A/N : Yeah, aku maso. Disaat ujian malah bikin ini. Selama ini aku suffering cuma demi abang Sesshi yang bahkan ogah nyebut nama Okaa-san *kelelep. Btw Chapter ini terjadi karena Kahitna-Tak Terganti
WARNING! Maybe Typo, OOC, tidak mengandung EYD yang baik dan benar
o.o
Perlahan kaki Sesshoumaru mengijak lantai istana dan berjalan menuju kea rah satu-satunya singgasana yang berada disana.
"Sesshoumaru, akhirnya kau pulang," sambut ibu Sesshoumaru dengan nada bahagia sambil menatap anaknya yang datang setelah sekian tahun tidak pernah datang untuk menemuinya.
"Apa yang kau mau?" tanya Sesshoumaru ketus, beberapa saat yang lalu utusan ibunya datang untuk mengatakan bahwa ibunya memintanya hadir karena ada urusan penting yang hendak beliau sampaikan. Meskipun sama sekalil tidak menginginkannya, Sesshoumaru yang merasa memiliki hutang karena ibunya pernah sekali menyelamatkan Rin akhirnya menuruti permintaan itu. Kalau dia tidak merasa berhutang, pastinya dia tidak akan pernah akan kembali ke tempat ini.
"Apa kamu tidak rindu dengan ibumu?" tanya ibunya tanpa senyuman, meskipun sudah terbiasa dengan sikap Sesshomaru yang lebih sayang kepada ayahnya daripada ibunya, tetap saja paling tidak setidaknya dia ingin anaknya itu menyambutnya dengan hangat. Walaupun ibunya juga tahu, anaknya tidak akan mungkin melakukan hal itu. Seorang siluman tidak membutuhkan hati, apalagi anaknya.
"Katakan saja apa yang kau perlukan," jawabnya. Meskipun hanya sebentar Sesshoumaru tidak ingin berada lebih lama di kediaman ibunya. Waktu yang dia habiskan disana bisa digunakan untuk hal yang penting.
"Sesshoumaru, apa kamu lupa aku pernah menyelamatkan anak manusia itu?" tanya ibunya kesal. Dengan posisi duduk sempurna dia menatap sinis ke arah anak pertamanya itu.
"Aku disini karena kau pernah menyelamatkannya," jawab Sesshoumaru sama sinisnya. Janken yang dibelakangnya mulai menggigil oleh hawa amarah dari salah kedua belah sisi. Meskipun siluman itu pernah merasakannya sebelumnya, tetap saja dia tidak bisa terbiasa oleh permusuhan dingin antara ibu dan anak di depannya.
Setelah beberapa saat ibu Sesshoumaru menghela nafas dan melambaikan tangan. "Aku tidak ingin membahas itu sekarang," ujarnya. "Sesshoumaru, ibu merasa sudah waktunya bagimu untuk menikah. Karena itu, aku sudah mencarikan calon yang pantas untukmu, salah satu siluman anjing tercantik dan terkuat. Keturunan yang baik yang pasti akan mampu bersandar dengan pantas di sampingmu," bangganya sambil tersenyum puas. Anaknya pasti akan menerima calon yang dia pilih, yakinnya.
"Mo… mohon tunggu sebentar nyonya besar. Tuan Sesshoumaru sekarang sedang disibukkan dengan pencariannya terhadap Rin sehingga untuk urusan pernikahan tuan Sesshoumaru tidak bisa…"
"Sesshoumaru, apa kamu masih memikirkan anak manusia itu?" tanya ibunya kesal tanpa sekalipun memperhatikan Janken yang sudah megap-megap siap-siap untuk dibelah kalau seandainya dia salah kata. Sesshoumaru hanya menatap ibunya tanpa berbicara satu patah kata pun. "Sesshoumaru, apa kamu sadar apa yang kamu lakukan? Kamu menghabiskan waktu hanya untuk mencari sesuatu yang semu. Apa peran manusia itu sehingga kamu harus meluangkan waktumu yang berharga untuknya? Apa kamu hendak menikahinya? Menyatukan darah siluman kita dengan manusia seperti yang dilakukan ayahmu? Membuat makhluk setengah siluman yang sama?" ujar ibu Sesshoumaru jijik. Seperti halnya Sesshoumaru yang dari awal membenci Inuyasha, ibunya juga tidak menyukai keberadaan makhluk setengah siluman yang dapat melemah.
"Mo… mohon maaf nyonya besar, namun tuan Sesshoumaru sama sekali tidak pernah berpikir untuk…ump!" Janken langsung menutup mulutnya begitu dipelototi oleh ibu Sesshoumaru.
