Sebelumnya Author minta maaf atas keterlambatan update, terutama dalam Fic Cintaku dengan anak tukang Tahu.

Datanya Ilang so..harus di bikin ulang, dan entah kenapa salah satu teman di kampus tahu akun saya di ! wakakak.. hal ini mungkin juga bisa membuat saya jadi males update..
Berhubung untuk Heart of Glass, aku minta maaf banget karena mungkin ratenya gak pas. Aku rencananya ga akan bikin yang vulgar tapi entah kenapa jadi begini.
Karena itu Author memutuskan untuk merubah rate menjadi M dan kebetulan juga ada yang protes, Author merasa teledor sekali… sekali lagi Saya minta maaf.

Sebenarnya aku gak mau sih ada anak di bawah umur yang membaca, tapi mau gimana pun kita warning ratenya, kita gak bakal tahu yang baca fic kita itu di bawah umur atau udah cukup umur kan? Jadi untuk hal itu saya serahkan aja untuk para readers sekalian .

Dan satu lagi. Author ga bakal bikin fic yang ceritanya agak melenceng atau justru memang melenceng dari seharusnya. So buat para reader sekalian yang tidak menyukai hal tersebut bisa menikmati fic –fic saya.

Oh Author juga lagi sibuk kuliah, jadi mohon pengertiannya. Dunia perkuliahan ga seperti SMA bahkan SMP. Kuliah dipadetin sama tugas yang bejibun, bahkan sampe ga tidur, jadi bukannya Author ga mau nerusin tapi memang ga ada waktu, maaf banget kalo kata-kata saya berasa sensi karena jujur aja saya agak kesal kalau ada yang nyangkut-nyangkutin soal itu.

Saya juga mau kasih tau, sebenernya saya paling gak suka yang berbau romance. Anime romance pun bisa diitung sama jari. Itupun romancenya gak lovely banget. Komik pun kebanyakan yang cerita romance di jual lagi. Tapi gak tau kenapa, sepertinya saya author yang tidak suka romance tapi malah membuat fic romance. Aneh sekali kan? Sempet juga sih baca soal shio sama zodiac ==a kalo saya itu tipikal orang yang kalo jadi penulis lebih condong jadi penulis romance. Ah kenapa ya?

Btw, kalo mau meriview atau mgkin ada request tentang jalannya cerita, lewat review ato message via inbox ^^ Segitu ajeh deh, sok atuh mangga di baca..

Chap 5

"Kau bisa bertemu denganku sekarang?"

Sasuke menghempaskan tubuhnya di punggung kasur dan melirik Hinata yang kini memakai bajunya kembali.

"Ada apa memangnya? Sudah malam, aku capek."

"Aku ingin bicara denganmu."

"Ya sudah, bicara saja sekarang."

"Ini tidak bisa di bicarakan lewat telepon Sasuke-kun!"

"Yah lalu bagaimana? Ini sudah malam."

"Aku ingin kau sekarang datang ke pantai, tempat kau menyatakan perasaanmu pertama kali."

"Pantai?"

"Kalau kau tidak datang, kau akan tahu apa yang akan aku lakukan!"

"Ck, Saku…"

Tiba-tiba sambungan telepon diputuskan oleh Sakura. Sasuke berdecih dan bingung dengan apa yang harus dia lakukan.

"Kakak…pergi saja." Hinata bangun dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Melihat Hinata yang sedang menutupi seluruh tubuhnya terutama di bagian lehernya yang kini penuh dengan tanda merah membuat Sasuke merutuki dirinya sendiri.

"Hinata, maafkan aku.." Ucap Sasuke sambil menatap Hinata.

"Aku tidak apa-apa kak." Hinata tersenyum.

Sasuke semakin merasa bersalah kepada Hinata. Ia terdiam sesaat lalu kembali menatap Hinata di sampingnya yang kini sedang memakai baju.

"Bagaimana kalau kau ikut?"

"Apa?" Tanya Hinata kaget.

"Ayo."


"Kakak, aku didalam mobil saja."

"Ayo Hinata, ikut aku keluar."

"A..aku tidak bisa kak. S..Sakura-san bisa.."

