PENYAKIT HINATA..?
Summary: Hinata Hyuuga, gadis cantik, baik hati, sopan, dan tidak sombong dari sebuah keluarga terpandang di Konoha. Ah, pokoknya perfect! Tapi ia memiliki suatu penyakit yang sangat memalukan sampai Hiashi mengurungnya di vila Hyuuga nyaris seumur hidupnya! Penyakit apa itu? Dan dapatkah Hinata menyembuhkannya?
Disclaimer: Serah pengen tahu, MASASHI KISHIMOTO itu orang Jepang atau bukan?
Rated: T
Genre: Romance and Humor
Pairing: Naruto U. & Hinata H.
Warning: Alur kelambatan, gaje, OOC, typo, AU, de ka el (dan kesalahan lainnya).
A/N
Wokkeh! Salam kenal, namaku Serah! XD Author baru nih!
Pengen langsung publish padahal baru bikin kemarin.. =,=
Ya udah deh, dari pada banyak cingcong, mending langsung aja..
.
.
.
.
Serah Lucy Heartfilia-Farron with proudly presents..
.
.
.
.
Penyakit Hinata...?
.
.
.
"Hinata-sama, ayo bangun!"
"Ngh.. sudah.. pagi?"
Nona berambut indigo dan bermata lavender yang sedang terbaring di kasur itu merenggangkan otot-ototnya. Pelayannya, Haruno Sakura (18), menaruh secangkir teh dan sepiring kecil kue di atas meja lalu mengguncang bahu nonanya lembut.
"Ya Hinata-sama," jawab Sakura sopan. "Sudah jam setengah lima. Sebaiknya Anda mandi dulu, saya sudah menyeduh—maaf, memanaskan air untuk berendam."
"Baik Sakura-san, terima kasih."
Sakura pun meninggalkan kamar. Lagi-lagi Hinata merenggangkan otot-ototnya lalu meraih sekeping kue. Dimakannya perlahan. Yeah, seperti biasa kue itu manis. Ia pun menghirup tehnya. Kedua 'ritual' pagi itu selalu membuat mood awalnya membaik.
Ia beranjak lalu merapikan kasurnya sendiri. Ia tidak pernah membiarkan para pelayan membersihkan kamarnya; ia menganggap kamarnya itu privasi.
Setelah itu ia masuk ke kamar mandi dan memanjakan dirinya sendiri. Nikmat!
x-Penyakit Hinata..?-x
Hinata memakai kimono biru dengan gambar bunga-bunga berwarna lila. Setelah itu, ia berniat berjalan-jalan ke danau di depan vilanya. Di sepanjang jalan, para pelayan yang lewat menyapanya.
"Selamat pagi, Hinata-sama!"
"Selamat pagi, Atsuko-san."
"Selamat pagi, Hinata-sama!"
"Selamat pagi, Shion-san."
"Selamat pagi, Hinata-sama!"
"Selamat pagi, Shiho-san."
Yeah, pasti kalian bertanya-tanya mengapa yang menyapa dan disapa Hinata selalu seorang perempuan. Itu karena di wilayah vila itu semua penghuninya memang perempuan. Mulai dari pelayan, koki, sampai tukang kebunnya pun perempuan. Lho kok? Ya iya! Hinata itu memiliki suatu penyakit aneh! Kalau ia menyentuh atau bahkan melihat seorang laki-laki, ia akan pingsan dengan sendirinya! Bahkan melihat ayahnya Hiashi, ataupun sepupunya Neji juga ia tak sanggup. Yah, ini terjadi karena...
FLASHBACK
Orochimaru dan asistennya Kabuto sedang berkutat di laboratorium Oro. Seperti biasa, mereka sedang membuat percobaan-percobaan non-sens.
"Kabuto, kamu sudah memasukkan sehelai rambut ekor kuda, kan?" tanya Oro gaje. Kabuto mengangguk. Raut wajah pemuda Oto ini tidak terlihat karena memakai masker.
"Sudah, Orochimaru-sama."
"Bagus. Sekarang, rebuslah."
