Title: Run Devil Run
Disclaimer : Naruto hanya milik Masashi Kishimoto
Pairing : SasukeXHinataXSai
Warning : AU, OOC, crack pair, gaje, abal, miss type, dll.
Uchiha Sasuke: 16 tahun
Hyuuga Hinata: 16 tahun
Uzumaki Naruto: 16 tahun
Hyuuga Neji: 17 tahun
Konoha: salah satu kota di Jepang.
Fic multichap pertama saya … semoga dapat dinikmati ^^
.
Selamat membaca ^^
.
Chapter 1
*****RDR*****
.
Konoha International Airport…
Suasana pagi yang hiruk pikuk memenuhi Bandara Internasional Konoha. Tampak pemuda berambut raven keluar dari pintu kedatangan pesawat luar negeri. Ia mengenakan jas hitam dengan bulu-bulu di bagian kerah leher dan kaos berwarna biru, dipadu dengan celana jeans hitam dan sepatu kets putih. Ia tampak sedang menikmati lagu-lagu karena di kedua telinganya menggantung headphone yang terhubung dengan ipod biru di tangan kanannya. Tas ransel putih menempel di punggungnya, sedangkan tangan kirinya menjinjing travel bag berwarna coklat. Pemuda itu berjalan menyusuri lobi bandara yang terlihat ramai.
Pemuda itu berjalan dengan santainya kearah pintu keluar dan menuju lobi tunggu di bandara. Begitu ia menapakkan kaki dari pintu kaca otomatis, udara dingin yang sejuk dari AC langsung menerpa wajahnya yang putih dan tampan.
"Sasuke!" teriak seorang pemuda energik bermata sapphire yang berdiri di antara kerumunan para penjemput lain.
Mendengar namanya dipanggil, Sasuke menengok kearah pemuda berambut pirang itu kemudian menghampirinya.
"Teme! Welcome home," kata pemuda tadi sambil tersenyum lebar, menampakkan gigi-gigi putihnya.
"Tch, Naruto-Dobe," Sasuke hanya memasang tampang datar. "Aku lelah. Langsung saja ke apartemenmu," lanjutnya.
"Ya..ya.. kau masih saja tak sabaran seperti dulu," ujar Naruto sambil meninju pelan bahu Sasuke.
Setelah obrolan singkat di bandara, mereka berjalan menuju mobil Naruto di area parkir.
.
*****RDR*****
.
Di dalam mobil…
Kedua manik berwarna onyx milik Uchiha Sasuke menatap pemandangan kota dari dalam mobil. Disinilah ia berada sekarang, kota Konoha, kota kelahirannya yang sudah 3 tahun ia tinggalkan. Selama 3 tahun ini ia tinggal di London bersama kakeknya, memperdalam pendidikannya di sana. Namun karena sebulan yang lalu kakeknya meninggal, akhirnya ia memutuskan kembali ke Konoha.
"Rambutmu masih seperti pantat ayam eh," celetuk Naruto memecah keheningan yang menyelimuti mereka sejak keluar dari bandara.
"Dan rambutmu makin mirip duren," ujar Sasuke menanggapi. Pandangannya masih tertuju ke luar jendela mobil, mengamati suasana khas kota yang tersaji. Ternyata banyak yang berubah dengan Konoha selama tiga tahun ini, pikirnya.
Naruto hanya terkekeh mendengar jawaban sahabatnya itu.
"Kau akan masuk ke sekolah yang sama denganku, Konoha Gakuen High. Aku sudah mengurus semuanya," ujar Naruto saat mereka berhenti di lampu merah.
"Hn," jawab Sasuke singkat.
Naruto segera melajukan Lexus LFA yang dikendarainya begitu traffic light menyala hijau. Sepanjang perjalanan mereka masih terus mengobrol, tentang bagaimana kehidupan Sasuke di London. Walaupun hanya Naruto yang mendominasi obrolan tersebut, dan Sasuke hanya menjawab seperlunya.
Kini sedan silver Naruto berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat bertuliskan Konoha Apartement. Setelah memarkirkan mobilnya, Sasuke dan Naruto keluar dari mobil, mengeluarkan travel bag Sasuke dari bagasi kemudian berjalan menuju lift.
Akhirnya lift yang mereka naiki sampai di lantai tempat kamar Naruto berada. Naruto menyerahkan sebuah kartu yang menyerupai kartu ATM pada Sasuke.
"Kamarmu ada di depanku. Berterimakasihlah kau punya teman sebaik diriku Teme!" seru Naruto kemudian berjalan masuk ke kamar nomor 63,di dekat pintu terdapat papan bertuliskan Uzumaki Naruto.
