Zero : Hah! Kubilang juga apa, si Yuri bakal lama updatenya
Yuri : Itu gara-gara Lappie-chanku rusak tau! Ini juga nebeng di lappie-chan ayahku... Huhuhu DX
Rose : Omedettou gozaimasu *tebar bunga dengan tampang datar*
Yuri : Rose juga sama aja... DX DX
Takuma : Iiih! Yuri curang! Jatah munculku dikit banget!
Yuki : Aku juga! Apa-apaan fic ini?
Yuri : Hmmm... Gitu? Kalian harusnya bersyukur loh, soalnya kalian nggak akan menderita. Fufufu~ ^^ *senyum licik*
Rose : Ya. Di chapter ini aku menderita abis.
Yuri : Yo Mari kita liat siksaan yang kuberikan pada Rose di chapter ini~ Ohoho~ Sebelumnya, Vampire Knight punya Matsuri Hino~ Tapi fic ini, Rose dan Taku-chan itu punyaku~ Ohohoho~
Takuma : Gua nggak sudi! DX *guling-gulingan*
Rose : Warning! OC, OOC, adegan berdarah, gaje typo dan lain-lain. Takuma VS me!
Rose's Wound
Sore itu, angin berhembus lembut membelai rambut Rose yang sedang terduduk di kursi taman yang tak jauh dari kebun bunga mawar akademi Cross. Matanya menjelajahi seluruh taman bunga itu, tapi pikirannya melayang entah kemana. Ia terlihat memikirkan suatu hal dengan serius.
"Rose-chan? Kau tak apa-apa? Akhir-akhir ini kau terlihat kelelahan." kata Yuki pada Rose yang sedang terduduk di kursi taman
"Ah, Yuki-chan... Bukan apa-apa, mungkin hanya terlalu lelah." kata Rose sambil tersenyum lemah, tampaknya kini Rose dan Yuki mulai akrab
"Itu karena kau terlalu memaksakan dirimu." kata Zero yang datang dari belakang mereka
"Ja-jangan ikut campur urusanku. Kau sendiri banyak urusan kan?" kata Rose kesal
"Kemarin ia mati-matian berusaha mengalahkan 3 vampire yang jatuh ke level E." kata Zero pada Yuki sambil bersender ke batang pohon
"Berisik!" kata Rose
"Rose-chan... vampire hunter juga?" tanya Yuki
"Begitulah... Ini juga demi keluargaku." kata Rose dengan sedih
"Demi keluarga? Memangnya kenapa dengan keluargamu?" tanya Yuki
"Mereka semua telah tiada. Kakek, Nenek, Ayah, Ibu,Kakak-Adikku, Paman dan Bibiku, Saudara-Saudaraku. Hanya aku yang tersisa." kata Rose menatap cakrawala dengan tatapan sedih
"Dan kau mau balas dendam dengan bersekolah di sini? Begitukah?" tanya Zero
"Apa salah aku membalaskan dendam semua keluargaku yang dibunuh oleh makhluk terkutuk itu?" kata Rose sedikit meninggikan suaranya. Angin berhembus menerpa wajah Yuki, Zero dan Rose yang berada di taman saat itu.
"Tapi dengan begitu kau akan memperumit masalah yang ada. Bukankah ini sudah diikat dalam perjanjian?" timpal Zero
"Munafik! Kau sendiri juga sama saja. Kau juga membunuh Shizuka kan?" kata Rose sedikit terbawa emosi. Memang, selama ini Rose bersikap tenag dan dewasa. Ia jarang terbawa emosi.
"..." Zero hanya diam dam tak membalas perkataan Rose
"Aku hanya akan membunuh keluarga Ichijou saja. Aku tak perlu nyawa Kaname ataupun yang lainnya. Keluarga Ichijou telah berdosa karena telah membunuh semua keluargaku. Terutama vampire tua itu dan cucunya." kata Rose
Keluarga Rose-san... Dibunuh oleh vampire... dari keluarga Ichijou? Yuki bertanya-tanya dalam hati
"Lebih baik kau mendinginkan kepalamu dan kembali merenungi rencanamu sebelum kau terbunuh." kata Zero dengan dingin lalu pergi
"Rose-chan... Maafkan Zero atas perkataannya ya." kata Yuki menatap Rose dengan khawatir
"Tak apa. Aku akan tetap pada pendirianku." kata Rose sambil menggelengkan kepalanya perlahan lalu tersenyum pada Yuki
"Tapi... Kalau begitu..."
