Konnichiwa minna Megami akhirnya balik lagi ke CYSS setelah sekian lama entah kemana. Masih nekat aja nih Megami balik ke FFN, oia Megami juga bikin fic judulnya 'Fake Love' jangan lupa RnR ya minna. #Hehehe promosi#

Spesial thanks untuk yang udah RnR. Ini adalah chapter terakhir dari CYSS pas di chapter sebelas dan juga sebagai kado ultah buat sobat Megami yang ultah di tanggal 11 juga. Selamat ulang tahun ya sobat makasih lu udah suka sama fic-fic gaje gue dan jangan lupa baca terus fic gue ya sobat walau gue tau, mungkin fic gue bikin elu mual hehehe. Balesan reviewnya di PM aja ya ^_^

Happy Reading…

Cerita sebelumnya :

"Ya, aku akan pergi ke Inggris dengan ibu dan melihat Nagato nii-chan sembuh." ucap Sakura tegas.

"Apa kau yakin Sakura-chan?" tanya Nagato tak percaya.

"Aku sangat yakin." jawab Sakura mantap.

"Jadi kau akan meninggalkanku untuk beberapa tahun Sakura-chan?" tanya Naruto lirih dan sendu tanpa terasa air matanya mengalir.

CYSS chapter 11

Fandom : Naruto

Disclaimer : Sampai kapanpun milik Masashi Kishimoto

by Uzumaki Megami Phantomhive

Warning : OOC, OC, typo bertebaran, Nagato di fic ini adalah hasil eksperimen Megami, Sebastian, dan Orochimaru (?) dan juga seumuran dengan Sakura dan Naruto, dll

.

.

.

5 tahun kemudian...

"Selamat akhirnya anda dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang," satu persatu orang yang berada di rumah sakit tempat Nagato dirawat menjabat tangan Nagato dan memberinya selamat.

"Ya, terima kasih aku sudah merasa sangat sehat sekarang walau terjadi perubahan dalam tubuhku," Nagato tersenyum senang sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Waaah… benar sekali rambut anda menjadi berwarna pink, apakah itu karena efek samping obat sehingga warna rambut anda memudar?" tanya seorang perawat yang memakai seragam berwarna biru muda setelah melihat warna rambut Nagato yang berubah dalam hitungan tahun dari berwarna merah menjadi berwarna pink. Mau tahu jika rambut Nagato berwarna pink? Megami pun hanya bisa membayangkannya karena Megami gak bisa gambar jadi rasa penasaran readers ditanggung sendiri dan cobalah untuk membayangkannya. Kalo ada yang bisa gambar Nagato berambut pink tolong tag Megami di Facebook ya. ^_^

"Bukan, ini karena aku menerima donor dari orang yang sangat kucintai sehingga gen kami menjadi sama persis. Hal ini membuatku sangat bersemangat untuk sembuh karena ingin selalu berada di dekatnya.

"Sepertinya anda bahagia sekali, apa dia pacar anda?" tanya perawat yang sedang mengecek data-data pasien.

"Sayang sekali tebakan anda salah, dia adalah saudara kembar saya yang sangat saya sayangi," jawab Nagato sambil menggelengkan kepalanya. Di saat itu bertepatan dengan datangnya Sakura dan juga keluarganya yang lain untuk menjemputnya.

"Sepertinya orang yang di maksud telah datang untuk menjemput anda," seorang dokter tersenyum dengan datangnya Sakura.

"Nagato nii-chan selamat atas kesembuhannya, ayo kita rayakan di rumah. Dad sangat bersemangat sekali ketika menghias rumah dengan hiasan kesukaan Nagato nii-chan," ucap Sakura bersemangat dan tangannya menyikut ayah kandung yang baru diketahui bernama Yamato Claiton.

"Kau bisa saja Sakura, bukankah Yachiru yang paling bersemangat?" Yamato bertanya balik untuk menyembunyikan pipinya yang telah merona.

"Ya, aku memang bersemangat dan dad pun tak kalah semangatnya denganku," Yachiru tertawa innocent dan makin membuat rona di pipi Yamato terlihat jelas.

"Ya dad akui dad memang bersemangat karena kakak kalian telah sembuh," akhirnya Yamato mau juga mengakui kebahagiannya.

"Warna rambut yang bagus, kau dan Sakura tampak seperti kembar identik," Mei menyikut lengan Nagato dan membuat Nagato tertawa.

Lalu keluarga itu pun pulang ke rumah mereka untuk merayakan kesembuhan Nagato.

.

.

.

"Ya bu, Nagato nii-chan sudah sembuh total dan mulai hari ini dia bisa kembali tinggal di rumah. Naruto-kun juga pasti sangat senang sekali, tolong sampaikan salamku pada orang-orang di rumah dan juga teman-temanku. Ya baiklah aku juga akan menyampaikannya, sampai jumpa lagi bu!" Sakura menutup teleponnya dengan hati yang berbunga-bunga.

