"SASUUKEEEEEEEEEEEEEEE!" teriak Naruto lantang. Ia menggunakan seluruh tenaga yang tersisa untuk memanggil nama pemuda yang sangat dicintainya itu. Saking kerasnya, kerongkongannya serasa mau putus dan terbakar.
'degghhhh'
Naruto memegang erat dada kirinya. sesuatu yang salah terjadi pada jantungnya. Jantung yang belum sembuh sempurna itu bocor karena Naruto berteriak sangat keras. Otot-ototnya yang tegang menimbulkan kontraksi yang tak biasa pada jantung lemah itu.
"Kau.. Bodoh!" aura merah yang tadi menghantam lantai mendekati tubuh Naruto yang tersungkur menahan sakit.
Sosok yang berada di dalam api merah itu mencoba menyentuh dada sang Namikaze dengan 'tangan' kanannya.
Dengan tegas, lengan Naruto menepisnya. "Biarkan. Aku. Mati. Bersamanya." Gumam bibir yang masih pucat itu.
Benar saja. Sesaat kemudian, tubuh Naruto ambruk. Tubuh tan-nya tak dapat lagi bergerak.
"Kau.." sosok di dalam aura merah yang masih belum tampak jelas itu mencoba masuk ke dalam tubuh Naruto. perlahan-lahan, disentuhkannya ujung kuku tajamnya ke dada sang Namikaze. Ia mencoba mentransfer sisa energy yang ia miliki ke dalam tubuh yang pernah menjadi tempatnya bersemayam itu.
"Ggghhhh… Sial!" gerutu sosok orange yang mulai terlihat jelas itu. Ia menautkan alisnya sebal. Tubuh Naruto menolak energy yang ia berikan. Bocah itu benar-benar ingin menyusul kekasihnya.
"Kau bodoh! Kau menyianyiakan usaha si ayam itu." gumam sosok bertaring tajam yang tidak memakai busana itu (?) tubuhnya terlihat melemah, aura merah disekelilingnya perlahan pudar.
Berada di dunia luar tanpa 'wadah' membuat Kyuubi kehilangan kekuatannya. Tubuhnya pun roboh menimpa tubuh Naruto.
Seluruh iblis yang ada di tempat itu menyaksikan kejadian ini dengan mata bergetar, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Benarkah ini? Mereka kehilangan seseorang yang mampu menghidupkan kembali dunia iblis yang menurut mereka monoton ini? Pada saat yang sama, haruskah mereka kehilangan Pangeran Arogan yang selama ini mereka kenal?
"Hiks.. Ita –"
"Semua…" Itachi mendekap istri beserta putra semata wayangnya. Sharingannya baru saja menangkap sesuatu yang menyesakkan.
Dengan suara bergetar, Itachi mencoba menenangkan dirinya, juga istrinya dengan kata-kata yang selalu diucapkan otouto tercintanya kepada sang calon adik ipar.
" –semua akan baik-baik saja…"
.
.
Night Kingdom
Disclaimer "Naruto": Masashi Kishimoto
This story "Night Kingdom": KyuuRiu
Genre: Fantasy, Romance (?) Humor garing
Pair : SasuNaru (main)
.
Rated: T
Warning: abal, jelek, geje, typo, mis-typo, semuanya gak banget :3
.
Chap 16: It All End
.
.
"Apa dia baik-baik saja?" Tanya sesosok iblis berambut raven panjang dikuncir kepada iblis lain yang hanya memakai celana panjang berwarna coklat. Onyx-nya melirik ruby si iblis bercelana coklat lekat. Bukan karena Itachi tersepona dengan tubuh si iblis yang memang topless, tapi karena – ahh lupakan saja! =,=
Hening…
Iblis bercelana coklat itu tidak menjawab. Lengan langsatnya menopang dagu, membuat ruby kebanggaannya dapat menatap Naruto yang duduk disampingnya. Matanya tertuju lurus ke wajah kosong Sang Namikaze.
Iblis topless itu tidak mau bicara. Yang ia lakukan selama hampir seminggu ini hanyalah diam dan mengekor kemanapun Naruto pergi. Tidak! Naruto tidak pergi kemanapun. Ia selalu duduk manis disamping tubuh kekasihnya yang tengah berbaring tak berdaya.
Itachi menghela nafas panjang. Matanya melihat satu per satu penghuni kamar Otouto tercintanya. Ruangan yang sejak awal memang bernuansa dingin terasa makin suram dengan keadaan 'gak OK' yang seperti ini.
'Iblis tak dikenal yang tidak bisa diajak bicara yang kerjanya hanya memandangi Naruto…Naruto yang tidak mau melakukan apapun, termasuk makan, dan hanya menggenggam jemari Sasuke yang sangat sangat pucat… Yang terakhir, Sasuke yang entah masih hidup atau tidak. Apa yang harus kulakukan dengan semua ini…?'
"Beristirahatlah.. Mereka akan baik-baik saja." Gumam Deidara yang entah sejak kapan berada di belakang Itachi. ia berkata seolah-olah ia bisa membaca pikiran suaminya.
"Naruto?" Tanya Itachi singkat. Ia mengkhawatirkan keadaan calon adik iparnya yang tidak mau makan.
"Aku akan memberinya cairan nutrisi saat dia tidur nanti. Kushina-san bilang, cairan itu dapat menggantikan makanan." Dei membujuk. Bagaimanapun juga, suaminya sudah berdiri di sini sejak satu jam yang lalu. Waktu yang lumayan lama. Apalagi yang didapat Itachi hanyalah sikap acuh.
"Hn.." balas Itachi singkat setelah lima detik membatu. Ia membalikkan badannya, bersiap meninggalkan sudut ruang itu. Percuma saja tetap berada disini jika tidak mendapatkan apapun.
"Kau mau ikut aku melihat keadaan saudara kita yang lain, Dei?" Tanya Itachi tanpa menghentikan langkahnya. Tubuhnya sedikit bergetar saat menyebut para anak buah dengan ungkapan 'saudara'.
"Unn.." Deidara tersenyum tipis. Bagaimanapun juga, saat ini Itachi mulai menyadari bahwa 'saudara' yang harus diperhatikannya bukan hanya Sasuke, namun juga semua iblis yang ada di Dunia Langit. Itachi adalah seorang Raja.
Kamar Sang Pangeran kembali sunyi. Sapphire Naruto masih saja menatap kosong wajah Sasuke yang tengah terlelap. Sedangkan ruby iblis disampingnya terus saja memandangi Naruto tanpa bosan.
Lagi.. Butiran Kristal mulai menuruni pipi tan Sang Pewaris Namikaze. Isakan halus mulai terdengar. Bahu yang penuh dengan perban bergetar.
"Sudahlah.. Semua ini bukan salahmu." Gumam suara berat iblis bercelana coklat. Tangan kanannya menepuk pundak Namikaze junior, sementara jemari kirinya mengacak rambut orange jabriknya frustasi. Jujur. Ia juga tidak tahu harus bersikap bagaimana.
"Sudah seminggu begini.." Sahut Naruto tanpa makna. Tatapannya terlihat kosong namum pikirannya begitu penuh dengan ungkapan rasa bersalah yang tak mampu terucap.
Mengetahui pikiran Naruto membuat si iblis topless 'stress'. Naruto tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri atas ketidaksadaran Uchiha Sasuke. 'Andai saja aku bisa menangkis serangan Orochi dengan baik.. Andai saja Sasuke tidak menukar nyawanya untukku.. Dan andai saja –'
" –kau tidak menawarkan solusi bodoh itu kepada Teme.." Tubuh Naruto berbalik kearah iblis celana coklat. Sapphire itu menantang ruby dengan tatapan lemah.
Menghela nafas panjang, iblis yang terlihat seumuran dengan Itachi itu bergumam, "Sudah kuduga kau akan menyalahkanku."
"Aku tidak menyalahkanmu. Hanya saja.. Aku .." gumam Naruto ragu. Ia tidak tahu harus bilang apa. Padahal pemuda itu jelas-jelas paham, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia dan iblis disampingnya dapat saling 'mendengar'. Yahh.. mungkin karena alasan inilah Naruto menutup mulutnya hampir seminggu terakhir. Mereka berdua saling berbicara tanpa suara. Dan ini adalah kali pertama mereka berbicara 'dengan suara'.
Suasana kembali hening. Kali ini tidak ada secuilpun kata yang melayang, baik di pikiran Naruto maupun iblis disampingnya.
Jemari tan Naruto membelai lembut pipi kekasihnya. Ia dapat merasakan sedikit kehangatan disana. Telinganya yang tajam dapat mendengar detak jantung Sang Uchiha yang sudah mulai normal.
"Om Kyuu.." panggil Naru masih menatap kekasihnya.
"Hmm?" gumam si iblis orange cukup jelas. Ruby-nya melirik bibir Naruto sekilas.
