Long time no See huh? Hahaha! Lama juga writter blocknya. Sedikit maksain update hari ini... karena apa? Hari ini ada yg ngerayain Anniv-nya loh~ tebak sapa~[Ga usah di tebak sih]
Oh well! Males chit chat, let's start!
Disclaimer: KHR is not mine! I repeat! KHR is not MINE!
Pairing: GioSiel~ slight B26
Rate: T... bisa naik kalo gw niat...
Warning: MAJOR OOC sumpah ga boong!, AU, YAOI, Typo tersebar luas, bahasa campur aduk [nyerah pake indo yg baik n benar].
Details: Bel ama Rasiel tukeran... jadi Bel jadi kakak n Rasiel jd Ade [Kenapa? Soalnya Rasiel lbh ukeish dr pada Bel! *dilemparin piso*]. Bel n Rasiel bukan kembar... cmn mirip bgt aja... tampang Bel di sini itu kaya yg ver. TYL ya...
Umur: Rasiel: 16, Giotto: 21, Belphegore: 20, Fran: 19, yang lain... tebak aja sendiri~
Enjoy~
-o-o-o-Forbidden-o-o-o-
"Kalau kubilang kau tidak boleh berhubungan dengannya bagaimana?"
"Ma-maksudmu?" Tanya si adik untuk memastikan pendengarannya.
"Maksudku kau tidak boleh berhubungan dengan orang itu dan titik!" ucap sang kakak dengan nada ketus.
"Alasaannya?" tanya sang adik lagi.
"Eh, kodok jelek! Jelaskan pada bocah ini alasanya," ucap Bel sambil melempar sebuah pisau dengan ukiran unik ke topi besar berbentuk menyerupai kodok milik seorang pemuda berambut hijau yang sedang berada di bangku pemudi.
"Kenapa harus aku yang menjelaskan? Kan dia adik senpai," jawab si 'kodok' menghasilkan sebuah pisau menemukan tempat manis di atas topi sang pengemudi. "Ittai yo senpai..."
"Sudah jelaskan saja kodok!" seru-maksudnya-perintah si senpai tak sabaran.
"Baiklah... Giotto.. hmm... nama asli Sawada Iyeatsu, lebih terkenal dengan nama Giotto Vongola. Boss Vongola yang kesepuluh*. Kewarganegaraan Jepang. Ayah Sawada Iemitsu,yang saat ini menjabat sebagai ketua CEDEF, ibu, Sawada Nana, mantan mata – mata mafia, memiliki seorang adik laki – laki yang saat ini masih di bangku SMP—Ittai! Senpai~" penjelasan panjang lebar Fran pun terputus dengan sebuah pisau (lagi) bertengger manish di topi kesayangannya.
"Itu terlalu banyak informasi kodok bodoh!" ucap Bel dengan santainya.
"Tapi senpai sendiri yang memintanya!" balas Fran sambil memcabut pisau – pisau yang bertengger di topinya.
"Vo-vongola?" ulang sang adik sambil terbata – bata tak percaya.
"Yup! Vongola! Dia anggota Vongola, bukan hanya anggota tapi bos mereka. Para Vongola itu sudah mulai pintar ya, memakai adikku untuk melawanku rupanya"
"Giotto bukan orang yang seperti itu!" seru Rasiel membela 'kekasih'nya.
"Oya? Darimana kau tau?" tanya sang kakak dengan nada menantang. Sang adik pun hanya terdiam, tak tahu ingin menjawab apa. "Apa kau sudah lupa siapa yang membunuh orang tua kita 10 tahun yang lalu?" bisik Bel di dekat telinga adiknya. Seketika mata Rasiel pun membulat besar.
"Vo-vo-vongola..." jawab Rasiel kecil dan hampir saja tak terdengar.
"Mereka bahkan mencoba untuk membunuhmu bukan? Orang – orang itu di perintah oleh siapa? Boss mereka, kakek dari kekasih barumu itu," bisik Bel di tempat yang sama.