"Sakura makanan sudah siap!" terdengar suara Mei memanggil Sakura memberitahunya bahwa makanan telah siap.

"Ya mom, aku segera datang," jawab Sakura dan langsung berlari ke meja makan. "Kalian semua mendapat salam dari ibu dan sekeluarga di Jepang," ucap Sakura sambil memasukan potongan ayam bakar ke mulutnya.

"Sakura, apakah kau tidak ingin kembali ke Jepang?" tanya Mei, seketika Sakura menghentikan acaranya memakan ayam bakar.

"Tentu saja aku ingin sekali ke sana, namun aku ingin tinggal untuk beberapa waktu dan menemani nii-chan," ucap Sakura dan sudut matanya sedikit melirik Nagato yang tengah menyuapi Yachiru.

"Pergilah Sakura, aku akan sangat senang kalau kau juga senang. Ayo kutemani kau membeli oleh-oleh," Nagato menarik tangan Sakura tanpa mempedulikan acara makan-makan yang sedang dilakukan keluarganya untuk menyambut kedatangannya.

"Dasar anak muda selalu saja bersemangat, aku jadi iri dengan mereka yang masih sangat bersemangat," Yamato menghela nafasnya melihat kedua anak kembarnya sangat bersemangat, namun ada perasaan sedih di hatinya karena lagi-lagi dia harus merelakan anak gadisnya untuk pergi dari sisinya.

"Sudah relakan sajalah Sakura, karena dia kembali untuk orang yang dia cintai," Mei mengelus pundak Yamato seolah tahu kesedihan yang tengah dirasakan oleh suaminya. Yamato hanya tersenyum sedih menanggapinya.

.

.

.

"Sakura-chan, bagaimana kalau kau membelikan tongkat ala bangsawan Inggris itu untuk Naruto atau paman Minato?" tanya Minato sembari menunjuk kumpulan tongkat ala bangsawan Inggris.

"Kalau untuk ayah mungkin iya, namun kalau untuk Naruto-kun sebaiknya aku membelikan pulpen ini saja agar dia lebih giat lagi dalam belajar dan segera lulus dari universitas," Sakura tampak sibuk memilih-milih pulpen yang kira-kira akan disukai Naruto.

"Bagus sekali ide mu aku tahu si Naruto kepala durian itu susah sekali kalau di suruh belajar," Nagato menyetujui oleh-oleh yang akan dibawa Sakuera ke Jepang. "Jangan terlalu pusing memilih karena aku yakin apa pun yang kau bawa pasti dia akan senang sekali."

"Sepertinya baju maid ini cocok untuk diberikan pada Sasori nii-chan, menurutmu bagaimana nii-chan?" Sakura menanyakan pendapat Nagato perihal baju maid yang dia lihat di tempat costume untuk cosplay karena dia amat mengetahui kalau kakak sulungnya itu sangat menyukai cosplay.

"Ya aku setuju pasti Sasori nii-chan akan sangat cantik sekali mengenakannya, aku juga akan membelikannya satu baju Lolita di sana, Sakura kau harus berjanji padaku untuk memotret Sasori nii-chan dan memberikan fotonya padaku!" perintah Nagato, dia berlari kecil ke arah tempat baju yang memajang berbagai baju lolita.

"Nagato nii-chan," panggil Sakura pelan dari belakang Nagato dan memegangi ujung baju Nagato. "Sudah tetaplah seperti itu, jangan berbalik menghadapku karena saat ini wajahku sedang jelek sekali."

"Ada apa Sakura-chan?" tanya Nagato dia dapat merasakan bahwa ada yang tidak beres dengan Sakura. "Apa kau sakit?"

"Bukan, aku tidak sakit. Apa kau tidak sedih aku akan meninggalkanmu kembali pulang ke Jepang sepertinya kau sangat bersemangat sekali," tanpa terasa butiran bening mengalir dari emerald Sakura dengan cepat Sakura mengelap matanya dengan tangannya.

"Kalau kau berkata aku tidak sedih, kau tahu itu sangatlah bohong. Sejujurnya aku sangat menyayangimu dan tak mau berpisah denganmu lagi. Aku hanya tak ingin membuatmu bersedih, aku yakin kau lebih bahagia jika kau tinggal di Jepang," Nagato membalikkan badannya dan mengusap air mata yang keluar dari emerald Sakura. Lalu mereka pun membayar semua barang yang dibeli dan duduk santai di sebuah kursi yang berada si taman umum sambil menikmati es krim di tengah musim panas.

"Sakura-chan aku hanya meminta satu hal, dimana pun kau berada janganlah lupakan aku. Kakakmu ini yang hanya lahir beberapa menit sebelum kau lahir, gen kita sama, hati kita sama, dan aku pun yakin perasaanmu sama seperti perasaanku yang sangat menyayangimu," Nagato mengelus lembut kepala Sakura sedangkan Sakura menyandarkan kepalanya pada bahu Nagato sambil tetap menjilat es krim nya.