Ya. Dia adalah Kyuubi. Rubah api berekor Sembilan yang selama ini bersemayam di tubuh Naruto. Entah apa yang sebenarnya terjadi, yang jelas wujudnya menjadi human being sesaat setelah kegagalannya mentransfer seluruh energy yang ia miliki ke tubuh Naruto waktu itu.
"Maaf.. Padahal kau juga memertaruhkan nyawamu." gumam Naruto lirih. Sepasang sapphirenya beralih dari si ruby. Langit mendung itu kembali menatap tubuh kekasihnya, tubuh berbalut perban dengan luka memar di rahang kiri dan beberapa bagian tubuh lainnya.
Tidak ada jawaban terdengar. Yang Naruto rasakan hanyalah sentuhan lembut di kepalanya, membuat sapphire kembar meneteskan kristalnya kembali.
.
.
"Maaf.." bisik sosok Yellow Flash kepada sang rival yang sedang sibuk membolak-balik buku entah-apa di tangan kirinya. Sharingan sang rival diaktifkan agar ia dapat membaca lebih cepat.
Fugaku menghentikan aksinya mencari informasi apapun yang bisa menjelaskan tentang keadaan Sasuke saat ini. Ia menghela nafas tiga kali, lalu menatap Minato dengan sorot yang sulit diartikan.
"Untuk?"
"Gara-gara aku tidak bisa melindungi putraku, Sasuke jadi berkorban sampai sejauh ini." Lagit mendung yang untuk pertama kalinya menyelimuti Night Kingdom mengiringi rasa bersalah Minato.
Ya. Sudah seminggu ini langit Night Kingdom diselimuti oleh awan abu-abu. Tidak peduli siang ataupun malam, langitnya selalu berwarna abu-abu mendung.
"Dengar.." Fugaku memegang pundak Minato erat. Onyx-nya menatap sang azure lekat. Bibirnya tersenyum tulus.
"Kalau Kau berada di posisi Naruto, aku juga akan melakukan hal yang sama seperti Sasuke." Bass merdu Fugaku terdengar meyakinkan, membuat azure Sang Namikaze bergetar tak percaya.
Hening…
Mereka berdua terlalu larut dalam kegiatannya. Onyx dan azure masih saling bertukar pandang. Seakan tidak memedulikan makhluk lain yang berada di ruangan yang sudah 'dibuka untuk umum' oleh Uchiha Madara itu.
Suasana dramatis mendadak muncul di perpustakaan keluarga Uchiha. Alunan lagu Kimi no Mama dari UVERworld seakan muncul tiba-tiba entah dari mana.
"Ehem!" gumaman kesal seseorang menghentikan aksi tidak jelas kedua iblis beda aura itu. Sharingan Madara melirik tajam Sharingan sang putra semata wayang yang berada sekitar 10 meter darinya.
"T –tou.. Tou-san." ucap Fugaku gagap. Tangannya reflek melepas bahu Minato dan langsung mendorongnya jauh-jauh, membuat vena di dahi Minato membentuk sebuah perempatan yang cukup jelas.
"Berhenti bergurau dan segera temukan apapun yang bisa membantu Sasuke! Cari tahu juga tentang iblis rambut orange yang tiba-tiba muncul itu!"
"Ha – Hai Tou-san." Sekali lagi ayah dua anak itu tergagap. Tangannya langsung menyambar buku yang sempat dicampakannya tadi. Hal ini sukses membuat beberapa iblis lain terkikik geli.
"Kalian juga! Jangan hanya tertawa saja!" Bentak Madara, membuat tak sedikit iblis yang berada di tempat itu ber-hai ria dan segera bergegas. Lupakan Shikamaru yang sedang sibuk dengan dunia mimpinya.
Suasana kembali sepi. Hanya suara gesekan kertas dan debaman buku yang terdengar. Kadang ada yang ber-uhuk-uhuk saat mengambil buku yang sudah lama tidak tersentuh.
"Kakek.." panggil Itachi yang sudah tiba di pintu perpustakaan. Onyx-nya sedikit kesulitan mencari sosok pria berpenampilan oversex* itu. Rak-rak besar yang penuh dengan buku membuat sosok sang kakek invicible. Belum lagi buku yang berserakan dimana-mana. Dapat dipastikan bahwa buku itu adalah buku yang telah selesai dibaca. (Oversex = over sexet/seket/50 = berumur lebih dari lima puluh tahun :3)
Terdengar gumaman 'hn' dari arah barat daya. Dengan sedikit bantuan Sharingan yang telah aktif, Itachi dapat menemukan kakeknya yang sibuk membaca dua buku sekaligus, duduk dibalik rak buku ketiga.
Sang Raja berjalan menghampiri kakeknya tanpa terburu-buru. Sesekali ia menyapa 'saudaranya' yang juga terlihat sibuk membaca.
"Sudah ketemu?" Tanya Itachi to the point setibanya di depan sang kakek. Tangan kanannya mencomot acak buku di rak sebelah kanannya. Ia pun duduk berhadapan dengan Madara dan mulai membaca.
Helaan nafas terdengar dari Itachi saat Sharingannya menangkap gelengan pelan Madara.
Mereka tidak lagi saling bicara. Karena Itachi kesini bukan untuk ngobrol dengan kakeknya. Buku yang menuntut untuk dibaca menjadi alasan terbesarnya datang kesini.
Di sisi lain perpustakaan terlihat Pein dan para Akatsuki. Yahh walau keadaan mereka belum benar-benar baik, setidaknya mata mereka masih bisa digunakan untuk membaca.
Temari dan Kankurou juga ada. Bahkan Gaara yang masih berada di ruang makan keluarga Uchiha yang dijadikan sebagai ruang perawatan dadakan pun memaksakan dirinya untuk mengirim 'mata ketiga' dan ikut membaca buku.
Tidak ada yang meminta mereka untuk membantu. Dengan suka rela, mereka melakukan hal yang 'ingin mereka lakukan'.
"Kurasa dia Kyuubi." gumam Shikamaru entah kepada siapa. Suara yang sebenarnya pelan itu mampu didengar oleh semua penghuni perpustakaan.
"Siapa? Iblis topless itu?" Tanya Minato. Ia langsung menghampiri pemuda Nara yang terlihat menguap beberapa kali. Iblis yang lain pun bergegas mendekat sang pemuda Nara, termasuk trio Uchiha dan juga Pein cs.
"Kurasa juga begitu. Satu-satunya sosok yang ada disana sebelum kemunculan si topless adalah bayangan rubah api berekor Sembilan. Yang menjadi pertanyaan selama ini adalah, bagaimana bisa Kyuubi si iblis rubah berubah menjadi sosok manusia." Sambung Pein. iblis yang lain tampak setuju dengan pendapat ini. Mau bagaimana lagi? Kenyataan yang ada memang seperti itu.
"Buku ini mengatakan, Kyuubi bisa 'berubah' menjadi apapun." Gumam Madara tiba-tiba. Tangannya menyodorkan sebuah buku yang memerlihatkan sebuah halaman bertulisan rumit dengan gambar rubah besar di tengah. Sementara disekelilingnya terlukis makhluk-makhluk lain seperti pohon yang memiliki mata, ayam, kuda, singa, ular dan binatang lainnya. Gambar manusia pun ada. Rubah di tengah dihubungkan ke masing-masing gambar kecil itu dengan anak panah putus-putus.
"Mungkin saja saat ini Kyuubi berwujud seperti ini.." telunjuk pucat Madara mengarah ke gambar manusia kecil.
"Buku ini…"
"Catatan Tsunade. Dia yang paling memahami Kyuubi yang dulu ada di dalam tubuhnya." Sahut Madara melengkapi kalimat Minato yang belum selesai.
"Bagaimana Tou-san bisa memiliki ini?" Sharingan Fugaku menuntut jawaban. Bagaimanapun juga, buku dari keluarga Namikaze itu harusnya berada di tangan Minato. Amit-amit jika Fugaku memiliki ayah seorang maling.
"Well… Beberapa hari sebelum Orochimaru membunuhnya. Aku membantunya melakukan sesuatu." Madara melirik azure Sang Namikaze. Tersirat sedikit kesedihan disana. Saat Tsunade mati, Minato memang masih sangat muda.
"Tsunade memintaku membantunya memindahkan Kyuubi ke tubuhmu, Nak." Tangan kiri Madara menepuk pundak Minato, "Dia tahu, putra-mu lah Pewaris Namikaze yang sesungguhnya."
Iblis yang lain nampak takjub. Madara membaca tulisan rumit itu dengan mudah. Sharingannya tampak sesekali mencocokkan ingatannya dengan catatan milik Kaa-san dari Minato.