Sasuke yang terlalu letih setelah perjalanan panjang langsung mengikuti Naruto masuk kamar itu dan merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu apartemen Naruto.
"Aku lelah, biarkan aku disini dulu," katanya lalu memejamkan mata.
Naruto yang melihatnya hanya mengangkat bahu kemudian berlalu menuju kamar tidurnya.
.
*****RDR*****
.
Kediaman Hyuuga…
Tampak seorang gadis berambut indigo panjang sedang membaca sebuah buku sambil sesekali menyeruput jus jeruk. Merasa tenggorokannya yang kering sudah nyaman, ia letakkan kembali minuman itu ke meja yang berada di samping tempat tidurnya. Pandangannya kembali tertuju pada buku yang tengah ia baca.
Beberapa saat kemudian tangan gadis itu menutup buku yang dibacanya kemudian menaruhnya begitu saja di tempat tidur. Ia lalu berdiri dan berjalan menghampiri jendela kamarnya yang terletak di lantai dua. Dibukanya jendela dan disibakkannya tirai berwarna putih itu. Angin semilir mulai menerpa wajahnya. Sambil memeluk kedua lengannya ia memandang ke luar jendela. Terlihat awan putih berarak-arak menghiasi langit biru. Pikirannya menerawang, mengingat percakapan dengan ayah dan kakaknya beberapa waktu lalu.
Flashback
"Hinata, ayah harus tinggal di Korea untuk beberapa saat. Kau mau ikut ayah atau tetap tinggal di Jepang? Kalau tetap disini, kau harus pindah ke sekolah Neji agar ada yang mengawasimu," kata seorang laki-laki paruh baya berambut coklat yang merupakan ayah Hinata, Hyuuga Hiashi.
Hinata terdiam, tampak berpikir keputusan apa yang akan ia ambil. Ia tahu kalau ayahnya adalah orang yang sangat sibuk. Memiliki perusahaan yang besar dengan cabang lumayan banyak pasti akan membutuhkan energi ekstra untuk mengelolanya. Ayahnya ini merupakan tipe workaholic, apabila sudah bekerja semuanya bisa terlupakan. Jika ia memilih ikut dan tinggal di luar negeri, pasti ia akan kesepian. Apalagi ia tidak bisa berbahasa korea. Sedangkan di Korea, orang-orangnya juga agak kesusahan menggunakan bahasa inggris. Ia juga bukan tipe gadis supel yang akan mendapat banyak teman dalam waktu singkat. Itulah yang ada di pikiran Hinata saat ini.
"Aku mau tetap disini saja Tou-san," ujar Hinata pelan.
"Kalau begitu kau akan memulai sekolah semester ketiga ini di Konoha Gakuen High," Hyuuga Hiashi mengalihkan pandangannya pada pemuda yang tampak seperti dirinya namun dalam versi muda. "Neji, awasi terus adikmu," lanjutnya.
"Baik Ayah," kata sang pemuda yang dipanggil Neji.
End of flashback
"Konoha Gakuen ya … Hmm", gumam Hinata pelan, pandangannya masih tertuju pada awan-awan di langit.
Hinata tersenyum dan berjalan menjauhi jendela menuju buffet yang terletak di sudut ruangan. Ditariknya laci kiri paling bawah dan diambilnya kamera Canon EOS Rebel XS berwarna hitam kesayangannya. Kamera itu merupakan hadiah ulang tahun ke-15 dari kakaknya, Neji.
Setelah mengambil jaket ungu dari dalam almari dan memakainya, Hinata bergegas keluar kamar.
-Hinata POV-
Cuaca hari ini sangat cerah. Aku benar-benar menyukai musim semi. Cerah, penuh warna dan menakjubkan. Apalagi hari libur seperti sekarang ini. Aku segera bergegas mengambil kamera hadiah dari Neji-nii untukku. Aku memang bukan fotografer, tapi aku sangat senang memotret. Kalau aku sedang bosan aku sering jalan-jalan sendirian, memotret objek-objek yang menurutku menarik. Neji-nii bilang hasil potretanku bagus. Oleh karena itu ia memberiku kamera ini saat ulang tahunku tahun lalu.
Aku mengambil jaketku dari dalam almari lalu memakainya. Setelah itu aku segera turun. Saat melewati ruang tengah, kulihat Neji-nii sedang bermain game dengan adikku, Hanabi.