"Tidak, bodoh! Mana mungkin aku melupakan kakakku yang bawel ini. Karena sebentar lagi aku akan kembali ke Jepang aku memberimu kebebasan untuk mengambil semua koleksi komikku," Sakura berusaha berbicara dengan semangat walau hatinya pun terasa sedih.

"Tumben sekali kau tidak pelit padaku?" tanya Nagato sekaligus mencibir Sakura yang dirasanya tak akan memberikan barang kesukaannya pada siapapun.

"Tentu saja aku ini sangat baik, karena aku juga mempunyai komik itu dalam versi Jepang di kamarku yang berada di Jepang sana," Sakura menyeringai nakal sehingga memperlihatkan barisan giginya yang rapi.

"Sudah aku kira kau akan berkata seperti itu," ucap Nagato memajukan bibirnya berpura-pura kesal dan disusul oleh cubitan Sakura yang bertubi-tubi di lengan Nagato. Mereka pun tertawa lepas, sebuah tawa yang sangat bahagia.

.

.

.

"Sampai jumpa mom, dad, Nagato nii-chan, Yacchan, sering-seringlah main ke Jepang!" perintah Sakura pada keluarganya ketika berpamitan di bandara.

"Jaga dirimu baik-baik, jangan menerima barang dari orang asing dan jangan berbicara berlebihan dengan orang asing…" Mei berceramah panjang lebar ketika melepaskan putri sulungnya untuk kembali pulang ke Jepang.

"Oh, hentikanlah mom aku bukan anak kecil lagi umurku sudah 20 tahun." Sakura tampak kesal karena ibunya tak kunjung selesai dalam menceramahinya.

"Sakura sampaikan salam kami pada keluarga di Jepang," pinta Yamato dan memeluk erat Sakura. "Jaga dirimu baik-baik Sakura!"

"Tentu dad," sebuah senyum menghiasi bibir pink alami milik Sakura, diliriknya Nagato yang tersenyum ke arahnya.

"PESAWAT CLAYTON 501 TUJUAN LONDON-TOKYO AKAN SEGERA BERANGKAT DIHARAPKAN PARA PENUMPANG SEGERA MEMASUKI PESAWAT!" tiba-tiba sebuah suara dari pengeras suara terdengar memanggil para penumpang pesawat.

"Pesawat Clayton?" tanya Sakura bingung dan terus memandangi wajah Yamato.

"Ya, keluarga kita juga membuka bisnis pesawat," Yamato tersenyum menanggapi pertanyaan Sakura, seketika itu mata Sakura membulat sempurna menggantikkan keterkejutannya.

"KAMI ULANGI KEPADA PARA PENUMPANG PESAWAT CLAYTON 501 TUJUAN LONDON-TOKYO AKAN SEGERA BERANGKAT DIHARAPKAN PARA PENUMPANG SEGERA MEMASUKI PESAWAT!" Suara itu kembali terdengar memanggil.

"Sampai jumpa lagi Yacchan, sampai jumpa lagi Nagato nii-chan," Sakura memeluk Nagato yang tanpa diketahuinya Nagato mengeluarkan air mata dari emeraldya yang sama persis dengan Sakura.

Setelah memakan waktu beberapa jam di pesawat dari London yang menuju Jepang akhirnya Sakura tiba juga di Jepang. Sakura sengaja tidak menelpon dan meminta ayahnya untuk menjemput karena Sakura ingin membuat keluarganya merasa terkejut sebuah tindakan jahil yang sangat berbeda jauh jika seseorang hanya menilai Sakura dari luarnya saja pasti semua orang akan mengira gadis yang memiliki rambut berwarna pink manis itu adalah anak yang sangat manis dan penurut. Lalu dia menyetop taksi dan menyebutkan alamat yan akan ditujunya pada sopir taksi setengah baya yang mengendarai sopir taksi yang ditumpangi Sakura.

Setelah 2 jam diperjalanan Sakura akhirnya tiba juga di rumahnya yang sudah sangat lama dia tinggalkan. Sakura memencet bel beberapa kali namun tak ada jawaban dan dengan sangat terpaksa Sakura mengeluarkan kunci cadangan rumahnya tersebut yang beberapa taun lalu Sakura menggandakan kunci rumahnya secara diam-diam untuk mengerjai ayahnya. Sakura masuk ke dalam rumah menghirup aroma rumahnya itu dan dirasakannya tidak ada yang berubah dengan rumah kesayangannya. Tak lupa Sakura kembali mengunci kembali pintu rumahnya agar rencananya untuk mengejutkan keluarganya sempurna. Sakura membawa barang bawaannya naik ke lantai dua menuju kamarnya. Sebelum masuk ke kamarnya Sakura terlebih dulu masuk ke kamar Sasori, tak banyak perubahan yang terjadi di sana selain gantungan costume untuk cosplay semakin menumpuk di dinding kamar kakak sulungnya. Sakura sudah sangat hapal dengan kebiasaan kakak merahnya itu yang selalu menggantung costume yang dimilikinya dan tak pernah memasukannya ke lemari agar setiap orang bisa melihat koleksi costume yang mulai dari costume maid yang banyak jenisnya, lolita, gothic, harajuku, dan hampir semua costume dari berbagai anime ada di situ. Beruntung juga Sasori karena mempunyai orang tua yang kaya dan selalu melimpahinya dengan uang saku yang berlebih. Lalu Sakura membuka kotak yang berisi costume maid yang dibelinya dan Nagato di London, Sakura mengambil hanger dari dalam lemari Sasori dan menggantungkan costume itu di bagian koleksi costume maid milik Sasori.

