Sumarry :

Sasuke menjadikan Sakura sebagai kekasihnya, hanya karena gadis itu memiliki kesamaan dengan mantan kekasihnya yang dulu. Seorang gadis yang amat dicintainya dan juga dengan tega menghianatinya.

"Aku akan menjadi dia, jika itu mampu merubah sikapmu padaku!"

XXxxXXxxXX

Yusha'Daesung AyamlvJidat™

One story with pairing

Sasuke Uchiha and Sakura Haruno

AU, School Theme.

Pengganti? © My imagination

Naruto © Masashi Kishimoto

Romance, Hurt&comfort

Dedicated for

Akari Nami Amane

Hime uchiharuno

and

Aiko Uchiha-chan

Let's start

XXxxXXxxXX

SAKURA termenung sembari mendongak menatap sosok di depannya tak percaya, kedua jadenya hanya terpampang kosong. Dapat terpantul di iris cemerlang itu. Sosok lain yang tengah Ia tatap dengan lekat. Sesosok pemuda teman sekelasnya yang selama ini disukainya, Ia kagumi dan tak hayal mulai Ia cintai dari usia lima belas tahun sampai sekarang usianya genap tujuh belas tahun.

Pemuda berperawakan tinggi dengan tubuh atletis terawat. Sakura menyukai bagian matanya. Mata itu gelap dan menawan. Bisa dipastikan, semua wanita akan gugup, walau hanya barang sekejap onyx itu mengarah pada mereka. Wajahnya. Ia tak habis pikir, kenapa Tuhan menciptakan pemuda sesempurna ini. Ok, ini berlebihan. Tapi, memang inilah keadaannya.

Raut wajah datar yang menawan, keras namun tenang. Hampir semua orang menyangka pemuda ini tak punya stok raut lain selain datar dan datar. Sedatar apapun, tetap saja tampan.

Rambutnya yang legam sekilas berwarna biru. Mungkin rambutnya ini bisa disebut raven. Rambut berpotongan emo dengan gaya mencuat pada bagian belakangnya. Tidak semua sosok cocok dengan model rambut berpotongan seperti itu, bukan.

Heh. Intinya, Sakura suka semua yang ada pada pemuda di depannya ini. Fisik dan tentu saja sifat dan sikapnya yang dingin dan juga misterius.

Sekarang, Ia terlempar ke dunia nyata setelah membayangkan apa saja yang membuatnya bisa begitu menyukai pemuda itu. Gadis berambut gulali itu kembali tak percaya akan keadaan yang sebenarnya, yang baru saja terjadi di selang beberapa menit yang lalu sebelum semuanya terdiam sepert ini.

Pemuda itu menyatakan sebuah pernyataan yang terasa amat sangat mustahil di telinga Sakura. Sakura yakin jika ini hanya khayalan atau imajinasi bodohnya semata. Namun salah. Pemuda itu ada di sana menatapnya dengan raut datar miliknya. Menyakinkan Sakura bahwa ini memang nyata. Bahkan, jika ada sosok lain, Sakura ingin minta tolong. Tolong tampar dia sekencang mungkin untuk menyakinkannya, bahwa ini bukan mimpi.

Padahal, Ia bukan salah satu gadis terkenal di kalangan sekolahnya ini. Bukan satu-satunya gadis cantik seperti kakak-kakak kelasnya yang menjadi fans dari pemuda itu. Tidak juga pintar. Haruno Sakura hanya gadis biasa yang menyukainya.

Lama. Lama Ia hanya terdiam di posisinya. Membiarkan hatinya penuh dengan segudang pertanyaan akan pemuda itu. Menunda sejenak jawaban yang ditunggu pemuda itu. Sebenarnya Ia ingin mengangguk, namun entah mengapa lehernya seakan kaku dan susah digerakkan. Ingin bersuara, namun lidahnya seakan lumpuh. Menolak? Sakura tak yakin akan pilihan yang satu ini, kapan lagi kesempatan ini datang padanya yang notebene hanya seorang gadis biasa. Tapi sekarang hanya satu yang paling ditakutkannya saat ini. Takut menerima kenyataan, bahwa pemuda itu―

―mempermainkannya.

Bukan apa-apa. Ia hanya tak ingin sakit hati di saat semuanya harusnya terasa bahagia. Dia benar-benar tak ingin.

"Apa jawabanmu?"

