TITLE: LOVE ISN'T JUST A WORD
RATING: K+ / T
GENRE: Romance, drama, shonen-ai/yaoi
DISCLAIMER: Vocaloid belongs to Crypton Future Media and Yamaha
WARNING: Mengandung SHONEN-AI/YAOI, boy x boy, masih ada kesempatan untuk "back"
COUPLE: KaitoxLen
=';'=
Mungkinkah musim semi datang saat musim dingin tiba?
Mungkinkah bunga sakura akan bersemi dalam dinginnya musim dingin?
Aku ingin merasakan melihat bunga sakura
Yang tetap bersemi meskipun ketika musim dingin datang..
=';'=
Vocaloid Gakuen, sekolah khusus untuk para murid yang menyukai bidang musik dan kesenian. Sekolah dimana status sosial tidak dipersoalkan. Anak-anak yang tidak mampu asalkan mereka berbakat, maka akan diberi beasiswa. Tempat yang indah dimana bunga-bunga selalu tumbuh bagai di musim semi. Sebuah sekolah dimana musik dan lagu-lagu indah selalu terdengar di sana. Suatu pagi yang cerah dan tak berawan, Vocaloid Gakuen terlihat ramai sekali. Para gadis berteriak bahagia dan terlukiskan senyum indah di wajah mereka. Di kedua tangan mereka membawa sebungkus kado. Ada juga yang membawa rangkaian bunga mawar.
"Kaito! Kaito-nii-sama..!"
"Kaito-nii-chan..!"
Terdengar teriakan gadis-gadis dengan penuh semangat. Mereka membuat kerumunann di depan pintu masuk sekolah.
Tidak lama kemudian orang yang mereka harapkan datang dan bersiap melewati pintu itu. Seorang laki-laki berambut biru dengan warna bola mata biru saphire yang mempesona tiap orang yang melihatnya. Laki-laki itu perlahan-lahan datang dan bersiap memasuki gedung sekolah. Laki-laki itu adalah Shion Kaito, cowok paling populer di sekolah dan mendapat julukan "Pangeran".
"Tiap tahun selalu ramai ya?" gumam seorang laki-laki dengan rambut hijau tosca.
"Apa boleh buat..mereka sendiri yang membuat ini semua Mikuo," jawab Kaito pelan.
Gadis-gadis penggemar Kaito membukakan jalan untuk Kaito lewat. Tidak lupa mereka memberikan hadiah yang mereka bawa untuk Kaito.
Kaito hanya menanggapi mereka dengan senyuman. Menurutnya hanya dengan senyumannya saja itu sudah cukup membuat mereka senang. Kaito dan temannya, Mikuo, memasuki kelas mereka. Ternyata di kelas merekapun sama saja. Gadis-gadis di kelas mereka ternyata telah menyiapkan hadiah-hadiah untuk Kaito. Sampai-sampai bangku Kaito dipenuhi dengan tumpukan hadiah dari mereka.
"Ya ampun..kalau begini bagaimana aku mengikuti pelajaran?" keluh Kaito.
"Ha ha ha..Salahmu sendiri, kenapa kau jadi laki-laki yang tampan. Jadinya banyak gadis yang menyukaimu," kata Mikuo santai.
Kaito dan Mikuo memasukkan hadiah-hadiah itu ke dalam sebuah kantong plastik hitam yang besar dan membawanya ke ruang club basket mereka. Di sepanjang jalan ke ruang club basket ternyata masih saja ada gadis yang memberikan hadiah untuk Kaito. Alhasil kantong plastik hitam itu kelebihan muatan dan sampai berlubang di sana-sini.
Dari kejauhan di suatu ruang club majalah sekolah terlihat dua bayangan orang sedang membicarakan sesuatu.
"Tiap tahun selalu ramai ya?" tanya seorang laki-laki berambut ungu panjang.
"Iya. Aku jadi bosan melihatnya," jawab seorang gadis berambut hijau dengan santai.
"Kaito. Dia tampan, pandai, jago basket, dan suaranya juga bagus. Wajar kalau banyak gadis yang menyukainya. Ya kan?" tanya laki-laki itu lagi.
"Tidak menurutku."
"Eh?"