"Tapi..."
"Hmm?"
"Giotto bukan orang yang seperti itu! Dan aku percaya itu," ucap Rasiel dengan tegas, memebuat kakaknya pun menghela nafas.
"Kau ini memanga menyusahkan. Akan kuputuskan kalau kau tidak boleh keluar dari mansion kita. Jadwal latihanmu pun akanku tambah. Tidak ada protes! Kalau kaku protes kau tahau akibatnya kan?" seru Bel dengan nada tegas penuh wibawa bagaikan seorang kakak yang tegas. Sebelum adiknya dapat membantah, ia langsung memerintahkan bawahannya untuk melajukan mobil mereka kembali ke mansion si kakak beradik Kavallini**.
-o-o-o-GioSiel-o-o-o-
"Ah, Decimo-sama, anda kembali," seorang pemuda berpakaian rapi ala butler pun menyambutunya di depan pintu masion besar miliknya sesaat ia memasuki mansion tersebut. "Boleh saya bawakan Jas anda tuan?" tawar sang pelayan tersebut.
"Ah terima kasih, Leo tapi aku bisa membawanya sendiri terima kasih," balas sang tuan rumah dengan senyuman lembut.
"Oi! Giotto! Kau telat!" seru seorang pemuda, seumuran dengan Giotto, berambut pink #shot-maksudnya-merah sambil menuruni akan tangga utama mansion tersebut.
"Ah maaf G., tadi jalan sedikit macet," balah Giotto sambil melontarkan alasan yang tidak masuk akal.
"Alasan macam apa itu. Sudalah! Ayo cepat yang lain sudah menuggu," pemuda bertato bernama G.-nama yang aneh bukan? #shot- itu pun menghela nafas sambil menunjukan jalan bagi sahabat karibnya keruangan meeting yang sedang berlangsung.
"G, kalau boleh tanya, apa masalahnya kali ini?" tanya sang bos penasaran.
"Kita baru saja menemukan data – data tentang anggota – anggota Varia. Semua anggota mau langsung mendiskusikan langkah kita berikutnya secepat – cepatnya," jawab G dengan wajah serius.
"Huh! Baru saja aku bersenang – senang sebentar langsung saja di seret ke permasalahan ini lagi," gerutu Giotto dengan nada keanak – anakan.
"Itulah tugasmu sebagai bos," jawab G santai.
"Tapi aku awalnya memang tidak mau menjadi bos!" seru Giotto sedikit kesal. Ia pun menghela nafas kembali sambil berjalan menusurui koridor – koridor memusingkan.
Langkah mereka berdua pun terhenti di sebuah pintu kayu bewarna coklat kemerahnan. Pintu yang berbeda dari pintu – pintu yang lainnya yang menandakan bahwa ruangan itu merekan ruangan penting yang tak boleh di ganggu isinya.
"Kau siap Giotto?" tanya sahabatnya sambil mengengam gagang pintu di depannya.
"Tentu saja," jawab Giotto tegas nan bos. Wajah ceriannya pun tergantikan dengan topeng emosionless-nya. Pintu pun terbuka.
"Decimo-sama, akhirnya anda datang juga," sapa salah seorang peserta rapat guna untuk berbasa – basi. Dengan hanya menggangukan kepalanya, sang bos mafia itu pun langsung melangkahkan kedua kakinya menuju bangku kosong yang berada di ujung meja rapat. Setiap bangku yang tersedia telah terisi penuh terkecuali dua buah bangku kosong yang akan segerah di isi.
"Hal penting apa yang yang akan kalian bicarakan sampai harus memanggilku secara mendadak seperti ini?" tanya sang bos sesaat ia duduk di tempatnya. Dari mimik wajahnya yang datar dan aura gelap di sekeliling tubuhnya, menyampaikan ke setiap peserta rapat bahwa mood sang Decimo tidaklah bagus. Tak ada yang berani untuk membuka suara. Merasa kesal, sang Decimo hendak membuka mulutnya untuk menanyakan pertanyaan yang sama, tetapi seorang dari peserta rapat berdiri.