"Baik, Orochimaru-sama."
Empat puluh lima menit.. tidak, satu jam sudah berlalu. Oro pun menyuruh Kabuto mengangkat hasil eksperimen mereka yang entah sudah keseribu kalinya.
"Nah, sekarang sudah jadi!" seru Oro kegirangan. "Sekarang tinggal cari orang buat dijadikan korban!"
Kabuto menelan ludah. Ia punya pengalaman menjadi korban percobaan Oro. Waktu itu, ia meminum cairan eksperimen Oro yang berkomposisi **** sapi, getah kayu, dan rambut Oro sendiri. Hasilnya? Muntaber.
"Ng-nggak saya lagi kan, Orochimaru-sama?" tanya Kabuto takut-takut. Kakek pedofil itu ketawa ngakak yang tidak sesuai dengan imej seorang sannin.
"Ya iyalah Kabuto!" kata Oro dengan nada ibu-ibu tukang gosip. "Masa kamu lagi sih? Dulu kan kamu sudah dengan sukarela menawarkan dirimu jadi korban. Kasihan lah yaw, kalo abdiku tercintaku pujaan hatiku itu meninggal karena ike!"
Yeah, kepribadian okama* Oro keluar.
Lagi-lagi Kabuto menelan pil ekstasi (?). Halah, menelan ludah. 'Gimana sih? Dulu lo yang maksa gue! Pake ngiler lagi! Dan iler lo tuh kena jempol kaki gue! Cih! Abdi tercinta dari mane?' pikir Kabuto masam. Alih-alih melontarkan isi pikirannya, Kabuto bertanya, "Trus, siapa yang Orochimaru-sama mau jadikan kelinci percobaan?"
Oro berpikir keras. "Kita jalan-jalan yuk! Cari mangsa..," kata Oro akhirnya. Kabuto pun setuju.
Mereka pun berjalan melewati lautan yang penuh bencana.. eh salah, melewati lautan anak-anak. Laboratorium Oro memang terletak di dekat taman kanak-kanak.
Saat inilah tokoh utama kita, Hyuuga Hinata (5) sedang berlari mengejar Namikaze Naruto (5) yang telah menjahilinya.
"Naruto-kun, tunggu! Awas kau!"
Tring!
Tiba-tiba muncul sebuah bohlam di kepala Oro. Bohlam itu menyala terang, pertanda kakek yang udah bau tanah itu mendapat ide. Sambil nyengir Oro berkata, "Nah, ntu kita dapet korbannya. Cantik, euy! Cocok banget jadi mangsa!"
'Kasihan banget nasib gadis itu,' pikir Kabuto.
Dengan pedenya Oro langsung cari-cari kesempatan. Kabuto? Cuma diem.
Tak lama kemudian, Hinata berhenti berlari dan mengatur napasnya yang memburu. Naruto sudah berlari jauh sekali sampai sosoknya tidak terlihat. Oro pun langsung mendekatinya.
"Gadis manis.. Mau nggak jadian sama abang?" *dihajar Hiashi*
"Hei, Gadis! Tinggalkan kekasihmu karena aku..." *dihajar Neji*
"Abang udah ngelamar kamu lhoooo.. ayo pulang, kita nikah!" *dihajar Naruto*
"Gadis manis.. namamu siapa?" tanya Oro SKSD. Hinata mendongak.
"Nama.. saya.. Hyuuga.. Hinata..," jawab Hinata sambil terengah-engah. Oro memandang Hinata dengan tatapan (sok) prihatin.
"Hinata, kamu haus ya?"
"Iya, Oom."
"Jangan panggil Oom ah," tolak Oro ganjen. "Panggil Bang aja, Abang Oro masih muda."
Hinata nggak ngerti. Udah jelas tampang Oro tidak meyakinkan. Masa' orang yang punya muka keriputan, kulit putih pucet, ama kurus kering itu minta dipanggil abang-abang? Ya udah Hinata cuma bisa jawab seadanya. "Iya, Bang."
"Kamu bener haus?"