"Entah apa yang sebenarnya terjadi, yang jelas saat itu dia bilang 'Semalam Kyuubi menemuiku dan memintaku memindahkan kekuatannya ke tubuh putraku. Dia bilang, cucuku adalah pewaris Kyuubi yang sesungguhnya.' Hei, aku tidak menyangka bisa mengingat kalimat itu sekarang." Suara datar Madara terdengar girang (?)
"Jadi.. Saat itu Kyuubi sudah tahu bahwa bahaya akan mengancamnya? Kenapa dia tidak membantu Tsunade dan malah 'meninggalkannya'?" celetuk Itachi sembrono. Secara teori, apa yang dikatakan Itachi tidaklah salah.
"Apa mungkin Kyuubi mengkhianati 'tubuhnya' sendiri demi menyelamatkan dirinya?" kali ini Hidan yang berkomentar sembarangan.
Mereka pun mulai mendiskusikan kemungkinan yang terjadi. Topic menarik ini membuat mereka melupakan tujuan dari keberadaan mereka di perpustakaan ini. Shikamaru menghela nafas, mata malasnya melirik Madara yang juga sedang menghela.
'Sepertinya kau salah telah menceritakan tentang Tsunade pada mereka. Harusnya kau menceritakan tentang sosok Kyuubi yang berwujud manusia saja.' Batin Uchiha tertua membaca gerakan bibir Shikamaru.
"Kalian benar-benar tidak punya otak." Suara berat dari arah pintu perpustakaan menghentikan kegiatan diskusi yang sedang terjadi di dalam. Semua mata tertuju pada sosok topless berambut orange jabrik.
"Kau.." ucap beberapa sosok iblis lirih. Pemuda yang diyakini sebegai Kyuubi berjalan mendekati meja yang dikerubungi banyak iblis. Ruby tajamnya tertuju pada buku usang yang dipegang Madara.
"Satu hal yang harus aku akui.." seenak udel, Kyuubi melompat dan duduk di meja. Tangannya merebut buku di tangan Madara dan membuka halaman bergambar rubah dan sosok manusia.
" –kekuatanku tidak akan maksimal tanpa Naruto."
Ruby-nya beralih cepat ke Sharingan Itachi. ditatapnya tajam bola mata yang hampir senada dengan miliknya.
"Aku tidak meninggalkan wanita Tsu.. Tsuu.." kening Kyuubi berkerit. Matanya seolah mencari sesuatu yang bahkan ia tak tahu.
"Tsunade." Sambung Minato. Sungguh terlalu sosok ini melupakan nama bundanya.
"Nah.. Tsunade." Bibir Kyuu menyeringai seolah mengucapkan terima kasih kepada wadah sementaranya dulu, "Aku tidak meninggalkannya. Aku hanya tidak mau membahayakan Dunia Langit jika kemungkinan terburuk terjadi. Dan sepertinya tindakanku tepat.." helaan berat terdengar dari iblis bercelana coklat. Kakinya yang tak beralas bersila. Tangannya sesekali membolak-balik halaman buku usang namum matanya sama sekali tidak memerhatikan buku itu.
"Tsunade diserang pada saat ia terlelap. Saat yang bahkan tidak jelas, kita sedang hidup atau 'mati'…" Itachi menatap lekat wajah iblis yang tengah berbicara itu. Ia tidak menyangka, iblis legenda yang bayangan bentuknya terlihat menyeramkan seminggu lalu ternyata cukup manis juga.
" –aku tidak ingin Orochimaru memilikiku. Itu saja." Tegas Kyuubi pada akhirnya.
Suasana kembali hening. Beberapa memilih untuk sibuk dengan pikirannya sendiri, sementara Konan dan Pein lebih memilih untuk diam sambil meneruskan membaca buku di tangan.
Kyuubi menghela –lagi. Ia melompat turun dari meja, mendarat tepat di depan Itachi. Membuat lamunan Sang Raja buyar.
"Adikmu baik-baik saja. Dia hanya tidur." Gumam Kyuu tanpa suara. Ia tahu, Sharingan Itachi yang aktif menatapnya dapat dengan mudah menangkap kalimat itu.
Tangan kiri iblis rubah melempar asal buku usang milik Tsunade. Reflek, Itachi menangkapnya. Bibir sang rubah lagi-lagi menyeringai saat ia berjalan melewati Sang Raja. Langkah kaki Kyuubi menuju pintu perpustakaan. Ia berniat meninggalkan ruangan itu.
"Hei! Kau mau kemana rubah!" teriak Madara kesal. Ia merasa terhina dengan tindakan Kyuu yang datang dan pergi sesuka hati.
"Kembali ke tempat Naruto. Dia akan sangat khawatir saat ia bangun dan tidak mendapatiku berada di dekatnya." Ucap Kyuubi tenang dengan suara beratnya. dan segera beranjak meninggalkan ruang perpustakaan. Sepertinya ia datang kesini memang hanya untuk menjelaskan siapa sosok iblis topless –dirinya- yang banyak dipertanyakan.
"Apa yang dia katakan?" Tanya Fugaku sepeninggal Kyuubi dari ruangan besar itu. ia tahu Kyuubi mengatakan sesuatu. Sayangnya matanya tidak mendapat spot yang bagus untuk melihat gerakan bibir sang rubah.
"Dia bilang… Sasuke baik-baik saja." Sharingan Itachi masih tertuju pada buku di tangannya. Aura panas dari rubah api itu masih tertinggal di buku dan menjalar ke tangannya. Membuatnya merasa hangat.
"Bagaimana dia tahu?"
"Apa Sasuke-sama sudah bangun?"
"Mungkinkah dia me –"
"Akan kutanyakan padanya." Suara Itachi yang meninggi 1 oktaf di bagian akhir itu menghentikan pertanyaan saudara-saudaranya. Ia ingin dan harus tahu lebih banyak tentang iblis berambut orange itu.
.
.
"Sesuatu terjadi di perpustakaan." Gumam Gaara yang terbaring di ranjang ketiga. Membuat Kushina yang sedang memberikan obat kepada Hinata menghentikan aktifitasnya.
"Apa mereka menemukan sesuatu?" Tanya Mikoto tanang. Tangannya masih sibuk mengganti perban di kaki akamaru. Sesekali ia mengelap keringat di pelipis kanannya.
Kushina tertegun, 'Padahal Sasuke belum jelas keadaannya, tapi Mikoto bisa bersikap setenang itu. Sedangkan aku.. Aku malah bersikap egois dan merepotkan banyak orang saat Naruto –'
"Kau kenapa, Kushina?" suara Mikoto membuyarkan lamunan wanita bermata emerald itu.
"Hmm.. Tidak." Lengan Kushina kembali menyuapkan obat ke mulut Hinata. Gadis itu mendapatkan luka yang cukup serius saat melawan Kimimaro dan kelima teman Naruto, belum lagi serangan nyasar Sang Pangeran saat dirinya baru tiba di ruang utama.
"Hmm…Gaara. Bagaimana?" Mikoto mengulangi pertanyaannya. Gaara yang telah selesai 'melihat' aksi iblis berambut orange di perpustakaan pun langsung menghela nafas lega.
"Mikoto-sama. Iblis pendatang baru itu adalah jelmaan Kyuubi." ucapan ini sukses membuat penghuni ruang kesehatan dadakan itu berdecak kaget.
"Lalu, apa yang dilakukannya di perpustakaan?" Tanya Deidara yang sedari tadi diam. Ia menghentikan aksinya mengobati luka di tubuh Neji yang sedang terlelap.
"Dia bilang, Pangeran baik-baik saja." Lanjut Gaara santai. Kushina dan Deidara menghela nafas lega, sementara Mikoto berniat untuk beranjak dari ruangan.
Menyadari apa yang akan dilakukan Mikoto, Gaara pun mencegahnya. "Sebaiknya Mikoto-sama disini saja. Itachi-sama sedang mencoba berbicara dengannya."
"Tapi aku ingin melihat keadaan Sasuke.." rengek satu-satunya iblis berambut hitam di tempat itu. bagaimanapun juga, kabar baik yang baru saja didengar membuatnya ingin segera melihat putra kesayangannya.
"Kaa-san.. Jangan sampai iblis Kyuubi itu tidak mau bicara lagi." Tangan langsat Dei menepuk pundak mertuanya, mencoba menenangkan.
Mikoto diam.
'Benar juga.. Selama ini Kyuubi tidak mau bicara. Kalau sampai dia tidak mau bicara lagi…'
"Baiklah. Aku tetap disini.." gumamnya sedikit kecewa. Walau ada perasaan tidak rela di dadanya,Mikoto mencoba kembali fokus dengan akamaru yang terlihat sangat membutuhkannya.
'Dia.. Benar-benar bisa mengendalikan dirinya. aku harus banyak belajar darinya.' Batin iblis berambut merah panjang.
.
.