"Memang benar dia tampan, dan dengan mudah bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Memang benar semua gadis menyukainya, kecuali aku tentunya. Tapi kenapa sampai sekarang dia masih belum punya pacar?"
"Mungkin dia ingin fokus pada pelajarannya..," jawab laki-laki itu singkat.
"Kurasa bukan itu. Aku punya ide bagus..dan aku akan menyelidikinya."
Gadis itu keluar meninggalkan ruang club majalah sekolah dan berjalan menuju ruang club basket yang letaknya tidak jauh dari sana.
"Kau ini..apa tidak bisa tidak ikut campur urusan orang lain, Gumi?"
.
.
.
Sementara itu di ruang club basket..
"Kaito, kau tidak ingin semua hadiah ini?" tanya Mikuo.
Dipandangnya wajah Kaito baik-baik.
Kaito tersenyum, "Ambil saja..aku yakin hadiah yang kucari tidak ada di antara semua hadiah ini."
"Yakin sekali?"
"Tentu saja. Aku bisa merasakannya..," kata Kaito singkat. Dilihatnya tumpukan hadiah itu di sudut ruang club basket. "Mikuo, aku ingin istirahat sebentar. Aku sedang tidak ingin ikut pelajaran," lanjutnya.
"Huh..baiklah, aku kembali ke kelas dulu."
Mikuo berjalan menghampiri pintu dan keluar dari ruangan itu. Berjalan kembali ke kelasnya. Kaito masih ada di dalam ruang club.
Tidak lama kemudian Kaito memutuskan keluar ruangan. Dia berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah dan sampai di halaman belakang sekolah yang sepi. Wajar saja, ini kan masih jam pelajaran. Kaito melihat sekelilingnya yang penuh dengan pepohonan rindang di pinggir tembok pembatas. Angin sejuk berhembus dan menerbangkan syal biru kesayangannya yang selalu dipakainya. Kaito melangkahkan kaki menghampiri sebatang pohon beringin yang cukup rindang. Dia duduk di bawah pohon yang rumputnya lumayan banyak, kemudian berbaring di atas tanah. Menikmati sejuknya angin yang berhembus.
Di langit yang cerah itu tak terlihat ada awan yang menghiasi. Tapi Kaito justru menatap langit itu.
"Hah…"
"Kenapa di hari ulang tahunku ini, aku tidak mendapatkan hadiah yang kuinginkan? Seandainya aku mendapatkan hadiah yang pasti senang sekali," keluh Kaito.
Angin berhembus semilir, menggoyangkan pepohonan dengan lembut. Tanpa terasa Kaito mulai mengantuk dan diapun mulai tertidur di rerumputan itu. Tertidur dengan lelapnya.
.
.
.
"Srak..srak.."
Terdengar suara seseorang tengah berjalan di halaman samping sekolah. Seorang laki-laki berambut kuning yang terlihat tengah kebingungan. Wajahnya terlihat cemas. Dia terus melihat sekelilingnya. Menoleh ke kanan kemudian berbalik ke kiri lagi tapi masih terus berjalan di rerumputan itu.
"Bagaimana ini?" tanya laki-laki itu dalam hati.
Tiba-tiba..
"BRUAK! AW..! BREKK! CHU.."
Laki-laki itu tersandung sesuatu dan jatuh ke tanah. Tapi dia tidak merasakan kerasnya tanah yang keras. Dia jatuh di atas seseorang dan orang itu adalah Kaito. Rupanya dia tersandung kaki Kaito dan jatuh menimpa Kaito, tepat di atas tubuh Kaito. Dan..ternyata..kedua bibir mereka bersentuhan dengan lembut. Kaito yang telah terbangun merasakan sensasi luar biasa. Bibir Kaito bersentuhan dengan bibir laki-laki itu dalam waktu cukup lama.
Laki-laki itu tersadar. Dia mundur ke belakang. Mata Kaito dan laki-laki itu bertemu. Kaito melihat bola mata hijau emerald yang sangat mempesona, terlihat menyejukkan sekaligus memberi kehangatan ketika menatapnya.
Laki-laki itu langsung berdiri dari tempatnya terjatuh. Laki-laki itu membungkuk pada Kaito.
