Disclaimer :

Detektif Conan milik Gosho Aoyama.

Catatan Penulis :

Selamat membaca dan berkomentar!


Mimpi yang Sempurna

By Enji86

Prolog

Malam itu begitu tenang, begitu damai, dengan hembusan angin sepoi-sepoi memainkan rambut seorang laki-laki yang sedang mengawasi jalanan di bawahnya dari atas sebuah gedung bertingkat. Sebuah senapan dengan penyangga berada di depannya. Senapan itu merupakan senapan yang biasanya digunakan para sniper untuk memangsa targetnya. Dia mengamati jalanan di bawahnya lewat teropong senapannya sejenak lalu mengalihkan pandangannya ke jam tangannya. Dia benar-benar ingin menghela nafas saat ini tapi dia menahan dirinya karena saat ini dia tidak sedang sendirian. Dia memang harus selalu kelihatan dingin dan berbahaya jika berada di sekitar anggota Organisasi Hitam yang lain. Namun sebenarnya itu tidak terlalu sulit karena dia memang selalu terlihat seperti itu dimanapun dia berada. Dia hanya tersenyum pada orang-orang tertentu seperti James yang merupakan bosnya, Jodie yang merupakan teman masa kecilnya dan Akemi yang sekarang sedang dipacarinya agar dia bisa menyusup ke dalam Organisasi Hitam.

Rye, begitulah nama sandi laki-laki tersebut, mencuri pandang ke partnernya yang duduk di sebelahnya dalam diam dan sepertinya sedang berpikir keras. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa seorang gadis berusia 17 tahun sudah menjadi bagian dari organisasi kriminal macam Organisasi Hitam dan bahkan sudah mempunyai nama sandi. Dia mengamati rambut gadis itu. Warna rambutnya benar-benar khas dan unik. Dia tidak pernah melihat warna rambut seperti itu sebelumnya. Dia merasa rambut itu kelihatan sangat cantik dan dia ingin sekali menyentuhnya, walaupun dia tidak ingin mengakuinya. Bagaimanapun juga, dia membenci gadis ini karena dia juga sama kotornya dengan organisasi yang menaunginya.

Tiba-tiba mata gadis itu membesar dan dia segera merogoh kantong jaketnya yang berwarna hitam, mengeluarkan notes kecil dan pensil dari dalamnya dan mulai menggambar sesuatu di notesnya. Rye bisa menebak pasti gadis di sebelahnya ini baru saja mendapatkan ide untuk penelitiannya. Dia memang diberi tahu bahwa partnernya kali ini adalah salah seorang kepala riset untuk proyek organisasi dengan nama sandi Sherry. Selain itu, dia tidak tahu apa-apa lagi. Dia tidak tahu namanya yang sebenarnya dan dia juga tidak tahu penelitian macam apa yang sedang dikerjakannya. Dia tahu usianya dari gosip yang beredar di kalangan anggota organisasi yang rangkingnya rendah dan mereka bergosip tentang gadis ini karena dia adalah wanita favorit Gin. Dia hanya bisa menyimpulkan bahwa gadis ini pasti seseorang yang sangat jenius sehingga bisa menjadi kepala riset dalam usia muda.

Rye mengecek jam tangannya lagi dan segera bersiap dengan senapannya. "Lima menit lagi," ucapnya dalam hati.

Tiba-tiba angin berhembus semakin kencang sehingga rambutnya yang panjang melambai-lambai dengan liar dan membuatnya terganggu. Tapi kemudian seseorang memegang rambutnya sehingga rambutnya berhenti melambai-lambai.

"Aku selalu melakukannya untuk Gin," ucap Sherry datar ketika Rye menoleh padanya.

Rye hanya menatapnya dengan dingin kemudian mengalihkan pandangannya ke teropong senapannya untuk mengamati jalanan di bawahnya dan mencari targetnya. Sejujurnya, dia tidak suka gadis ini atau siapapun menyentuh apalagi memegang rambutnya. Tapi dia tidak punya pilihan lain jadi dia tidak mengatakan apapun. Tak lama kemudian targetnya pun muncul dan detik berikutnya targetnya itu sudah terbaring tak bernyawa di jalanan dengan kepala berlubang.