"Nii-san, aku mau keluar sebentar. Cuacanya sedang bagus," kataku meminta ijin pada kakakku itu.
Neji-nii tampak menghentikan aktivitasnya lalu menoleh kearahku. Melihat kamera yang kubawa ia pasti sudah tahu tujuanku.
"Hn. Tapi jangan sampai malam ya," kata Niisan seraya membalikkan badannya, melanjutkan aktivitasnya.
"Baiklah Nii-san," jawabku kemudian segera berjalan menuju keluar.
Rencananya aku akan pergi ke taman kota. Setelah keluar dari gerbang rumahku, segera kulangkahkan kakiku menuju halte bus terdekat. Aku tidak terlalu pandai menyetir, lagipula kalau sedang ingin memotret lebih menyenangkan bila jalan kaki.
Sesampainya di halte, rupanya bus yang akan aku tumpangi sedang menuju tempatku berdiri. Segera saja aku masuk ke dalam bus. Aku memilih duduk di dekat jendela, dengan begini aku bisa lebih mudah mengamati pemandangan di luar.
-End Hinata POV-
.
*****RDR*****
.
Di taman kota…
Tatapan Hinata terkunci pada sosok orang-orang yang berjalan menuju tempat tujuan mereka masing-masing. Tangannya bergerak memegangi kamera yang digantungkan dilehernya. Mengatur angle yang tepat, berusaha agar mendapat hasil bidikan yang diinginkan, kemudian membekukan objek-objek itu di lensa kameranya. Setelah melihat preview hasil bidikannya, ia tersenyum puas kemudian melanjutkan jalan-jalan di sekitar taman tersebut.
Hinata berjalan menuju sebuah café yang terletak di seberang jalan. Ia memasuki café tersebut kemudian mengambil tempat duduk di dinding kaca. Ia memang menyukai spot di dekat kaca, dengan begitu ia bisa melihat pemandangan di luar dengan bebas.
Tampak seorang maid café datang menghampiri Hinata, menyerahkan daftar menu yang tersedia.
"Saya pesan cappucino float satu," ujar Hinata lembut seraya menyerahkan daftar menu ke maid tadi.
"Baik, mohon tunggu sebentar Nona," kata maid itu sambil tersenyum kemudian berlalu.
Hinata menatap keluar café sambil tersenyum tipis. Tampak suasana hiruk pikuk orang berlalu-lalang. Tidak lama kemudian pesanannya tiba. Setelah mengucapkan terima kasih, Hinata mulai menikmati minumannya. Ia menyesap sedikit cappuccino-nya, lalu menyendok ice cream yang mengapung di bagian atas minuman lalu memasukkan ke dalam mulutnya. Di tengah-tengah kegiatannya yang asyik merasakan enaknya es krim vanilla, mata lavendernya terpaku pada objek yang berjarak sekitar 4 meter dari bangku tempatnya duduk.
Seorang pemuda, berkulit putih, berambut raven dengan model rambut spike dibagian belakang. Pemuda itu tampak sedang menikmati secangkir kopi. Hinata yang duduk menghadap ke utara sedangkan sang pemuda memandang ke barat, hanya bisa melihat sosok pemuda itu dari samping.
Pemuda itu tampak seperti lukisan, kulitnya putih, badannya proporsional. Walaupun ia hanya mengenakan kaos berwarna putih dengan celana jeans hitam, itu tidak mengurangi pesonanya. Namun justru kesan casual itu membuatnya tampak lebih menarik. Hinata segera mengambil kameranya yang tergeletak diatas meja. Seperti biasa, mengatur angle dan cahaya yang tepat kemudian membidiknya.
Merasa ada sesuatu yang mengamatinya, pemuda itu menengok kearah Hinata. Tahu bahwa dirinya dijadikan objek foto oleh orang tak dikenal, membuat pemuda ini merasa kesal. Ia segera menghampiri meja Hinata.
Hinata tidak menyangka bahwa pemuda itu sadar dia memotretnya. Begitu melihat wajah pemuda itu secara utuh, Hinata terpaku sejenak melihat wajahnya yang rupawan.
Muka Hinata memerah, dia segera menunduk begitu tahu pemuda itu berjalan kearahnya. Hinata mencuri-curi pandang, namun begitu melihat aura kelam yang muncul di sekitar pemuda tersebut membuat nyalinya menciut. Ia paling tidak suka mencari masalah, apalagi dengan orang tak dikenal.
'Oh… Kami-sama… dia mengerikan sekali," katanya dalam hati. Ia merutuk dirinya sendiri karena ceroboh, memotret orang asing tanpa izin.