"Go, gomen nasai..aku tidak bermaksud melakukannya. Sungguh! Hounto gomen nasai!" kata laki-laki sebelum dia pergi meninggalkan Kaito dengan kebingungannya. Dia segera berlari masuk ke dalam gedung sekolah.
Kaito masih menatap tidak percaya dengan apa yang telah terjadi padanya barusan. Seperti mimpi tapi begitu nyata. Disentuhnya bibirnya.
"Anak itu..siapa dia? Bibirnya lembut sekali..," gumam Kaito.
Sementara itu di balik semak-semak ada kedua mata yang melihat dan megawasi Kaito sedari tadi. Pemilik kedua mata itu telah memotret apa yang telah terjadi antara Kaito dengan laki-laki misterius itu.
"Ini baru berita. Tidak sia-sia aku membuntuti Kaito dari tadi pagi. Anak laki-laki itu, ya dia. Aku akan mencari tahu siapa dia sebenarnya dan ada hubungan apa di antara mereka."
=';'=
Kedua mata bertemu dengan kehangatan
Rasa lembut kurasakan
Tapi apakah ini? Apa yang kurasakan sebenarnya?
Tuhan..beri aku petunjuk
=';'=
[Di kelas 2-C]
Seorang anak laki-laki berjalan memasuki kelas dengan ragu-ragu. Dia berdiri di depan kelas. Semua mata murid kelas itu memandang ke arahnya.
"Perkenalkanlah dirimu..," suruh seorang guru wanita berambut pink panjang.
Anak laki-laki dengan rambut kuning itu hanya mengangguk.
"Aku Kagamine Len. Aku murid pindahan dari Osaka, salam kenal semuanya," kata Len singkat.
"Dari Osaka, jauh juga ternyata. Namaku Megurine Luka, aku wali kelasmu."
Len melihat Luka yang tersenyum padanya.
"Len, silahkan mengambil tempat duduk yang kosong."
"Iya, baik."
Len berjalan menuju bangku paling belakang yang masih kosong. Sebagian mata masih memperhatikan tindak-tanduknya. Len merasa tidak nyaman dengan hal itu. Len duduk pada bangkunya dan mengeluarkan buku catatannya. Dia memperhatikan pelajaran dengan seksama.
Seorang gadis berambut merah dikuncir dua melihat Len dengan seksama. Kebetulan gadis itu bangkunya bersebelahan dengan Len.
Len merasa tidak nyaman dengan pandangan gadis itu.
"Hai..aku Kasane Teto, kau boleh memanggilku Teto," sapa gadis itu tiba-tiba.
Len menoleh padanya, "Aku Len."
Merekapun berjabat tangan.
"Hm..Len, kau ini laki-laki atau perempuan?" tanya Teto polos.
"Eh?"
Len terkejut mendengar pertanyaan aneh Teto. Memangnya dilihat dari mananya Len seperti perempuan?
"Aku LAKI-LAKI," jawab Len singkat dengan penekanan pada kata 'LAKI-LAKI'. Diapun kembali memperhatikan penjelasan gurunya.
"Gomen ne..pertanyaanku aneh ya? He he.. Soalnya kau manis sekali Len, seperti anak perempuan. Makanya aku jadi penasaran, jadi tanpa sadar aku jadi…"
"PLAK!"
"OUCH!" Teto kesakitan.
Sebuah pensil terlempar dan tepat saran ke kepala Teto.
"Kasane Teto, jangan bicara sendiri saat pelajaran berlangsung," tegur Luka-sensei.
Teto tertunduk malu, "Baik Luka-sensei.."
"Sekarang buka halaman…"
.
.
.
[Di ruang club basket..]
"Ada apa kau memanggilku?" tanya Mikuo yang datang ke ruang club basket ketika jam istirahat berlangsung.
Kaito terkejut dengan kedatangan Mikuo tiba-tiba.
"Mikuo, aku butuh bantuanmu," kata Kaito.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Iya, tadi..aku bertemu seseorang.." Kaito teringat ciuman yang dialaminya di halaman sekolah tadi. Perlahan-lahan wajahnya mulai memerah.
"Ada apa Kaito?" tanya Mikuo penasaran.
"Ah! Aku ingin mencari seseorang. Tadi tanpa sengaja aku bertemu dengannya di halaman sekolah," kata Kaito tampak gelisah.
"Siapa? Miku?"