Rye merasa jijik pada dirinya sendiri karena dia harus melakukan semua ini, mengerjakan pekerjaan kotor untuk organisasi. Betapa inginnya dia membunuh dirinya sendiri karena dia sudah mengotori jiwanya dengan membunuh orang. Dia tahu dia tidak akan bisa menjadi orang yang sama lagi ketika semua ini berakhir. Jiwanya sudah rusak dan tidak akan bisa diperbaiki lagi. Dia bahkan memutuskan untuk berhenti menjadi agen FBI setelah kasus Organisasi Hitam ini selesai, dengan begitu dia tidak perlu melakukan hal seperti ini lagi.

Sherry melepaskan rambut Rye ketika Rye menarik diri dari senapannya. Rye membereskan senapannya dalam diam kemudian melangkah menuju pintu atap diikuti oleh Sherry. Beberapa saat kemudian mereka berdua sudah sampai di tempat dimana dia memarkir mobil pick up-nya. Dia duduk di kursi sopir sementara Sherry duduk di kursi penumpang di sebelahnya. Lagi-lagi dia ingin sekali menghela nafas tapi dia segera menahan dirinya dan tetap terlihat dingin. Sekarang dia harus mempersiapkan dirinya untuk menahan godaan yang biasanya dilancarkan anggota organisasi untuk mengajaknya menghabiskan malam bersama. Sepertinya menghabiskan malam bersama setelah menjalankan misi merupakan tradisi dalam organisasi. Sejauh ini dia selalu berhasil menghindar dan menolak rayuan partnernya, baik yang wanita maupun laki-laki.

Tiba-tiba Rye jadi bertanya-tanya sudah berapa anggota organisasi yang tidur dengan gadis ini. Gadis ini begitu muda jadi mungkin banyak anggota organisasi yang dengan mudah mengambil keuntungan darinya. Tapi kemudian dia ingat bahwa gadis ini adalah wanita favorit Gin jadi pasti tidak ada yang berani mengajaknya menghabiskan malam bersama. "Lucu sekali," pikirnya sinis.

Setelah menunggu beberapa saat, Rye menyadari bahwa Sherry sepertinya tidak tertarik untuk mengajaknya menghabiskan malam bersama. Dia mengambil kesimpulan bahwa mungkin Sherry pun juga tidak ingin membuat Gin marah padanya dengan tidur dengan laki-laki lain sehingga dia segera menyalakan mesin mobilnya setelah mengirim e-mail pada Anokata tentang misinya lalu mengantar Sherry pulang ke apartemennya. Mereka berdua hanya duduk diam sepanjang perjalanan dan ini membuat Rye merasa nyaman karena dia tidak ingin bicara setelah apa yang dilakukannya tadi. Bahkan kalau diingat-ingat lagi, mereka berdua hanya bicara satu dua kalimat saja sepanjang misi ini.

Setengah jam kemudian, Rye menghentikan mobilnya di tempat parkir apartemen Sherry. Sherry pun menoleh padanya.

"Kau kelihatan sangat lelah. Apa kau mau mampir untuk minum denganku?" ucap Sherry sehingga membuat Rye terkejut tapi dia dengan cepat mengendalikan dirinya lalu mengalihkan pandangannya ke Sherry dan menatapnya dengan tatapannya yang paling dingin.

"Ternyata dia sama saja seperti yang lain. Tapi rayuannya benar-benar buruk. Dia benar-benar masih ingusan, tidak tahu bagaimana caranya merayu seorang laki-laki," pikir Rye sambil menertawakan Sherry dalam hati.

"Tapi kalau kau takut pada Gin, kau boleh menolak tawaranku," ucap Sherry dengan senyum mengejek di bibirnya.

Kali ini Rye benar-benar terpana sehingga dia hanya menatap Sherry yang membuka pintu mobilnya lalu keluar dan menutupnya kembali kemudian mulai melangkah menuju apartemennya tanpa mempedulikan dirinya yang masih ada di dalam mobil. Dia menghela nafas dan akhirnya keluar dari mobilnya. Padahal dia bisa saja tidak ambil pusing dengan ucapan Sherry namun ternyata egonya lebih dominan daripada logikanya. Dia tidak bisa membiarkan seorang gadis berusia 17 tahun mengejeknya dan melihatnya sebagai pecundang yang takut pada kriminal macam Gin.

XXX

Rye duduk di sofa sambil menghabiskan minumannya. Dia sudah menghabiskan dua gelas bir dan ini adalah gelas ketiganya. Dia memilih bir karena dia tidak ingin mabuk lalu melakukan hal-hal yang berbahaya. Sementara itu, Sherry sendiri menghilang ke kamarnya sejak sampai di apartemennya.

