Disclaimer:

Masashi Kishimoto

Pair:

SasuNaru

Warning:

Sho-ai, Typo(s)

"Ah, selamat datang. Wah, kau datang juga, Gaara," ujar seorang pemuda berambut kuning. Baru saja dia akan berjalan mendekati pemuda berambut merah bata itu jika suara khas Gaara tidak melarangnya.

"Naru, apa yang kau lakukan dengan pisau itu? Sekarang letakkan benda itu ditempatnya semula," perintah Gaara.

"Oh, jadi nama benda tajam ini pisau ya. Aku tidak melakukan apa pun, aku hanya ingin tahu seberapa berbahaya benda ini. Kau tahu, aku benar-benar takut ketika dia mengayunkan benda ini ke tubuhku," tutur Naruto sambil menunjuk ke arah Sasuke dengan pisaunya dan membuat ketiga pemuda yang masih terpaku itu menahan napas. "Dan kini aku tahu jika benda ini benar-benar sangat mengerikan. Dengan gesekan yang pelan saja sudah mampu membuatku berdarah seperti ini." Kini Gaara benar-benar merasa khawatir ketika dilihatnya Naruto yang memperlihatkan luka sayatan pisau yang masih mengeluarkan darah segar.

"Letakkan. Benda. Itu."

"Tapi, Gaara. Baiklah, aku akan meletakkannya." Setelah Naruto meletakkan pisau itu di meja, Gaara mulai berjalan mendekatinya seraya membuka jaket hitam yang dikenakannya dan menggunakannya untuk menutupi tubuh Naruto yang polos.

"Kalian bedua urus gadis itu, aku akan membawa Naruto ke kamar."

"Waw, tubuhnya sungguh menggoda," bisik Neji dengan pandangan yang tidak lepas dari tubuh Naruto yang kini tengah dibawa Gaara ke dalam kamar, Sasuke yang mendengar gumaman itu pun menggangguk setuju. Dia benar-benar tidak menyangka jika tikus yang dianggapnya menjijikan itu bisa menjelma menjadi seorang pemuda dengan tubuh yang indah, kulit tan yang menawan serta mata birunya yang indah bagaikan langit cerah.

'Uchiha Sasuke, sadarlah. Dia itu laki-laki dan kau masih normal, Sasuke. Kau masih menyukai seorang gadis dan kau telah memiliki Sakura. Tunggu, Sakura?' Lamunan Sasuke terhenti ketika pikirannya kembali pada gadis berambut merah jambu yang masih tergeletak tidak sadarkan diri.

XOXOXOXOXO

"Sakura, bangunlah. Hei, Sakura." Sasuke terus berusaha untuk menyadarkan sang kekasih. Setelah lima menit berlalu, akhirnya Sakura menunjukkan tanda-tanda jika dia telah sadar. Sakura yang baru saja kembali mendapatkan kesadarannya langsung berteriak histeris agar tidak dibunuh, Sasuke yang melihat itu langsung memeluknya erat untuk menenangkannya.

"Tenanglah, tidak ada yang akan berani membunuhmu, Sakura," ujar Sasuke seraya mengelus punggung Sakura yang masih terisak dipelukan Sasuke.

"Iya, tidak ada yang mau membunuhmu, Sakura. Mungkin itu hanya halusinasimu saja karena kau terlalu lelah, sebaiknya kau banyak beristirahat, Sakura," ujar Neji berusaha membantu Sasuke menenangkan kekasihnya.

"Ta-tapi, tadi ada seorang pemuda tanpa busana tengah memegang piasu, di-"

"Tenanglah, tidak ada yang seperti itu di sini," ujar Sasuke berusaha untuk terus meyakinkan kekasihnya.

"Iya, mungkin kalian benar. Aku memang butuh istirahat. Sebaiknya aku pulang saja," ujar Sakura dengan suara serak.

"Aku antar."

"Tidak perlu, Sasuke. Aku membawa kendaraan sendiri, aku pulang dulu. Jaa." Setelah memberikan sebuah kecupan singkat dipipi putih Sasuke, Sakura pun melangkahkan kakinya meninggalkan apartement sang Uchiha bungsu.