"Kau yang memotretku eh?"
Sebuah suara berat dan dingin membuat Hinata mendongakkan kepala. Pemuda itu ternyata sudah berdiri di depannya. Mata lavender Hinata bertemu dengan onyx milik Sasuke. Pemuda itu menatapnya dengan tatapan tajam yang menusuk. Hinata kembali menundukkan kepalanya, tidak berani menatap sang pemuda.
"Ma-ma-maaf…" Hinata menjawab pertanyaan pemuda itu dengan terbata-bata. Wajahnya merah padam.
"Minta maaf?"
Sasuke mengamati sosok di depannya dengan seksama. Ia memang sudah terbiasa mendapati ada perempuan yang selalu mencoba menarik perhatian di depannya. Ia pikir gadis ini juga salah satu pemujanya, namun melihat gadis sekarang menunduk dengan tubuh yang sedikit gemetaran membuatnya heran. Apa gadis ini takut padanya? Baru kali ini ada yang takut dengannya.
Merasa pertanyaannya tidak ditanggapi, tangan sasuke meraih dagu Hinata. Membuat wajah Hinata terangkat. Wajahnya benar-benar seperti kepiting rebus saat ini.
Sasuke menunduk, menyejajarkan wajahnya agar berada di depan wajah Hinata. Hinata tercengang dengan sosok pemuda ini. Wajahnya putih dan sangat bersih, hidungnya mancung. Benar-benar tampan. Blushing Hinata semakin parah begitu menyadari lamunannya.
Sasuke yang melihat wajah gadis di depannya sudah semerah tomat, buah kesayangannya, mengeluarkan seringainya. Hinata merinding melihat pemuda di depannya menyeringai seperti itu. Di matanya, pemuda itu tampak seperti lucifer, setan yang berkedok malaikat. Saking takutnya,ia segera memejamkan matanya.
"Kau harus membayarku," ujar Sasuke berbisik di telinga Hinata.
Hinata yang merasakan nafas sasuke berhembus di telinganya langsung bergerak mundur, namun tangan sasuke yang sedang memegangi dagunya kini menahannya.
"Ta-ta-tapi… a-aku…"
Belum sempat Hinata menyelesaikan kalimatnya, jari telunjuk sasuke menempel di bibir Hinata, mengisyaratkan agar ia diam. Matanya melirik krim yang menempel di bibir bawah Hinata. Seringainya muncul kembali.
"Kau tidak harus membayarnya dengan uang," jarinya mengelus pelan bibir Hinata, kemudian melanjutkan "dengan ini juga tak apa."
Hinata masih memproses kalimat yang diucapkan pemuda itu, dahinya terlihat mengerut. Sasuke semakin mendekatkan wajahnya. Ia menjulurkan lidahnya dan menjilat vanilla cream yang menempel di bibir Hinata. Setelah itu ia langsung berdiri dan berjalan keluar café.
Hinata diam mematung, terlalu bingung dengan apa yang terjadi. Tubuhnya seolah-olah kaku, tidak bisa digerakkan. Wajahnya sangat merah. Begitu menyadari apa yang terjadi, ia langsung memekik dan menutup mulut dengan kedua tangannya. Matanya kemudian menatap pada sosok yang sekarang sedang melenggang keluar café dengan santainya.
Saat berada di pintu keluar, Sasuke menengok kearah Hinata. Gadis itu pun sedang memandangnya dengan tatapan horror. Sekali lagi Sasuke menunjukkan seringainya.
'manis' ucap Sasuke dalam hati. Kemudian melanjutkan berjalan menjauhi tempat itu.
Sedangkan Hinata yang kesal setengah mati masih berusaha menenangkan dirinya. Pandangannya tentang pemuda itu benar-benar berubah. Menurutnya, pemuda itu pantasnya disebut…
'iblis'
.
….TBC….
.
*****RDR*****
.
TT_TT
Hancur ya… hiks.. saya emang masih newbie… blum terbiasa nulis.. gomen ne…
Disini sasuke saya bikin jadi bad boy. Hahaha. Makanya ketemu pertama ama hinata langsung gitu. Tp dia ngga playboy kok.
Pengen nampilin sai disini,, tapi kayanya ini dah kepanjangan ya… jadi besok aja. Teheheee
aa.. adakah yang mau fic ini dilanjutkan? Mohon reviewnya .
juga untuk para author-senior,,, mohon kritik sarannya… gomawoyo ^^
akhir kata … please gimme a review… m(._.)m
arigatou.. gomawoyo.. matur nuwun..