Kaito menggeleng.
"Aku tidak bisa menceritakannya pada Mikuo, nanti dia bisa berpikir macam-macam tentangku."
"Aku tidak mengenalnya..tapi aku ingin bertemu dengannya."
Mikuo melipat kedua tangannya, tampak sedang berpikir. Lalu dia tersenyum.
"Sepertinya Kaito bertemu dengan gadis yang disukainya, atau..dia mendapat hadiah yang dicarinya.."
"Baiklah, aku mengerti. Ayo kita cari!"
Mereka meninggalkan ruang club basket dan mulai berkeliling sekolah. Melihat ke setiap kelas yang mereka jumpai di sepanjang lorong. Mencari seseorang. Meskipun Mikuo tidak tahu siapa yang dicari Kaito, namun Kaito masih ingat betul wajah orang yang dicarinya. Ya, dia adalah laki-laki yang berciuman dengannya di halaman sekolah tadi. Anak laki-laki berambut kuning dengan kunciran sedikit rambutnya di belakang. Anak laki-laki dengan bola mata hijau emerald yang indah.
Kaito memperhatikan sekelilingnya, membuka kedua matanya lebar-lebar. Mencari dari satu kelas ke kelas lainnya. Mikuo hanya bisa menemani Kaito dan melihat apa yang dilakukannya. Dia tidak mengerti kenapa Kaito begitu ingin bertemu dengan anak yang tidak diketahuinya itu.
Mikuo menepuk bahu kiri Kaito.
"Sudahlah..jangan mencari lagi. Kita sudah melewati banyak kelas dan belum menemukannya juga. Mungkin dia tidak bersekolah di sini," bujuk Mikuo.
"Tidak, aku tidak akan menyerah. Aku akan tetap mencarinya," kata Kaito mantap.
"Kau yakin anak yang kau cari itu benar-benar ada? Jangan-jangan cuma mimpi.."
"Apa maksudmu?"
"Kau ingat tidak beberapa waktu lalu kau menuduhku memakan es krimmu yang ada di lemari pendingin? Kau bersikeras es krim itu ada di sana dan terus menuduhku, padahal ternyata kau hanya bermimpi."
"Aku ingat soal itu. Tapi kali ini aku yakin aku tidak bermim..," kata-kata Kaito terhenti.
Dari balik jendela Kaito menangkap sosok yang dicarinya dari tadi, anak laki-laki itu. Anak itu tengah duduk di bangku belakang sedang menulis di buku catatannya. Kaito memperhatikan anak itu dengan seksama tanpa berkedip sedEtikpun. Seolah waktu di sekitar Kaito tengah terhenti. Mikuo melihat Kaito dan melihat kemana arah pandangan mata Kaito tertuju. Mikuo melihat anak laki-laki itu.
"Anak itu yang kau cari?" tanya Mikuo.
"Iya, dialah orangnya," jawab Kaito singkat.
Kaito melihat tulisan papan kelas yang terpampang di depan ruangan itu, "Kelas 2-C". Tanpa pikir panjang Kaito masuk ke dalam kelas. Tapi anak-naka gadis yang ada di sAna sontak terkejut dan bersiap mengerumuni Kaito. Kaito berjalan menuju tempat anak itu duduk. Anak itu menyadari kehadiran Kaito. Tiba-tiba anak itu langsung berlari meninggalkan kelasnya.
"Hei, tunggu!" teriak Kaito. Kaito berusaha mengejarnya, tapi dia kehilnagan jejaknya. "Cepat sekali dia berlarinya."
Mikuo menghampiri Kaito yang tadi berlari.
"Anak itu kenapa kabur darimu?" tanya Mikuo yang masih bingung.
"Ceritanya panjang..padahal aku hanya ingin mengobrol dengannya. Tapi kenapa dia malah lari? Biasanya orang-orang justru menghampiriku kan?" ujar Kaito.
"Mungkin dia takut padamu. Lagipula yang biasanya menghampirimu kan para gadis.."
"Benar juga. Ayo kita pergi!" ajak Kaito.
"Eh? Tidak dikejar?"
"Aku sudah tahu dimana kelasnya. Sekarang akan menjadi mudah pencariannya. Ya kan?"
Kaito dan Mikuo berjalan kembali ke kelasnya.