XOXOXOXOXO

'Tik.. Tik.. Tik..'

"Aku dan Gaara ada perlu, kami berdua pamit dulu ya," ujar Neji setelah kebisuan yang melanda mereka beberapa menit lalu.

"Eh~ apa kau benar-benar harus pergi Gaara? Kau tinggal saja di sini," pinta Naruto.

"Tidak bisa Naru, ini bukan rumahku," ujar Gaara seraya mengenakan jaket hitamnya. Tapi aku berjanji akan kembali lagi ke sini nanti," lanjutnya ketika melihat rawut wajah Naruto yang sedih.

"Baiklah, aku pegang janjimu," ujar Naruto dengan senyum lebar yang membuat tiga garis halus dimasing-masing pipinya terlihat jelas. Suasana kembali hening sepeninggal Neji dan Gaara dari apartemen Sasuke. Naruto yang terus dipandangai Sasuke dengan wajah datar hanya bisa menunduk sambil memainkan ujung kemeja putihnya yang terlihat kebesaran.

"Aku mau mandi dulu. Kau, jangan bertindak yang macam-macam, mengerti?"

"I-iya." Naruto sedikit bernapas lega ketika Sasuke telah masuk ke dalam kamarnya. Dia pun membawa kakinya melangkah ke arah dapur, namun suara sebuah pintu yang kembali dibuka dan menampilkan sosok Sasuke dengan balutan handuk putih yang melilit pinggangnya membuat pemuda beriris mata biru itu menghentikan langkahnya.

"Kembali ke sofa," ujar Sasuke dengan penuh penekanan. Naruto yang ingat dengan apa yang pernah Sasuke lakukan padanya membuat pemuda berambut kuning itu segera kembali ke sofa dan duduk dengan manis. "Jangan pergi ke dapur, jangan sentuh apa pun dan yang terpenting jangan beranjak dari tempatmu." Naruto hanya mengangguk sebagai tanda bahwa dia mengerti dan akan melakukan apa yang dikatakan oleh Sasuke. Sasuke tersenyum tipis melihat tingkah Naruto. Setelah yakin jika pemuda itu tidak akan menghancurkan apa pun, Sasuke kembali memasuki kamarnya dan menuju kamar mandi yang terletak didalamnya.

'Hah.. dia itu menyebalkan sekali. Tadi menuduhku mau membunuh si pinky itu, tidak percaya jika aku itu tikus yang selama ini bersamanya dan sekarang dia melarangku untuk beranjak dari sini, dasar teme. Untung saja tadi ada Gaara yang membantuku meyakinkan si teme itu, kalau tidak, aku tidak tahu bagaimana cara meyakinkannya. Hhh.. kenapa kau harus pergi Gaara?' batin Naruto. Naruto yang merasa bosan pun mulai memejamkan matanya perlahan.

XOXOXOXOXO

'Krrrrrrryyyyuuuuuuukkkkkk'

"Ugh, lapar~" keluh Naruto serya meletakkan kepalanya di atas meja sambil memegang perutnya yang lapar.

"Kau mau makan?"

"Tentu saja," ujarnya bersemangat sambil menegakkan kepalanya kembali. "Aku ingin makan cacing yang kemarin, boleh kan?"

"Cacing?"

"Iya, cacing kuning yang berenang dalam air itu." Sasuke hanya tertawa kecil ketika menyadari 'cacing' yang dimaksud Naruto.

"Baiklah, aku akan membawakan cacingmu. Kau tunggu saja di sini." Mata Naruto berbinar-binar saat pemuda berambut raven itu akan membawakan 'cacing'nya.

Dua puluh menit kepergian Sasuke terasa seperti bertahun-tahun bagi Naruto. Semangat yang tadi sempat menghilang kembali muncul ketika aroma sedap menusuk hidungnya. Semangkuk ramen panas kini tersedia di hadapan Naruto, membuat mata Naruto kian berbinar-binar.

"Ini namanya ramen. Sekarang makanlah."

"Ah, aku tidak peduli dengan namanya. Selamat makan." Tanpa ba-bi-bu lagi, Naruto segera melahap ramennya yang masih mengeluarkan asap. Belum sempat bibirnya menyentuh makanan dihadapannya, Sasuke telah kembali mengambil mangkuk itu dari hadapannya.