"Bisa apa? Dia tidak akan mencelakaimu. Lagipula aku ingin mengenalkannya padamu." Jawab Sasuke.

"Baiklah."

Sasuke keluar dari dalam mobil bersama Hinata. Saat ia menemukan sosok Sakura yang kini berdiri sendiri tengah menatap laut dimalam hari, Sasuke menggengam erat tangan Hinata disampingnya sedangkan gadis indigo tersebut hanya bisa menundukan kepalanya.

"Sakura."

Sakura membalikan tubuhnya saat mendengar suara orang yang ia cintai memanggilnya. Sesaat ia bahagia karena ia tahu bahwa Sasuke datang menemuinya namu rasa bahagia itu memudar saat ia melihat gadis indigo yang ada disampingnya, apalagi tangan mereka berdua kini saling menggenggam satu sama lain.

"Sa..Sasuke, dia.."

"Ah perkenalkan namaku Hyuu…" Hinata berhenti mengatakan namanya ketika Sasuke sedikit mendorong lengannya dan sedikit berbisik.

"Uchiha.."

"A..ah namaku Uchiha..Hinata."

Sakura menatap Hinata dengan tatapan tidak suka, apalagi saat ia melihat sedikit bercak merah yang terpampang dileher Hinata walau Sasuke sudah memakaikan syal di leher istrinya itu.

"Apa maksudmu membawa dia kesini Sasuke?"

"Aku ingin mengenalkannya padamu Sakura."

"Tapi aku menyuruhmu datang kemari bukan untuk bertemu dengan dia!"

"Lalu untuk apa?" Tanya Sasuke malas.

"Aku ingin berbincang-bincang denganmu berdua saja. Mengingat masa-masa.."

"Justru itu Sakura, aku membawa dia agar jelas sudah kalau kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi."

"Kak Sasu.." Gumam Hinata dalam hati. Dia merasa senang karena Sasuke mengakui pernikahannya di depan Sakura namun dilain pihak ia juga merasa tidak enak dengan Sakura karena Hinata merasa ia telah merebut kekasihnya.

"K..kau, kau kenapa Sasuke-kun? Kenapa kau." Sakura mendekati Sasuke dan hendak menyentuhnya namun Sasuke menghentikan tujuannya.

"Sakura, kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi."

Sakura berjalan mundur menjauhi Sasuke dan Hinata. Ia menjambak rambutnya dan menggelengkan kepalanya dan berteriak sekencang mungkin, membuat Hinata simpati melihatnya.

"Tidak..tidak tidaaaaak! Kau bohong Sasuke!"

Hinata menarik lengan baju Sasuke berharap Sasuke merespon Sakura. Namun pria itu tidak melakukan tindakan apapun untuk menenangkan mantan kekasihnya itu.

"Sakura hentikan!"

Suara pria terdengar dari arah belakang Sasuke dan Hinata. Tidak lama sesosok pria berambut perak berlari mendekati Sakura dan berusaha menenangkan gadis berambut merah jambu tersebut. Sasuke melihat pria tersebut dengan seksama. Ia merasa bahwa ia mengenali pria tersebut.

"Sakura tenang! Ayo kita pulang, kau bisa mengganggu orang-orang sekitar!"

"Aku tidak mau! Aku tidak mau Kakashi! Lepaskan aku! Aku ingin mati!"

"Sakura! Kau.."

"Dokter Hatake?"

Pria yang bernama Hatake Kakashi itu berbalik melihat sumber suara yang baru saja ia dengar. Matanya terbelalak saat melihat orang yang ia kenal kini berdiri di hadapannya. Tentu saja ia baru tahu karena saat ia berlari menghampiri Sakura, ia tidak memperhatikan orang lain selain Sakura.

"Uchiha Sasuke? Sedang apa anda di sini?" Tanya Kakashi.

"Um.. Aku..aku..aku sedang membawa istriku berjalan-jalan di sekitar sini." Sasuke tersenyum sambil merangkul pundak Hinata.

"Dokter, anda kenal Sakura?" Tanya Hinata.

"Oh, em..nanti saja saya ceritakan. Maaf telah merepotkan kalian berdua, sekarang saya harus membawa gadis ini pulang."