Sementara itu anak laki-laki itu, Len, masih terus berlari. Ketika dirasa sudah aman, dia berhenti lalu bersembunyi di balik tembok. Nafasnya tersengal-sengal.
"Kenapa dia mencariku? Apa dia marah padaku? Gawat..apa yang kulakukan? Di hari pertama aku sekolah ini sini aku sudah membuat ulah. Sudah tersesat, datang terlambat..dan sekarang aku dapat masalah dengan kakak kelasku. Sial sekali nasibku," gumam Len sambil bersandar ke tembok.
Len memandang langit yang biru.
"Aku akan menemuinya dan meminta maaf. Ya, itu yang akan kulakukan."
=';'=
Kesalahan..
Semua berawal dari kesalahan
Tapi akankah semuanya terhapus?
Dengan kata "MAAF.."?
=';'=
"Kaito!"
"Ada apa Mikuo?" tanya Kaito.
"Kau mau kemana?"
"Menyendiri. Katakan pada Meiko-sensei kalau aku tidak enak badan."
"Seharian ini kau tidak ada ikut pelajaran.."
"Aku tahu. Tapi saat ini aku sedang tidak bersemangat belajar. Tolong ya?"
Mikuo hanya mengangguk. Lalu diapun berjalan kembali ke kelasnya.
Sedangkan Kaito berjalan keluar gedung sekolah. dia kembali ke tempatnya menyendiri, yaitu halaman belkang sekolah. Tempat dimana dia bertemu dengan Len. Siang yang terik tidak akan terasa ketika ada di bawah pepohonan yang rindang. Kato duduk lalu menyandarkan diri pada sebatang pohon.
"Huh..seharian ini aku sibuk berlari dan waktu santaiku jadi terbuang sia-sia. Tapi tidak apa-apa, setidaknya aku menemukan anak itu. aku ingin bertemu engannya lagi," kata Kaito.
Angin semilir masih berhembus. Seolah angin itu tidak ingin meninggalkan Kaito sendirian di halaman belaang yang sepi itu. terasa sepi, sunyi..seolah tak ada seorangpun yang berada di daerah itu.
"Tap..tap..srak," langkah seseorang datang mendekat.
Kaito melihat ke arah sumber suara itu. betapa terejutya Kaito ketika melihat sosok di hadapannya itu. dia benar-benar tidak menyangka. Kaito tersenyum padanya.
Suasananya canggung.
"Uhm..ehm..aku..err, gomen nasai!" kata orang yang ada di hadapan Kaito itu.
Kaito diam saja, tidak menjawab.
Orang yang ada di hadapan Kaito adalah Len. Dia memberanikan diri menemui Kaito sendirian.
Len berjalan menghampiri Kaito. Di tangannya ada sesuatu.
"Go, gomen nasai..hounto gomen nasai," kata Len lagi.
"Duduklah di sampingku," pinta Kaito dengan senyuman di wajahnya.
Len duduk di samping Kaito.
"Aku..membawakan sesuatu untukmu. Ini sebagai permintaan maaf dariku. Ini memang tidak seberapa, dan mungkin juga tidak cukup untuk permintaan maaf..tapi kuharap kau menyukainya," kata Len seraya mnyerahkan sebuah bungkusan berwarna kuning pada Kaito.
Kaito menerimanya dengan rasa penasaran apa isi di baliknya. Kaito membuka bungkusan seperti kotak makan siang itu.
"Ah! Ini.."
TBC
Preview Ch. 2
(Kaito dan Len..)
"Ada sesuatu yang kuinginkan darimu."
"Eh?"
(Kiato dan Mikuo..)
Kaito terdiam, seperti orang sedang berpikir.
"Menurutmu, Len itu seperti apa?" tanya Mikuo.
(Len dan Teto..)
"Kaito-nii? Siapa dia sebenarnya?" gumam Len.
Ternyata Teto mendengar ucapan Len.
"Kau tidak tahu? Ah, benar juga..kau kan murid pindahan…"
(Mikuo..)
"Anak itu..sepertinya sedang sedih," pikir Mikuo dalam hati.
Makasih semua..yg udah baca fanfic pertamaku di ..
Maaf kalo kurang memuaskan..
Silahkan kalo ada yg mau review..