"Tak apa aku terbunuh ataupun nantinya aku akan dihukum mati. Tapi demi membalaskan perbuatan mereka pada keluargaku, aku tak adan mundur." kata Rose dengan dingin
Yuki sadar, ia tak dapat membujuk Rose untuk mengurungkan niatnya itu. Tampaknya Rose telah menanggung kesedihan dan dendam selama ini karena kepergian semua keluarganya yang dibunuh oleh keluarga Ichijou. Yuki pun mulai merasakan hawa membunuh yang kuat dari Rose, ia pun bergidik ngeri.
"Ano... Rose-chan, kalau kau mau... Kau bisa menceritakan tentang keluargamu. Setidaknya untuk mengurangi kesedihanmu." kata Yuki ketika Rose sedang menyisir rambutnya, kebetulan Rose tidak memiliki pasangan di kamarnya. Jadi Yuki bisa bebas berbicara dengan Rose.
"Kau benar-benar anak yang baik." kata Rose sambil mengelus kepala Yuki sekilas, jiwa kakak milik Rose mulai terlihat
"Ta-tapi, kalau Rose-chan tak mau menceritakannya, aku tak akan memaksa kok." kata Yuki khawatir nada bicaranya tadi terlihat memaksa
"Tak apa, tapi aku hanya menceritakan hal ini pada Yuki. Jadi, kau jangan menceritakannya pada Zero lagi ya." kata Rose, Yuki pun mengangguk tanda setuju. Lalu, Rose mulai menceritakan masa lalunya yang pahit.
"Begini ceritanya..."
.
.
.
10 tahun lalu, di kediaman keluarga Bleu yang damai...
"Rose! Ayo latihan!" kata Zephyr, kakak Rose
"Iya Onii-chan!" kata Rose mengambil pedangnya lalu berlari mengampiri kakaknya
Seperti biasa, Rose kecil berlatih ketangkasan bermain pedangnya dengan kakaknya yang berusia 10 tahun itu. Memang, dalam keluarga Bleu sejak kecil harus memiliki ketangkasan untuk memerhatahankan diri dan bertarung. Karena keluarga Bleu adalah salah satu keluarga vampire hunter yang terkenal dan sama kuatnya dengan keluarga Kiriyu.
"Onii-chan! Onee-chan! Aku ikut!" kata Cyrus, adik Rose sambil membawa pedang kayu miliknya
"Jangan kesini, Cyrus! Nanti kau bisa terluka!" kata Zephyr sambil terus beradu pedang dengan Rose
"Uuuh. Ibu! Onii-chan jahat!" kata Cyrus berlari ke arah seorang wanita berdiri dengan anggun memperhatikan mereka
"Ahahaha. Kakakmu melarangmu karena ia sayang padamu, Cyrus." kata Petunia, ibu Rose, Zephyr dan Cyrus
"Hei hei! Kalau kau mau kuat, jangan cengeng!" kata seorang pria sambil mengelus rambut Cyrus, ia Lucius, ayah mereka bertiga. Lalu mereka tertawa melihat tinghak Cyrus yang masih merajuk.
Hari-hari keluarga Bleu di Mansion itu sangat damai. Kebetulan juga semua keturunan Bleu yang jumlahnya tak terlalu banyak tinggal di Mansion itu, jadi mereka saling menjaga satu sama lain. Biarpun Mansion itu berada di tengah hutan, mereka tak gentar ataupun takut. Kepercayaan satu sama lain begitu besar dalam keluarrga Bleu. Itulah yang membuat mereka tak terkalahkan.
Tapi hari-hari damai itu segera hancur ketika vampire dari keluarga Ichijou menyerang Mansion mereka dengan tiba-tiba. Sontak semua orang dewasa terutama para laki-laki langsung mengambil pedang mereka untuk bertarung. Pertarungan begitu sengit, banyak darah yang bercucuran. Anak-anak kontan langsung menjerit dan menangis melihat hal itu. Petunia dan para wanita lainnya berusaha mengamankan anak mereka.
Mereka terus berlari, beruaha menyelamatkan diri dari para vampire yang gila darah itu. Tapi Petunia dan anak-anaknya sudah terpojok. Lalu, muncullah seorang vampire dengan hawa membunuh yang besar berjalan mendekati mereka, itu adalah Ichio. Biarpun masih kecil, Rose sudah mengerti apa yang terjadi, badannya seketika bergetar hebat. Zephyr berusaha menenangkan Cyrus dan Rose sambil memutar otak bagaimana cara menyelamatkan diri mereka. Petunia melihat Rose terlihat sangat ketakutan dan Cyrus menangis. Lalu ia mengumpulkan ketiga anaknya.
