"Huwaaaaa~"

'Brugh'

Cit Cit Cit

Sebuah tubuh kecil dan sedikit bulat berbulu terjatuh kedalam tumpukan sampah dari sebuah lubang hitam misterius yang kini telah menghilang. Tubuhnya bergetar karena rasa sakit yang menyerang tubuhnya. Dengan perlahan kaki kecilnya berusaha untuk berdiri. Dengan perlahan dan tertatih dia membawa kaki kecilnya untuk keluar dari tumpukan sampah itu. Kini mata birunya tertuju pada sesosok pemuda yang berdiri dalam kegelapan yang kini tengah melihat kearahnya.

'Deg'

Jantungnya mulai berdetak lebih keras saat melihat mata hitam kelam itu melihat kearahnya. Namun pemuda itu langsung mengalihkan pandangannya dan kembali terfokus pada kegiatannya yang sempat terganggu oleh suara terjatuh di ujung gang sempit itu.

'Bugh'

"Jangan pernah menggangguku lagi," ujarnya dingin. Pemuda itu pun melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ketiga laki-laki yang tak sadarkan diri dalam gang sempit tersebut.

"Aku menemukannya." Tubuh kecil dengan bulu yang terlihat keemasan saat tertimpa cahaya bulan itu berjalan perlahan mengikuti pemuda tersebut.

Disclaimer:

Masashi Kishimoto

Pair:

SasuNaru

Warning:

Sho-ai, Typo(s)

'Tek'

Ruangan yang mulanya gelap kini berubah menjadi terang. Terlihatlah seorang pemuda dengan rambut yang melawan gravitasi melangkah menuju dapur sambil meringis kesakitan saat pipinya berdenyut akibat perkelahiannya.

Diambilnya beberapa bongkah batu es dan memasukkannya kedalam sebuah kain. Setelah mengambil segelas jus tomat, pemuda berambut raven itu berjalan menuju kamarnya dan mulai mengompres lebam yang ada di pipinya sambil menonton televisi di kamar bernuansa birunya.

Setelah dirasa pipinya telah sedikit membaik dan jus tomatnya telah habis tak bersisa, Uchiha bungsu itu mulai mematikan televisi dan lampu kamarnya untuk tidur.

'Prang'

Matanya kembali terbuka saat terdengar sesuatu yang pecah dari luar kamarnya. Dengan segera tangannya mengambil sebuah pistol yang dia letakkan di bawah bantalnya dan berjalan sepelan mungkin keluar kamar untuk menetahui apa yang sedang terjadi.

'Srak Srak Srak'

Pemuda bernama Sasuke itu berjalan perlahan menuju datangnya suara itu yang ternyata berasal dari dapurnya.

'Jleger'

Kilat-kilat mulai bergemuruh dilangit Konoha dan memantulkan sesosok bayangan besar di dinding. Sesosok makhluk yang terpekik saat petir itu terdengar. Tanpa rasa takut Sasuke berjalan memasuki dapur dengan pistol yang telah siap ditangannya. Tangannya meraba dinding dapur untuk menemukan sebuah saklar.

'Tek'

Setelah lampu menyala, pemuda itu langsung menodongkan pistolnya kearah makhluk yang menghadap jendela.

Merasa ruangan tersebut berubah terang seketika, sosok itu langsung menghadap Sasuke dengan mulut yang terisi penuh oleh tomat segar dan mata yang melebar saat sebuah moncong pistol mengarah padanya.

Sasuke langung menurunkan pistolnya dan bernapas lega saat dilihatnya hanya seekor tikus yang tengah mengacak-acak tomatnya.

"Dasar tikus sialan, beraninya kau memakan tomat-tomatku," ujarnya denga senyum manis yang lebih terlihat seperti seringaian dimata sang tikus yang kini mulai ketakutan dengan kaki yang gemetar.

"Akan kubunuh kau."

Sebelum sebuah pisau menghantam kepalanya, tikus itu sudah berlari menjauhi Sasuke. Merasa belum puas, Sasuke mengejar tikus itu dan membuat semua yang ada dimeja terjatuh dari tempatnya semula.

Merasa dirinya terancam, tikus itu terus berlari menghindari pemuda yang juga terus mengejarnya dengan sebuah pissau ditangannya.