"Apa yang kau inginkan?" sebuah suara mengagetkan Itachi yang baru saja masuk ke kamar otouto-nya. Didapatinya sosok topless yang menjadi alasannya datang kesini sedang membelai sayang rambut Naruto yang sedang tidur di samping Sasuke. Tangan tan-nya masih menggenggam jemari pucat sang kekasih.
"Apa keadaan Naruto tidak baik?" Itachi duduk disamping iblis Kyuubi. onyx-nya terlihat panic saat menangkap bayangan Naruto yang tak sadarkan diri.
"Dia hanya tidur. Lelah menunggu, kurasa…" ruby Kyuubi beralih menatap Raja disampingnya. Sorot mata yang ia pancarkan sungguh sangat sulit untuk diartikan.
Itachi menghela nafas berat. Jemari pucatnya menyentil pelan dahi Sang Pangeran, seperti yang biasa ia lakukan dulu.
"Bangun Otouto! Kau merepotkan banyak orang." Perintah Itachi dengan nada datar namun lembut. Kali ini ia membuang gengsi yang dijunjung tinggi selama seminggu ini.
Itachi selalu bersikap tenang, seolah ia bisa mengatasi rasa khawatirannya dengan baik. Tapi melihat Kyuubi yang seperti itu…
"Kurasa aku tidak perlu menahannya lagi." Bisik Itachi kepada dirinya sendiri. Tangannya kini mengusap kening Sasuke lembut. Bibirnya tersenyum tipis menyadari betapa manisnya si Uchiha bungsu saat 'tidur'.
"Keluargamu memang diciptakan untuk memiliki poker face ya?" gumam Kyuubi, ruby bulatnya menatap wajah Itachi yang berbeda dari yang dilihatnya tadi. Terlihat begitu penuh dengan kasih sayang dan … kekhawatiran (?)
"Ck. Jangan bicara seolah kau tidak menyembunyikan ekspresimu saat di perpustakaan tadi." Balas Itachi. Bagaimanapun juga, di perpus tadi, Kyuubi terlihat begitu gahar dan cool. Hal itu sangat berbeda dengan yang didapatinya saat ini.
"Woaaaa… Kau mengancamku!" telunjuk kiri Kyuubi menunjuk-nunjuk hidung Itachi dengan sangat tidak sopan. Ia berspekulasi bahwa Itachi akan berkoar-koar dan menyebarkan keapada semua orang bahwa dirinya sebenarnya adalah sosok penyayang.
"Ck. Jangan bicara yang tidak-tidak!" tangan Sang Raja menyingkirkan telunjuk si rubah dengan paksa, "Lagipula aku kesini bukan untuk alasan itu …"
"Hmm.." gumam Kyuu menanggapi kalimat sulung Uchiha yang masih menggantung. Telapak kirinya beralih ke dada Sasuke. Memejamkan mata, bibir Kyuubi tersenyum tipis. Walau tidak mengerti apa yang dilakukan si topless, Itachi tetap mengamati gerak-geriknya.
"Percaya padaku. Dia akan baik-baik saja." Kyuu berbalik dan memberikan cengiran rubahnya kepada Itachi. Membuat jantung pemuda berkeriput halus itu berdetak tidak normal selama beberapa saat.
Hening…
Keheningan ini membuat Sang Iblis Legenda mengubah mimic wajahnya. Ia mengerutkan dahi saat mendapati mata Itachi belum juga berkedip sejak 10 detik yang lalu.
"Hei keriput?" suara Kyuu yang meninggi membuyarkan lamunan Itachi yang segera memasang kembali poker face miliknya.
"Hn. Bagaimana kau tahu?" gumam Itachi dengan nada datar. Diam-diam ia menghela nafas lega kerena pemuda berambut orange di hadapannya tidak menanyakan hal yang aneh-aneh.
"Sebenarnya.." Kyuubi menggantung kalimatnya. Ia sedikit tidak yakin dengan apa yang akan dia katakan.
"Sebenarnya?" Itachi membeo. Dirangkulnya sembarangan pundak topless si iblis rubah, "Beri tahu aku apa yang sebenarnya terjadi. Please…"
Kyuu menghela nafas. Raja Night Kingdom ini benar-benar ingin tahu apa yang terjadi. Bahkan demi memuluskan niatnya, Itachi rela bersikap aneh seperti sekarang.
"Sebenarnya –"
.
.
FlashBack
"Ggghhhh… Sial!" gerutu sosok orange yang mulai terlihat jelas itu. Ia menautkan alisnya sebal. Tubuh Naruto menolak energy yang ia berikan. Bocah itu benar-benar ingin menyusul kekasihnya.
"Kau bodoh! Kau menyianyiakan usaha si ayam itu." gumam sosok bertaring tajam yang tidak memakai busana itu (?) tubuhnya terlihat melemah, aura merah disekelilingnya perlahan pudar.
Berada di dunia luar tanpa 'wadah' membuat Kyuubi kehilangan kekuatannya. Tubuhnya pun roboh menimpa tubuh Naruto.
'Dia.. Tidak boleh mati…' Sebuah tangan terulur keluar dari gumpalan api merah yang memudar. Satu jemarinya mencoba meraih apapun yang bisa diraihnya. Kilatan ruby tajamnya menyiratkan tekat yang teramat sangat. Dia harus menyelamatkan Naruto.
"Dapat!" pekiknya saat jemarinya meraih tangan Naruto. Tidak ada waktu lagi. Ia harus mentransfer energinya segera. Ia menggenggam erat tangan lemah itu. Dipaksakannya kekuatan miliknya agar bisa masuk ke tubuh Naruto. Ia tidak peduli walau lengan Naruto mencoba melepaskan genggamannya. Yang ia inginkan hanyalah agar Naruto selamat.
'degh… degh… degh…'
"Dia belum mati." Kyuubi berfikir cepat. Jantung Naruto cukup baik. Memang terjadi kebocoran disana. Kebocoran yang sebenarnya bisa disembuhkan dengan menutup bagian yang bocor saja.
Kyuubi mencoba menyalurkan kekuatannya ke jantung Naruto yang bocor. Kyuubi mencoba mencari cara agar Naruto tak lagi menolaknya.
Apa..?
Apa yang harus si Iblis Rubah lakukan agar wadahnya itu mau menerima kekuatannya?
'Benar… Naruto percaya padaku.' Gumamnya dalam hati. Ia tidak memedulikan fakta bahwa Naruto bisa mendengar pikirannya.
"Dengar bocah. Pacarmu baik-baik saja! Berhenti menolakku atau kau akan mati dan membuatnya menyesal saat ia terbangun nanti!" gumam sosok berselimut api merah kepada Namikaze muda. Naruto harus tetap hidup. Hanya itulah satu-satunya hal yang ia pikirkan saat ini.
'K –kau bohong..' rengek Naruto dalam hati. Ia tahu, Om Kyuu bisa mendengarnya.
'Apa aku pernah berbohong padamu?'
Naruto diam. Sosok yang bersemayam di tubuhnya sejak 17 tahun yang lalu itu tidak pernah berbohong padanya.
Tapi untuk saat ini…
'Apa keadaan Teme yang seperti itu, masih bisa dianggap baik-baik saja?' bibir Naruto tersenyum miris. Dia merasa sangat putus asa.
Naruto tak lagi mencoba menolak kekuatan Kyuubi. Dia terlalu lelah untuk itu. Yang dapat dilakukannya hanya menitikkan tetesan embun dari kedua sapphirenya.
"Bagus!" tangan Kyuubi menyalurkan kekuatannya. Ia berkonstrasi dengan lubang-lubang bocor di jantung. Naruto. Hanya itu yang perlu dia lakukan. Setelahnya, Naruto akan menyembuhkan dirinya sendiri…
Aura merah itu terus saja mengalir melalui pembuluh kapiler di jemari tan Namikaze. Menyusur melalui vena, kemudian menuju jantung. Perlahan namun pasti, jantung Naruto kembali ke bentuk semula. Walau tidak dalam keadaan sempurna, setidaknya saat ini jantung Naruto dapat bekerja sebagaimana mestinya.
"Ghhh.." pemuda bermata sapphire itu kehilangan kesadarannya. Fisik dan mentalnya yang lelah membuatnya tak lagi mampu memertahankan sorot redup miliknya.
Kyuubi menyeringai tipis. Ia tahu iblis muda itu akan baik-baik saja. Kini ruby-nya beralih ke tubuh Sasuke.
'Dia..' pendengaran rubah yang dimilikinya membuat iblis yang sosoknya mulai terlihat sebagai sosok manusia itu menangkap degup lemah dari tubuh bungsu Uchiha.
Satu yang ada di pikirannya saat ini adalah… 'Aku tidak mau Naruto menangis saat dia bangun nanti.'
