I'm Baaaaaaack~

Belum nyampe sehari pergi, ane udah balik lagi nih. Mungkin pada bosen ya ama cerita ane yang OOC & Gaje super parah. Tapi gimana lagi, tangan ane gatal bgt kalo nggak nyentuh Keyboard. Ide numpuk di kepala. Sayang rasanya kalo nggak disalurin. Dan seperti yang biasa Moist_fla-san bilang,

"SEBARKAN KEBAHAGIAAN MELALUI TULISAN"

Yaaap~.. Ane nyebarin fic ane agar bisa menghibur minna-saaan~

*Kepedean*

Oke, tak panjang tak lebar, langsung Check it out aja.. Kalo Minna-san bersedia meReview fic jelek ane ini, silakan di klik tulisan "REVIEW" dibawah, and buat komen atau saran atau ide (Boleh juga) di kotak Reviewnya.

Yohohohoho

Warning : OOT, OOC, Gaje, sok roman, sok keren dan sejenisnya.

Desclaimer : Udah kubilang dari kemarin2. Oda-sensei udah ngijinin aku buat ngobrak-abrik karyanya #BUGH *Ditonjok Om Oda (lagi & lagi)*

STRONG HEART : HEART ACHING STORY

Setelah menjalani hidup sebagai sepasang suami istri selama 2 tahun. Zoro dan Robin belum juga dikaruniayai seorang keturunan. Merasa sudah saatnya untuk memperoleh satu, merekapun mencoba memeriksakan kesehatan ke dokter guna mengetahui masalah diantara keduanya.

Dan ternyata, setelah di periksa dengan seksama. Yang bermasalah adalah Robin. Robin tidak bisa memberikan anak untuk Zoro. Dan dari sinilah hari-hari burukpun mulai menghantuinya.

Sepulangnya dari Rumah sakit, Zoro membanting pintu cukup keras dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Robin hanya bisa diam. Wajah Zoro terlihat begitu kecewa dimatanya. Pria itu hanya bungkam dan berbaring tanpa mengucapkan sepatah katapun. Rasa bersalahpun menghantui wanita berambut raven itu.

Kenapa dia tidak bisa memberikan anak untuk suaminya sendiri?. Mereka sudah hidup berkecukupan, bahkan sudah berlebihan. Mereka bisa membeli apapun. Tapi kenapa hanya untuk seorang anak saja mereka tidak mampu mendapatkannya?.

Robin berjalan gontai ke tempat tidur. Berniat berbaring di samping suaminya. Namun, niatnya segera sirna saat Zoro segera bangkit dari kasur dan berlalu ke luar kamar. Seolah tidak mau tidur bersama istrinya.

Robin kembali terdiam. Tepatnya terdiam terpaku menatap punggung suaminya yang sudah menghilang dibalik pintu.

Kenapa suami yang begitu ia cintai bahkan tidak pernah menyakiti hatinya itu tiba-tiba berubah?. Apa pria itu membencinya sekarang?. Membencinya karena tidak bisa memberikan ia seorang anak?. Tapi apa seorang anak begitu penting untuknya?. Apa dengan hanya memiliki wanita itu saja belum cukup baginya?.

Kalimat-kalimat itulah yang menyelimuti pikiran Robin.

BUMMMMMMMMM

Mendengar suara itu, Robin berjalan ke depan jendela yang langsung menghadap ke pekarangan rumah. Tampak mobil sedan milik Zoro keluar dari garasi dan meluncur kejalanan. Robin yakin, itu adalah suaminya. Ia berpikir, pasti Zoro saat ini pergi menenangkan diri. Tapi kenapa berlalu begitu saja?.

Tanpa terasa butir-butir air mata Robin menetes ke lantai. Ia terduduk di depan jendela yang langsung diterangi sinar bulan itu. Suasana hening membuat hatinya begitu teriris dan sangat sakit. Perkataan dokter tadi masih membekas di kepalanya.

"Anda mandul."

Dua kata itu merupakan kata-kata terkejam yang mampu membuat hati setiap wanita terluka. Tapi Robin benar-benar menyesali kenapa 2 kata itu harus ditujukan kepadanya?.

"Akh!" Robin meraba dadanya. Entah kenapa, dadanya terasa begitu sakit. Sangat sakit sehingga membuatnya ingin lebih memilih mati saja. Isak tangisnya tak bisa dibendung lagi. Dalam waktu seperkian detikpun, ia meluapkan seluruh luka perih di hatinya dengan menangis sejadinya.

Di lain sisi. Seorang pria berambut kuning yang notabenenya adalah bodyguard Robin hanya bisa terdiam dari luar kamar. Beberapa orang pelayan rumah yang berdiri disampingnya ikut menunduk seolah kasihan melihat derita yang dialami majikan mereka tersebut.