"Kau harus berterima kasih padaku dan Nagato nii-chan karena akan menambah koleksi costume milikmu" gumam Sakura pelan sambil menyunggingkan senyum manisnya.

Setelah puas dengan kamar Sasori, Sakura kembali melanjutkan langkahnya menuju kakak rambut durian sekaligus pacarnya tersebut. Sakura sudah tidak merasa terkejut saat membuka pintu kamar Naruto dan langsung disuguhkan dengan pemandangan yang akan membuat Kushina berteriak sambil membawa sapu dan berlari mengejar Naruto. Kaos tampak menggantung di dinding tapi tak sama dengan gantungan costume Sasori yang tampak rapi teratur dan wangi, kaos tersebut sangat kotor dan berbau seperti kaos kaki yang sudah sebulan tak dicuci.

"Aku sedang berbaik hati sekarang Naruto-kun, akan kutagih satu kaleng cherry padanya nanti sebagai ganti ini," lagi-lagi Sakura menggumam sambil tersenyum. Kemudian Sakura membereskan kamar Naruto yang hampir mirip dengan pesawat yang bertabrakan dengan helicopter. Setelah semuanya beres Sakura meletakan pena penuh motif di meja kecil di samping tempat tidur Naruto. Lalu Sakura duduk di ranjang milik Naruto yang lumayan besar untuk dirinya, karena lelahnya akhirnya Sakura jatuh tertidur di kasur milik Naruto tanpa membutuhkan waktu lama Sakura langsung terlelap dan jatuh kea lam mimpi. Tanpa dia sadari ternyata keluarganya baru saja kembali kerumah.

"Kalau setiap hari kita makan malam diluar pasti dalam satu bulan aku akan menjadi segendut Chouji," ujar Naruto sambil menepuk-nepuk perutnya yang kekenyangan.

"Kau tidak akan menjadi sebesar Chouji kalau makanmu tidak seperti orang kalap begitu, makan makanan mewah denganmu sama sekali tidak terkesan elit. Andai saja ada Sakura-chan disini pasti akan sangat menyenangkan karena makan makanan Prancis denganmu sungguh memalukan, harusnya ayah membawa Naruto ke kedai ramen Ichiraku," ujar Sasori sarkastik.

"Biar saja toh setiap hari juga aku mampir ke kedai Ichiraku sepulang sekolah, kalau ada Sakura-chan aku juga akan makan dengan elit kalau hanya dengan Sasori nii-chan sih masa bodohlah toh hanya kau bukan Sakura-chan. Sudah aku sedang tidak ingin ribut denganmu karena tidak bagus untuk pencernaanku sampai jumpa semuanya aku ingin tidur dulu," ucap Naruto melambaikan tangannya pada ayah, ibu, dan kakak berambut merahnya sedangkan ayah dan ibunya hanya dapat geleng-geleng kepala karena sikap Naruto.

"Ayah, ibu aku akan mengerjakan tugas kuliahku dahulu selamat malam," Sasori mengecup pipi Kushina dan Minato lalu berlari naik menuju tangga mengejar dan mendahului Naruto.

"Hei jangan berlari di sebelahku bagaimana kalau aku terjatuh dan kepalaku terbentur lalu isi kepalaku hilang sehingga aku tidak bisa berfikir?" teriak Naruto mengomel pada Sasori yang hanya dibalas oleh juluran lidah oleh sang kakak.

"Hei muka kucing garong tanpa terbentur pun kepalamu memang tidak ada isinya dan semua orang pun tahu kalau kau tidak bisa berfikir alias bodoh," Sasori kembali menjulurkan lidahnya dan secepat kilat berlari ke dalam kamarnya yang berada paling dekat dengan tangga.

"Dasar muka bayi, otaku, tsundere, cosplayer tak laku," terdengar segala sumpah serapah dirapal oleh putra bungsu dikeluarga itu.

"Hei kalian jangan bertengkar terus, kalian ini sudah dewasa. Sasori jangan terus meledek adikmu, Naruto jaga ucapanmu jangan mengucapkan kata yang tak perlu!" perintah Kushina dari bawah tangga.