Perlahan, tangan berkuku tajam Kyuubi mencoba meraih apapun dari tubuh Sasuke yang bisa diraihnya. Dia harus memberi Sasuke sedikit kekuatan untuk mengisi tubuhnya yang benar-benar kososng sebelum jantung berharga itu berhenti berdetak.
'Dapat!' Kuku panjang Kyuu menyentuh pinggang Sang Pangeran. Tergesa, ditusukkannya kuku itu asal. Jelmaan rubah api berekor Sembilan berusaha keras memindahkan kekuatannya ke tubuh Sasuke. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi padanya nanti. Tohh keberhasilan dari tindakannya ini hanya sekitar 5% saja.
'Ayolah bocah.. Jangan membuatku kesal!' batin Kyuu. Tubuh Sasuke yang seluruhnya bertolak belakang dengan dirinya membuat Kyuu kesal. Kekuatan yang sejak tadi disalurkannya tidak bisa masuk ke tubuh Uchiha bungsu dengan lancar, padahal Kyuubi sudah menusukkan kekuatan itu langusng ke pembuluh darah Pangeran.
Sedikit…
Hanya sedikit kekuatan yang mampu disalurkan Kyuubi ke tubuh Sang Pangeran. Entah karena kekatan rubah berekor Sembilan yang berbanding terbalik dengan kekuatan Uchiha, atau memang kekuatan Kyuu yang tidak cukup.
Entahlah…
Hal terakhir yang diingat Kyuubi adalah Itachi yang berlari kearahnya, diikuti oleh beberapa iblis lainnya.
End of FlashBack
.
.
"Jadi kau membantu Otouto?"
"Entahlah… Yang jelas aku bisa merasakan sedikit kekuatanku disana." Ruby Kyuu melirik wajah Sasuke singkat. Jujur, dia heran kenapa Uchiha Terpilih itu sangat suka tidur. Dalam keadaan Normal, seharusnya dia bangun sejak tiga hari yang lalu, seperti dia dan Naruto yang hanya membutuhkan waktu 2 hari untuk 'tidur'. Yahh.. kejadian yang mereka alami memang tidak bisa dibilang 'normal' sih.
"Hn. Kenapa tidak kau bantu lagi dengan kekuatanmu?" onyx Itachi berbinar. Dia merasa telah menemukan sebuah ide brilliant yang seharusnya sudah terpikirkan oleh iblis didepannya sejak lama.
"Jujur.." Kyuu menatap lekat onyx Sang Raja. Ruby itu menyiratkan sedikit keraguan.
" –aku kehilangan kekuatanku."
'deghh'
Itachi tertegun. Matanya bergetar tak percaya. Iblis didepannya mengatakan hal semengerikan itu dengan cengiran rubah kebanggaannya.
'Benarkah itu? Kyuubi Sang Iblis Legenda yang memiliki kekuatan sangat besar itu..? Tidak mungkin!'
"Yaa.. Sekarang aku tidak jauh berbeda dengan Kushina. Mungkin, Sasuke juga akan seperti aku." Gumam Kyuu seakan membaca pikiran Itachi.
Ruby itu kembali menatap sosok tan yang tengah berbaring. "Dan dia… Kembali menjadi manusia. Benar-benar manusia yang tidak memiliki kekuatan apapun."
Reflek. Itachi berdiri. Onyxnya menatap nanar sosok manusia si rubah, kemudian beralih ke Naruto.
'Tidak mungkin… Naruto..'
"Ghhh.." sebuah suara menarik perhatian kedua pemuda yang telihat seumuran itu. Suara itu berasal dari..
" –Otouto!" pekik Itachi cukup keras. Ia langsung menghampiri sosok lemah yang mulai membuka matanya itu. Dipegangnya pundak Sasuke cukup erat.
Perlahan, Pangeran membuka matanya. Sosok yang pertama kali dilihatnya adalah Sang Aniki. Ia tidak berkata apapun, yang dilakukannya hanyalah mengerjap-ngerjapkan matanya yang tidak terbuka selama seminggu ini.
"Akan kukatakan pada mereka kalau dia sudah bangun.." gumam Kyuu mendapat balasan anggukan dari Itachi. Jujur, ia tidak ingin menjadi obat nyamuk disini. Apalagi Naruto sedang tidur. Sudah dapat dipastikan bahwa Kyuu-lah satu-satunya yang akan diabaikan dalam acara Temu Kangen with Sasuke. Poor Kyuu…
Lengan alabaster Sasuke terangkat. Dipegangnya pelipis kirinya. matanya terasa sakit. Ia belum dapat melihat dengan jelas.
"Aniki.." gumam Sasuke saat siluet didepannya memeluk tubuhnya erat. Ia dapat merasakan kerinduan dari pelukan anikinya.
"Apa yang k –"
"Naruto!" pekik Sasuke memotong kalimatnya sendiri. Reflek, ia mendorong paksa baka aniki-nya dan langsung mencoba untuk bangun.
Itachi pun melepaskan otouto-nya. Dibiarkannya iblis 17 tahun itu duduk dan menyibakkan selimutnya sembarang. Sasuke segera beranjak, mencoba turun dari tempat tidurnya.
"Khh.. Dimana Na –"
"Sssttt…" jemari pucat Itachi menggenggam pergelangan Sang Pangeran. Matanya mengisyaratkan agar Sasuke diam dan mengikuti arah pandangnya.
Pangeran pun mengikuti arah pandang Sulung Uchiha. Bibirnya tersenyum tipis ketika onyx-nya menangkap tubuh kekasihnya sedang berbaring tenang dengan nafas yang teratur.
'Naruto masih hidup..' batinnya lega. Ia pun mengurungkan niatnya pergi meninggalkan ranjang nyaman miliknya. Sang aniki membantunya kembali duduk dan menyelimuti tubuh Sasuke sebatas pinggang.
"Selama kau tidur. Dia yang selalu menjagamu." Ucap Itachi pelan. Matanya tak lepas dari tubuh tan berbalut kaos hitam dan celana orange di samping Sasuke.
"Apa dia baik?" jemari pemuda berambut pantat ayam itu memainkan surai emas kekasihnya, perlahan. Ia tidak mau membangunkan pemuda manis yang telah merebut hatinya itu.
"Yahh.. bisa dibilang begitu. Masalahnya, dia tidak mau makan selama menungguimu seminggu ini."
"Hn?" Sasuke memelototkan matanya. Naruto tidak makan selama seminggu dan baka aniki-nya masih bisa mengatakan bahwa Naruto baik-baik saja. What the –
"Dei memberinya cairan Nutrisi saat dia tidur." Ralat Itachi. dia tidak mau mendapat amukan dari sang otouto gara-gara tidak memberi Naruto makan selama seminggu. Mendengar penjelasan dari Sang Raja. Sasuke menghela nafas lega.
Suasana kembali hening. Sasuke sibuk memandangi raut tenang Naruto sambil sesekali mengecup wajahnya lembut. Sedangkan Itachi sibuk menggerutu gara-gara otouto kesayangannya seakan tak menganggap dirinya ada di tempat ini.
"Sasuke!" pekik suara yang berasal dari pintu kamar Sasuke. Onyx Itachi melihat ayahnya berjalan tergesa mendekatinya. Dibelakangnya ada sang kaa-san tercinta, juga kakeknya. Pasangan MinaKushi pun ada.
"Bagaimana keadaanmu?" tangan Fugaku menggrepe tubuh anaknya. Mencoba mencari bagian mana yang sakit. Hal yang sama seperti yang dilakukannya saat Sasuke terjatuh dari menara ketika belajar terbang.
Itachi menghela nafas. Jelas-jelas tubuh Sasuke penuh perban. Bisa-bisanya sang ayah masih menanyakan 'bagian mana yang sakit'.
"Ssstt.. Naruto sedang tidur." Gumam Sasuke tanpa memedulikan keberadaan orang-orang yang mengkhawatirkannya. Seakan Naruto adalah dunianya saat ini.
Minato terkejut mendengar ucapan calon mantunya. Bahkan pada saat seperti ini Sasuke masih mementingkan putranya. Sasuke masih setia menjaga Naruto.
Perlahan. Minato berjalan mendekati pemuda yang sudah dua kali membawa kabur putranya itu. Tangan langsatnya terjulur, kemudian menyentuh kepala Sasuke. Dengan hati-hati, diacaknya rambut raven-midnight blue Sang Pangeran.
Hal ini sukses mengalihkan pandangan Sasuke. Onyx itu kini menatap azure Minato. Seolah menuntut penjelasan dari tindakan calon mertuanya.
"Terima kasih." Gumam Minato tersenyum tulus. Sasuke mengangkuk pelan. Matanya masih tertuju lurus pada azure Minato, sampai akhirnya dia menyadari ada banyak sekali iblis di ruangan ini. Para iblis yang menatapnya dengan sorot mata lega. Sai-pun ada disana. Senyum palsu tak lagi terukir di bibir eksotisnya. Senyum itu digantikan dengan senyum tulus.