'Bugh'

Kepala pemuda berambut raven itu terantuk oleh bangku saat ia akan mengejar tikus yang masuk ke bawah bangku. Namun hal itu tak menyurutkan niatnya untuk membunuh tikus yang telah memakan tomat-tomatya itu. Dengan merangkak, Sasuke memasuki kolong bangkunya untuk mengejar tikus itu. Namun tikus itu kembali berlari menuju bawah semua lemari dan masuk kedalam sebuah lubang kecil yang tertutup oleh lemari itu.

"Hei, kemana perginya tikus itu?" Tak melihat sosok kecil itu dibawah lemari, Sasuke kembali berdiri dan melihat akibat dari tikus itu. Kursi yang terbalik, beberapa pajangan yang pecah karena tak sengaja tersentuh olehnya saat berlari dan dapur yang berantakan dengan barang-barang yang pecah serta bercak-bercak dari tomat di dapur dan ruang tengahnya.

"Sepertinya aku harus lembur malam ini."

XOXOXOXOXO

Matahari mulai meninggi, wangi tanah basah setelah diguyur hujan masih tercium dengan jelas, butir-butir air mulai menguap perlahan-lahan.

Seorang pemuda yang tergangu oleh sinar matahari yang menyinari wajahnya mulai membuka matanya perlahan-lahan. Mata onyxnya membelalak saat dilihatnya sesosok makhluk dengan hidung merah yang bergerak-gerak seperti tengah mengendus berada sangat dekat dengan wajahnya dan membuatnya terjatuh dari tempat tidurnya.

Tikus berbulu tan itu mebuka matanya saat mendengar suara keributan. Mata birunya mengerjap heran melihat pemuda yang kini tengah meringis kesakitan sambil mengelus pantatnya yang sakit.

"Kau." Aura kemarahan mulai menyelimuti pemuda itu. Merasa dirinya terancam, tikus itu berlari meninggalkan kamar tersebut yang tentu saja dikejar oleh sang pemuda berambut raven. Digesernya sebuah lemari tempat masuknya sang tikus.

"Di sini kau rupanya bersembunyi. Aku akan membawakanmu makanan." Dengan seringaian dibibirnya, pemuda berambut raven itu pergi meningalkan tempat itu.

Setelah beberapa menit, Sasuke kembali dengan membawa sebuah perangkap tikus dengan sepotong keju kecil sebagai penarik perhatiannya. Kini kakinya melangkah menjauhi tempat itu untuk bersiap ke sekolahnya.

XOXOXOXOXO

Dengan langkah cepat dan wajah yang menatap lurus ke depan, Sasuke terus berjalan dan mengacuhkan setiap teriakan para siswi yang menyambut kedatangannya. Tak ada rasa ketertarikan yang terpancar dari wajahnya, hanya sebuah wajah stoick yang terkesan angkuh.

Setelah menaiki tangga, akhirnya Sasuke tiba di kelasnya. Beruntung bel segera berbunyi sebelum para gadis tersebut menyerbu Sasuke dengan berbagai barang yang mereka bawa.

Seorang guru paruh baya terlihat memasuki kelas. Seluruh murid mulai membuka buku yang penuh dengan angka-angka di atas meja mereka.

'Bugh'

Sebuah tas yang menghantam lantai membuat mereka mengalihkan pandangan mereka pada pemuda yang telah melemparkannya. Namun pandangan mereka segera tertuju pada sesuatu yang keluar dari dalam tas hitam tersebut. Sedetik kemudian terdengarlah suara jeritan dari para siswi seraya naik ke atas bangku mereka masing-masing.

"Sasuke, kau tahu kan, siswa tak boleh membawa hewan peliharan ke kelas. Cepat keluarkan tikus itu," perintah pria paruh baya yang memiliki garis melintang dihidungnya tersebut.

"Ha'I sensei." Sasuke langsung memegang buntut tikus tersebut dan membawanya ke luar kelas.

"Semuanya kembali ke tempat masing-masing dan kita lanjutkan pelajaran kita."

XOXOXOXOXO

Hah.. sial sekali diriku ini. Sudah terlempar ke dalam portal, terjatuh ditumpukkan sampah, dikejar-kejar dan hampir terbunuh karena aku memakan tomat-tomat miliknya. Kembali dikejar-kejar dan kembali hampir terbunuh, dan tadi aku dilempar keluar jendela dari lantai dua. Untung saja aku tersangkut di pohon ini, kalau tidak, aku tak tau kan jadi apa aku ini. Hei, bukankah itu pemuda itu? Pemuda yang berkali-kali mencoba membunuhku dan dia juga yang akan membawaku menjadi seorang manusia. Aaargh.. kenapa harus orang seperti dia yang menjadi tutorku.