"Sudahlah sayang jangan memarahi mereka terus lebih baik kau simpan tenagamu untuk urusan kita yang lebih penting," ujar Minato dan tanpa aba-aba langsung menggendong Kushina ala bridal style menju ke kamar mereka.

.

.

.

"Huaaa… ayah… ibu… nii-chan… tolong aku," jerit Naruto dengan suaranya yang tak enak didengar, Naruto berlari menuruni tangga dengan cepat. Dengan segera semua orang yang merasa dipanggil oleh Naruto langsung mendatangi Naruto yang sedang duduk di ruang tengah, nafasnya terengah-engah seperti habis berjalan puluhan kilometer.

"Kau ini selalu saja menganggu kesenangan orang lain, apa maumu?" tanya Minato sarkastik karena acaranya dengan Kushina terganggu oleh teriakan Naruto.

"Apa kau tidak tahu kalau Killer Bee-sensei akan membunuhku kalau tugasku tidak selesai besok," teriak Sasori mengeluarkan deathglare terbaiknya pada Naruto.

"Apa kau melihat hantu?" tanya Kushina mengelus-elus punggung Naruto untuk menenangkannya.

"Aku tidak melihat hantu tapi aku melihat bidadari cantik, dia sedang tertidur di kasurku sekarang!" ucap Naruto terengah-engah. Dan Naruto sukses membuat semua keluarganya memandangnya dengan tatapan yang seolah mengatakan 'Aku tidak yakin kalau dia masih waras!'

BRUG…

Tiba-tiba Sasori menendang Naruto dari belakang dan membuat Naruto jatuh terjengkang ke sofa.

"Mimpi itu diilakukan saat sedang tertidur dan bukan dengan mata yang terbuka lebar, dasar IDIOT," Sasori menekankan kata-katanya saat meneriakkan kata idiot.

"Hey Naruto, seharusnya perbanyaklah berdoa sebelum tidur. Ayah tahu mungkin otakmu terganggu oleh tugas kuliah yang menumpuk, sekali-kali pergilah berlibur ke daerah pegunungan untuk menjernihkan pikiranmu!" perintah Minato seenaknya pada Naruto.

"Kalian jangan berkata kejam seperti itu pada Naruto, sebaiknya kau cuci muka Naruto dan tenangkanlah pikiranmu," ucap Kushina dan masih menganggap anaknya itu hanya bermimpi buruk.

"Bu, kau harus percaya dengan apa yang kukatakan, bidadari itu sangat cantik dan dia…" kata-kata Naruto terpotong oleh kehadiran Sakura di tangga teratas.

"Kalian berisik sekali, apa kalian tidak tahu aku kelelahan. Jarak London-Tokyo itu jauh sekali, biarkan aku tidur 10 menit lagi. Jadi kumohon jangan berisik!" ucap Sakura dengan mata setengah tertutup dan berjalan menuruni tangga sambil mengucek matanya.

"D-dan itu dia bidadari yang tidur di kasurku," Naruto meneruskan kembali ucapannya yang sempat terputus, matanya terus memandang Sakura yang kini duduk di sofa tepat disampingnya. Semua orang di ruangan itu tak dapat menyembunyikan keterkejutan mereka yang disebabkan oleh gadis berambut pink yang masih setengah mengantuk itu.

"Kalian kemana saja? Rencanaku membuat kejutan jadi gagal total, kalian berhutang satu porsi sushi padaku," ucap Sakura dengan nada mengancam. Dan sejurus kemudian Naruto menghambur dan memeluk Sakura yang berada di sebelahnya.

"Sakura-chan, kau membuatku jantungan kapan kau sampai disini? Aku rindu sekali padamu sayangku," Naruto terus menghujani Sakura dengan pertanyaannya dan mempererat pelukannya pada Sakura.

"Putriku satu-satunya, putri kesayanganku. Ayah sangat merindukanmu melebihi apapun setiap detiknya ayah selalu merindukanmu putriku tersayang," tak mau kaolah dengan Naruto, Minato pun ikut memeluk Sakura dengan erat.

"Hei hentikan tindakan bodoh kalian, kalian membuat Sakura-chan kehabisan nafas lihat wajahnya sudah membiru!" omel Sasori pada adik lelaki dan ayahnya.

"Oh, maafkan kami Sakura-chan," sesal Minato dan melepaskan pelukan mautnya lalu disusul oleh Naruto. Namun tiba-tiba Sasori menjatuhkan dirinya di samping Sakura dan menindih tubuh Naruto.

"Sakura-chan, adik perempuan manisku aku selalu rindu padamu sayang. Kejutanmu melebihi kejutan apapun yang ada kau jangan kecewa karena kau sangat sukses membuat kami terkejut sampai-sampai mulut Naruto menganga lebar," Sasori menciumi pipi Sakura dan memeluk erat Sakura melebihi pelukan Naruto dan Minato.