"Kalian.." bisik Sasuke tanpa mengharapkan jawaban. Ditatapnya satu per satu iblis yang ada disana. Kiba menggendong akamaru yang masih tertidur, Hinata mendapat bantuan dari Shino untuk berjalan, Deidara tersenyum lebar menggendong Hideo yang menjulurkan tangannya kepada Sang Paman Ganteng –Sasuke-. Bahkan Gaara dan Neji yang masih terlihat kepayahan memaksakan diri untuk menengok Sasuke.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku." Ucap Sasuke cukup jelas. Bibirnya menyunggingkan senyum tulus yang terlihat begitu manis.
"Hahaahahhah… Aku tidak menyangka Otouto-ku bisa berkata manis seperti itu." tawa Itachi mendapat hadiah jitakan penuh kasih dari istrinya. Sedangkan iblis lain terkikik geli melihatnya, termasuk Sasuke.
"Tou-san. Boleh aku meminta sesuatu?" Fugaku hampir meng-iya kan permintaan bungsunya. Tapi saat onyx-nya menyadari tatapan Sasuke yang tertuju pada rivalnya, ia pun mengurungkan niat.
"Katakan saja." Gumam Tetua Namikaze.
"Dan aku juga meminta bantuan kalian semua.." Mata Sasuke menatap semua satu per satu. Tatapannya menyiratkan sesuatu yang sulit ditebak. Walau begitu, mereka menyanggupi permintaan Sang Pangeran tanpa protes sedikitpun.
"Sasuke.. Ada satu kondisi yang harus kau ketahui." Gumam Kyuu dari ujung pintu. Lengannya terlipat di depan dada, matanya terpejam namum terkesan tajam.
"Hn?"
"Naruto.. Untuk saat ini, dia adalah 'manusia biasa'. Kau tahu maksudku kan?" Sesaat, putra bungsu dari pasangan Mikoto dan Fugaku itu tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
Sasuke menghela nafas, "Apa keadaanku juga sama sepertinya?"
Semua terdiam. Pada kenyataannya memang tidak ada yang mengetahui keadaan pangeran saat ini.
"Kurasa kau tetap seorang iblis. Kau tidak memiliki darah manusia di dalam tubuhmu. Bagaimana menurutmu, Shikamaru?" gumam sebuah suara tegas yang tiba-tiba muncul di ruangan itu. Perlahan, tampak sebuah sosok berambut pantat ayam panjang di samping Sasuke.
Merasa namanya dipanggil, Shikamaru yang sedang bersandar ria di tembok kamar pangeran pun menegakkan tubuhnya. "Aku setuju. Masalahnya adalah, seberapa besar kekuatan Sasuke saat ini."
Sasuke ber-hn ria. Ia memejamkan matanya, kemudian membukanya perlahan. Memunculkan sebuah baju putih yang terlipat rapi di tangan kanannya.
Ditaruhnya baju itu di samping tubuh kekasihnya yang masih terlelap. Matanya kembali teralih pada iblis yang ada di depannya.
"Kita lanjutkan yang tadi." Gumam Sang Pangeran singkat. Ia merasa tidak peduli pada kekuatannya saat ini. Toh ia masih bisa memunculkan baju untuk dipakai.
"Sai. aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Dan kau harus mau." semua mata tertuju pada sosok yang sedari tadi diam di pojok ruangan itu. Hei! Bahkan Itachi tidak sadar kalau sepupu jauuhhhh-nya itu ada di kamar.
.
.
.
Sosok berambut pirang yang tertidur di kasur king-size Sasuke mulai mengeliat tidak nyaman. Kelihatannya dia sudah terlalu lama tidur. Langit mendung di luar sana terlihat semakin gelap. Itu artinya, sekarang adalah malam di Dunia Langit.
"Ughh!" lenguh sosok itu. lengannya terasa sedikit nyeri. Naruto menggerutu sebal. Ia tahu, Dei-nii pasti menyuntikkan cairan aneh lagi ke dalam tubuhnya.
"Sudah bangun, Bocah?" Tanya sebuah suara yang sangat dikenal Naruto. satu hal yang menjadi pertanyaan saat ini adalah, kenapa suara itu begitu terdengar sangat tidak sa –
"Cepat bangun dan pakai bajumu!" perintah Kyuubi sesaat sebelum melempar sebuah setelan putih ke wajah Naruto, Membuat bocah itu berdecak sebal.
'Tunggu! Ada yang aneh di tempat ini.' Batin putra Namikaze. Sapphire kembarnya menelusur tiap inchi ruangan yang ditempatinya. Matanya membulat saat ia menyadari bahwa Sasuke tidak ada di kamar itu.
"Om.. Dimana Teme?" Tanya Naruto panic. Matanya menuntut penjelasan dari iblis berambut orange yang berdiri angkuh di hadapannya.
Kyuubi diam. Begitu pula dengan Naruto. Sapphire Pewaris Namikaze mencoba mencari jawaban dari ruby Sang Rubah. Pikirannya mencoba menyelami pikiran Kyuubi.
Nihil. Tidak ada yang Naruto dapatkan. Om kesayangannya sama sekali tidak memikirkan apapun. Ada apa sebenarnya..?
"Pakailah bajumu, Bocah. Si ayam itu sudah pergi duluan." Gumam Kyuubi akhirnya. Kalau boleh jujur, Kyuubi sudah bosan menunggu Naruto bangun.
"Benarkah? Apa Teme menungguku?"
"Tentu saja." Sebuah jawaban singkat yang mendapat balasan mata berbinar dari si pemilik sapphire.
Naruto bergegas mengenakan baju khas kerajaan berwarna putih yang diberikan Kyuu padanya. Baju putih dengan aksen emas, lengkap dengan lambang kipas kertas merah-putih di punggungnya. Sama persis dengan baju yang dikenakannya saat makan malam pertama dengan keluarga Uchiha.
Kyuubi menghela nafas saat mendengar pikiran-pikiran Naruto. Bocah itu bersenandung riang gembira ala Namikaze Naruto dengan lirik 'Teme sudah bangun.. Kekasihku sudah bangun.. Dia menungguku.. Teme-kuuuu…'
"Aku siap Om." Pekik Naruto ceria. Cengiran rubah terukir manis di bibirnya.
Kyuubi yang masih setia dengan celana coklatnya hanya ber-hn ria sambil memberikan isyarat kepada Naruto untuk mengikutinya. Naruto mengeryitkan dahi. Tidak biasanya iblis bermata ruby itu pelit bicara.
"Kita mau kemana Om?" Tanya Naruto polos. Ia masih belum kepikiran dengan apa yang terjadi.
"Ikuti saja. Jangan banyak Tanya." Balas Kyuu singkat.
Naruto benar-benar tidak tahu mereka akan pergi kemana. Yang jelas, sekarang Om Kyuu menuntunnya berjalan meninggalkan Istana Night Kingdom. Mereka berjalan menuju taman belakang.
"Waahhh.. Ada pesta ya? Lampunya banyak sekali…" pekik Namikaze muda saat menyadari ada begitu banyak lampu di taman belakang Night Kingdom. Lampu-lampu tertata rapi membentuk sebuah jalan yang menuntunnya menuju ke sebuah tempat yang sepertinya pernah dilihat Naruto.
Rubah Api tidak merespon. Ia tetap berjalan di depan Naruto. Mereka berjalan lurus menuju ke sebuah Altar megah berwarna putih gading.
"Sa –Sasuke.." Naruto berhenti. Dilihatnya sang kekasih berdiri di depan Altar menggunakan pakaian kerajaan berwarna hitam pekat beraksen emas rumit, lengkap dengan jubah kebesaran pangeran. Jangan lupakan tentang sepasang sayap kokoh yang menempel di punggung Sasuke.
Sapphire Naruto menangkap sosok Sai berdiri di samping kiri kekasihnya. Ia menggunakan baju hitam rapi. Mereka berdua menghadap Altar megah. Itachi berdiri disana. Berdiri berhadapan dengan Sasuke dan Sai.
Tubuhn Naruto bergetar. Digigitnya bibir bawah hingga hampir berdarah. Matanya bergetar seoalah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Naruto tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Namum ia dapat merasakan nyeri di ulu hatinya.
Apakah ini yang Sasuke inginkan?
Membuat Naruto melihat pernikahannya dengan Sai?
"Kenapa..?" tanya Naruto kepada dirinya sendiri. Sakit. Hatinya benar-benar sakit. Bisa-bisanya Sasuke melakukan hal ini padanya.
Sapphire itu tak dapat lagi membendung gula-gula Kristal di mata Sang Namikaze. Kaki Naruto mulai melangkah lagi. Menyusul Om Kyuu yang sedari tadi tidak memedulikan dirinya yang berhenti melangkah.
