Vocaloid © YAMAHA
The Path Between Us
© khiikikurohoshi
Chapter 00
P r o l o g u e
―
"Len… kau sungguhan akan pergi?" anak perempuan itu bertanya dengan isak tangis yang tidak bisa dia redam.
"Iya… maafkan aku ya, Rin… kurasa… kita takkan bersama lagi seperti dulu…" anak laki-laki itu menjawab. Dia ingin menangis, tapi dia sadar diri. Laki-laki tidak boleh menangis. Itulah prinsip yang dia pelajari dan dia praktekkan sejak masih sangat kecil.
"Huu… tapi Len… tidak akan lupa aku, 'kan?" anak perempuan itu bertanya lagi. Kali ini lenguhan napas tidak bisa lagi ia redamkan. Kedua lengan-lengan kecilnya memeluk erat boneka kelinci putih yang ukurannya tidak jauh beda dari badan mungilnya.
"Tidak akan. Selamanya tidak akan." Anak laki-laki itu mengangguk, kemudian tersenyum. Secara terpaksa, tentu saja. Air mata sudah menggenangi pelupuk matanya. Dan sekarang, badannya bergetar penuh pilu.
"Kau janji? Sungguh janji?" anak perempuan itu menenggelamkan kepalanya diantara kedua telinga boneka kelincinya, kemudian terisak.
"Rin…" anak laki-laki itu menatap si anak perempuan dengan prihatin. Dengan perlahan, dia merengkuh tubuh mungil anak perempuan itu, kemudian mengecup dahinya.
Anak perempuan itu melepas pelukan bonekanya tanpa sadar. Jemari-jemari kecilnya mencengkram erat pinggiran baju anak laki-laki itu.
"Len… jangan pergi… aku mohon… jangan pergi…" anak perempuan itu menggeleng-gelengkan kepalanya di dalam rengkuhan si anak laki-laki.
Anak laki-laki itu meneguk ludahnya. Kemudian menangis.
"Maaf, Rin… maaf… aku sungguh tidak bisa… maaf… maaf… maafkan aku…" anak laki-laki itu semakin erat merengkuh tubuh si anak perempuan.
Setelah itu, sebelah tangan anak laki-laki itu ditarik ke belakang secara paksa.
"Eh?"
Anak laki-laki itu menoleh dan melihat 'ayah' yang menarik tubuhnya semakin jauh dari anak perempuan itu. Dia tidak memberontak selama ditarik, atau, lebih tepatnya, dia 'takut' untuk memberontak. Dia sangat 'takut' pada 'ayah'.
Anak perempuan itulah yang berteriak. Memanggil nama anak laki-laki itu dengan iringan air mata yang deras berjatuhan.
"LEN! LEEN! LEEEEN!"
Tapi tak lama, suara anak perempuan itu menghilang dari pendengaran anak laki-laki itu. Sosok anak perempuan itu pun juga hilang dari pandangan anak laki-laki itu.
"Selamat tinggal, Rin."
Satu kata itu adalah awal dari mimpi buruk anak laki-laki dan anak perempuan itu. Sungguh.
―
1 tahun berlalu sejak waktu itu.
Anak perempuan itu sudah berusia 11 tahun. Dan pastilah anak laki-laki itu juga sudah berusia 11 tahun.
Kenapa?
Sebab anak laki-laki dan anak perempuan itu adalah saudara kembar yang nyaris identik.
―
Suatu malam di saat anak perempuan itu berusia 11 tahun, rumah yang dia tinggali bersama 'ibu' terbakar secara besar-besaran.
Entah bagaimana caranya, anak perempuan itu selamat. Tapi rumah dan 'ibu' tidak sedikit pun selamat. Sejak saat itulah, anak perempuan itu hidup sendirian di dunia luas ini.
―
Sejak kehilangan rumah dan 'ibu', anak perempuan itu tinggal disebuah panti asuhan sederhana.
Tapi baru saja ia tinggal selama satu, dua, tiga, empat atau lima hari, ada seorang pria besar dengan pipa rokok yang terjepit diantara bibirnya dan seorang wanita cantik berkulit mulus seperti seorang selebriti yang mengadopsi dirinya.
Anak perempuan itu segera keluar dari panti asuhan bersama 'ayah dan ibu barunya'.
―
Baru satu jam di 'rumah barunya', anak perempuan itu langsung diajari sesuatu yang hebat.
Si pria besar dengan pipa rokok di bibirnya bertanya, "Siapa namamu?"
Dan anak perempuan itu menjawab, "Rin. Kagamine Rin."
Si pria besar dengan pipa rokok di bibirnya tertawa keras-keras, meninggalkan kesan tersendiri bagi anak perempuan itu. Dia berkata lagi, "Mulai sekarang namamu bukan cuma Rin. Bukan cuma Kagamine Rin."
Anak perempuan itu membolakkan matanya sedikit. Tapi dia bertanya, "Apa kalau begitu?"
Si pria besar dengan pipa rokok di bibirnya menyeringai. Dia menjawab, "Mulai sekarang namamu yang lain adalah…"
―
2 tahun berlalu sejak waktu itu.
Anak perempuan itu sudah bisa dibilang 'gadis' sekarang. Usianya sudah bergeser menjadi 13 tahun. Dan diumur 13, dia sudah mulai lupa dengan keping-keping masa lalunya. Kecuali satu, atau dua, atau tiga, atau empat keping masa lalu.
Satu. Len. Adik kembarnya. Orang yang sangat dia sayang.
Dua. Ayah yang jahat. Memisahkan dia dan Len. Meninggalkan ibu demi pekerjaan sialan.
Tiga. Ibu yang lemah. Mengakhiri hidup dengan mudah. Membuat dia hidup sebatang kara.
Cuma itu.
Dan, oh, ralat. Cuma tiga keping masa lalu yang masih dia ingat. Sisanya, lupakan saja.
―
Sejak gadis itu berusia 13 tahun, 'ayah' dan 'ibu' membelikannya rumah baru yang cukup luas di Tokyo. Membiayai hidupnya selama di sana. Urusan sekolah pun diurus dengan mudah oleh 'ayah' dan 'ibu'.
Tapi, agar dibiayai, dia harus hidup dengan jati diri baru.
Dia harus hidup dengan satu wajah baru.
Dia harus hidup dengan takdir yang baru.
Dan dia harus mahir melakukan hal yang baru.
―
Maka, cerita penuh darah dan derita akan dimulai setelah ini!
To Be Continued
A/N-satu: Ah. Halo. Ketemu lagi denganku ^^ senangnya…
Oh, ya. I'm Yours Idiot (mungkin) akan muncul tidak lama lagi xD jadi… bersabarlah, ya?
A/N-dua: Aku muncul dengan cerita multichapter baru xD dan… untuk berikut-berikutnya… OC-ku akan muncul! Ih, wow, kuharap OC-ku itu senang. Tapi kenyataannya… pasti tidak ^|||^ a... ha ha ha...
Nah, baiklah. Kalau merasa Prolog ini aja HANCUR, kalian bisa bilang kok xD
Last: Sudah ya, sampai ketemu di chapter berikut!