"Sa-Sasori nii-chan kau mau membunuhku?" tanya Sakura terbata-bata dan berusaha melepaskan pelukan Sasori yang mematikan.

"Gomen ne Sakura-chan hehehe," ucap Sasori disertai dengan cengiran.

"Hey muka bayi kau menindihku, cepat menyingkir kalau tidak ingin aku membunuhmu!" ancam Naruto dan memberikan deathglare terbaiknya pada Sasori.

"Silahkan saja kalau kau bisa melawanku," Sasori bangkit dan berdiri di sebelah Kushina tak lupa menjulurkan lidahnya pada Naruto.

"Sasori beraninya kau mencium putriku," Minato tampak menggeruto oleh ulah Sasori.

"Sayang, pasti kau lelah sebaiknya kau istirahat kembali," Kushina menuntun Sakura berdiri dari duduknya.

"Ya bu, aku memang lelah sekali sampai jumpa besok bu. Selamat malam, aku sayang kalian semua," Sakura mengecup pipi Kushina dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Sampai jumpa semuanya, aku juga ingin kembali tidur," Naruto mengikuti Sakura menaki tangga menuju kamarnya. Tiba-tiba Sakura berhenti dan berbelok menoleh pada anggota keluarganya.

"Aku juga membawakan oleh-oleh untuk kalian, pasti kalian bisa menemukannya kalau teliti," Sakura tersenyum sekilas dan kembali berjalan.

"Sakura-chan, apa besok kau mau jalan-jalan denganku ke taman?" ajak Naruto dengan wajah berharap.

"Ya tentu saja, aku sangat rindu padamu Naruto-kun. Sampai jumpa besok," Sakura mengecup pipi Naruto dan dengan segera berlari masuk ke kamarnya.

"Aku tidak sabar menunggu hari esok Sakura-chan," Naruto bergumam pada dirinya sendiri dan dia pun lalu masuk ke kamarnya sendiri.

"Mengapa kau tidak kembali tidur Sasori?" tanya Minato heran karena Sasori tetap duduk di sofa dan malah menyalakan TV.

"Kembali tidur? Aku kan memang belum tidur ayah, aku sedang mencari inspirasi dari tontonan TV, tenang saja aku tidak akan mengganggu acara kalian. Selamat bersenang-senang," ucap Sasori tersenyum penuh arti tanpa mengalihkan perhatiannya dari acara TV yang sedang menayangkan acara horor tengah malam.

"Ba-baiklah kalau itu maumu," ucap Minato tergagap karena malu.

"Jangan lupa matikan TV kalau kau hendak tidur Sasori!" perintah Kushina sebelum sosoknya dan Minato menghilang dari ruang tengah.

.

.

.

"Sakura-chan, kau tidak mendapat pacar baru kan di London?" tanya Naruto penuh selidik, tangannya menggenggam tangan Sakura saat itu mereka tengah berjalan-jalan di taman yang tak jauh dari rumah mereka.

"Kau jangan seenaknya bicara Naruto-kun, apa kau tidak yakin dengan perasaanku?" tanya Sakura sedikit tersinggung dengan pertanyaan Naruto, dia merasa gusar karena dicurigai dan Sakura pun melepaskan genggaman tangan Naruto.

"Aku hanya bercanda Sakura-chan, sudah lama sekali aku tak melihatmu marah seperti itu."Naruto memamerkan cengiran rubahnya pada Sakura dan kemudian Naruto menarik tubuh Sakura kedalam pelukannya sehingga tak ada jarak diantara mereka walau hanya satu senti, tubuh mereka menempel satu sama lain sehingga Sakura bisa mendengar setiap detak jantung Naruto. "Aku tahu sampai kapanpun kau akan tetap mencintaiku kan, aku pun sama sepertimu cintaku padamu sangatlah besar tak ada yang mampu menyainginya dan tak ada yang mampu mengalahkan cintaku padamu walau orangtua kita sekalipun."

"Ngomong-ngomong tentang orang tua, bagaimana kita akan memberitahu hubungan kita pada mereka. Aku sangat takut kalau memikirkan reaksi mereka yang menentang kita Naruto-kun. Aku tak mau mereka memisahkan mereka," Sakura balas memeluk Naruto erat seolah tak rela jika harus kehilangan belahan jiwanya.

"Tenang saja Sakura-chan aku akan melindungimu apa pun yang terjadi dan tak akan membiarkanmu terpisah dariku," janji Naruto dengan sungguh-sungguh.

.

.

.

"Ayah, ibu bolehkah aku tinggal disini lagi dan meneruskan kuliahku disini?" tanya Sakura harap-harap cemas.

"Apa yang kau katakan Sakura, tentu saja dengan senang hati kami selalu menginginkanmu berada di sini kapanpun kau mau," ujar Minato meyakinkan Sakura.