"Giotto, aku yang memanggil rapat kali ini," ucap seorang pemuda berambut berwana biru kehijauan dengan model rambut menyerupai nanas. Pemuda itu tak lain dari Mist Vongola guardian.
"Silakan, Deamon," sang Decimo memberikan izin untuk sang Mist guardian untuk berbicara bebas.
"Kalian semua kertas – kertas ini? Semua kertas – kertas ini berisi tentang informasi mengenai anggota ini Varia yang saat ini masih dijaga ketat isinya," seketika, ruangan yang sunyi tersebut menjadi ramai dengan suara bisikan dimana – mana.
"Lanjutkan," ucap sang Decimo, memecah suasana rusuh di dalam ruangan. Sang mist guardian hanya menangguk dan mulai membacakan isi dari kertas – kertas yang ia bawa.
"Di posisi pemimpin di genggam oleh seseorang yang dulu kita kenal sebagai anak angkat dari Nono dan–"
"Xanxus itu bos mereka? Bukankah dia sudah di bunuh oleh Nono 8 tahun yang lalu?" Sela G. tak percaya.
"Diam Herbivore, semua orang sudah tau kalo si tua bangka itu tidak sanggup membunuh herbivore itu. Pertanyaan bodohmu hanya membuat rapat ini makin panjang," Desis seorang pemuda berambut kuning pucat.
"Apa kata mu? Dasar bajing–"
"Ma, ma, Sudahlah, G," seorang pemuda berpakaian ala jepang kuno pun berusaha menenangkan orang berambut pi-merah di sampingnya itu.
"Diam kau Fluet-freak! Enak saja membiarkan bajingan seperti di–"
"Cukup. G," semua suara pun langsung redam. Aura gelap di sekeliling sang Decimo pun semakin menebal bagaikan gunung berapi yang akan meletus.
"Baiklah, Decimo," jawab G sambil kembai duduk di tempatnya. Si boss langsung memberi tanda untuk sang mist guardian untuk melanjutkan penjelasannya.
"Di bagian Second-in-command, Superbi Squalo, seorang ahli pedang yang terkenal di Itali. Seorang pemuda yang terkenal Jenius-Rumornya-, Belphegor. Lussuria seorang ahli Thai-boxing dengan personaliti yang abnormal. Levi A than Seorang yang menggunakan elektrik sebagai senjatanya. Dan yang terakhir, seorang illusionist bermulut menyebalkan, Fran" jelas Deamon secara panjang lebar.
"Tentang illusionist itu... Bagaimana kau tau dia menyebalkan?" Tanya G penasaran.
"Ahh... itu... Dia mantan Muridku yang menyebalkan," jawab Deamon dengan nada sedikit kesal dan mimik wajah aneh. Sepertinya ia sedang mengingat – ingat masa – masa 'menyenangkan' saat bersama dengan murid 'kesayangan'nya itu. "Untuk memudahkan untuk kalian sedia sergam dengan mereka, akan kubuat ilusi penampilan mereka," dengan sebuah petikan jari, ilusi – ilusi yang di maksud pun mulai bermunculan.
"Dari sebelah kiri, Xanxus, Superbi Squalo, Belphegore, Lussurian, Levi A Than, Fran." Sang mist guardian pun menjelaskan ilusinya.
'Belphegor... dia mirip dengan Rasielku, apa hanya kebetulan saja ya?' pikir sang Decimo.
-o-o-o-GioSiel-o-o-o-
"- Jadi untuk sementara ini itu saja yang kita kerjakan," seorang pemuda berambut silver panjang bagaikan Rapunzel *dibantai*pun menyelesaikan pidatonya.