Sakura menegakkan kepalanya menatap Kakashi. Ia berusaha melepaskan tangan Kakashi yang kini menggenggam erat pergelangan tangannya.

"Lepaskan aku Kakashi!"

"Diam dan ikut aku pulang!" Bentak pria bermasker tersebut.

Sakura membelalakan matanya dan menundukan kepalanya saat ia Kakashi membentaknya. Dengan terpaksa ia menuruti keinginan pria itu untuk pulang bersamanya.

"Kalau begitu saya permisi." Kakashi membungkukkan badannya dan pergi bersama Sakura meninggalkan Sasuke dan Hinata di tempat tersebut.

Sasuke terdiam dan terus menatap kepergian Sakura di hadapannya. Dirinya bertanya-tanya akan hubungan Kakashi dengan Sakura. Kenapa Sakura begitu patuh walau hanya sekali bentakan dari pria perak tersebut, dan kenapa Sasuke tidak tahu kalau dokter yang selama ini menjadi tempat Ayahnya berkonsultasi ternyata memiliki hubungan dengan mantan kekasihnya tersebut.

Hinata meremas tangan Sasuke dengan pelan, membawa kesadaran suaminya kembali . Hinata lalu menengadahkan wajahnya untuk bisa melihat wajah tampan suaminya, namun saat suaminya itu menolehkan wajahnya, ia menemukan bahwa wajah istrinya itu kini merah padam dan tidak lupa beberapa tetes air matanya mengalir di kedua pipinya yang mulus.

"Hinata, kau kenapa?" Sasuke memasang wajah khawatir dan menyentuh wajah milik istrinya tersebut. Sungguh pemandangan yang sangat menyesakkan bagi Sasuke karena hari ini dua orang gadis dibuatnya menangis.

"K..kakak..Aku penghancur hubungan orang."

"Apa maksudmu Hinata?"

"Tidak seharusnya begini. Tidak seharusnya aku menerima pernikahan ini."

"Hinata, kau tidak usah memperdulikan Sakura. Dia.."

Hinata melepaskan genggamannya pada Sasuke dan ia berdiri menjauhi Sasuke sambil mengucurkan air mata.

"Bagaimana bisa aku tidak perduli? Gara-gara aku dia seperti itu. Apa kakak tidak mengerti perasaannya? Dia sangat mencintaimu! Dan aku merusak hubungan kalian!"

"Lalu apa kau tahu perasaanku Hinata?" Sasuke membentak Hinata dan sukses membuat Hinata bungkam untuk sementara.

"Apa kau tahu perasaanku? Aku yang masih mencintai dia tiba-tiba saja harus berpisah dengannya demi ayahku yang sedang sakit! Bahkan sampai sekarang aku tidak tahu apa alasannya tidak merestui aku dengan Sakura. Lalu apa kau pikir aku tidak bingung menghadapimu Hinata! Menghadapimu yang tiba-tiba ditakdirkan menjadi istriku saat ini, Kau pikir aku tidak merasa bersalah terhadapmu?"

"U..untuk apa Kakak merasa tidak enak kepadaku? Kau bahkan tidak memiliki perasaan sedikitpun terhadapku!"

"Jika aku tidak memiliki sedikitpun perasaan terhadapmu, lalu untuk apa aku berani menyentuhmu? Untuk apa pula aku membawamu kesini dan menyatakan pada Sakura bahwa kau adalah istriku."

"Kak Sasu.."

"Kau tahu Hinata, saat ini aku sedang di buat bingung oleh perasaanku sendiri. Karena itu tolonglah, jangan memperkeruh suasana lagi. Ayo pulang."

Sasuke berbalik dan berjalan menuju mobilnya, sedangkan Hinata masih diam berdiri menundukkan kepalanya. Sasuke sadar Hinata tidak mengikutinya, lalu ia segera berbalik dan tiba tiba..

"Brukk" Hinata berlari memeluk Sasuke saat suaminya itu berbalik. Sang suami kaget dengan perlakuan Hinata yang tiba-tiba.

"Maafkan aku kak.." Ucap Hinata sambil menenggelamkan wajahnya pada tubuh suaminya.