.

.

CIIITTT

Zoro memarkirkan mobilnya di depan sebuah Bar yang berlabelkan 'BAR BLUENO'. Lalu ia masuk ke dalam bar itu. Ia duduk di depan meja Bartender yang dihuni oleh seorang wanita berambut hitam segi. Wanita itu tersenyum pada Zoro, lalu menawarkannya sebuah bir.

"Wajahmu terlihat kacau! Bagaimana kalau mencoba bir baru kami ini?"

Tanpa basa-basi Zoro meraih botol bir itu dan meneguknya. Meneguknya sampai habis dengan sekali tegukan. Wanita bartender bernama Blueno itu membelalakkan matanya melihat Zoro yang menahan tangisnya.

TEEKK

"Beri aku lagi" Zoro menaruh botol bir itu cukup keras ke meja dan meminta tambahan. Blueno yang maklum hanya menghela nafas dan memberikan sebotol bir lagi.

Zoropun langsung meraih botol itu dan kembali meneguknya dengan sekali tegukan.

"Hei, aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau baru pertama kali kesini?" Blueno menghisap rokoknya menunggu pria berambut hijau itu menjawab pertanyaannya.

"Begitulah.. awalnya aku tidak suka ke tempat jelek ini. Tapi tidak setelah aku bermasalah dengan istriku."

Blueno mengernyitkan alisnya. Ia memadamkan rokok yang tadi masih ia hisap ke asbak. Lalu kembali focus ke Zoro yang tengah terpaku menatap botol bir yang kosong ditangannya.

"Kalau aku boleh tahu masalah apa yang berhasil membuatmu sangat kacau begini?"

Zoro menatap Blueno tajam. Cukup lama ia menatap wanita yang sedang menunggu penjelasan itu, sampai akhirnya ia pun menghela nafas dan menunduk.

"Kami sudah menikah selama 2 tahun. Tapi belum juga mempunyai anak. Dan tadi… tadi kami pergi check up ke dokter. Ternyata….." Zoro mengerem ucapannya. Blueno hanya diam menjadi pendengar yang baik.

"Istriku mandul" Zoro menundukkan kepalanya cukup dalam. Blueno yang sudah mengetahui masalahnya hanya bisa menghela nafas.

"Baiklah. Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"

"…."

Zoro terdiam cukup lama. Beberapa detik kemudian, ia mengangkat wajahnya. Lalu memutar kursinya menatap para pelanggan yang sedang duduk bersorak ria di tengah ruangan. Namun, pandangannya segera terhenti saat melihat seorang wanita bertubuh sexy sedang berdiri menggodanya dari seberang.

"Entahlah. Akupun belum tahu apa yang harus ku lakukan. Tapi malam ini… Aku hanya ingin menghibur diri" Zoro langsung bangkit dari kursi dan menghampiri wanita yang terlihat haus kenikmatan itu.

Blueno memperhatikan punggung Zoro yang mulai menjauhinya. Menyadari kemana pria itu akan pergi, ia hanya menghela nafas berat.

"Ya.. yang dapat menghiburmu saat ini hanyalah seorang wanita"

.

.

Cit cit cit

Suara nyanyian burung di pagi hari membuat Robin membuka matanya pelan. Ia merasa matanya cukup berat. Mungkin ini efek dari tangisan panjangnya semalam. Sehingga membuat matanya sembab dan sedikit kabur. Ia menoleh ke samping. Berharap Zoro sedang tertidur lelap di sebelahnya seperti biasa. Tapi itu hanya harapan belaka. Nyatanya tiada seorangpun disampingnya.

Robin bangkit dari tidurnya. Lalu berjalan ke depan cermin rias dan duduk didepannya. Ia hanya terpaku menatap bayangan yang memantul di cermin. Ingatan tentang kejadian semalam kembali membuat hatinya kalut. Terlebih lagi ditambah dengan suaminya yang tidak pulang semalam.

"Zoro… kau kemana?"

.

.

Beberapa hari telah berlalu. Sejak malam itu Zoro tidak kunjung pulang dan tiada kabar. Sedangkan Robin terus mencemaskannya sepanjang waktu. Hari-hari hanya ia lewati di dalam kamar. Kerjanya hanya merenung dan terus merenung. Para pelayan yang merasa tidak nyaman dengan keadaan rumah yang biasanya hangat dan penuh kedamaian menjadi ikut murung dan gelisah. Setiap hari setelah menyelesaikan pekerjaan, mereka duduk menatap pintu kamar majikan mereka itu. Tapi yang bisa dilihat selama ini hanyalah pintu yang tertutup dengan seorang Bodyguard berambut kuning yang terus berdiri kokoh di sebelahnya. Yang setia menunggu dan menjagai istri tuannya itu.

