Tak akan ada yang dapat menampik praktisnya teknologi. Setiap hal yang jika dilakukan secara manual membutuhkan waktu cukup lama, beres dalam hitungan menit saja.
Teknologi adalah sebuah mahakarya luar biasa dari penghuni Bumi. Yang membawa revolusi besar-besaran pada makhluk homo sapiens yang semula hanya mengenal tradisionalitas, purbanisme, dan retrolisasi.
Yang mengubah keadaan Bumi beserta isinya.
.:: Virtual Love ::.
.●.
Disclaimer
N A R U T O © Masashi Kishimoto
.●.
Main Character
My beloved pair :: Sasuke Uchiha & Hinata Hyuuga and slight pairs
.●.
I warn you, first. On this fict, you may find some typo(s), OoC, out of EYD, and more
.●.
My first fict since join to Ffn!
Ok, Minna-san, this's just for pastime!
Konoha, distrik maju dalam cakupan negara bersandangkan nama Hi. Segala hal yang terefleksi dalam pandangan di sini adalah teknologi seperti sedikit ulasan di atas.
Namun, yang menarik bukanlah hal-hal remeh seperti robot pet, kendaraan tanpa roda yang mengandalkan ion yang dapat memertahankan gravitasi, atau beberapa manusia yang berseliweran dengan otoped otomatis tanpa bahan bakar yang dapat merusak kinerja alam—dalam artian, tidak menimbulkan polusi.
Hal menarik di era teknologi ini adalah dimana setiap manusia yang telah menginjak usia tujuh belas tahun akan mendapatkan sebuah pendamping hidup. Ok, sebuah. Bukan seorang. Tak ada yang rancu dalam kalimat itu, karena nyatanya demikian. Sang pendamping bukanlah termasuk dalam kategori manusia. Ia adalah makhluk virtual yang dibuat untuk menjadi teman hidup—entah itu dalam konteks pertemanan, persaudaraan, atau bahkan cinta. Setiap remaja yang telah memiliki teman virtual atau sebut saja virtual ally kemudian dapat dengan bebas menentukan hubungan mereka. Virtual ally merupakan sistem yang disuntikkan pada PC serupa ipad. Bedanya, PC tersebut tak dapat dialihfungsikan selain untuk virtual ally itu sendiri.
Maka tak jarang kalian dapat menemukan pemandangan seperti seorang wanita yang tengah bercanda-ria dengan virtual ally, pasangan suami-isteri yang sibuk dengan PC-nya masing-masing, atau gadis-gadis yang berkencan dengan pria virtual ally mereka. Uniknya, setiap pemilik virtual ally tidak dapat menentukan rupa atau jenis kelamin virtual ally mereka sendiri. Akan menjadi sebuah kejutan mendebarkan, saat orang tua mereka memberikan virtual ally tersebut untuk kemudian mereka buka tepat di ulang tahun mereka yang ketujuh belas.
Karena itulah, tak jarang mereka menganggap virtual ally sebagai musibah atau anugerah. Tergantung kondisi.
Virtual ally adalah penghuni dunia virtual paling canggih yang pernah ada. Mereka seolah hidup dalam alam elektronika. Mereka memiliki emosi, ekspresi, dan komunikasi. Setiap virtual ally pun memiliki kelebihan yang biasanya satu sama lainnya berlainan. Virtual ally memulai hidup mereka dari proporsi manusia yang berumur tujuh belas dan akan tumbuh seiring pertumbuhan pemegang virtual ally. Oleh karena itu dinamakan teman sehidup.
23 purnama Juli. Suasana Konoha Kouko tampak riuh rendah oleh jeritan beberapa wanita yang tengah menyambut pangeran mereka dengan jeritan fanatik, tentu saja ala fans. Bukan ala Chef.
Tak lama kemudian sosok tegap itu memasuki lorong sekolah dengan earphone nirkabel yang menutupi lubang telinganya. Ia terlihat acuh ketika berbondong-bondong siswi silih berebut menyalami untuk mengucapkan salam ulang tahun padanya. Hanya ada dengusan yang sesekali keluar menandai ketidaksukaannya atas perlakuan yang ia dapat. Salahkan saja pada Masashi yang membuat wajahmu begitu tampan, hei, Sasuke Uchiha!
Pemuda bertampang aktor Hollywood itu tetap menghiraukan sapaan fans. Hingga sebuah tarikan membuat earphone di telinganya nyaris terjatuh.
"Temeee~ selamat ulang tahun yang ketujuh belas!" Nyaring seorang pemuda bersurai cerah dengan senyum yang juga tak kalah cerah. Benar-benar perpaduan yang membuat siapapun seakan melihat matahari berjalan.
