.
"Hinata. Cepat. Paman Naruto sudah menunggumu didepan" kata Sakura memanggil anak pertamanya bernama Hinata dari arah dapur.
"Iya. Kaa-san. Hina segela tulun" teriak Hinata dari dalam Kamar. Beberapa saat kemudian, seorang anak kecil cantik berambut hitam kemerahan sebahu, bermata kuning keemasan pucat dan mempunyai poni, keluar dari kamar itu. Sekilas ia mirip seperti Hinata yang dulu.
"Kaa-san. Hina pelgi dulu" kata Chibi~Hinata dari depan pintu kamarnya.
"Iya. Hati-hati ya" balas Sakura dari arah dapur. Hinata pun berlari keluar dan mendapati Naruto tengah berbicara dengan Sasuke, ayahnya didepan pagar.
"Paman Naruto!" teriak Chibi~Hinata sambil berlari kearah Naruto. Naruto yang mendengarnya, langsung berjongkok menunggu Chibi~~Hinata langsung melompat kearah Naruto.
"Sudah siap?" tanya Naruto saat Hinata berada didepannya.
"Osh... sudah. Ayo kita berangkat paman..." kata Chibi~Hinata semangat. Sasuke hanya tersenyum melihat tingkah anaknya. Memang, setiap hari sebelum bekerja, Naruto yang selalu mengantar Chibi~Hinata ke PlayGroup-nya (TK aja deh).
"Oke kalau begitu" Naruto langsung mengendong Chibi~Hinata. Dengan Chibi~Hinata duduk di lengan didepan dada Naruto (Uya nggak tahu cara jelasinnya).
"Otou-san. Kami belangkat ya" kata Chibi~Hinata diatas gendongan Naruto.
"Teme. Kami berangkat" kata Naruto. Sasuke hanya mengatakan iya sambil tersenyum dan melambaikan tangan kearah Naruto dan Chibi~Hinata. Naruto dan Chibi~Hinata pun pergi ke TK Hinata.
Didalam perjalanan, Chibi~Hinata menceritakan kejadian yang ia alami kemarin dari pagi sampai malam. Naruto mendengarnya sambil tersenyum lebar.
"Hai Naruto-san" sapa Hanabi yang kebetulan bertemu mereka diperempatan jalan. Hanabi sekarang sudah remaja dan sekarang, ia bersekolah di KHS.
"Oh. Hai juga Hanabi" balas Naruto.
"Loh? Adik kecil imut ini siapa?"tanya Hanabi sambil mencubit pelan pipi Chibi~Hinata yang berada dalam gendongan Naruto.
"Oh. Dia anaknya Sasuke. Ponakan-ku" jawab Naruto sambil mengacak-ngacak rambut Chibi~Hinata. "Ayo. Beri salam pada kakak" titah Naruto pada Chibi~Hinata.
"Oh. Hay kakak. Namaku Hinata Uchiha. Salam kenal" kata Chibi~Hinata sambil nyengir gajebo. Hanabi terkejut mendengar nama anak itu. Tapi ia bisa meredamkan rasa keterkejutannya dan membalas sapaan Chibi~Hinata.
"Hinata ya. Kalau begitu kakak Nee-chan ya!" kata Hanabi sambil mengelus-ngelus kepala Chibi~Hinata.
"Iya.. Nee-chan" jawab Chibi~Hinata seadanya sambil tersenyum lebar/nyengir gajebo.
"Hahaha. gak nyangka aku dipanggil kakak oleh kakak ku sendiri" Hanabi tertawa senang mendengar jawaban Chibi~Hinata.
"Eh?" Chibi~Hinata bingung.
"Ya sudah. Ayo kita berangkat" Kata naruto.
Mereka bertiga ahkirnya bergegas menuju TK Hinata yang kebetulan bersebelahan dengan sekolah Hanabi. Disepanjang perjalanan, Hanabi terus mengoda Chibi~Hinata. Alhasil, Hinata merengek dan mengadu pada Naruto. Naruto hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman
"Aku ingin memberitahumu. Di dunia ini, tidak ada yang berahkir menyedihkan. Semuanya akan berahkir bahagia. Hanya orang pengecut, yang lari dari cobaan dan mengurung diri mereka sendiri dalam sebuah kerangka besi bernama 'kesedihan'"
~FIN~
~THE END~
~Tamat Dengan Tidak Jelasnya~
HAH. Berahkir juga nih fict. Makin ngawur ya. Tambah gak jelas.
Bagi yang mengharapkan Naruto dan Hinata hidup bahagia, maaf ya. Karena dari awal, cerita ini sudah terpahak jelas dilubuk hatiku yang paling dalam nan jauh diakherat laksana spidol permanen yang tidak bisa dihapus lagi maka dari itu saya tidak bisa menganggu gugat ceritanya dan ahkirnya tamatlah kayak gini nih fict mohon maaf yang se'ton-ton'nya sekali lagi.
Ahkir kata.
Review aja deh
Review!