Sasuke terdiam sambil menatap Hinata, kemudian ia tersenyum lembut dan membalas pelukan Hinata di dadanya sambil mengelus kepala istrinya itu.

Sasuke melepaskan pelukannya dan membungkukkan tubuhnya untuk menyajarkan tingginya dengan Hinata. Ia kemudian mengelap air yang membasahi pipi mulus istrinya dan tersenyum. Mata Sasuke tersita pada leher Hinata yang terdapat bercak merah akibat ulahnya tadi. Ia terkekeh dan membuat Istrinya menatapnya dengan bingung. Sasuke lalu membenarkan Syal yang dipake Hinata agar bercak merah itu tidak terlihat oleh orang lain.

"Bahaya kalau tanda ini kelihatan."

Hinata mengerti dengan apa yang Sasuke katakan. Dengan seketika pipinya mengeluarkan semburat merah.

"Sudah tidak kelihatan lagi. Tapi saat dirumah nanti kau harus perlihatkan tanda itu ke Mom."

"Mama? Untuk apa?" Tanya Hinata polos.

"Supaya ia tidak ribut-ribut meminta cucu." Jawab Sasuke sambil tertawa kecil.

"T..tapi kan.."

"Hahaha, aku hanya bercanda. Ayo pulang."


"Plakk!" Tamparan keras mendarat di pipi Kakashi yang terhalang oleh masker. Tidak sakit memang tapi harga dirinya kini telah jatuh karena ia ditampar oleh seorang wanita. Tanpa menatap Sakura yang kini menatapnya penuh dengan benci ia tetap berdiri tegak tanpa menyentuh pipinya sendiri.

"Kau! Apa yang kau lakukan ditempat itu Kakashi!" Bentak Sakura.

"Aku menjemputmu."

"Aku tidak memintamu untuk menjemputku!"

"Sakura, mau berapa lama kau seperti ini? Mau berapa lama kau berpura-pura?" Tanya Kakashi.

"Aku tidak pura-pura Kakashi."

"Kau bersandiwara di depan Sasuke kan?"

"Sandiwara apa Kakashi? Aku tidak mengerti!"

"Kau pura-pura mencintai Sasuke kan?"

"Aku mencintai dia Kakashi, melebihi apapun!"

"Melebihi apapun?"

"Ya!"

"Lalu aku kau anggap apa?" gumam Kakashi sambil membalikkan badannya dan pergi meninggalkan gadis yang matanya kini sembab karena menangis.


"Ma, Kak Sasu ada dimana? Aku tidak melihatnya saat aku bangun barusan." Tanya Hinata sambil mendekati mertuanya yang kini menyeruput teh dipagi hari sambil membaca majalah catalog kesukaannya.

"Oh suamimu tadi pagi-pagi sekali berangkat. Ada yang harus ia kerjakan." Jawab Mikoto sambil tersenyum lembut.

"Pagi-pagi sekali ada syuting yah?" tanya Hinata sambil memiringkan kepalanya plus memperlihatkan wajah polosnya di hadapan ibu mertuanya itu.

Mikoto yang melihat wajah Hinata segera mencubit kedua pipi menantunya. Sungguh ia bersyukur memiliki menantu yang imut seperti Hinata.

"Hinata-chan! Umurmu berapa sih? Kamu lucu banget deh!" teriak Mikoto gemas.

"Ahku duh ah Fu luh Mah.."

"Nah Hinata, disini ada baju-baju lucu yang bisa kamu pakai. Mama belikan untukmu yah?" Tanya Mikoto semangat sambil menunjukan beberapa gambar baju yang tertera pada buku katalognya.

"T..tidak usah Ma, bajuku masih sangat banyak." Jawab Hinata tidak enak.

"Tidak apa-apa, sekali-kali kau pake baju yang lucu-lucu. Kau itu baru 20 tahun, lihat nih ada banyak rok yang lucu-lucu!"

"Tapi Ma, itu pendek sekali. A..aku tidak berani…"

"Hinata, sekali-sekali kau harus bisa bergaya. Apalagi kau istri dari seorang artis, lagipula boleh kan kasih Sasuke service sedikit?"