"Aish, apa yang kau lakukan? Cepat kembalikan cacing itu padaku, aku lapar!"

"Ck, sudah kubilang namanya ramen, bukan cacing, dasar dobe dan harusnya aku yang bertanya seperti itu, apa yang kau lakukan tadi?"

"Ya, ya, ya. Tentu saja aku sedang memakannya dan jangan memanggilku dobe, aku tidak bodoh, dasar teme. Sekarang berikan ramen itu padaku!"

"Ck, dari mana kau mendapatkan kata seperti itu, maksudku kenapa kau memakannya langsung menggunakan mulutmu, aku sudah membawakan sumpit untukmu."

"Hhh, aku ini berasal dari Jepang, jadi tentu saja aku tahu semua bahasa Jepang dan kau tahu, aku ini seekor tikus, tentu saja kami makan langsung menggunakan mulut kami."

"Tapi saat ini kau adalah seorang manusia, bukan seekor tikus. Jadi bertindaklah seperti manusia pada umumnya, Dobe."

"Tapi aku tidak tahu bagimana bertindak sebagai manusia," ujar Naruto lirih seraya menundukkan kepalanya. Sauke hanya menarik napas panjang saat melihat tingkah pemuda diadapannya.

"Maka dari itu kau harus belajar, Dobe. Perhatikan aku," ujar Sasuke seraya mengambil sumpit yang tegeletak di atas meja. " Pertama, kau harus memegang sumpit atas dengan jari telunjuk, jari tengah dan jempol. Lalu, letakkan sumpit yang lainnya antara bagian bawah ibu jari dan ujung jari manis. Kau hanya perlu menggerakkan sumpit atas jika ingin mengambil makanan, seperti ini. Lihat,mudah bukan? Sekarang kau coba," perintah Sasuke. Naruto yang baru pertama kali memegang benda bernama sumpit itu tentu saja kesulitan menggunakannya. Jangankan untuk mengambil makanan, untuk memegangya saja dia tidak bisa.

"Baiklah, kau berlatih saja dulu. Aku akan menyimpan ini hingga kau bisa menggunakan sumpit itu dan memindahkan balok-balok kecil itu. Aku ada di balkon, jika kau sudah bisa menggunakannya, kau bisa memanggilku." Naruto hanya bisa memasang wajah pasrah saat ramen yang telah dinantinya kembali dibawa pergi oleh Sasuke. Tidak ingin mati kelaparan, Naruto pun berusaha untuk menggunakan sumpit itu.

"Ah, susah sekali menggunakan benda itu. Bagaimana bisa manusia menggunakannya untuk makan, padahal makan langsung menggunakan mulut lebih praktis," keluhnya sambil berbaring di sofa karena kelelahan. Tiga puluh menit terasa sia-sia saat dia masih tetap tidak bisa menggunakan benda yang terbuat dari kayu itu. Sambil berbaring Naruto memadang jari telunjuknya yang tebalut plester. Perlahan-lahan pleter itu dibukanya, menampilkan sebuah sayatan pisau yang cukup panjang. Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas dibenaknya dan membuatnya tersenyum bahagia.

XOXOXOXOXO

Semilir angin sore membuat Sasuke yang tengah duduk di sebuah kursi mengantuk. Sambil menunggu Naruto yang tengah belajar menggunakan sumpit, Sasuke pun memilih untuk tidur ditemani dengan angin sepoi-sepoi. Berusaha beristirahat untuk menghilangkan penat akibat berbagai masalah yang satu per satu datang menghampirinya. Belum ada satu jam Sasuke memejamkan matanya, tubuhnya telah diguncang-guncang oleh seorang pemuda berambut kuning agar bangun dari tidurnya.

"Ada apa, Dobe?"

"Aku bisa memindahkan balok-balok itu, Teme."

"Benarkah?"

"Tentu saja. Ayo, kau harus melihatnya." Dengan mata setengah terpejam Sasuke berjalan mengikuti Naruto memasuki apartement. Sasuke duduk di sofa sambil terus memperhatikan Naruto memindahkan balok-balok kayu itu menggunakan sumpitnya.