Pemuda yang rupanya menyandang nama Naruto Uzumaki melepas gandengannya saat Sasuke mendelik padanya. Sharingan memang menyeramkan! Tapi, enggak, ding! Ini, 'kan, fict alternative universe yang notabene tidak ada jurus-jurusan. Paling kentara hanya ada satu jurus di sini. Bacot no jutsu (jurus ngomong) Naruto yang sukses mengalahkan Nagato di manga aslinya. Tuh, 'kan, saya ngelantur!
Kembali pada duo sahabat yang kini tengah berjalan beriringan. Tentu karena fict yang saya buat ini bukanlah fict sho-ai, jadi beriringan yang dimaksud bukanlah beriringan yang menyinggung romantisme.
"Ini hari yang mendebarkan untukku, Dobe. Jadi, biarkan aku tenang!" Sergah Sang Uchiha yang langsung mengambil jurus jalan cepat ala Naruto kebelet ke toilet.
Naruto memutar bola matanya. Benar, juga. Ini, 'kan, hari "itu".
Sesuai prediksi seratus persen penghuni Konoha Kouko, hari ini di atas meja sang pangeran ayam benar-benar tak ayalnya dengan etalase toko yang dengan rapi menjejerkan aneka kado berbungkus kertas yang lucu. Melihat warna-warna cerah dengan corak menusuk mata itu, Sasuke segera saja melempar semua kado itu seperti ia melempar kunai-kunai, ke sembarang arah.
Ia menghela nafas. Tidak bisakah mereka membiarkan aku tenang sehari saja?
Baiklah. Jadi, biar kita luruskan sabab-musabab Sang Teme kebakaran jenggot seperti ini. Apa lagi alasannya jika bukan karena virtual ally? Hari ini Fugaku sang ayah akan memberikannya virtual ally yang tak ia ketahui akan menampilkan sosok macam apa.
Jangan-jangan banci perempatan yang nantinya akan terlibat cinta lokasi denganku? Sasuke menggelengkan kepalanya lekas-lekas setelah membayangkan rupa banci berambut panjang yang mengedipkan sebelah matanya penuh gairah pada Sasuke.
Sedangkan para siswi berharap virtual ally Sasuke nanti bukanlah gadis yang cantik.
Naruto tak heran melihat kegelisahan sang kawan karena fakta, ia sendiri tak bedanya dengan Sasuke setahun lalu saat ia merayakan ulang tahunnya yang ketujuh belas.
Bersyukur, Fortuna ternyata kepincut dengan Naruto dan membagi keberuntungan pada pemuda pirang itu. Memberikan sebuah virtual ally yang tidak seseram bayangan sebelumnya.
Naruto membuka tasnya setelah mengambil posisi duduk tepat di belakang Sasuke. Dinyalakan sebuah PC yang tak lama menampilkan sosok seorang gadis cantik berhelai merah muda yang setahun ke belakang telah menemaninya, dalam suka-duka Uzumaki.
"Sakura-chan~" Naruto merengek pada sosok virtual di layar PC-nya.
Gadis yang disebut menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa, Baka?"
"Sasuke menyeramkan~" Naruto melirik Sasuke. Oniks lalu bergerak bersamaan dengan membaliknya tubuh Sasuke menghadap Naruto pasca mendengar namanya disebut.
Cubitan kecil namun menyakitkan sontak membuat pemuda keturunan perdana menteri Hi generasi keempat itu meringis.
"Jangan mengadu yang tidak-tidak pada virtual ally-mu, Dobe!" Bentak sang raven, kemudian.
Sakura mencoba berpikir, kenapa emosi Sasuke yang datar tiba-tiba berubah 180 derajat? Sejurus kemudian, ia mengingat tanggal berapa sekarang, dan tersenyum riang.
"Sasuke-kun!" Sakura bersorak sembari melukiskan selengkung senyuman di wajahnya, "hari ini kau ulang tahun yang ketujuh belas, bukan? Wah~ aku tidak sabar ingin segera berteman dengan virtual ally-mu. Atau bahkan, memacarinya jika dia tampan."
JDER!
Entah petir itu datangnya darimana, tapi, yang jelas ucapan Sakura tadi membuat Naruto ayan seketika. Sudah bukan berupa kabar burung jika Naruto memang memendam rasa yang tak biasa pada virtual ally-nya. Sementara Sakura sendiri? Entah. Ia selalu memasang topeng galak pada Naruto sehingga otak Naruto yang pada dasarnya tidak lebih pintar dari Symbian Anna tidak dapat mengartikan bahwa Sakura juga menyukainya. Hanya tidak sefrontal Naruto, memang.