"Service." Hinata menundukan wajahnya untuk menyembunyikan semburat merah di pipinya. Mikoto yang tahu akan hal itu segera menarik Hinata berdiri dan membawanya pergi keluar rumah.

"Ma, mau kemana kita?"

"Kita belanja baju yang banyak!" Mikoto tersenyum lebar.


Sesampainya di sebuah butik terkenal yang sudah jelas harga-harga tidak diragukan lagi, Mikoto dengan semangat 45nya mengambil beberapa baju wanita yang menurutnya cocok dipakai menantunya. Hinata hanya bisa diam dan terkadang malu setelah melihat beberapa pakaian yang mertuanya pilihkan untuknya, karena beberapa diantaranya bisa dikatakan minim alias kurang bahan untuk dipakai.

"Ma, masa aku pakai baju kayak begini kalau pergi ke panti." Tanya Hinata sambil memegang baju berkain tipis yang bahkan bisa di bilang transparan itu.

"Hh. Itu bukan untuk dipakai ke panti sayang. Itu baju tidur."

"T..tidur? Tidur pakai baju ini?"

"Yup!" Lagi-lagi Mikoto mengeluarkan seringaian khasnya.

"T..terus rok ini? Dan baju ini? Menurutku ini kurang bahan Ma."

"Itu memang modelnya, setelah membeli semua ini, kau harus ganti pakaianmu ya?"

"T..tapi Ma, aku.."

"Tidak ada tapi-tapi." Jawab Mikoto menajamkan matanya.

"Hh. Baiklah."

Selagi menunggu Hinata mencoba beberapa pakaiannya, Mikoto merasakan ada sesuatu yang bergetar di dalam tasnya. Ponselnya bergetar menandakan ada seseorang yang kini menghubunginya. Ia buka ponsel flipnya dan menemukan nama anak bungsu kesayangannya, dan tanpa ragu ia menerima panggilannya.

"Ada apa Sasuke?"

"Mom ada dimana?"

"Oh aku sedang belanja dengan Hinata."

"Bisakah Mom dan Hinata datang ke Panti setelah berbelanja?"

"Bukan tidak bisa Sasuke, Hinata akan datang ke panti setelah ini. Kan memang seperti biasa ia harus membantu Tsunade menjaga anak-anak."

"Oh iya, jadi begini maksudku. Aku saat ini ada di Panti asuhan. Kebetulan setelah ini aku tidak ada syuting, kita bisa pulang bersama."

"Tumben kau ke panti. Memangnya sedang apa kau disana?"

"Ada yang harus ku lakukan Mom."

"Apa?"

"Nanti Mom juga akan tahu sendiri. Ya sudah aku tunggu kalian ya?"

"Ya."


Mikoto keluar dari dalam mobil setelah mobil mewahnya terparkir di depan halaman sebuah panti tempat Hinata mengasuh. Mikoto lalu mengajak menantunya itu untuk keluar dari dalam mobil tapi entah kenapa Hinata tidak ingin keluar. Mikoto tidak bisa memaksa Hinata dan akhirnya ia hanya bisa menghela napasnya dan berjalan memasuki panti. Matanya menemukan beberapa pekerja bangunan yang kini tengah sibuk mengecat dinding, memotong sebuah kayu,dan hal lainnya yang biasanya dilakukan untuk merenovasi sebuah bangunan. Mikoto menajamkan matanya dan akhirnya menemuka sesosok putra bungsunya yang kini tengah berbicara dengan seorang pria sambil memegang sebuah kertas.

"Sasuke." Sapa Mikoto sambil menepuk Sasuke yang sibuk melihat kertas yang ia baca.

"Mom."

"Ada apa ini? Kok banyak pekerja bangunan?"

"Hm, aku yang mempekerjakan mereka."

"Untuk apa?"

"Aku rasa panti ini sebaiknya di renovasi. Karena aku lihat ada beberapa bagian bangunan yang sudah tidak layak. Aku kasihan melihat anak-anak." Jawab Sasuke tanpa mengalihkan tatapannya pada secarik kertas yang ia baca.

"Hm? Tumben sekali kau peduli terhadap anak kecil?"