"Lihat, aku bisa melakukannya," ujar Naruto dengan bangga. "Sekarang berikan ramenku, Teme," pinta Naruto.

"Coba kau lakukan lagi," perintah Sasuke.

"Baiklah, akan aku ulangi." Sasuke yang melihat Naruto memindahkan balok-balok itu menjadi bingung sendiri melihat Naruto yang harus berusaha ketika menurunkan balok kayu dari sumpitnya, padahal jika sumpit itu digerakkan, harusnya balok itu bisa terjatuh dengan mudah. Dengan rasa curiga Sasuke meminta sumpit yang dipegang Naruto agar diberikan padanya. Awalnya Naruto memang bersikeras menolak memberikan sumpitnya, namun melihat wajah Sasuke dan ancaman tidak akan diberikan ramen membuat Naruto memberikan sumpitnya dengan tidak rela. Kecurigaan Sasuke terbukti ketika ditemukannya sebuah plester melingkar diujung bawah sumpit. Naruto yang menyadari jika Sasuke mengetahui kecurangannya hanya bisa tersenyum salah tingkah.

"Aku tidak bisa melakukannya, Teme."

"Baiklah, aku bantu." Sasuke pun duduk di atas sofa dibelakang Naruto, sedangkan Naruto sendiri duduk dilantai beralaskan karpet. Tangan kanannya dituntun oleh Sasuke untuk memegang sumpit dengan benar dan menuntunnya memindahkan balok-balok kayu itu.

"Lihat, mudah bukan?"

"Hehe.. iya, aku bisa melakukannya, Teme," ujar Naruto seraya menolehkan kepalanya untuk melihat Sasuke. Namun tanpa Naruto ketahui, apa yang dilakukannya itu membuat jarak wajahnya menjadi sangat dekat dengan Sasuke. Onyx bertemu safir. Lama mereka berpandangan dalam jarak yang cukup dekat itu hingga Sasuke tersadar dengan keadaanya dan bergegas menuju dapur, meninggalkan Naruto dengan wajah yang merona dan jantung yang berdebar tidak beraturan.

"Ini ramenmu, makanlah. Setelah kau menghabiskan makananmu, kita akan pergi berbelanja," ujar Sasuke, kemudian kembali meninggalkan Naruto sendiri.

"Ada apa dengan ini?" tanya Naruto lirih sambil memegang dadanya yang berdebar.

XOXOXOXOXO

Satu jam sudah mereka berdua menghabiskan waktu untuk berbelanja semua yang dibutuhkan oleh pemuda yang kini dalam wujud seorang manusia. Sasuke dapat bernapas lega karena pemuda berambut kuning itu tidak membuat onar. Yah, meskipun sebagai gantinya dia harus menjawab banyak pertanyaan yang diajukan olehnya. Kini mereka berdua memutuskan untuk kembali ke apartemen dengan berjalan kaki mengingat jarak apartemen Saasuke tidak jauh dari tepat mereka berbelanja.

Selama perjalanan pulang, mata biru langitnya tak lepas dari seorang anak yang tengah memakan sesuatu yang melingkar tinggi ke atas.

"Kau mau?" tanya Sasuke seakan menetahui apa yang tengah dipikirkan oleh pemuda berkulit tan itu. Naruto mengangguk. "Apa itu enak?" tanya Naruto kemudian yang dijawab dengan 'hn' oleh Sasuke. Naruto melangkahkan kakinya mengikuti Sasuke ketika pemuda berambut raven itu memberikan tanda padanya. Setelah memberikan sejumlah uang dan mendapatkan ice cream itu, Sasuke memberikan ice cream rasa jeruk itu pada Naruto. Mata Naruto langsung berbinar-binar ketika rasa dingin dan manis menyentuh lidahnya.

"Wah, ini enak sekali~" ujarnya seraya kembali memakan ice creamnya. Sasuke pun hanya tertawa ketika melihat Naaruto seperti seorang anak kecil yang baru makan makanan enak setelah bertahun-tahun, membuat Naruto menghentikan kegiatannya dan menatap Sasuke dengan bingung sambil memiringkan kepalanya.