Tersentak. Ia mulai bergerak gelisah di posisinya sekarang. Matanya mengarah kearah lain, saat sepasang hitam pekat itu mengintimidasinya, mengarah tepat ke bola matanya yang sangat kontras dengan milik pemuda itu sendiri. Tangannya, saling meremas gelisah.

Pemuda itu memperhatikannya, sedetail dan juga seintents mungkin.

Great!

Mereka benar-benar sama. Matanya, hidungnya, rambutnya? Oh tidak untuk ini. Ingatkan dia, gadisnya yang dulu itu berwarna merah dan gadis ini berwarna merah muda. Raut wajahnya-pun tidak begitu sama, hanya sekilas hampir mirip. Sakura berwajah lembut namun tegas. Gadisnya berwajah keras dan juga tegas.

Mungkin, tingkah lakunya yang sama bagi pemuda itu. Mereka sama-sama periang, baik dan juga Ia sukai. Ok, simpan pertanyaan kalian untuk bagian 'sukai' yang dimaksud tadi. Apa memang gadis ini, yang bisa mengganti tempat gadis itu. Satu lagi perbedaan gadis bernama lengkap Haruno Sakura dengan gadisnya. Haruno Sakura tidak murahan seperti gadisnya dulu. Pemuda itu bisa melihatnya dengan jelas dari cara berpakaian Sakura.

"Maaf―" ujar gadis itu pelan, sembari merunduk tak berani melihat bagaimana raut pemuda yang entah memasang raut apa di depannya. Ini keputusannya, "―aku tidak bisa," sambungnya. Kali ini sedikit mendongak.

Masih tenang, pemuda itu memasukan kedua lengannya di dalam saku celananya. Alis kirinya terangkat sempurna, "kenapa?" Ia tak pernah ditolak sebelum ini. Patut bukan, jika Ia bertanya apa alasan tepat gadis itu sampai mengabaikan pernyataannya barusan.

Haruno Sakura menyunggingkan senyuman tipisnya, "aku tak ingin terluka, Uchiha." Itu alasan logis yang dari tadi membayangi otaknya. Dari kemarin-kemarin Ia sudah tahu resiko apa yang akan diambilnya saat Ia jatuh cinta pada pemuda dengan jubelan fans itu. Apa lagi pemuda itu sampai jadi kekasihnya. Makan hati'lah dia.

Uchiha yang dimaksud itu menatapnya lekat. I a sudah kehilangan satu sosok, jangan sampai sosok ini raib dan gagal menjadi miliknya. "Terluka?" Mulutnya kembali bergerak, "kau pikir aku tak serius padamu?"

Bukankah itu memang keadaan aslinya, Uchiha? Bahkan, Ia sendiri ragu akan maksudnya pada gadis itu. Ingin memilikinya atas dasar apa?

Cinta?

Tentu bukan. Ia mencintai gadisnya. Seorang gadis yang sampai sekarang masih memenuhi bagian hati dan juga otaknya.

"Bukan―" sanggah si gadis cepat, "―aku hanya―" Jadenya kembali mengarah pada onyix itu.

"―aku serius padamu." Kali ini, pemuda itu memotong ucapan si gadis yang akan menyanggahnya lagi. Tangannya mengepal walau tak terlihat oleh Sakura. "Jadilah kekasihku."

Lihat! Ini benar-benar seperti kenyataan yang menyesakkan bagi Sakura. Sekarang bagaimana? Apa yang harus Ia ambil untuk yang terbaik?

"Aku, mau." Jawaban itu entah mengapa membuat si pemuda merasakan sesuatu yang lain. Seperti perasaan menghianati dan juga sekaligus rasa bersalah secara bersamaan. "Tapi kau―" seukir senyum, dari gadis barunya. "―harus pegang janjimu. Sasuke." Bagaimana-pun, Sakura ingin diberikan kepastian akan hubungan ini. Agar Ia yakin, bahwa ini bukan sekedar game yang akan over dengan menyakitkan.

Dipandangnya lekat sosok itu. Kau tahu apa yang sekarang tertangkap di irisnya? Sosok gadisnya yang dulu. Seperti inilah imajinasi Sasuke jika sudah berjarak dekat dengan Sakura. Gadis itu seolah menyerupai gadisnya. Bahkan senyum mereka tampak begitu nyata dan sangat sama.