"Hinata dimana Mom?" Tanya Sasuke setelah ia sadar kalau istrinya itu tidak ia lihat di sekitar tempat itu.

"Di mobil, gak mau keluar katanya."

"Kenapa?"

"Lihat saja sendiri, Sasuke pasti suka."

Sasuke mengernyitkan dahinya, ia lalu menyerahkan kertas yang ia baca kepada pria yang tadi saja ia ajak diskusi untuk merenovasi panti tersebut. Ia lalu berjalan mendekati mobil yang di parkirkan oleh supir keluarganya, lalu membuka pintu penumpang bagian belakang dan kagetnya ia saat melihat istrinya kini berpenampilan sangat berbeda dari biasanya.

"K..kakak." Hinata membuka matanya lebar-lebar saat ia tahu kini Sasuke menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa. Ia mengalihkan pandangannya dan seperti biasa menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya.

Sungguh pemandangan yang luar biasa untuk Sasuke. Hinata istrinya yang biasanya berpakaian sangat sederhana, berubah 180 derajat. Hari ini Hinata tidak memakai kaos ungu kesukaannya dengan celana jeans serta sepatu kets biasa melainkan, ia kini memakai rok berenda berwarna putih di atas paha, baju atasan berwarna krem lembut dengan tangan pendek yang terdapat pita di sisi lengannya. Kakinya yang mulus tertutupi kaos kaki yang tinggi hingga menutupi setengah pahanya, juga sepatu berwarna putih yang cocok dengan model bajunya. Rambut Hinata yang awalnya lurus dan berponi tebal itu kini berbeda. Rambutnya kini ikal dan memiliki belahan di sebelah kanannya sehingga kening hinata sedikit terlihat. Tidak lupa juga denga pita berenda yang terpasang di bagian belakang rambutnya membuat gadis itu semakin manis dilihat.

"Kenapa tidak mau keluar?" Tanya Sasuke.

"A..aku malu."

Sasuke tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk mengajak Hinata keluar dari dalam mobil. " Kau cantik Hinata. Anak-anak pasti senang melihatmu, ayo keluar."

Dengan ragu-ragu Hinata menerima uluran tangan Sasuke. Sambil menundukan kepalanya , ia berjalan berdampingan dengan suaminya. Lagi-lagi ekspresi aneh muncul di wajah Hinata saat ia melihat beberapa pekerja bangunan kini terlihat sibuk di Panti asuhannya.

"Kak Sasu, ada apa ini?"

"Aku ingin merenovasi panti asuhan ini."

"Merenovasi?" tanya Hinata sambil menengadahkan wajahnya untuk menatap wajah suaminya yang lebih tinggi 25 cm darinya.

"Hn, aku juga ingin meluasi taman bermainnya, juga menambahkan beberapa permainannya."

"Kak.."

"Ah, akan lebih bagus lagi kalau cat dindingnya juga di beri warna cerah." Ucap Sasuke.

Hinata meremas tangan Sasuke, membuat suaminya itu melihat kearah istrinya yang lagi-lagi menunduk. "Hinata, Kenapa?"

"Te..terima kasih kak." Hinata menangis sambil mengeluarkan senyuman bahagianya. Dia tidak menyangka suaminya tersebut peduli dengan keadaan Panti asuhannya.

"Sama-sama." Sasuke tersenyum tulus.


Sasuke dan Hinata menyusul Mikoto memasuki Panti asuhan. Namun saat berada di ruang tamu, Hinata menghentikan langkahnya. Sasuke pun ikut berhenti dan menggenggam tangan Hinata.

"Ayo."

"Tapi aku malu."

Tidak apa-apa."

Sasuke dan Hinata lalu melanjutkan langkahnya, dan saat berada di ruang tengah beberapa anak-anak kecil juga Ritsu anak yang paling tua dipanti tersebut menatap Hinata dengan wajah yang merona.

"Kak Hinata?" Ritsu mendekati Hinata yang tidak tahu harus menunjukan ekspresi seperti apa, langsung memegang tangan Hinata yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.

"R..ritsu."

"Kak Hinata cantik sekali! Iya kan adik-adik?"