"Kenapa harus seperti ini.." kedua tangan Naruto mengepal erat. Sangat erat hingga buku-buku jarinya memutih. Langkahnya semakin cepat.. Semakin cepat.. Semakin cepat lagi hingga kini Naruto memutuskan untuk berlari.
"Saaaa –Suuu –Keeeee!"
'Buaagghhhh!'
Lagi… Sasuke mendapatkan pukulan dari orang yang sama, di tempat yang sama, dengan alasan yang sama.
"Brengsek!" Naruto menduduki perut seseorang yang sangat dicintainya itu.
'bughh.'
"Kau pikir kau siapa, Hahh?" butiran-butiran Kristal mulai menuruni pipi Naruto. Menetes sembarang hingga akhirnya mendarat di wajah Uchiha bungsu.
'bughh.. buaghhh!'
"Brengsek! Sasuke bodoh! Teme jelek!"
'bughh!'
"Teme Sialan!"
Naruto meluapkan emosinya. Pukulan-pukulannya terasa begitu lemah di wajah Sasuke. Cacian-caciannya bagaikan music pengiring pernikahan di telinga bungsu Uchiha.
"Kalau hanya ini yang ingin kau tunjukkan padaku, kenapa kau harus membahayakan hidupmu demi aku segala…" Suara Naruto melemah. Tangannya tak lagi memukul. Ia hanya memegangi kerah Sasuke sambil menundukkan kepala.
"Aku.. Tidak mengerti. Kau benar-benar ingin membunuhku dengan tanganmu sendiri ya…" gumam Naruto ngawur. Ia tidak memedulikan tatapan tajam para iblis yang berada di sana. Ia juga mengacuhkan Sai yang mundur tiga langkah menjauhinya.
"Selamat. Kau sudah berhasil.." bibir Naruto tersenyum miris. Sungguh. Dia sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Sasuke.
Ia memberanikan diri menatap onyx Sasuke. Sayang sekali, yang didapatinya hanyalah poker face dan tatapan dingin. Lagi… Naruto tersenyum miris.
'Kenapa… Sakit…' gumamnya dalam hati. Iblis berambut pirang itu melepaskan tangan tan-nya dari kerah Sasuke. Ia beranjak dari duduknya dan mulai memandang sekeliling.
'Bahkan Tou-san dan Kaa-san ada disini..' bibir Naruto tak henti-hentinya menyunggingkan senyum miris. Hatinya benar-benar sakit. Jika saja jantungnya berhenti berdetak, mungkin semuanya akan lebih baik.
Naruto mulai melangkahkan kakinya menjauhi Altar sialan itu. Dia tidak mau berlama-lama disini hanya untukmenghancurkan perasaannya sendiri.
'grepp'
Sebuah tangan pucat mencekal pergelangan tangannya, membuatnya tidak bisa bergerak.
"Uchiha Sasuke. Apa kau bersedia menerima Namikaze Naruto dalam keadaan…"
'Tunggu! Apa-apaan ini?' Naruto membalikkan badannya, menghadap Altar megah putih gading. Tubuhnya bergetar saat menyadari upacara pernikahan baru saja dimulai. Dan mempelai yang berada di depan Altar saat ini adalah Sasuke dan –dirinya!
"Aku bersedia." Gumam Sasuke tegas. Tangan kirinya masih menggenggam erat pergelangan Naruto. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis usai mengucapkan ikrarnya.
"Dan kau, Namikaze Naruto. apa kau menerima Uchiha Sasuke sebagaimana ia menerima dirimu dalam …"
Sapphire Naruto menatap nanar pria raven berkuncir di hadapannya. Ia masih belum percaya bahwa pria itu sedang berbicara kepada dirinya.
" –Namikaze Naruto, apa kau bersedia?" Tanya Itachi sekali lagi, sukses membuyarkan pertanyaan bodoh Naruto kepada dirinya sendiri.
Sasuke berdecak kesal. Membuat mata Naruto teralih padanya. Mata yang masih menyiratkan kebingungan itu kemudian beralih kepada para iblis yang menyaksikan prosesi pernikahan itu. Mereka semua tersenyum.
Terakhir, sapphire kembar itu menatap Sai. Iblis yang biasanya tersenyum palsu itu menyunggingkan senyum tulusnya, kemudian mengangguk ke arah Naruto, menyadarkan pemuda Namikaze bahwa ada sebuah pertanyaan yang harus segera dijawabnya.
Naruto kembali menghadap Itachi. Ia melirik Sasuke singkat, kemudian tersenyum sebelum akhirnya mengatakan
"Ya. Aku bersedia."
Nelaan nafas lega dan tepuk tangan terdengar mengiringi berakhirnya ikrar mereka berdua.
"Baiklah.. Sekarang saatnya kau mencium istrimu, Otouto." Gumam Itachi singkat. Ia tahu apa yang akan terjadi. Otouto tercintanya pasti akan mencium ipar manisnya dengan sangat ganas.
"Dobe. karena sekarang kau adalah manusia biasa, berciuman denganku.. mungkin akan terasa sakit." tangan pucat Sasuke memegang kedua pipi Naruto. membuat si empunya pipi bersemu merah. Menyadari apa yang akan terjadi, Naruto mengangguk pelan. Tidak apa-apa jika tubuhnya harus sakit. Yang terpenting adalah fakta bahwa saat ini, dirinya dan Sasuke saling memiliki.
Sasuke mulai mengeliminasi jarak. Ia memejamkan mata, menempelkan bibirnya dengan bibir tipis Naruto yang hangat.
-chuuu-
Bibir tipis Naruto menyambut ciuman lembut dari kekasihnya. Matanya terpejam, menghayati setiap detik sentuhan demi sentuhan lembut itu.
"Mmhhh.." Dahi Sang Namikaze mengeryit. Benar kata Sasuke, tubuhnya terasa agak panas dan nyeri di bagian dada.
Sasuke memperdalam ciumannya. Mengabsen gigi putih Naruto yang berjajar rapi. Sang Pangeran hendak mengajak lidah istri-nya menari saat …
"Ehem.. bukan maksudku mengganggu kalian. Tapi …" gumam Sebuah suara menghentikan aksi Sang Pangeran. Empat sudut siku-siku berwarna merah muncul di jidat Sasuke. Menandakan betapa kesalnya Sasuke.
Meski kesal, akhirnya si bungsu Uchiha menghentikan ciumannya juga. Dipelototinya si pengganggu yang ternyata adalah ayahnya sendiri itu.
"Hn?" Tanya Sasuke ketus.
"Anu .. Sayap di punggungmu luntur tuh!" seru Fugaku dengan memberi penekanan pada kata 'luntur'.
Damn! Bisa-bisanya sang ayah mengganggu aksi kerennya hanya karena sayapnya luntur. Tunggu! Sayap Sasuke luntur! L –U –N –T –U –R!
"Sai! Kau ini bagaimana sih? Baju Naruto jadi berwarna hitam kan.." Fugaku mencak-mencak. Dipelototinya sepupu jauh Uchiha yang menjadi tersangka utama insiden ini. Yahh.. Seandainya saja Sai 'melukis' sayap Sasuke dengan tinta yang lebih baik, insiden ini pasti tidak akan pernah terjadi.
"Ma –maaf paman. Itu pasti karena Naruto menindih Sasuke tadi. Sayapnya jadi begitu deh.."
"Haissshhhh! Kacau! Kacau semua! Acara pernikahan Putra Mahkota Night Kingdom jadi kacau gara-gara tintamu!"
"T –tou-san.." Deidara mencoba menghentikan ayah mertuanya. Satu-satunya tersangka yang mengacaukan acara pernikahan ini adalah Uchiha Fugaku. The one and the only one.. Biang ribut yang sangat heboh.
"Haaahhh… Bagaimana ini? Bagaimanaaaaaaaa…..?" Fugaku semakin lebay. Iblis lain yang berada di tempat itu hanya ber-sweat drop ria. Entah apa yang terjadi pada masa lalu.. Yang jelas, orang aneh satu ini pernah menjadi raja mereka. Seandainya saja mereka menyadari ke-tidak waras-an Fugaku lebih cepat, mereka pasti tidak akan mau dipimpin olehnya.
"Dobe.." Sasuke mengulurkan tangannya. Menarik lembut tangan pasangan hidupnya. Menuntunnya diam-diam keluar dari keributan yang terjadi di taman belakang istana.
"Kita mau kemana?" Tanya Naruto. ia masih sesekali menoleh ke belakang, melirik keributan tak bermakna yang tiba-tiba saja terjadi di acara pernikahannya.
"Kemana saja. Asal jauh dari orang-orang itu.." bisik Sasuke sambil mencium lembut pipi iblis yang kini bernama Uchiha Naruto.