"Hn," sahutnya dengan nada rendah. Tubuhnya menegang, sesaat gadis itu menerjangnya dengan pelukan erat dan mengubur wajahnya di dadanya. Matanya melebar. Tangan gadis itu merengkuh punggungnya. Mengeratkan pelukan mereka.

Pelukan ini. Mengingatkannya pada sosok itu lagi. Hangat dn juga menenangkan. Sekarang, yang terlintas hanyalah bayang gadis itu. Saat Ia tersenyum, sembari menatapnya lembut. Saat mereka tertawa bersama. Di saat gadis itu tengah menangis di pelukannya dengan bahu bergetar, dan juga bagaimana usahanya dalam mendiamkan gadis itu dengan memeluknya balik dengan sangat erat.

Pemuda itu merindukan sosoknya. Ia yakin akan ini, bahwa hatinya memang sangat dan masih mencintai sosoknya dengan sangat kuat.

Perlahan, dengan ragu Ia mengangkat tangannya. Mencoba membalas pelukan si gadis padanya. Dan perasaan mereka biar mereka masing-masing yang merasakannya.

Sakura tersenyum lembut, ketika dirasakannya, pemuda itu balik merengkuh tubuhnya.

Sasuke? Ia hanya memejamkan matanya, merasakan yang Ia peluk bukanlah sosok Sakura namun gadisnya. Gadis yang selalu menganggunya.

Ingatkan Sasuke pada satu lagi perbedaan yang mencolok antara mereka. Gadis ini memiliki wangi cherry yang lekat sedang gadisnya, sytrus yang mudah pudar.

Kau suka ini, Sasuke?

XXxxXXxxXX

SAKURA tak tahu bagaimana kondisi wajahnya, saat sahabat-sahabatnya datang dan menerornya dengan deretan pertanyaan memalukan tentang kejadian yang baru saja menimpanya saat istirahat pertama tadi. Yang Sakura lakukan hanya menunduk, saat semua mata menatapnya dan juga Sasuke yang masuk ke kelas dengan beriringan. Walau simple, kejadian itu cukup menimbulkan tanda Tanya besar di kepala siswa dan juga siswi tentunya.

Dan setelah Sasuke angkat bicara atau bisa dibilang mengumumkan sesuatu yang cukup membuat dada mereka sesak dan mulut menganga. Bahwa, mulai sekarang dan seterusnya, Haruno Sakura adalah milik Uchiha Sasuke. Kau tahu bukan, si Uchiha itu paling tak suka jika haknya diganggu gugat oleh pihak manapun.

BRAKKK

Kelima gadis itu tersentak, dan berbarengan menoleh.

Fans fanatic Sasuke ternyata. Sekumpulan gadis-gadis dengan baju press dan juga rok yang bisa dibilang kehabisan bahan. Belum lagi make up tebal yang menutupi wajah mereka yang memang sudah cantik. Kalau sudah cantik alami tak perlu berdandan heboh seperti itu juga sudah bisa dilihat orang kan?

"Kau dasar murahan ya," gadis pertama tertawa dibuat-buat. "Kau pikir kau siapa, hah?" Ia sudah pasti tak suka saat mendengar pemuda Uchiha itu memilih gadis miskin mode seperti Sakura.

"Aku tak berniat untuk berkelahi dengan kalian―" Sakura mengacuhkannya, "―jadi pergilah."

Ketiga gadis itu saling melengos, lalu gadis kedua ingin membuka suara sebelum Temari mengangkat bicara duluan. "Pergi. Jika tidak ingin berakhir dengan pakaian kalian yang sobek." Kecamnya.

Yang lain hanya mengangkat alis menunggu reaksi selanjutnya dari gadis-gadis 'ganjen' tersebut. Begitu-pun Sakura, Ia hanya bisa terdiam sembari menatap kosong pada rombongan pengganggu itu.

Karena sekarang yang Ia pikirkan hanyalah tentang hubungannya yang baru saja Ia jalin dengan Sasuke. Kenapa mereka tak sehangat pasangan yang lainnya yang ada di kelas ini?

Seperti Tenten dan Neji, biar begitu cueknya Neji si pemuda berambut coklat itu pasti akan menunjukkan rasa sayangnya pada Tenten di saat-saat tertentu. Saat Tenten yang tengah usil menggelitikinya dan Ia balas menggelitiki Tenten. Termasuk saat Tenten sakit waktu itu. Pemuda itu rela bolos jam kedua dan dua jam pelajaran terakhir demi menemani Tenten di UKS.