Ketika Rye mengisi gelasnya untuk kali keempat, Sherry keluar dari kamarnya dengan hanya memakai gaun tidur satin berwarna hijau muda yang panjangnya hanya sampai setengah pahanya. Rye tidak bisa mengingkari bahwa wanita di depannya ini benar-benar seksi tapi dia tahu dengan jelas dia tidak boleh tergoda dengan wanita ini atau wanita-wanita lain yang merupakan anggota organisasi. Dia membenci mereka, atau lebih tepatnya dia harus membenci mereka karena mereka busuk, sama seperti organisasi yang mempekerjakan mereka.

Sherry duduk di sebelah Rye kemudian menuangkan minuman ke gelasnya sendiri lalu mengambil posisi duduk yang nyaman di sofa tersebut dan memandangi laki-laki yang duduk di sebelahnya. Sekali-sekali dia menyesap minumannya tapi matanya tidak pernah lepas dari Rye.

Sebenarnya Rye dapat merasakan kalau Sherry sedang memandanginya tapi dia memilih untuk tidak mempedulikannya. Namun, setelah beberapa menit berlalu, ternyata dia merasa terganggu juga sehingga dia menoleh. Dia menatap mata Sherry dan menduga bahwa dia akan melihat mata yang penuh nafsu tapi ternyata dia salah besar. Sherry menatapnya dengan tatapan seperti sedang menatap tikus-tikus percobaan di laboratorium, itulah yang dirasakannya dari tatapan Sherry dan itu membuatnya marah. Ingin rasanya dia mencekik gadis ini karena sejak tadi gadis ini merendahkannya tapi dia segera sadar dan memalingkan wajahnya dari Sherry, mencoba bersikap sedingin dan secuek mungkin.

Ketika Rye sudah berhasil mengendalikan dirinya lagi dan mulai merasa tenang tiba-tiba Sherry meraih rambutnya yang panjang dan memainkannya di tangannya. Dia langsung merenggut rambutnya dari tangan Sherry dan menatapnya dengan tatapan membunuh namun Sherry hanya tertawa kecil.

"Kau sama saja dengan Gin," ucap Sherry.

Kata-kata Sherry barusan benar-benar seperti saklar yang berfungsi untuk mematikan kesabaran Rye sekaligus menyalakan kembali api kemarahan di hatinya. Dia melempar gelas yang sedang dipegangnya sehingga gelas itu menabrak dinding dan jatuh berantakan di lantai lalu mendorong Sherry sampai terbaring di sofa dengan dia berada di atasnya.

"Kalau kau bicara seperti itu lagi, kau akan mati," ucap Rye dingin.

"Tapi aku bicara yang sebenarnya. Gin tidak suka jika aku bermain dengan rambutnya. Kau juga begitu," ucap Sherry dengan nada kekanak-kanakan yang dibuat-buat.

Rye hanya diam saja karena dia sadar Sherry sedang mempermainkannya dan dia tidak punya cara untuk membalikkan keadaan. Dia seharusnya tidak meremehkan gadis ini walaupun dia masih berusia 17 tahun. Bagaimanapun juga, gadis ini adalah wanita favorit Gin dan dia sangat jenius.

Melihat Rye hanya diam saja, Sherry menyeringai dan melanjutkan aksinya.

"Kalau kau tidak sama dengan Gin, kau pasti tidak akan melarangku bermain dengan rambutmu," ucap Sherry masih dengan nada kekanak-kanakannya.

Rye menatap Sherry sejenak lalu melepaskannya. Dia kembali duduk di posisinya semula dan mengambil botol wine yang diminum Sherry. Dia benar-benar membutuhkan sesuatu yang keras karena dia ingin mabuk. Bukankah seharusnya dia yang menjadi pelanggan dan Sherry yang menjadi pelacurnya? Tapi kenapa semuanya berbalik menjadi Sherry yang menjadi pelanggan dan dia menjadi gigolonya? Lagi-lagi dia merasa jijik pada dirinya sendiri.

Rye bertahan sekuat tenaga untuk meredam emosinya ketika Sherry mempermainkan rambutnya yang panjang. Sherry menguncir rambutnya di kedua sisi seperti model rambut sailormoon lalu mengepang masing-masing kuncirannya. Kemudian Sherry bangkit dari tempat duduknya dan mengambil ponselnya.