Setelah berdiam beberapa saat, akhirnya aku memutuskan untuk mendekatinya. Kulangkahkan kaki kecilku menuruni pohon dan merangkak ke atas dadanya yang naik turun dengan teratur.

Wajahnya sungguh tampan jika terlihat dari jarak sedekat ini, sungguh berbeda dengan wajahnya yang sangat ingin membunuhku maupun saat dia berjalan angkuh dengan wajah stoicknya. Ah, aku harap aku bisa mebuatnya segera mencintai dan menciumku agar aku bisa menjadi manusia seutuhnya.

XOXOXOXOXO

Kelopak mata itu perlahan terbuka, menampilkan kelamnya malamnya kedua bola matanya. Tidurnya yang nyaman telah terganggu oleh langkah kecil ditubuhnya dan berhenti tepat di atas dadanya.

Matanya melebar dan segera melempar sosok kecil tersebut dari tubuhnya. Membuat tubuh keil itu kembali terlempar dan mencium kerasnya tanah yang membuatnya meringis kesakitan.

"Kau, dasar makhluk kotor. Belum puas kau mengangguku?"

Mata sapphire makhluk kecil itu melebar saat dilihatnya pemuda tersebut sudah bersiap untuk menerjangnya. Dengan susah payah, tikus berbulu tan itu mecoba berdiri dan berlari menghindari kejaran pemuda di belakangnya.

'Dugh'

Tubuh kecilnya tak sengaja menabrak kaki seorang pemuda didepannya. Tubuhnya bergetar karena rasa takut yang mulai melingkupinya. Tubuhnya masih terus bergetar saat tubuh mungilnya terangkat mendekat pada pemuda berambut merah yang menatapnya. Pemuda itu terus menatap tubuh mungil terus bergetar tersebut seolah tengah memiikirkan sesuatu.

"Berikan tikus itu padaku, Gaara," ujarnya dingin. Mata jade pemuda bertato ai di dahinya itu mentap tajam Uchiha bungsu di hadapannya dan tikus kecil yang kini menatapnya dengan pandangan yang seolah berkata 'Kumohon selamatkan aku.'

"Tidak," ujar pemuda Sabaku tersebut tak kalah dingin.

"Kubilang be-"

"Ah, tenang, Sasuke. Jangan bermain kasar padanya," ujar seorang pemuda bermata lavender tak berpupil seraya menahan tangan Sasuke yang hendak merebut makhluk kecil itu secara paksa. Sementara mereka berdua berdebat, Gaara terus saja tak melepaskan pandangannya pada makshluk kecil ditangannya. Tangan kanannya bergerak untuk melihat sebuah kalung yang melingkar dileher tikus tersebut. Sebuah kalung dengan liontin berbentuk prisma berwarna hijau dengan gambar kepala tikus menggunakan sebuah mahkota ditengahnya yang sedikit menonjol keluar.

"Naru?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri.

Mata birunya kembali melebar, bukan rasa takut seperti sebelumnya, melainkan sebuah rasa bahagia. Bahagia karena dia bisa bertemu kembali dengan sahabatnya yang telah lebih dahulu meninggalkannya untuk menjadi manusia.

"Gaara, kau kah itu? Iya, Gaara. Ini aku, Naruto. Naruto sahabatmu."

"Naru, maaf. Aku tak mengerti apa yang kau katakan." Kesedihan tampak jelas dalam setiap kata yang diucapkannya. Ya, dia tak bisa, bukan tidak bisa, melainkan tidak dapat mengerti kembali bahasa yang digunakan oleh Naruto. Yang dia dengar hanya suara mencit khas suara tikus. Keterkejutan pun tampak jelas dimata sapphire sang tikus dan membuatnya mengeluarkan setetes cairan bening yang kini meluncur dipipinya.

"Jangan bersedih. Aku percaya ini kau, Naru," ujar Gaara seraya mengelus kepala sang tikus dan mengecupnya pelan. Sasuke dan Neji yang melihat hal itu hanya bisa saling berpandangan.

TBC

Chira balik lagi \(^.^)/

Sebenernya ini aku buat untuk SN day, tapi berhubung waktu itu otakku lahi eror, ga jdi dipublish deh T_T

Jadinya mau aku bikin multichap aja deh, daripada didelete^^ Tapi entah kenapa sebenernnya ragu juga mau publish *pundung*

Tapi aku mau ngucapin HAPPY SASUNARU DAY \(^.^)/

Telat lebih baik daripada tidak sama sekali XD

Kritik? Saran?

~RnR please~