"Apa kau sudah meminta izin pada orangtuamu yang lainnya, maksudku pada kakakku?" tanya Kushina karena khawatir pada perasaan Mei Terumi, kakaknya. "Aku yakin mereka pasti sedih sekali karena kau meninggalkan mereka dan memilih tinggal disini."

"Jangan khawatir bu, mom dan dad sangat setuju dengan pilihanku karena mereka sangat ingin melihatku bahagia. Mereka adalah orangtua terbaik kedua setelah kalian," jawab Sakura dengan senyum berbinar.

"Syukurlah kalau begitu, ayah akan mengurus surat kepindahanmu segera," janji Minato menyetujui pilihan Sakura.

"Ng… a-ayah, i-ibu a-ada yang harus a-aku katakan p-pada kalian," Naruto menelan ludahnya sendiri dan berbicara dengan terbata-bata.

"Apa yang ingin kau katakan sampaikau berbicara dengan terbata-bata Naruto?" tanya Kushina heran karena tingkah putranya yang selalu mengherankan. "Tenanglah Naruto, kami tak akan membunuhmu jika kau tidak melakukan kecerobohan sangat besar."

"Apa kalian setuju kalau aku mempunyai pacar yang sangat kucintai dan aku bersungguh-sungguh akan selalu menjaganya aku tak akan menyakitinya dan akan selalu mencintainya sampai mati, ah bukan maksudku sampai kapanpun aku akan tetap mencintainya," Naruto memohon-mohon pada kedua orangtuanya dengan memengang tangan mereka berdua. Sedangkan Sakura hanya menundukkan wajahnya memandangi lantai karena tak berani memandang wajah orangtuanya.

"Ya, tentu saja kau boleh mempunyai pacar. Tapi seharusnya kau berkata demikian pada orangtua pacarmu bukan pada kami, kau selalu bertindak diluar dugaan," Minato menghela nafas melihat tingkah putranya.

"Tapi aku tidak yakin kalian akan merestui kami," Naruto terus memasang tampang puppy eyes-nya.

"Kami akan merestui selama kau tidak menjadi yaoi," ucap Kushina dan mendelik pada Naruto karena mengira mempunyai putra yaoi.

"Tentu saja aku bukan yaoi, dan aku berjanji panjang lebar seperti tadi pada kalian karena kalian orangtua dari pacarku," teriak Naruto berapi-api namun sesaat kemudian dia langsung menundukan wajahnya tepat seperti apa yang dilakukan Sakura.

"Naruto…" panggil Minato.

"Ya, ayah?" tanya Naruto menyahut dengan suara pelan.

"Apa kau berniat membunuhku? Kalau aku punya penyakit jantung pasti sekarang aku sudah sudah mati kena serangan jantung," ucap Minato menggerutu dan terus memandangi Naruto.

"Naruto, ibu tahu tingkah lakumu selama ini memang selalu tak terduga dan membuat orang lain terkejut, tapi tindakanmu satu ini membuatku tak bisa berkomentar," Kushina menusuk Naruto dengan tatapan elangnya.

"Maafkan aku ibu," lagi-lagi Naruto hanya sanggup bersuara pelan.

"Tapi tolong restui kami ayah, ibu, akan kulakukan apa saja untuk bisa bersama dengan Sakura-chan. Lagipula aku tidak terikat hubungan darah dengan Sakura-chan, kami bukan saudara beda ibu, bahkan sepupu pun bukan. Kami sudah dewasa jadi tolong restui kami," Naruto bersujud di kaki ayah dan ibunya untuk memohon restu yang dia butuhkan agar dapat memiliki Sakura tanpa harus merasa bersalah dengan orangtuanya.

"Sakura-chan, sudah berapa lama kalian pacaran?" tanya Minato dingin.

"Sudah lima tahun lebih ayah," jawab Sakura tanpa mengangkat kepalanya yang menunduk.

"Ternyata banyak yang tidak kuketahui dalam rumahku sendiri, sayang bagaimana menurutmu?" tanya Minato dan menggenggam tangan Kushina.

"Aku sangat bingung, tapi sepertinya apa yang dikatakan Naruto betul. Mereka sudah dewasa dan kita tidak berhak menghalangi cinta mereka karena mereka tidak ada ikatan darah.

"Jadi ibu merestui kami?" tanya Sakura mulai berani mengangkat wajahnya dan menatap ibunya penuh harap.

"Tentu saja, selama kau tidak jatuh cinta dengan Sasori karena kalian sepupu," Kushina tersenyum lembut dan itu sangat menenangkan hati Sakura karena dirinyatidak mungkin jatuh cinta pada pria lain selain Naruto.

"Ayah aku mohon berbaik hatilah pada kami," Naruto mulai tak sabaran dan dengan sekali lompat dirinya telah berhasil memeluk Minato.

"Ya… ya terpaksa aku setuju dengan Kushina jadi cepat menyingkir dariku, aku susah bernafas Naruto," omel Minato kesal karena tingkah Naruto yang selalu terlalu bersemangat.