"Oh, lihat, betapa cantiknya dirimu," ucap Sherry yang memotretnya sambil tertawa sehingga Rye kehilangan kesabaran untuk yang kedua kalinya.

Rye membuka kunciran rambutnya dan mengurai rambutnya seperti semula lalu bangkit dari tempat duduknya dan merebut ponsel dari tangan Sherry lalu menariknya untuk duduk kembali dan menekannya ke sandaran sofa.

"Berhenti mempermainkanku, wanita sialan," seru Rye dengan gigi gemeretak menahan marah.

"Hoo, kau benar-benar tidak sabaran ya. Baiklah. Buka kaosmu!" ucap Sherry sambil tersenyum sehingga Rye kembali terpana.

"Apa?" seru Rye tapi Sherry sudah menarik bagian bawah kaos turtleneck lengan panjang berwarna hitam yang dipakainya ke atas untuk melepasnya sehingga Rye bertelanjang dada. Kemudian dia mendorong Rye agar duduk di posisinya semula kemudian dia duduk di pangkuan Rye. Dia menggambar bentuk spiral di dada Rye dengan ujung jari telunjuknya sambil menatap mata Rye.

"Kau tahu, kau kelihatan sangat seksi dengan bekas-bekas luka di sekujur tubuhmu, sama seperti Gin," ucap Sherry sambil tersenyum.

Rye menggeram dan menatap Sherry dengan marah tapi Sherry tidak ambil pusing dan tetap tersenyum. Kemudian Sherry mulai menciumi titik-titik sensitif di lehernya lalu bergerak turun ke dadanya. Setiap dia mendesah, dia bisa merasa kalau bibir Sherry membentuk senyuman di kulitnya. Lagi-lagi dia merasa jijik dengan dirinya sendiri tapi dia benar-benar tidak bisa menahannya karena bibir Sherry benar-benar bekerja dengan baik di tubuhnya.

Tak lama kemudian, benteng pertahanan Rye pun hancur dan dia menarik dagu Sherry dari dadanya agar dia bisa menatap wajah Sherry lalu dia mencium bibir Sherry dengan penuh gairah. Sherry menghentikan ciumannya setelah beberapa saat dan menatap matanya.

"Katakan padaku, kenapa kau bergabung dengan organisasi? Bukankah kau benci membunuh?" tanya Sherry.

Rye pun kembali terpana. Dia merasa benar-benar seperti orang bodoh sekarang. Dia sampai berpikir bahwa dia akan menghabiskan sepanjang malam ini dengan terpana pada setiap ucapan yang keluar dari mulut Sherry. Dia menggelengkan kepalanya lalu menyeringai.

"Jadi karena itu kau berani mempermainkanku? Karena kau mengira aku benci membunuh sehingga aku tidak akan membunuhmu, begitu?" Rye balik bertanya.

Sherry tertawa kemudian dia mencium bibir Rye dan Rye pun membalas ciumannya.

"Jadi kenapa?" tanya Sherry setelah dia mengakhiri ciumannya.

"Kenapa kau begitu yakin kalau aku benci membunuh?" Rye balik bertanya lagi.

"Aku bisa merasakannya, Rye. Tadi, saat kau menembak targetmu," jawab Sherry.

Rye mencium bibir Sherry lagi dan Sherry pun membalas ciumannya.

"Hanya karena itu?" tanya Rye setelah dia mengakhiri ciumannya.

"Gin adalah seorang pembunuh dan kau tidak mau kusamakan dengannya," jawab Sherry.

Rye akhirnya tertawa karena dia sudah kehilangan kemampuannya untuk terpana.

"Aku menginginkanmu, Sherry. Aku benar-benar menginginkanmu," ucap Rye kemudian dia mencium bibir Sherry lagi.

Rye membawa Sherry ke kamarnya setelah dia mengakhiri ciumannya. Dia membaringkan Sherry di tempat tidur, melepas semua pakaiannya yang tersisa yaitu celananya lalu naik ke tempat tidur.

XXX

Rye berbaring di tempat tidur dengan nafas terengah-engah, begitu juga dengan Sherry yang berbaring di sebelahnya. Dia berani bertaruh, seks yang baru saja dilakukannya adalah seks paling hebat yang pernah dia lakukan sepanjang hidupnya. Baru kali ini dia benar-benar menginginkan seorang wanita sehingga dia memberikan semua yang dia punya dan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memuaskan mereka berdua. Biasanya kasus-kasus yang ditanganinya lebih menyita perhatiannya daripada wanita-wanita yang ada di sekitarnya. Dia bahkan berpacaran dengan seorang wanita hanya untuk menyelesaikan kasus yang ditanganinya. Tapi Sherry benar-benar berbeda.