"Sakura-chan jahat~" Naruto menjejerkan bersulur-sulur mie ramen yang tidak diketahui berasal darimana, di pojok kelas. Lengkap dengan iringan biola "Sadness and Sorrow" oleh beberapa rekan sekelasnya yang ikut nimbrung karena terbawa suasana.
Sakura memijat pelipisnya, sementara Sasuke kembali membalik badannya menghadap papan tulis.
"Selamat ulang tahun, Sasuke!" Seorang wanita bersurai malam mengedarkan senyuman lebar.
Saat ini, petang hari, kediaman Uchiha tengah ramai dengan suasana pesta kecil yang kental. Blueberry cake berukuran medium tersaji di meja, begitupun dengan beberapa panganan kecil lainnya.
Tak banyak memang yang turut hadir di sana. Sasuke masih punya logika untuk tidak mengikutsertakan fans-nya dalam acara tersebut, dan setelah menimbang-nimbang, akhirnya pesta tersebut hanya dihadiri beberapa orang terdekat saja. orang tua, kakak, Naruto dengan Sakura, Shikamaru dengan Temari (yang tadi siang absen sekolah hanya karena alasan mengantuk), dan pelayan pribadi Uchiha—Hidan.
Suasana khidmat mengisi saat make a wish bagi Sasuke yang membutuhkan ketenangan untuk mengucap sejumput do'a.
Semoga virtual ally-ku tidak seburuk bayanganku.
Naruto terkikik geli seolah dapat membaca jalan pikir Sasuke. Sekontras-kontrasnya ia dan Sasuke, tidak dapat dipungkiri dua orang itu memang memiliki pikiran dengan muara serupa.
Fugaku lalu mengambil sebuah bingkisan berukuran sedang yang tak lain adalah PC touchscreen, dan meletakkannya di celah meja.
Peluh mulai keluar dari pori-pori kulit Sasuke, sementara jakunnya naik turun menelan saliva yang entah mengapa terproduksi lebih banyak dari biasanya.
Kami-sama!
Sasuke memanjatkan do'a dengan khusyuk.
Tangan pucatnya kian memucat saat perlahan jemarinya membuka lilitan pita yang membungkus kotak kado tersebut.
PC berwarna putih dengan semu indigo yang jika diterpa cahaya sedikit kebiru-biruan menjadi pemandangan setelah Sasuke membuka kotak kadonya.
Sasuke melayangkan telunjuknya untuk menekan tombol turn on yang ada di pojok kanan PC.
Lima menit.
Sepuluh menit.
Lima belas menit, dan tangan Sasuke masih mengambang di udara.
Gemas, Itachi dan Naruto berbarengan menarik paksa telunjuk Sasuke.
Tut!
Seberkas cahaya menyilaukan muncul dari layar PC. Sasuke memejamkan mata, dan yang lain menunggu dengan antusias.
Angle layar PC lalu menyorot punggung kaki yang begitu putih dan mulus.
Semoga bukan banci! Sasuke berharap sembari pelan-pelan membuka mata.
Kemudian angle menyorot bagian bawah gaun sang virtual ally yang menjuntai ke bawah berwarna putih.
Semoga bukan Sadako! Naruto ikut cemas.
Perlahan menyorot helai demi helai berwarna indigo sepunggung dengan aksen curly di bagian ujungnya.
Hingga, angle menampilkan sosok sang virtual ally secara keseluruhan.
Empat pasang oniks tersihir hingga mematung. Ocean seolah akan mencuat keluar. Violet dan sepasang oniks menatap datar. Sementara emerald tertutup sangkin girangnya.
Jelmaan bidadari yang ada dalam layar PC, setidaknya itulah yang kini memenuhi benak mereka yang menyaksikan betapa indah pesona sang virtual ally.
Kelopak pucat nan merona milik sang gadis virtual terbuka. Menampakkan emosi lembut yang terpancar dari kelereng lavender.
Ia membuka mulut, seulas senyuman tipis tersungging di bibir mungilnya, "Salam jumpa. Saya Hinata, puteri para virtual ally."
Sederet frasa barusan tentu saja mengundang ekspresi tak percaya dari para manusia dan beberapa virtual ally lainnya yang ada.
Sementara sang pemegang hak atas kelahiran virtual ally itu sendiri belum bisa menyembunyikan raut wajahnya yang tak sekaku hari biasa. Oniks-nya seolah melihat hamparan padang lavender dari balik lensa mata Hinata. Ia tenggelam dalam elok paras sang gadis yang akan terus menemani hidupnya.
...Inikah cinta?
つづく
(To Be Continued)
Sedikit terinspirasi dari Chobits, dan Epotoransu. Dan tentu saja dengan imajinasi meliar Grey.
Fiksi perdana yang gak luput dari kekurangan. Semoga berkenan ngasih feedback, senpai-tachi.
Review, please!