"Pelan-pelan saja makannya," ujar Sasuke seraya membersihkan ice cream yang menempel disekitar bibir Naruto.

'Deg'

Entah suara degup jantung siapa yang kini berdetak tidak beraturan, yang jelas kini mereka berdua terpaku ketika kedua mata mereka kembali bertatapan. Setelah Sasuke menyadari ada yang salah, pemuda berambut raven itu memutus kontak mata mereka dan berjalan mendahlui Naruto.

"Ayo cepat, sudah malam." Naruto pun hanya mengikuti langkah Sasuke, berjalan beberapa langkah dibelakang pemuda itu dengan wajah tertunduk. Selama beberapa saat keheningan menyelimuti setiap langkah yang mereka buat hingga suara cempreng Naruto memecah keheningan itu.

"Aku lelah, bisakah kita beristirahat dulu?"

"Hn."

"Indah ya?" Sasuke yang mendengar pertanyaan itu langsung melihat ke arah Naruto dan ke arah langit yang kini dilihatnya.

"Kaasan bilang, jika aku menjadi manusia, aku bisa melihat bintang dari dekat. Benarkah itu Sasuke?"

"Hn." Sebuah senyum merekah dibibir Naruto. Meskipun dia tidak yakin apa 'hn' itu berarti iya atau tidak, tapi Naruto mencoba untuk berpikir positif seperti yang ibunya selalu bilang.

"Gaara bilang, semua ratrix mendapatkan suatu pembelajaran tentang kehidupan manusia. Tapi kenapa sepertinya kau tidak tahu apa-apa tentang manusia."

"Eh? Hhehehe.. sebenarnya aku tidak terpilih sebagai ratrix." Alis Sasuke terangkat sebelah ketika mendengar penuturan pemuda disampingnya. "Sebenarnya aku sangat ingin menjadi ratrix dan menyusul Gaara yang telah lebih dahulu menjadi ratrix, namun aku tidak lulus dalam ujian. Ketika aku mendengar jika black hole telah terbuka, aku mengendap memasuki tempat di mana black hole itu berada. Ketika aku tengah memandang black hole itu, aku dikagetkan oleh suara paman Iruka yang diperintah ayahku untuk menjagaku. Karena takut dimarahinya karena aku melanggar perintahnya yang juga perintah ayahku untuk tidak mendekati black hole, aku pun berusaha untuk bersembunyi. Tapi karena aku ketakutan dan panik, kakiku tersandung oleh kakiku sendiri, hhehe. Selanjutnya kau bisa menebaknya sendiri," ujar Naruto panjang lebar yang membuat Sasuke sweatdrop dengan penjelasannya.

"Maka dari itu, mohon bantuannya," ujar Naruto sambil membungkuk dihadapan Sasuke.

XOXOXOXOXO

"Dorong yang kuat, Dobe!"

"Ba-baiklah."

"Argh, kau menyakitiku, baka!"

"Tadi kau yang menyuruhku untuk mendorong dengan kuat, Teme! Jadi jangan menyalahkanku!"
"Hn. Sekarang tarik kembali perlahan-lahan. Aargh, aku bilang pelan-pelan, Dobe!"

"Ugh, itu juga sudah pelan dasar teme! Kalau begitu kau pindahkan saja tempat tidurmu sendiri!" ujar Naruto kesal sambil kembali mendorong tempat tidur itu hingga kaki Sasuke kembali terjepit. Setelah melepaskan kakinya yang terjepit dengan susah payah, Sasuke pun segera mengobati kakinya yang luka sambil memberikan death glare pada Naruto yang kini tengah ngambek sambil mengembungkan pipinya.

'Kenapa jadi dia yang marah?' batin Sasuke.

Melihat Sasuke yang tengah mengobati lukanya, Naruto menjadi merasa bersalah. Bagaimanapun juga, kaki Sasuke terluka karena dirinya. Dengan perlahan Naruto kembali mendekati Sasuke untuk menanyakan keadaannya yang tentu saja dijawab 'hn' oleh yang bersangkutan. Melihat Sasuke yang seperti itu membuat Naruto mau tidak mau menjadi diam, dia lebih memilih untuk kembali mendorong tempat tidur seperti rencana semula seorang diri. Sasuke mendengus ketika melihat tubuh kecil Naruto yang tidak kuat mendorong tempat tidur king size-nya seorang diri, setelah dirasa lukanya lebih baik, Sasuke berjalan mendekatinya dan membantunya memindahkan tempat tidur.