"Teriakanmu sangat keras," komentar Sherry sambil menoleh kepada Rye dengan senyum mengejek di bibirnya.

Rye hanya bisa tersenyum. Tadi dia berkata pada Sherry bahwa dia akan membuat Sherry menjerit sekeras-kerasnya karena sudah mempermainkannya, namun akhirnya dia sendiri yang berteriak keras-keras dan mengalahkan teriakan Sherry saat mereka mencapai klimaks.

"Baiklah. Aku mengaku kalah," ucap Rye sambil menoleh kepada Sherry.

Sherry tertawa mendengarnya dan Rye pun tersenyum melihatnya. Dia menarik Sherry ke dalam pelukannya dan mendekapnya dengan erat lalu menghela nafas puas ketika merasakan tubuh Sherry yang lembut menekan tubuhnya.

"Kau tahu, kau benar-benar mirip dengan Gin," ucap Sherry sehingga membuat kemarahan Rye timbul kembali, namun sebelum Rye sempat bereaksi, Sherry melanjutkan kata-katanya. "Tapi kau sangat berbeda darinya."

Rye tidak tahu bagaimana dia harus merasa. Apakah dia bisa merasa senang karena seorang anggota Organisasi Hitam mengatakan padanya bahwa dia sangat berbeda dengan seorang anggota Organisasi Hitam yang lain? Kalau tidak, apa yang harus dirasakannya? Tapi dia tidak bisa menyangkal bahwa kata-kata Sherry barusan sangat berarti baginya. Kata-kata itu seolah-olah menghapus mendung yang selama ini bergelayut di hatinya semenjak dia menyusup ke dalam Organisasi Hitam.

Ketika Rye sadar dari lamunannya, ternyata Sherry sudah terlelap dalam dekapannya. Dia menarik selimut untuk menutupi mereka berdua lalu tersenyum lembut sambil membelai rambut Sherry. Beberapa saat kemudian dia juga menutup matanya dan segera terlelap.

XXX

Keesokan paginya, Rye bangun lebih dulu daripada Sherry. Dia mengamati wajah Sherry yang masih tertidur di pelukannya. Wajah itu terlihat begitu tenang dan polos sehingga bibir Rye otomatis membentuk senyuman.

"Ternyata di neraka terdalam pun, aku masih bisa menemukan malaikat," ucap Rye dalam hati.

Rye mencium kening Sherry dengan lembut kemudian melepaskan pelukannya dengan hati-hati agar Sherry tidak terbangun. Dia bangkit dari tempat tidur dan memungut celananya yang tergeletak di lantai lalu keluar dari kamar Sherry dan menutup pintunya tanpa menimbulkan suara berisik. Dia menemukan pakaiannya di sofa lalu memakai semua pakaiannya dengan cepat dan bergegas melangkah ke pintu. Begitu dia melangkah keluar dari pintu, dia langsung berhadapan dengan Gin yang menyeringai jahat kepadanya. Dia menutup pintu di belakangnya dengan tenang lalu menatap Gin dengan wajah tanpa ekspresi.

"Kau benar-benar binatang, Rye," ucap Gin setelah mereka saling menatap selama beberapa saat.

"Kenapa? Apa karena aku tidur dengan wanitamu?" tanya Rye sambil menyeringai. Dia bisa melihat mata Gin berkilat marah tapi Gin tidak mencabut pistolnya sehingga membuat Rye bertanya-tanya dalam hati.

"Kau baru saja meniduri adik pacarmu," jawab Gin dengan tenang.

Rye langsung merasa ada sesuatu yang retak di dalam hati dan pikirannya, namun dia bertahan karena dia tidak ingin melihat Gin merasa senang.

"Pantas saja Sherry tertarik padaku. Kakaknya pun juga tertarik padaku. Kau tahu, aku tidak keberatan jika harus memiliki keduanya. Terutama Sherry. Dia sangat menakjubkan," ucap Rye sambil menyeringai.

"Kuperingatkan padamu. Jangan berani-berani mendekatinya lagi. Kalau tidak, kau akan berada dalam masalah yang sangat besar," ucap Gin dengan nada yang sangat dingin dan berbahaya.