"Kak Hinata cantik!" Anak-anak kecil kini berlari memeluk Hinata yang masih malu atas penampilannya.

"T..terima kasih." Hinata tersenyum.

"Uooooh! Silau!" Teriak bocah-bocah kecil itu setelah mendapatkan senyuman Hinata. Sasuke yang melihatnya tersenyum tipis.

"Kak Caacuu..kak Cacuukee."

"Hn?" Sasuke berjongkok menyamakan tingginya dengan gadis kecil bernama Yuki yang baru saja memanggil dan menarik bagian bawah bajunya.

"Yuki mau main."

"Main? Main apa?" Tanya Sasuke sambil memegang wajah Yuki di kedua tangannya, dan hal itu membuat Hinata yang melihatnya merona.

"Kejal-kejalan.. tapi Yuki pengen digendong ama kak Cacuu."

"Yuki culang! Aku juga mau!"

"Aku juga mau digendoong!"

Sasuke tersenyum sambil mengelus puncak kepala anak-anak kecil yang kini berebut ingin digendong Sasuke. " Ayo kita main diluar. Tapi yang pertama kali di gendong Yuki yah? Kan dia yang ngajak main pertama kali." Jawab Sasuke memberikan Syarat.

"Terus kita kapan digendongnya?"

"begini, siapa yang bisa nyentuh yang lagi di gendong sama Kakak, baru dia gantiin orang yang kakak gendong."

"Ok!" Jawab anak-anak semangat.

Sasuke lalu menggendong Yuki dengan cepat, lalu berlari diikuti anak-anak yang lainnya. Yuki tertawa lebar sambil mengalungkan tangannya di leher Sasuke. Sasuke berlari-lari dikejar oleh anak-anak yang lainnya sambil melindungi Yuki dan sesekali mengangkat Yuki dengan kedua tangannya sehingga memperkeras tawa dari gadis kecil berumur 3 tahun itu.

Dari dalam ruangan Hinata melihat kesenangan yang dilakukan oleh Sasuke dengan anak-anak kesayangannya. Tanpa sadar senyumnya mengembang di wajahnya, tidak lupa dengan rona merah khas di kedua pipinya.

"Kak Hinata, bagaimana kalau kita memasak?"

"Hn?"

"Kita masak untuk suamimu dan anak-anak." Jawab Ritsu.

"Ah iya."


Makan siang pun dimulai, Anak-anak kini tengah menyantap makan siang mereka dengan lahap. Sasuke duduk bersebelahan dengan Hinata di meja makan. Sedangkan Mikoto dan Tsunade bersebrangan dengan mereka.

"Kak Hinata! Kapan kami punya adik bayi?"

Hinata langsung terbatuk-batuk mendengar ucapan salah satu anak panti asuhannya. Sasuke yang duduk di sebelahnya segera menepuk-nepuk punggung istrinya sambil memberikan segelas air putih.

"Ehm, em.. Shou-chan makan dulu ya." Jawab Hinata dengan senyum pahit.

"Katanya kak Hinata akan kasih adik bayi kalo lagi bareng kak Sasuke kan?" Tanya salah seorang anak yang lainnya, yang berhasil membuat Sasuke tersedak minumannya kali ini.

"K..kak." Hinata mengambil Tissue dan melap mulut Sasuke yang sedikit basah. Sedangkan Mikoto tertawa melihat ekspresi anak bungsunya itu.

"Kalian tahu hal itu dari mana?" Tanya Tsunade tegas.

"Dari kak Ritsu!"

"Ritsu, belum saatnya kau memberitahu mereka soal seperti itu!" Ucap Tsunade tegas.

"Um. Maaf."

"N..nah bagaimana kalau kita melanjutkan makanannya." Ucap Hinata.

"T..tapi adik bayi.." gumam Yuki murung.

Hinata berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Yuki dan anak-anak yang lainnya sambil mengelus kepala mereka semua.

"Kalau makanannya dihabiskan hari ini, Kakak janji suatu saat akan bawa adik bayi, biar kalian semua bisa main bersama."

"Benar?" tanya Yuki antusias.

"Hn." Angguk Hinata.

"Janji?"