KREEKK

Para pelayan di ruangan itu menoleh ke sumber suara. Dan betapa bahagianya mereka. Akhirnya, akhirnya penantian panjang selama ini terbayarkan.

Robin membuka pintu kamarnya dan keluar dari kamar itu.

"Sanji, tunjukkan aku tempat yang menarik untukmu"

Namun, mendengar ucapan dari wanita bermata biru itu barusan, Seisi ruangan terdiam shock. Para pelayan saling pandang memasang wajah heran. Sedangkan sang Bodyguard yang dipanggil Sanji itu hanya menunduk menunjukkan rasa hormatnya.

"Dengan senang hati nyonya"

.

.

"Sayang, kita pergi refresing yuk." Ajak sebuah suara dari kamar mandi membuat pria berambut hijau yang sedang tertidur di ranjang membuka matanya pelan.

"Aku capek" Jawab Zoro seadanya sembari meneruskan tidurnya. Merasa tidak terima dengan respon jutek pria itu, wanita yang tadi sedang di kamar mandi itupun keluar dengan handuk dan menarik selimut Zoro ligat.

"Sayang… ayolah~" Bujuk wanita berambut orange itu

Zoro menghela nafas kesal. Walau berat, akhirnya iapun mengangguk.

"Baiklah, Nami. Aku tidak bisa menolak keinginanmu." Katanya sembari bangkit dari kasur dan memeluk wanita bernama Nami itu dari belakang.

"Sayang, kau masih belum puas dengan semalam ya? Ayo sana mandi"

"Hu~h.. baiklah-baiklah.."

Zoropun melepas pelukannya dan berlalu ke kamar mandi. Nami hanya menatap punggung pria itu sambil tersenyum puas.

.

.

TAP

Sanji menghentikan langkahnya di depan sebuah pohon beringin tua di pinggir danau. Robin yang mengekor di belakang menghentikan langkahnya melihat pohon menjulang tinggi di depannya itu.

"Tempat menarik yang ku tahu hanyalah ini, nyonya" Kata Sanji sembari berbalik menatap Robin yang speechless dibelakangnya.

"Ku rasa seleramu tidak buruk"

Robin tersenyum kecut dan duduk di bangku kayu yang terdapat di bawah pohon itu. Sanji hanya diam di tempat seperti biasanya. Mengawasi istri tuannya dari jarak jauh.

"Kenapa kau terus berdiri disana?" Ucapan Robin barusan berhasil membuat Sanji yang focus melihat kedanau menatapnya heran.

"Maaf nyonya. Tapi ini sudah menjadi kewajibanku" Seperti biasa, Sanji menunduk memberikan rasa hormatnya dengan sopan kepada Robin. Robin menghela nafas. Lalu mengeluarkan sebuah buku dari tasnya dan langsung membacanya dengan elegan.

Sanji menatap wanita itu intens. Tidak disangka, wanita yang dulu selalu tersenyum lembut kepadanya itu kini lebih banyak diam dan bersikap tenang. Ia menyulut rokoknya, lalu menghisap rokok itu sembari kembali mengawasi suasana sekeliling.

Dan… TADAAAA

Tebak apa yang baru saja dilihat oleh pria bertubuh ramping itu.

Tuannya, Tuan yang selama ini dirindukan oleh nyonyanya, tampak sedang bermesraan dengan wanita lain. Mereka saling rangkul dan berjalan penuh tawa kebahagiaan menelusuri jalan setapak di pinggir danau. Dan hanya beberapa langkah lagi, ke-2 sejoli itu pasti akan menyadari keberadaannya dan Robin. Merasa pemandangan itu tidak boleh di lihat oleh Robin, karena pasti akan membuat sakit hati wanita itu. Sanjipun segera berlari ke arah Robin dan menarik paksa wanita itu agar meninggalkan tempat itu. Tapi Robin yang kaget dan tidak tahu menahu akan rencana Bodyguardnya itupun meronta dan menahan tubuhnya agar tidak bergeser sedikitpun.

"Sanji.. apa yang kau laku…"

Ucapan Robin terputus saat melihat Zoro yang tengah merangkul wanita tak dikenal berdiri kokoh di hadapannya

"Sayang, kau kenapa?" Tanya Nami yang melihat Robin & Zoro saling tatap satu sama lain cukup lama.

"Sa…sayang?" Batin Robin shock

TBC

Siiip~

Semoga menghibur~

Oea, jangan lupa baca Fic2 sebelumnya ya. Hehe

*Promo Fic jelek ane yg terlantar*