Hyuuga Hinata dan Uzumaki Naruto. Naruto memang bukan, bahkan tak masuk dalam kategori romantis yang pernah ada. Tapi Ia selalu punya cara tersendiri untuk membuat wajah gadisnya merona merah karena perlakuannya. Walau Ia melakukannya dengan tidak sadar. Namun cukup membuktikan, bahwa si berisik itu sangat menyayangi Hyuuga Hinata dengan caranya tersendiri.

Apa mau di bandingkan dengan pasangan Ino dan juga Sai? Oh, ayolah. Mereka terlalu kuat untuk dijadikan saingan olehmu Sakura. Mereka memang terkenal sebagai pasangan 'terhangat' di sekolah ini. Bagaimana tidak? Kemana-mana berdua, untung saja tidak untuk tempat-tempat terlarang tentunya. Di kantin-pun, keduanya tak canggung untuk saling suap menyuapi satu sama lain. oh~ bahkan banyak yang gigit jari saat keduanya tengah bersama, ckckck, benar-benar saingan berat bukan Sakura?

Hubungannya dengan Sasuke saja tak bisa disamakan dengan pasangan cuek Temari dan juga Shikamaru. Biar-pun hampir sepanjang hari dihabiskan pasangan itu untuk berdebat dan tak khayal berkelahi, tetap saja mereka pasangan paling 'ngeh' coba saja lihat sebuah cincin perak yang melingkar di jari manis mereka masing-masing itu. Cincin itu tepat diberikan Shikamaru Nara pada acara pertunangannya beberapa minggu yang lalu, ya, sekitar sebulan-lah sudah mereka resmi.

Itu cukup membuktikan. Biarpun tampak malas-malasan menanggapi sifat Temari, tetap saja Shikamaru menyayanginya.

Sebenarnya, Sakura tak butuh yang seperti itu. Yang Ia mau sekarang adalah sikap Sasuke yang akan membelanya di saat gadis itu tengah dilabrak seperti ini. Tapi, apa?

Pemuda itu malah memilih lapangan basket dan meninggalkannya tanpa sepatah katapun. Heh. Benar-benar tipe tak peka.

"Sabar ya, Saku." Hibur Hinata, Ia mengelus pelan punduk Sakura yang kebetulan ada di sebelahnya. "Mereka itu hanya iri padamu saja, kok." Sambung si gadis dengan senyuman lembut khasnya.

Sakura menoleh, ujung-ujung bibirnya terangkat mengulas senyum yang nampak miris. "Ya," dan sahutan datar itu mengiring dengan kepala merah jambu yang tertunduk lesu. Jika tak ingat adanya peraturan sekolah, polisi dan tentu saja dosa, mungkin gadis-gadis itu sudah habis kena jarah olehnya. Gezz! Sakura benar-benar kesal dan sekaligus sedih secara bersamaan.

Yang lain hanya menatap gadis itu sembari bergumam menyemangati sobat mereka yang sekarang tampak begitu malang.

'Apa keputusan yang tadi itu benar?'

XXxxXXxxXX

NARUTO menganga dengan raut tak percaya, "kau jadian dengan Sakura?" Tanyanya agak meragu, mengingat Uchiha Sasuke yang benar-benar penuh akan kejutan. Pertanyaan itu hanya dibalas dengan anggukan singkat pemuda berambut raven yang ada di bangku lain di depannya. "Kau serius?" sambungnya, lengannya mengelap tetesan keringat yang ada di lipatan lehernya dengan sebuah handuk biru tua. Matanya tak lepas mengamati raut selanjutnya dari sobatnya itu.

Pemuda itu tersentak namun hanya menjawab dengan singkat, "hn." Padahal, Ia ingin sekali menjawab dengan jawaban lugas dan mematahkan niatan si berisik kuning ini untuk kembali menanyainya macam-macam. Karena Ia sendiri-pun bingung tentang perasaannya sekarang. Entah itu masa lalunya atau gadis barunya.

Heh! Pemuda itu tentu saja memilih sosok pertama, karena sosok itu yang sudah lama dan sampai sekarang masih menganggunya.

"Jangan mencoba memainkannya ya―" pemuda lain menyahut, Ia menjauhkan minumannya dari hadapannya dan menatap onyx itu tajam. Pemuda berambut merah itu kembali membuka suara, "―kau pacaran dengannya saja sudah untung ku ijinkan." Tak bisa dibohongi, Ia tadi menangkap raut ragu di wajah putih mulus yang penuh dengan keringat itu. Dan itu membuatnya was-was.