"Hah? Umm.. J..janji!" Balas Hinata.


Suara tangisan dari dalam TV membuat Sasuke memasang tampang jengkel saat ia keluar dari dalam kamar mandi. Ia melihat Hinata kini menonton Drama romantic dengan konsentrasi penuh.

"Nonton apa?" Tanya Sasuke di belakang sofa.

"Drama."

"Kok suka yang begituan sih?" tanya Sasuke.

"L..loh, Kakak memang tidak suka? Padahal kan Kakak seorang aktor."

"Aku tidak suka kalau jalan ceritanya cengeng begitu."

"Oh.."

Sasuke terdiam menatap Hinata yang membelakanginnya. Ia melihat sedikit kulit putih yang muncul dari pundak terbuka Hinata. Tanpa memakai baju atasannya, dan hanya pundak yang digantungi selembar handuk, Sasuke menghampiri Hinata dan duduk di sebelahnya.

Sadar akan kehadiran sang suami di sampingnya, Hinata menoleh namun dengan cepat ia memandangi TV karena ia tidak ingin terbuai oleh tubuh mempesona milik suaminya.

"Tadi siang anak-anak menghabiskan makanannya kan?" tanya Sasuke.

"Um, I..iya."

"Hn."

Sasuke menggeserkan posisinya mendekati Hinata dan merangkul Hinata di sebelahnya, membuat gadis yang di rangkul semakin gugup dan malu. Ia mendekatkan kepalanya ke tengkuk istrinya dan menghirup aroma manis dari tubuh istrinya.

"Kau ingat janji yang barusan kau ucapkan pada anak-anak?" Suara rendah Sasuke yang kini sangat dekat dengan telinga Hinata bahkan napasnya yang menyentuh leher Hinata, membuat gadis itu bergidik.

Hinata mengangguk pelan, Sasuke tersenyum. Ia kemudian semakin memperdekat jaraknya dengan istrinya itu lalu berbisik dengan suara yang bisa dibilang menggoda.

"Bagaimana kalau kita tepati janjinya?" tanya Sasuke sambil mengecup pipi mulus Hinata. Yang dicium hanya menunduk malu, sambil mengepalkan kedua tangannya. Sasuke kemudian mengelus pelan rambut indigo Hinata, menciumi rambutnya, meraba wajah cantik istrinya dan memberikan ciuman bertubi-tubi di sekitar wajahnya.

"K..Kak Sasu.."

"Hn?" Tanya Sasuke menikmati lembutnya rambut Hinata.

"A..aku.."

"Aku tidak akan menyakitimu Hinata." Jawab Sasuke.

Hinata mengangguk pelan. Di atas sofa ia dorong tubuh Hinata dengan pelan. Ia menindih tubuh gadis itu. Ia mencium pelan bibir Hinata sambil mengelus wajah istrinya. Membuka mulutnya dengan perlahan, ciuman itu semakin panas dan menjadi-jadi. Sesekali Sasuke menggeram, dan semakin memperdalam ciumannya.

Tangannya meraba-raba punggung Hinata dengan pelan, membuat istrinya itu sedikit mendesah. Hinata yang masih ragu akhirnya mengalungkan tangannya di leher suaminya. Bibir Sasuke. Bibir Suaminya yang lembut, dan aroma maskulin yang menguar dari tubuhnya membuatnya gila. Membuatnya menginginkan yang lebih dan lebih lagi.

"Brakk" Suara pintu kamar terbuka secara paksa dan berhasil membuat kegiatan kedua suami istri itu terhenti. Dan munculah sesosok pria dengan rambut panjang yang kini murka atas apa yang ia lihat.

"Uchiha Sasuke."

"Neji?"

"Kak Neji?"

Pria bernama Neji yang merupakan kakak kandung dari Hinata menahan napasnya dengan wajah yang merah juga tatapan benci kepada Sasuke.

"Apa yang kalian lakukan!"

TBC

Di usahain cepet deh Updatenya, tapi Author ga janji sih. yang nunggu fic SASUHINA buatan saya yang lain, harap bersabar ya ^^ ok terakhir Review ya onegai shimasu

m(_ _)m

Salam Hangat

Nao-shi