"Ah, lelah sekali. Apa kau puas, Teme?"

"Hn. Sekarang pindah, Dobe. Itu tempatku, tempat-"

"zzzzzzz." Sasuke memandang horror pemuda yang kini telah tertidur lelap itu. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa seseorang bisa tertidur semudah itu, padahal baru saja dia mengajaknya berbicara. Dan yang membuatnya tambah terpaku adalah cara tidur pemuda berambut kuning itu. Sudah tidur di tempat tidurnya, kini dia juga memonopoli tempat tidurnya, membuat Sasuke terpaksa harus tidur dengan kasur lantai yang sebenarnya telah ia siapkan untuk Naruto.

XOXOXOXOXO

Langit cerah yang terbentang menjadi sebuah pemandangan yang tidak lepas dari mata birunya. Sudah dua jam lebih pemuda berkulit tan itu memandang langit lewat jendela apartemen tempatnya kini tinggal. Perlahan-lahan rasa bosan mulai menghampiri. Matanya mulai bergerak bosan menelusuri benda-benda di ruangan tersebut. Tak ada yang menarik. Beberapa saat kemudian matanya menatap pintu keluar dengan berbinar-binar. Pintu yng menbatasinya dengan dunia luar. Dunia yang memiliki segudang tempat menarik untuk dijelajahi dalam wujud manusianya. Dengan mengacuhkan perkataan Sasuke, Naruto mulai melangkahkan kakinya munuju pintu dan pergi ke dunia luar yang baru dia kenal seorang diri.

XOXOXOXOXO

"Ah, kenyangnya. Terima kasih hidangannya," ujar Naruto sambil menepukkan kedua tangannya. Dengan tanpa merasa bersalah, Naruto pergi meninggalkan kedai itu setelah menghabiskan delapan mangkuk ramen.

"Hei, tunggu! Kau belum bayar, anak muda!" Karena trauma yang masih membekas, Naruto segera berlari sekuat tenaga ketika sang pemilik kedai berteriak untuk mengingatkannya membayar apa yang telah ia makan. Melihat Naruto yang semakin berlari kencang, sang pemilik memanggil anak buahnya untuk mengejar Naruto.

"Hei, kau! Berhenti!"

"Huwaaa... ayah, ibu, Sasuke, Gaara, paman Iruka, siapa pun, tolong akuuuu." Seakan menjawab permintaan tolong Naruto, beberapa bala bantuan pun datang. Bukan orang-orang yang disebutkan Naruto yang datang menolong, tetapi segerombolan tikus yang keluar dari temat persembunyian mereka. Tanpa diminta dua kali, gerombolan tikus itu segera menyerang orang-orang yang mengejar Naruto. Mereka bergerak menaiki tubuh orang-orang itu, menggingit apa pun yang bisa mereka gigit dari tubuh orang-orang itu. Tanpa mengurangi kecepatan berlarinya, Naruto menolehkan kepalanya ke belakang, melambaikan tangannya dan mengucapkan terima kasih pada teman-temannya.

XOXOXOXOXO

Matahari semakin tinggi dan semakin terik. Naruto yang sedari tadi berlari tidak tentu arah, kini mendudukkan dirinya di badan jalan sambil menekuk kakinya dan menyembunyikan kepalanya.

"Ah, bagaimana ini, aku tidak tahu jalan ke rumah Sasuke. Aaargh, apa yang harus aku lakukan?" Naruto kembali menegakkan kepalanya, berharap bisa mengenali tempatnya kini berada atau bisa bertemu Gaara atau siapa pun yang dia kenal. Dan sepertinya keberuntungan tengah memihak padanya. Tanpa sengaja matanya menagkap siluet Sasuke. Merasa bahagia karena dirinya tidak akan terlunta-lunta sendirian, Naruto segera berlari mendekati pemuda itu.

"Sasuke!" Kebahagiaan yang sebelumnya terpancar musnah seketika saat menyadari bukan sosok Sasuke yang ditemuinya.