Itu Sabaku no Gaara, sahabat Sakura. Ia memang memiliki perasaan special pada gadis itu, dan seantero sekolah sudah tahu akan hal itu. Banyak yang mengira, pemuda itu bodoh atau semacamnya. Bahkan ada yang mengatakan Ia memiliki selera rendahan untuk pemuda setampan dan sekaya dirinya.

Kalau sudah cinta, apa mau dikata. Bukan begitu, heh?

Gaara tahu benar Haruno Sakura itu bagaimana. Sosok yang kuat namun sebaliknya. Seorang gadis yang memiliki durasi menangis lama, hanya akan terbujuk dengan segala hal yang manis. Seperti permen dan coklat. Memiliki penyakit maag akut yang kapan saja bisa kambuh apabila gadis dengan kepala berwarna merah jambu itu melupakan jam makannya.

Ia menyukai bunga Sakura dan juga anggrek. Karena dulu, gadis itu pernah diseretnya ke sebuah taman dekat rumah mereka. Taman kecil dengan jibunan bunga yang berwarna lembut. Well, itu pertama kalinya pemuda itu jatuh hati pada senyuman hangat si gadis yang menyipit memandangnya. Tahap awal Ia merasakan debaran jantungnya melebihi kadar biasanya.

Gaara bisa pastikan ini. Karena dia begitu tahu segala 'tetek bengek' tentang gadis itu. Karena, Gaara menyukainya, sampai detik ini sekalipun. Sampai saat gadis itu sudah memiliki hak kepemilikan yang mutlak dari Uchiha Sasuke. Sobatnya sendiri.

"Santai, jangan terlalu over protective padanya ." Pemuda lainnya menyela, Ia meninju pelan bahu Gaara yang tengah saling tatap satu sama lain dengan Sasuke yang balik menyipit tak suka padanya. Neji Hyuuga mencoba meredam emosi dan juga hawa yang tiba-tiba saja menegang.

Tapi usahanya gagal, "dengar!" Gaara mengacuhkannya, dan malah menuding Sasuke dengan telunjuk kirinya―yang merupakan kebiasaan pemuda itu jika sedang kesal―dan menatap pemuda itu dengan tatapan tajam. "Kalau ku lihat kau menyakitinya, aku―" seulas seringai tampil di wajahnya, "―aku akan merebutnya darimu, dan kau akan ku buat menyesal dan jauh lebih sakit dari pada dia." Ancaman mematikan Gaara.

Sasuke tak pernah sekesal ini sebelumnya. Kenapa pakai mengancam segala, heh? Ia pikir Sasuke tipe pengecut. Menyakiti si Sakura itu? Ayolah, Ia masih punya hati tampaknya untuk tidak melakukan hal itu.

Lagian, suruh siapa hanya diam dan memendam sendiri perasaan bodohnya itu. See! Sekarang gadis itu miliknya, dan hanya mimpi jika Gaara berharap akan Sasuke yang mau melepaskan sesuatu yang sudah menjadi miliknya.

"Dia milikku. Dan kau―" bangkit dari duduknya pemuda itu menepis telunjuk Gaara dengan kasar. Mata dengan warna berbeda itu beradu. "―jauhi gadisku! Ingat itu!" setelahnya, pemuda itu melengos pergi tanpa pamitan pada yang lain yang hanya bisa menganga melihat kejadian tadi.

Empat tahun, mereka bersama. Selama ini, belum ada pertengkaran yang benar-benar membuat mereka merenggang dan saling mengancam seperti barusan. Pantaran juga hanya saling diam dan dalam jam berikutnya sudah saling berbaikan lagi. Benar-benar seperti perkelahian anak TK, bukan?

Dan sekarang, perkelahian ini tampaknya akan serius. Dan ini menandakan mereka sudah dewasa. Lihat saja, topic permasalahan-pun tentang seorang gadis.

XXxxXXxxXX

"Pulang bareng?" Gaara berdiri di samping Sakura yang masih membereskan bukunya dari atas meja dan memasukkannya ke dalam tas, Ia menunggu jawaban gadis itu. Sekilas, si gadis curi-curi pandang pada tempat duduk yang ada di baris kedua dari depan, bersebelahan dengan susunan barisan bangkunya. Tempat di mana 'kekasihnya' duduk. Uchiha Sasuke.