"Sesshoumaru! Mulai hari ini sampai hari pernikahanmu, kamu harus tinggal disini! Manusia sepertinya telah banyak mempengaruhimu. Itulah sebabnya aku melarangmu untuk berhubungan dengan mereka!" kesalnya sambil mengatupkan mulutnya kesal.
"Aku tidak peduli dengan manusia," jawab Sesshoumaru yang langsung membuat raut wajah ibunya menjadi lebih ceria. "Bukan berarti aku akan tinggal disini," lanjutnya.
"Ah, kalau Sesshoumaru berkata demikian, Ibu tidak keberatan selama kamu tidak berada disini. Kalau memang manusia tidak ada hubungannya denganmu, itu akan menjadi sesuatu yang bagus. Kalau begitu Ibu akan mengirimkan calon mempelaimu ke istanamu agar kalian dapat bertemu, atau Ibu bisa mengatur pertemuan kalian di istana ibu sehingga kalian bisa dengan lebih leluasa tanpa merasa canggung," ujar ibunya sambil tersenyum.
"Aku tidak ingin menikah untuk sekarang ini," ucap siluman dengan bulan sabit di keningnya itu.
"Sesshoumaru, apa kamu masih memikirkan anak manusia itu? Apa sebesar itu arti manusia itu untukmu?" tanya ibu Sesshoumaru yang amarahnya kembali bangkit. Sesshoumaru kembali diam. Janken kembali menahan nafas, merasa kalau dia bernafas sedikit saja dia akan langsung lenyap dari keberadaan. "Sesshoumaru! Kamu sudah lihat bukan nasib apa yang akan diterima oleh anakmu kelak apabila kamu menikah dengan manusia. Lagipula apa kamu sudah lupa bahwa anak manusia itu sudah tidak dapat dihidupkan lagi?" jelas ibunya yang nada suaranya naik beberapa oktaf dari biasanya.
"Aku masih ingat akan hal itu." Ibunya menghela nafas dan kembali duduk dalam posisi sempurna. "Bukan berarti aku akan menghentikan pencarianku."
"Sesshoumaru! Apa kau hendak membuat keluarga kita malu? Apa kamu tidak ingat bahwa kita adalah keturunan murni?" kesalnya.
"Aku tidak pernah membuat keputusan untuk menikah, aku tidak pernah memikirkan pernikahan," jawabnya.
"Sesshoumaru, apa kamu berniat untuk menunggu anak manusia itu?" curiga ibu Sesshoumaru. "Apa kau berniat untuk menyia-nyiakan kebaikan ibumu?" tanyanya untuk kesekian kalinya.
"Aku tidak pernah meminta bantuan," jawab Sesshoumaru dingin. Mereka berdua saling bertatapan dalam diam selama beberapa saat.
"Sesshoumaru, ingat kamu masih berhutang pada ibu!" Mata ibunya menyala sambil mengatakan hal itu.
"Aku masih ingat," jawabnya sebelum berbalik, meninggalkan istana ibunya dan menghilang dari pandangan ibunya.
O,o
'Sesshoumaru-sama?'
Sesshoumaru langsung berbalik.
"Tuan Sesshoumaru?" panggil Janken sambil menatap siluman anjing yang telah menjadi tuannya bertahun-tahun. Tanpa mengucapkan satu patah katapun Sesshoumaru turun dan meninggalkan Janken sendirian. "Eh? Eh? Tuan Sesshoumaruuuuuuuu!"
O,o
Sesshoumaru menatap rumah reyot di depannya yang sudah lapuk dan rusak terkena badai beberapa kali.
Disini tempat aku pertama kali dirawat olehnya.
Perlahan dia memasuki rumah tak berpenghuni itu. Dari awal memang tidak ada apa-apa disana. Anak perempuan itu Rin, tidak pernah memiliki barang berharga untuk dijaga.
Rin, kenapa aku berharap kau akan kembali kemari?
Sesshoumaru menatap cahaya bulan yang masuk dari celah-celah yang terbuka.
Berapa lama lagi aku harus menunggu? Rin, apa kau menjauhiku karena hal yang disebutkan oleh orang itu? Kenapa kau tidak ada di sampingku lagi? Tertawa seperti dulu?
'Sesshoumaru-sama?'
Rin?!
Sesshoumaru berbalik, tampak bola-bola cahaya terlihat dari kejauhan.
Bola arwah? Rin, apa kau menjauhi karena itu? Kenapa kau tidak mempercayaiku dan pergi? Rin, kumohon kau ada disana. Kembali Rin, jangan pergi lagi!
Langkah Sesshoumaru semakin cepat mengejar arah bola arwah itu.
o.o
A.N : Ada yang tahu festival rubah kapan?