"Ayah memang baik, aku akan selalu mengingat kebaikan ayah dan ibu," Naruto mencium pipi Minato dengan mesra yang sukses membuat wajah Minato berubah hijau karena mual.

"Asal kau selalu ingat janjimu, kalau kau menyakiti putriku kau harus bersiap-siap memesan peti mati," ancam Minato dengan tambahan deathglare.

"Kalau kau membuat adik perempuanku menangis kau akan menderita, tapi selamat atas restu yang kalian dapatkan akhirnya kalian direstui juga," ucap seseorang yang tengah menonton TV di sofa yang berada di balik sofa yang sedang diduduki Minato dan Kushina jadi tak ada yang menyadari kehadirannya. Orang itu ternyata adalah Sasori.

"Jadi kau sudah mengetahui perasaan Naruto dan Sakura?" tanya Kushina kaget dengan kehadiran Sasori yang tak terduga.

"Ya, bahkan sejak sebelum mereka berpacaran," Sasori tersenyum seolah-olah persoalan yang dialami keluarganya adalah hal biasa.

"Hahahaha, kalian ini memang anak-anak yang tidak bisa ditebak. Sayang kalau anak dalam kandunganmu itu perempuan kita harus menjauhkannya dari Sasori," Minato tergelak karena merasa keluarganya sangat unik.

"Sudah pasti sayang, aku akan selalu mengawasinya," Kushina tersenyum dan mengelus-elus perutnya yang memang tampak sedikit membuncit.

"Jadi ibu hamil?" tanya Sakura terkejut.

"Sekarang sudah memasuki bulan keempat," Kushina terkekeh melihat reaksi Sakura.

"Mengapa ibu tidak bilang?" tanya Sasori kecewa.

"Karena ibu ingin memberikan kejutan di hari kepulangan Sakura, namun kejutannya sendiri datang dari Sakura dan Naruto," Kushina mulai melirik-lirik Naruto dan Sakura.

"Hahahaha, dasar ibu ini. Aku akan menculik Sakura-chan dulu ya, ayo Sakura-chan kita pergi!" Naruto menarik tangan Sakura dan membawanya berlari ke luar rumah.

.

.

.

"Kau mau membawaku kemana Naruto-kun?" tanya Sakura sedikit kesal karena Naruto selalu saja menariknya dengan tiba-tiba.

"Kita akan jalan-jalan ke villa milikku yang ada di Sunagakure," Naruto tersenyum penuh arti menoleh pada Sakura dan kembali berkonsentrasi menyetir mobil porche berwarna jingga miliknya.

"Kalau sekedar jalan-jalan mengapa sampai sejauh itu?" gerutu Sakura.

"Tidak apa-apa kan, lagipula aku ingin mencoba mobil baruku denganmu," jawab Naruto.

"Kau selalu saja bersemangat, lagipula aku tidak membawa baju. Ayo pulang," Sakura hanya dapat menghela nafas akibat perbuatan Naruto yang selalu tak terduga dan mengingatkan Sakura pada omongan Kakashi-sensei saat mereka masih di Konoha High School bahwa Naruto adalah 'Lelaki Dengan Penuh Kejutan No 1'.

"Jangan khawatir tentang apapun, aku membeli villa itu khusus untuk kita berdua. Jadi kau tak perlu mengkhawatirkan tentang pakaianmu. Apa kau siap untuk waktu panjang hanya untuk kita berdua cintaku?" bisik Naruto di telinga Sakura dan sukses membuat Sakura terbelalak kaget namun tak lama dia pun dapat mengatur perasaannya kembali.

"Tentu saja, hanya kita berdua. Cintaku untukmu selamanya," Sakura tersenyum menatap Naruto yang juga tengah menatapnya.

Perjalanan ke Sunagakure pun berlanjut dengan membawa cinta Naruto dan Sakura yang tak akan pernah berujung.

~THE END~

Fuuuaaah… akhirnya fic ini selesai juga. Gomen updatenya lama banget soalnya Megami sibuk banget sama sekolah dan kegiatan yang seabreg lainnya *sok sibuk loh*. Maaf banget kalo dari awal cerita sampe akhirpun ceritanya tetep jelek dan ngebosenin dan maaf juga soal typos Megami emang kayaknya susah sembuh dari penyakit 'KUTIL' (kurang teliti) yang Megami derita sejak lahir. Kalo fic ini dilanjut bisa-bisa ganti rated nih jadi rated M *wah bahaya*. Makasih banget yang udah mau RnR, kalo readers mau baca fic Megami yang baru donk readers yang judulnya "Fake Love" walau Megami tahu fic itu sama gajenya dengan fic CYSS ato malah lebih gaje. Udah deh gak usah banyak ngomong Megami udah keabisan omongan, eia jangan lupa buat ~REVIEW~ ^_^

MATA ASHITA… SALAM CINTA DARI MEGAMI BUAT READERS SEMUA *ditabok readers pake bantal hehehe*