'blushhh'
Sontak pipi berhiaskan tiga garis halus milik pewaris Namikaze memerah. Jika boleh jujur, saat ini Naruto merasakan sedikit firasat buruk.
"Cepatlah Dobe.. Aku sudah tidak sabar." Naruto berhenti melangkah. Ia memiringkan kepalanya. Sebuah sinyal yang dapat diartikan bahwa iblis bermata sapphire sedang bingung.
'Apanya yang tidak sabar, sih? kenapa wajah Teme merah begitu…'
"Kau lama." Gumam Sasuke singkat. Lengan kekarnya langsung mencekal tubuh iblis berambut blonde, kemudian menggendongnya ala bridal style. Aksi ini sukses membuat pipi Naruto kembali memerah.
"T –Teme.." Sasuke membalas panggilan istrinya dengan sebuah senyum yang terlihat mengerikan.
Jantung Naruto berdebar kencang. Wajahnya semakin memerah saat melihat wajah suaminya. Bibir Sasuke tersenyum aneh, onyx kembarnya memancarkan sorot yang sulit diartikan oleh Naruto.
"Sudah sampai.." gumam Sasuke singkat menghentikan lamunan Naruto. Diturunkannya tubuh si pemuda rubah di ranjang nyaman miliknya.
"Kau manis sekali Dobe.." Sasuke menindih tubuh tan Naruto. Jemari pucat Uchiha bungsu menelusur wajah manis iblis yang baru saja resmi menjadi pasangan sehidup-sematinya.
"T –teme.. apa yang kau lakukan?"
"Ayolah Dobe.. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi.."
"Hen –emphhh… Temmphhh.."
"Akhhh… Lepaskah umhhhh…"
"Kau manis sekali, Uchiha Narutoo.. Membuatku bergairah.. Singkirkan tanganmu.. mereka menghalangi pandanganku."
"Sasuke… umhh hentikhaaannnhh.."
"Ini belum apa-apa Manis.. Aku baru akan memulainyaa.. –ughh!"
"Aaaaaaghhhhhh! Sssaaaaaaaahhsuuuuuuuuuu.. –kkeeeeeeeeeeeehhhhhh!"
.
.
END
.
.
Omake
"Hei keriput! Kenapa sayap Sasuke luntur?"
"Ohh.. Itu karena kekuatannya tidak cukup untuk mengembangkan sayapnya sendiri. Alhasil, dia meminta Sai untuk membuat sayap fake."
"Hm..Lalu dimana manusia-manusia sialan itu?"
"Kami 'menaruh' mereka di rumah sakit di dunia manusia. Biarkan para makhluk aneh bernama dokter itu saja yang mengurusnya."
"Tch.. Naruto akan mengamuk kalau dia mengetahui hal ini."
"Biarkan saja. Toh karena kami menaruh mereka di dunia manusia, kami jadi bisa meminjam beberapa peralatan medis dan obat-obatan dari sana. Hahahahhh!"
"Aggghhh! Sial!"
"Kyuu.. Kau kenapa?"
"Adikmu benar-benar brengsek!"
"Hahh? Sasuke kenapa? Apa yang terjadi? Kyuu.. kepalamu sakit? Apa kau perlu obat?"
"Sasuke brengseeeeeekkk! Aku bisa mendengarnya! Dasar ayam sialan! Hentikan! !"
Dan itulah penderitaan Kyuubi selama semalam ini. Dia yang masih 'berhubungan pikiran' dengan Naruto sangat tersiksa dengan apa yang dilakukan Uchiha termuda. Poor Kyuu…
.
.
Haahhhh….
Maaf banget lamaaaaaaa (-/|\-)
Bukan maksud Kyuu gimana-gimana, Kyuu Cuma nyoba konsen dengan UAS. Dan setelahnya, Kyuu malah disibukkan dengan Kaa-san yang minta bantuan Kyuu buat ngetik ini-itu, nyari info ini-itu untuk menyusun proposal bantuan dana PAUD. Yahh.. karena Kyuu anak yang baik (kaya Om Tobi). Kyuu-terpaksa- ngebantu deh -_-
Semoga ending ini gak geje :D
Pas bikin scene pernikahan gak jelas itu, jujur Kyuu sempet macet 2 hari.
Rasanya sayaaanggg banget namatin NK ini.
Tapi kalo gak ditamatin.. Kyuu juga bakal dihujam ranjau sama para readers :p
Ok lah. Sekarang Kyuu bisa konsen sama There's No Regret in My Life :D
Kyuu udah nemuin ending buat cerita itu. dan semoga Kyuu gak dibunuh karenanya -_-
.
Ok. Saatnya bales review :D
.
.brother: Yupp…
terima kasih sudah membaca :3
maaf banget ya untuk keterlambatannya (-/|\-)
.
ck mendokusei: a –ano.. 'Revy-neesan' siapa ya :D
btw makasih udah baca :D
maaf banget untuk keterlambatannya
.
Chie Na OrangeL: yupp :3
Terima kasih…
Maaf untuk keterlambatannya yah :D
Semoga endingnya gak mengecewakan
.
Nasumi-chan Uharu: Yupp ^^
Chap terakhir ini :3
Maaf untuk keterlambatannya yahhh..
Ehemm.. walau Kyuu ngerasa ga pantes dipanggil '-senpai', tapi ga apalah :D
Terima kasih banyaaaak
.
Od3rsChWank mi4w-mi4w: Kyuu yang mana ya :p
Kyuu rubah buduk #digamparKyuubi
Apa Kyuu pengetik yang ganteng ini :3
Eheheh… maaf untuk keterlambatannya yah :D
Terima kasihhhhh ^^
.
Hatakehanahungry: sayang sekali Hana-san :D
Kiyu apdetnya ngadat (dies)
Maaf yahhh..
Btw sms Kiyu ya ^^
HP Kiyu yang lama entah ada dimana. Terpaksa beli baru deh #hiksss
No Hana-san jadi ga ada -_-
Terima kasih banyak yahhh
.
Wulan-chan: gak mati kok :D
Sekarang mereka lagi hanimun :3
Makasih banyak dan maaf untuk keterlambatannya yaaahhhhh
.
Tarayuki: idup kok.. idup :p
Maaf untuk keterlambatannya yah :D
Terima kasih banyaaak
.
Uciha Hikari: sup sup sup jangan nagis…
Kyuu jadi ikutan nih : (
Btw terima kasih dan maaf atas keterlambatannya yahhh
.
Nara Hikari: yaudah.. karena ini tanggal 14 Februari, Kyuu kasih bungkus coklat aja deh :p
Mereka ga mati kan ^^
Maaf untuk keterlambatannya yaaa
Arigatooo
.
Imperiale Nazwa-chan: maaf banget yahh apdetnya lama banget ^^
Kyuu konsen UTS sama bantu Kaa-san ngetik proposal sih :D
Semoga endingnya bikin seneng ya :D
.
ryu cassie: gak sad kok :D
endingnya ga jelas sih :3
maaf untuk keterlambatannya yahhhhh
makaish banget
,
ttixz bebe: iya.. oro emang pabo :3
ini endingnya menurut be-san geje banget ga sih -_-
Kyuu ga pede banget :s
Btw maaf untuk keterlambatannya yahhhh
Makasih banget udah dukung Kyuu
,
wind. le-vent: entah ini ending mengecewakan atau engga -_-
mohon sarannya wind-san (-/|\-)
maaf banget untuk keterlambatannya
terima kasih banyak udah ngasih banyak masukan ke Kyuu
,'
Chidorasen: benar senpai
Mereka berdua memang benar-benar gila dan bodoh :D
Dan yang paling baka adalah saya yang ngetik cerita ini : (
Semoga endingnya ga geje2 banget
Maaf untuk keterlambatannya.. terima kasih banyak yahhh
.
Namikaze Trisha: maaf banget atas kelemotan saya dalam mengapdet chap terakhir ini =_=
Semoga saya tidak dibunuh karena endingnya yang geje..
Btw, terima kasih banyak ya :D
.
Yashina Uzumaki: maaf banget untuk keterlambatannya *bungkuk2
Ehem.. Kyuu kan kalo mau nyium yang elite. Ga kaya temen Kyuu -_- nyiumnya pager. Gak OK kan #makin gila
Btw terima kasih udah baca yaaahhhh :d
.
Meg chan: entahlahhh :D
Maaf untuk keterlambatannya :d
Semoga suka dengan ending geje ini..
Terima kasih banyak :3
.
Akhirnya selesai juga..
Terima kasih kepada pihak pihak yang udah ngebantu Kyuu dalam penulisan Night Kingdom ini
Terima kasih buat para Reviewers
Terima kasih para Readers.. Silent Readers..
And Special Thanks ..
FOR YOU ^^
Hope you like my abal fic :3
Don't forget to review this last chap of NK
.
Thanks a Lot…
I Love You All
Once more time..
Review Please :3