"Iya, Bang."
"Haus bener kamu?"
"Ng.. iya, Bang," jawab Hinata asal karena sekarang ia sama sekali nggak ngerti maksud Oro.
"Haus kamu bener?"
Plakk!
Oro ditimpuk sendal tetangga.
"Iya deh, sekarang Abang serius. Kalo haus, mau nggak kamu minum ini?" Oro menunjukkan sebotol ramuannya yang berwarna hijau lumut dan sudah terlihat segar. "Enak lho."
"Itu apa, Bang?"
"Jus alpukat," jawab Oro ngasal. Wajah Hinata langsung cerah.
"Ya udah, Hina-chan minta ya!"
"Iya, tapi—"
Sebelum Oro bisa berkata apa-apa lagi, Hinata langsung meraih minuman nista tersebut dan menenggaknya sampai habis. Kabuto menganga sampai dagunya menyentuh tanah. Oro hanya tersenyum iblis.
Setelah habis, Hinata memberikan botolnya kepada Oro. "Makasih ya Bang, sekarang Hina-chan udah nggak haus!"
Hinata pun pergi. Oro tertawa laknat.
Kabuto sweatdrop.
Naruto lagi dibeliin lolipop yang penjualnya seorang anggota geng Akatsuki ter-autis bernama samaran Tobi oleh Kushina.
Sedangkan author di kamar mingkem kagak dibolehin keluar ama kaa-san. (Readers: kagak ada yang nanya!)
'Ku ku ku, aku ingin tahu bagaimana reaksi anak itu..,' pikir Oro senang.
Hinata merasa sangat pusing. Dengan segera ia berlari dan pulang.
"Tadaimaaa!" seru chibi Hinata itu sambil melepas sepatunya.
"Okaerinasai, Hinata-sama."
Hinata menoleh lalu mendapati bahwa sepupunya Hyuuga Neji (6) sedang menepuk bahunya. Jantungnya dag dig dug serrr! Mukanya memerah. Neji mengangkat alisnya bingung. Tidak biasanya reaksi itu tertujukan padanya. Tapi ekspresi Hinata tidak seperti orang-orang yang jatuh cinta. Malah, datar sambil senyum (?).
"Lho, H-Hinata-sama—"
Brukk!
Hinata pun ambruk. Neji yang kebingungan langsung mendatangi Hiashi. "Hiashi-sama, Hinata-sama pingsan!"
END OF FLASHBACK
Setelah itu, Hinata selalu pingsan kalau bertemu dengan laki-laki. Hiashi bertanya lewat para pembantu,
"Hinata, siapa yang bikin kamu begini? Ada yang kasih kamu sesuatu ya?"
"Iya! Abang Oro kasih Hina-chan jus alpukat!"
Gubrakk!
Hiashi jatuh dari langit ketujuh.
Setelah sadar dari kejatuhannya, Hiashi memerintahkan para penjaga dan aparat kepolisian mulai dari TNI sampai hansip yang kerjanya biasa nyari pencuri pakaian dalam untuk mencari Orochimaru bin Laden dan rekannya Kabuto Ozawa (?) salah, mencari Orochimaru dan rekannya Kabuto. Namun malangnya Hiashi, sebelum ia sempat bertanya kepada Orochimaru apa penangkalnya, Orochimaru sudah keburu tewas terkena bom yang dilancarkan Deidara, seorang banci penggemar Nurdin Tank Top (teroris yang hobi jualan tank top di pasar) dan Amiruddin (seorang pengebom yang mendapatkan namanya dari tur UDIN SEDUNIA) yang sedang berlatih.
Akhirnya, posisi Hinata sebagai pewaris Hyuuga Corporation, koperasi unit desa Konoha paling yahud, digantikan oleh sepupunya Neji yang sekarang memiliki tunangan bernama Tenten, anak dari pengusaha ternak kelabang yang sukses.
Hinata pun dikirim ke vila di desa terpencil, di mana dari jarak satu kilometer dari vilanya, dipagari oleh sebuah pagar kayu supaya Hinata tak bisa keluar ataupun melihat laki-laki manapun yang lewat.