XOXOXOXOXO

Rawut kekesalan tampak jelas di wajah tampan Sasuke. Bagaimana tidak? Saat tubuhnya telah lelah dengan masalah di sekolah dan telah membayangkan nikmatnya beristirahat di apartemennya, dia malah harus mencari pemuda berambut kuning yang kini entah berada di mana. Ya, sepertinya Uchiha bungsu ini harus benar-benar mengunci pemuda itu agar dia tidak pergi keluar seenaknya. Baru saja Sasuke hendak mengeluarkan motornya, pemuda yang telah membuatnya kesal itu tengah berlari ke arahnya sambil berteriak memanggil namanya dengan senyum lebar menghiasi wajah tannya.

'Tuk'

Sasuke memukul kepala Naruto sebagai ungkapan kekesalannya dan membuat Naruto meringis kesakittan meskipun itu merupakan pukulan terpelan yang pernah Sasuke keluarkan.

"Dari mana saja kau, Dobe? Tidak seharusnya kau pergi tanpaku,"ujar Sasuke marah.

"Ma-maaf. Kau tahu, berada di dalam berjam-jam benar-benar membosankan. Ah, aku mempunyai teman baru, dia sangat mirip denganmu," ujar Naruto yang membuat mengangkat alisnya.

"Hai, Sasuke." Merasa tidak asing dengan suara tersebut, Sasuke segera melihat ke arah pemuda yang ternyata sudah sedari tadi telah berada di belakang Naruto. Rasa tidak suka tampak jelas diwajahnya, ketika mata onyxnya menatap seorang pemuda yang menganggapnya sebagai sepupunya. Uchiha Sai. Tanpa mau berurusan dengan pemuda itu, Sasuke segera menarik tangan Naruto untuk membawanya ke dalam.

"Tak kukira kau menyembunyikan selingkuhanmu di apartemenmu." Sasuke menghentikan langkahnya, tangannya terkepal erat. "Kira-kira, bagaimana reaksi Sakura saat tahu kekasihnya berselingkuh dengan seorang pria?" Ingin rasanya Sasuke meninju pemuda itu dan membungkam mulutnya, namun Sasuke tidak sedang dalam mood yang bagus. Sehingga ia lebih memilih membawa Naruto yang bingung ke dalam dan membuat seringaian Sai bertambah lebar.

T B C

Haiii minna-san, aku balik lagi nih. Dari kemarin dah gatel banget pengen ngetik, tapi tugas numpuk. Dan sekarang I'M FREEEEEE *caps jebol* setelah 9 hari ulangan umum, akhirnya bisa santai juga. Buat yang lagi ujian, FIGHTING!

Yosh! Balesan review:

no name

Hhaha.. iya, aku juga geli sendiri kalo bayangin Sasuke nyium tikus, bawaannya pengen ngakak kalo inget itu XD

Makasih dah review^^

Meg Chan

Hayo~ kenapa Naru megang pisau? Jawabannya ada di atas noh #plak

Banyak yang suka apa engganya lihat nanti aja, ya.. lum kepikiran ke sana soalnya..hhehe

Makasih dah review^^

Fujiwara eimei

Pengen sih bikin gore, Cuma ilmunya belum nyampe ke sana XD

Wah, argumen kamu lum beruntung, silahkan coba lagi *plak*

Segini sudah panjang kah? Makasih dah review^^

Rosanaru

Putus ga ya, sama Sakura~? Wah, itu rahasia perusahaan..hhehe

Makasih dah review^^

Uzumaki Andin

*peyuk balik*

Ya, mereka pacarankan karena keputusan berdua..wkwkwk *jawaban ga mutu*

Kalo nee mau bantu bunuh, silahkan. Aku nonton aja deh *siap-siap bawa popcorn*

Makasih dahreview^^

Yashina Uzumaki

Iya, aku akan bikin semaksimal mungkin –halah- tapi kalau mengecewakan, aku minta maaf..

Makasih dah review^^

Buat semuanya, makasih dah review. Maaf ya kalo makin gaje, makin lama apdet *bow*

Jangan lupa review lagi ya *wink*

Kritik? Saran?

~RnR please~