"Ma~ Bel-chan~ ada yang kau pikirkan? Tampaknya kau murung sekali sayang," seorang Banci pun berbicara dengan nada... um... kecentilan?
"Senpai hanya kesal karena adiknya pacaran dengan bos Vongola dan–"
JELB
"Diam kodok! Pangeran sedang kesal begini jangan buat ulah! Shishishishi!" Bel pun mengeluarkan beberapa koleksi pisaunya untuk mengancam kodok kesayangannya.
"VROOIII! Adikmu kenal dengan bocah Vongola itu?" teriak komandan berambut silver panjang tanpa peduli di sekelilingnya akan menderita penyakit THT.
"Bukan kenal lagi, Taicho. Tapi mereka pacaran," tambah Fran dengan ekspresi datar.
"APA? PACARAN?" teriak Squalo serta Levi secara bersamaan.
"Berisik sampah!" segelas wine pun medarat tepat di atas kepala si Varia-Second-in-command.
"VROOOOIIIIII! Bos Sialan! Rambutku baru di cuci tau!" teriak Squalo semakin nyaring.
"Diam sampah!" seru sang bos sambil menarik rambut panjang bawahannya.
"VROOOOOIIII! KAU–"
"Ma~ ma~ Squ-chan~ sebaiknya kau diam saja ya~" ucap Lussuria bagaikan seorang ibu.
"VROOII! Berhenti menaggilku dengan sebutan mejijikan seperti itu!"
"Pangeran memerintahkan kalian semua untuk diam! Dasar orang – orang menyebalkan," untuk pertama kalinya seorang Belphegor sampai turun tangan dalam mendiamkan nenek lampir Varia ini. Sepertinya mood benar – benar jelek.
"Wah~ Wah~ mood senpai benar – benar buruk ya~" celetuk Fran.
"Kau juga kodok! Diam!" seru si pangeran lagi.
"Ma~ lagi pula apa salahnya membiarkan adikmu berhubungan dengan Vongola? Bukan kah itu lebih bagus?" celetuk Lussuria memberi saran.
"Tak akan kubiarkan adiku di terjumusi lagi oleh Vongola!" desisi Bel kesal. "Tak akan kumaafkan Vongola bajingan itu!"
"Bukan kah kita bisa menggunakan hubungan mereka untuk menghancurkan Vongola? Dia berhubungan dengan Bos Vongola bukan? Bukan kan jauh lebih muda untuk menjatuhkan bosnya dahulu baru Famili mereka?" ucap Squalo sambil memikirkan sebuah strategi yang merupakan pekerjaannya.
"Aku tak akan membiarkan adikku–"
"Coba pikirkan baik – baik. Mungkin rencana ini akan berhasil. Lagi pula adikmu juga membenci Vongola bukan?" potong Squalo dengan mantap.
"Hmm... Ushishishi~ benar juga~"
-o-o-o-GioSiel-o-o-o-
"Apa maumu lagi?" sesampainya Rasiel di ruang tamu atas panggilan kakaknya, moodnya pun makin memburuk.
"Apa kau masih mau berhubungan dengan Si Vongola itu?" tanya Bel langsung.
"Tapi kau bilang–"
"Aku akan membiarkan kau berhubungan dengan dia dengan beberapa syarat, yaitu..."
-o-o-o-TBC-o-o-o-
* Giotto dkk masuk keluarga Decimo jd bukan Tsuna dkk. Tsuna dkk ga bakal muncul di crita ini cmn d sebut" doank kok.
** cmn asal masukin aja. Abis gregetan Bel ama Siel ga punya nama blakang. Ketemu nih nama dr Zerochan kok.
Selesai~ gimana? Lbh panjang kan~ otak gw lempeng!
Anyway... Happy Anniversery yang ke... um... lupa ah! Males buka kalender! Buat (a)Hayato_v n (a)primoism! Makin langgeng ya~
Minta review boleh?
Me out! Ciao~