Pemuda itu masih asik mencatat, di saat semua orang sudah mulai melangkah keluar meninggalkan kelas dan pulang ke rumah masing-masing. Ia kadang tertunduk dan juga mendongak menghadap papan tulis. Sasuke tadinya malas mencatat, tapi saat tahu, materi pelajaran ini yang akan keluar di ulangan esok hari. Ya, mau tak mau Ia harus mencatat.

Sakura sekarang jadi bingung sendiri. Antara menunggu 'kekasihnya' pulang atau pulang bersama sahabatnya Gaara. Bukan apa-apa, pemuda berambut raven itu tidak mengatakan hal apapun untuk membuat Ia bertahan di sini. Menegurnya-pun tidak.

Gesh! Andai bisa, Sakura ingin sekali menanyakan langsung pada yang punya masalah. Seperti biasa, gengsi dan malu menjadi kendalanya. Ayolah, setidaknya Ia tidak harus bingung dan tampak seperti orang bodoh seperti ini jadinya.

"Saku?"

Gadis itu tersenyum canggung, dan tanpa perintah kepalanya mengangguk.

'Akhh kenapa aku main putuskan begitu saja! Dasar bodoh!' Sakura membatin geram.

Gaara melangkah duluan, di susul Sakura yang mengekorinya sembari memasang tas pundaknya.

Sasuke terbelalak, Ia berdiri dari bangkunya. Spontan Ia berjalan cepat ke arah Sakura dan mencengkram lengan kanan gadis itu dengan tampang dingin.

"Mau ke mana kau?" Tanyanya, melirik Gaara sekilas yang tengah berbalik. Pemuda berambut merah itu mengenggam tangan Sakura yang kiri. Tentu saja itu membuat Sasuke mau tak mau bereaksi.

Dengan dingin, pemuda itu berucap. "Pulanglah, ini sudah jam pulang. Ku pikir kau tak bodoh Uchiha." Ujung bibirnya terangkat sinis.

Memangnya Sasuke bodoh apa. Tak usah dikasih tahu Ia sudah tahu duluan kalau ini jam pulang. Dasar kepala merah sialan.

Sakura hanya menatap keduanya bergantian. Matanya mengerjap beberapa kali dengan raut wajah bingung. Mereka kenapa, Sakura juga tak tahu. Masa masalah pulang saja sampai ribut. Gadis itu membatin.

"Kau lihatkan, aku sedang mencatat―" Sasuke mengacuhkan Gaara, memandang Sakura yang mengangguk, "―sebagai kekasihku kau harusnya menungguku, dan tidak ada jam pulang dengan pemuda lain selain aku." Akhh si Gaara itu, benar-benar membuat Uchiha bungsu kita geram. Sesekali onyxnya-pun mengerling pada Gaara yang hanya diam memandangnya dingin.

"Tapi aku―" sedetik kemudian, Sasuke melepas paksa tangan Sakura dan Gaara yang berpautan. Ia mendorong Gaara keras. Keseimbangan pemuda itu cukup baik, sehingga Ia masih bisa berdiri di tempatnya namun termundur beberapa jengkal ke belakang. Sasuke menarik Sakura ke belakangnya. Sedang si gadis hanya bisa diam, karena telalu kaget atas apa yang dilakukan pemuda itu barusan.

"Aku sudah peringatkan tadi padamu!" Geram si pemuda dengan nada rendah namun syarat emosi. Ia menunjuk sekilas sosok lain itu dengan telunjuk kanannya, "jauhi gadisku! Apa kau tuli, hah?" Entah kenapa, Ia tak ingin satu orang-pun mendekati Sakura. Karena Ia tahu, Ia tak mau kehilangan sosok pengganti gadis yang amat sangat Ia cintai.

Gaara hanya mendengus, Ia melangkah maju. Berjalan pelan melewati Sasuke. Itu membuat pemuda tampan clan Uchiha itu memutar badannya, dan mengikuti arah jalan si pemuda merah―yang sekarang berstatus sebagai musuhnya―

Matanya sukses melebar saat melihat gadisnya tengah di kecup lembut oleh Gaara. Walau di kening, tetap saja membuat kepalanya panas dan seperti ingin meledak saat itu juga. Satu point yang menambahnya kesal. Gadis itu memejamkan matanya, tampak menikmati sepertinya. Kalau bisa, Sasuke ingin melayangkan sebuah tonjokkan keras pada kepala merah itu.