Back to Hinata..
Gadis manis itu berjalan ke luar vila. Ingin sekali ia melihat apa yang ada di balik pagar kayu itu. namun, berkali-kali para pelayan memperingatkannya untuk tidak melanggar batas.
"Hinata-sama, kami sudah diperintahkan untuk melarang Anda keluar dari lingkungan vila!"
Hinata penasaran sekali dengan apa tampang bumi di luar vilanya. Tentu saja, ia kesal setengah mati kepada pelayannya yang berwajah polos dan selalu patuh. Namun, kesopanannya tidak mengizinkan untuk menendang para pelayan sampai mat—ehem.
Hinata membulatkan tekadnya. 'Aku harus bisa melihat dunia luar!' batinnya berkali-kali. Ia pun mulai menjalankan rencana yang sudah dibuatnya bertahun-tahun.
Ia mendatangi satpam vila itu, nona Anko.
"Anko-san?"
"Hn?"
"A-anda dipanggil Sakura-san."
"Hah? Oh, ya paling disuruh sarapan. Sebaiknya saya undur diri. Permisi, Hinata-sama."
"Ya."
Anko pun pergi. Hinata menghela napas lega. Ia pun mengambil kunci lalu memasukkannya ke lubang kunci pintu pagar kayu itu.
Cklek...!
"Akhirnyaaa..," desah Hinata sambil membuka pintu kayu itu. Ia pun melihat ibu-ibu berseliweran. Wah, ternyata di sebelah vila Hinata itu pasar. Hinata melangkahkan kakinya, langkah pertamanya di luar pagar vilanya. Tingkahnya seperti Neil Armstrong nyasar ke laut—ralat, Neil Armstrong yang nyembelih kambing—ralat, Neil Armstrong yang baru pertama kali menginjakkan kaki di bulan. Tiba-tiba..
"Oh, ternyata itu kau, Hinata!"
"Eh? Kyaaaa!"
"Hey, Sakura!" sapa Anko kepada Sakura yang sedang memotong daging untuk makan siang. Sakura menoleh.
"Oh, halo Anko. Ada apa?"
"Katanya kau memanggilku?"
"Eh?" Sakura pasang tampang bingung. "Siapa bilang?"
Anko terdiam, mematung. Dipikirkannya ulang kata-kata majikannya. "Trus, kenapa Hinata-sama berbohong kepadaku ya?"
Anko teringat keinginan besar Hinata untuk melihat dunia luar dan kunci pagar kayu yang ia tinggalkan di laci. Matanya langsung membulat, dan mata Sakura juga. Dengan kompak mereka berteriak,
"HINATA-SAMA!"
Te Be Ka (Tu Bi Kontinuw)
A/N
Huwaaaah! Apa yang Serah tulis di atas? Kok nggak nyambung ama sumeri?
Sumpah, Serah dapet ide ini ga sengaja pas lagi temenin adek ke RS buat cabut gigi. Nggak nyambung banget kan? Yang kebayang ama Serah adalah adegan di mana Hinata dikagetkan Naruto ampe pingsan. Wekekekek!
Ah, bodo amat.
Neji: "Hoi, kok gue pas waktu kecil OOC banget sih?"
Serah: "Emang waktu kecil kamu nggak suka teriak-teriak?"
Neji: "Iya sih, cuma kan gak sampe segitunya!"
Serah: "Hoi, kalo mo komplen jangan ke Serah. Ke otak Serah napa?"
Neji: "Lho, otak lo kan punya elo!"
Serah: *nepuk jidat Sakura* "Oh iya."
Neji: "Ckckck... udah ah pulang dulu. Dah."
Serah: "Daah~! Mmuach!" *kasih kissbye*
Neji: *tepar dengan mulut berbusa
Btw.. Serah udah bikin fic ini sampe komplit. Tapi Serah hanya akan apdet kalau udah dapet 15-an review yaaa!
Yosh, mind to give me review?
SeLuHe-Fa