"Baiklah. Terserah kau saja. Aku tidak berniat merebut wanitamu. Tapi kalau ada kesempatan, aku akan tidur dengannya lagi," ucap Rye sambil menyeringai lalu dia bergegas pergi dari situ sebelum Gin menembaknya. Namun begitu sampai di belokan, dia berhenti dan bersembunyi di situ. Dia mengintip dengan hati-hati dan melihat Gin masuk ke apartemen Sherry.

Tak lama kemudian, Rye melihat pintu apartemen Sherry terbuka lagi dan tampak Sherry yang masih memakai gaun tidurnya mendorong Gin keluar dari apartemennya.

"Aku tidak punya waktu untukmu sekarang. Aku harus melakukan eksperimen hari ini," ucap Sherry sambil mendorong Gin.

"Kau punya waktu untuk Rye tapi kau tidak punya waktu untukku!" seru Gin setelah Sherry berhasil mendorongnya keluar.

"Ada apa denganmu? Bukankah kau juga tidur dengan yang lain?" tanya Sherry.

"Jadi kau mau membalasku dengan cara tidur dengan Rye, begitu?" seru Gin.

Rye merasa seperti ada yang meremas jantungnya setelah dia mendengar ucapan Gin. Dia tidak bisa menerima kalau Sherry ternyata hanya menjadikannya alat untuk membalas Gin padahal dia merasa dia baru saja melewatkan malam paling menakjubkan dalam hidupnya.

"Tidak. Aku tidur dengannya karena aku memang ingin tidur dengannya," ucap Sherry.

Kelegaan langsung membanjiri hati Rye setelah mendengar ucapan Sherry barusan.

"Beraninya kau berkata begitu!" seru Gin. Lalu dia mencabut pistolnya dan mengarahkannya ke kepala Sherry.

"Bisakah kau berhenti bersikap seperti anak kecil? Kau selalu saja menodongku dengan pistol kalau kau tidak mendapatkan apa yang kau inginkan," ucap Sherry dengan kesal namun Gin tidak bergeming dan terus menodongnya.

Sherry akhirnya menghela nafas kemudian dia menghampiri Gin. Dia memegang pipi Gin lalu mencium bibir Gin dengan penuh gairah. Gin akhirnya menyelipkan pistolnya kembali ke dalam jubah hitamnya lalu mendorong Sherry ke dinding terdekat tanpa memutus ciuman mereka.

Sementara itu, seekor monster tiba-tiba muncul dalam benak Rye ketika melihat Gin dan Sherry berciuman. Monster itu mempunyai keinginan kuat untuk mencabik-cabik dan menghabisi laki-laki berambut pirang panjang yang sedang berciuman dengan Sherry itu. Namun dengan segera, dia mengalihkan pandangannya dan mengunci monster itu rapat-rapat di belakang kepalanya.

"Kau tidak boleh seperti ini. Kau harus membuang perasaanmu jauh-jauh. Kau punya misi yang harus diselesaikan," ucap Rye pada dirinya sendiri.

Setelah berciuman selama beberapa saat, Sherry mengakhiri ciumannya dan mendorong Gin menjauh. Tapi Gin tidak bergeming dan berusaha menciumnya lagi sehingga Sherry pun angkat bicara.

"Gin, aku ada eksperimen hari ini," ucap Sherry tegas.

"Baiklah. Aku akan melepaskanmu kali ini," ucap Gin sambil menyeringai kemudian dia melepaskan Sherry dan melangkah pergi ke arah berlawanan dari tempat Rye bersembunyi.

"Dasar laki-laki! Mereka sangat merepotkan," gumam Sherry lalu dia melangkah masuk ke dalam apartemennya dan menutup pintunya.

Rye pun juga berbalik dan mulai melangkah pergi. Dia tahu dia tidak boleh berada di dekat Sherry lagi. Dia tahu Sherry akan menjadi ancaman besar dalam keberhasilan misinya jika dia terus berada di sekitar Sherry. Apalagi jika memang benar bahwa Sherry adalah adik Akemi. Dia benar-benar akan berada dalam masalah besar seperti yang tadi diancamkan Gin padanya. Meskipun begitu, dia juga tahu dia tidak akan bisa melupakan kenangan semalam, malam yang dihabiskannya bersama Sherry.

Bersambung...