Sesudahnya, pemuda itu beranjak dari sana. Dengan hawa panas yang masih tertinggal pada Sakura―yang habis dicium, dan juga Sasuke―yang kesal karena gadisnya dikecup orang.

"Sasuke?" Sakura menyentuh lengannya, "kau kenapa?" Heh, terlalu.

Apa Ia tak tahu kalau 'kekasihnya' yang tampan itu tengah cemburu berat.

"Kau tunggu di sini, aku bereskan tasku dulu."

Kepala merah jambu itu mengangguk, dengan senyum.

Demi Tuhan!

Ia bahkan masih bisa tersenyum seperti malaikat di saat Sasuke tengah merengut. Kekasihnya kali ini, lain dari yang lain.

XXxxXXxxXX

"Kau dan Gaara itu―" Sasuke menoleh, mengamati gadisnya yang tengah berjalan santai di sampingnya sembari memegang tali tas punggung bagian depannya. "―hubungan kalian apa?" sambungnya.

Bibir Sakura membentuk senyuman lembut. Dan itu entah kenapa, membuat Uchiha Sasuke berdebar. "Dia sahabat terbaik yang pernah aku punya." Kepalanya mengangguk-angguk, "ya, hanya itu. Kenapa?" Ia kembali bertanya, kepalanya dimiringkan jenaka.

Uchiha Sasuke memasukkan kedua tangannya pada saku celananya, "aku tidak suka padanya―" gerutunya, tanpa melihat Sakura.

Keduanya masih berjalan bersama.

"Kalau kau menyukainya kau lain hormone namanya, Sasuke." Sela si gadis sembari terkekeh kecil.

Onyx Sasuke mendelik. "Sembarangan." Ia menghela nafas, "berhenti mentertawakanku." Sindirnya pada Sakura yang masih terkikik di sebelahnya. Spontan, gadis itu menutup mulutnya dengan lengan kanannya. "Maaf," lafasnya dengan sedikit gamang karena mulutnya masih terbungkam.

"Mulai besok danseterusnya, kau pulang denganku―" inilah Uchiha, terkesan egois dan tak bisa di bantah. "―tidak ada kata tapi atau penolakkan." Selanya sebelum Sakura hendak membuka mulutnya.

Hening.

"Ya, umm―" langkah keduanya terhenti di depan sebuah pagar tinggi berwarna putih gading. "―terimakasih sudah mengantarku," pipinya sedikit merona, Ia melangkah ke depan mendekat pada Sasuke. Sedikit berjinjit, Dan . .

CUP

Onyx Sasuke melebar, pipinya di kecup singkat oleh Sakura. Jantungnya berdebar.

Gadis itu tersenyum, "maaf untuk yang tadi. " dan setelahnya Ia berlari dan menghilang di balik pagar tinggi itu, wajahnya merona merah.

'Bodoh! Apa yang aku lakukan sih? Akhhh' ucapnya dalam hati sembari memukul samping kepala kanannya . Cepat-cepat Ia berlari ke arah rumahnya dengan perasaan malu akut yang tak tertahankan.

Kembali pada Sasuke.

Pemuda itu diam terpaku. 'Apa ini?' Ia membatin.

Ada perasaan lain padanya sekarang. Di kepalanya di penuhi dengan warna merah muda bukan lagi warna merah. Ini gila, Sasuke tak mungkin jatuh cinta pada gadis itu kan? Iya kan?

CONTINUED

XXxxXXxxXX

Semoga suka ya ^^ maaf ide oneshot nggak ada, yang ada malah multichap―ngais-ngais― maaf kalau idenya terkesan maksa, dan alurnya kayanya kecepatan. Heh―sigh― maklum lagi banyak masalah.

Akhir-akhir ini juga jadi malas ngetik, karena kepikiran suami saia Kang Daesung yang lagi kena masalah―mewek― sing sabarnya akang―hug Daesung― dank arena itu juga mood Saia rontok seketika―?― Semoga cepat selesai masalahnya, dan dengan begitu semua VIP senang kembali. ^^―curcol―

Kembali ke topic.

Untuk yang lain, mungkin agak lama updet. Jadi sabar ya ^^

Akhir kata, boleh minta ripiu?

Baiknya dihapus atau dilanjutkan, itu semua berdasar polling kalian semua. Makasih sudah setia baca fic gaje Yusha.

RnR?