"Maaf ya, Bunda belum bisa menjadi Ibu yang baik untuk kalian." kata Petunia sambi memeluk ketiga anaknya
"Apa maksud Bunda? Bunda adalah Ibu yang terbaik yang kami punya!" kata Rose
"Begitukah? Kalau begitu sudah tak ada penyesalan dalam diri Bunda." kata Petunia lalu berdiri dan menghunuskan pedangnya ke arah Ichio
"Bunda! Apa yang bunda lakukan?" kata Zaphry
"Bunda jangan pergi! Huaaa!" Cyrus menangis kencang melihat ibunya
"Maafkan Bunda, kalin harus selamat. Zephyr, Rose, pecahkan kaca dan melompatlah ke bawah, kalian harus menyelamatkan diri. Bunda akan berusaha menahan dia selama mungkin." perintah Petunia
"Tidak! Aku mau bersama Bunda!" kata Rose pada ibunya
"Zephyr! Lakasanakan perintahku!" kata Petunia
"Maafkan aku! Tapi aku akan di sini bersama Bunda!" kata Zephyr tegas
Tak lama kemudian Petunia sudah terlibat dengan sengit dengan Ichio. Di lengan kanannya terlihat luka bekas cakaran Ichio. Darah mengucur dari lengannya yang terluka. Zephyr yang tak tega melihat ibunya lansung melompat menghadang cakaran Ichio yang akan mengenai ibunya.
"Cih! Boleh juga kau, Bocah!" kata Ichio
Tiba-tiba ayah Rose, Lucius melompat dan menebaskan pedangnya ke arah Ichio. Ia berhasil melukai sebagian leher Ichio. Ichio menggeram kesakitan. Darah mengucur dari bagian leher yang tertebas itu. Rose terpaku mendengar geraman yang menyeramkan itu. Tak lama kemudian, muncul seorang anak laki-laki berambut kuning dan bermata biru cerah.
"Ada apa Kakek?" tanya anak itu dengan tenang
"Takuma... Dengar ini cucuku. Makhluk rendahan ini bisa-bisanya melukaiku. Aku tak akan memaafkanmu!" kata Ichio dengan tawa yang menyeramkan
"Begitukah? Boleh kubantu? Sepertinya menyenangkan." kata Takuma sambil tersenyum
'Menyenangkan' dia bilang? Batin Rose dalam hati
"Kau! Jangan seenaknya bicara!" kata Zephyr menyerang Takuma
Akhirnya, Ichio berhadapan dengan Lucius dan Petunia, dan Takuma bertarung dengan Zephyr. Rose hanya bisa memeluk Cyrus yang terus menangis. Ia berusaha menenangkan adiknya. Ia berpikir, ia harus menyelamatkan Cyrus, tapi Cyrus tak mungkin pergi sendiri karena masih kecil. Tapi kalau ia pergi, bukankah ia sama saja dengan ia meninggalkan keluarganya dan membiarkan mereka mati? Rose tak mau hal yang mencoreng harga diri dan keluarganya sebagai vampire hunter.
BRUK! Tak lama kemudian Zephyr telihat ambruk bersimbah darah.
"ZEPHYR!" teriak Petunia melihat anak sulungnya ambruk
Takuma memandangi Zephyr seolah Zephyr adalah makhluk rendah dan ia adalah makhluk paling suci. Rose yang tak menerima hal itu lantas mengeluarkan pedang dari sarungnya dan berlari menyerang Takuma. Awalnya Takuma terlihat terkejut menerima serangan dari seorang gadis kecil. Seraya bertarung Takuma terlihat mengamati Rose dari atas sampai bawah. Rose tak suka atas perlakuan Takuma lantas menambah tenaga dan kecepatan serangannya.
"Dasar kalian makhluk jahat! Kalian terkutuk!" maki Rose sambil terus menebaskan pedangnya dengan emosi
"Anak manis sepertimu tak boleh berkata kasar loh." kata Takuma sambil menghindar
"Orang yang membunuh kakakku tak berhak menasihatiku!" kata Rose
"Hmm... Kalian kalihatannya sangat akrab ya, aku iri." kata Takuma tersenyum
Tak lama kemudian, Lucius dan Petunia ambruk dan menyusul Zephyr. Ya, mereka telah meninggal. Ichio terlihat sedang menjilati darah segar orang tua Rose yang menempel pada tangannya. Rose memandangi tubuh orang tuanya yang sudah tak bergerak sambil menahan serangan Takuma
"AYAH! BUNDA!" teriak Rose tak dapat menahan air matanya
"Nah, sisanya tinggal satu." kata Ichio menghampiri Cyrus
"KUPERINGATKAN KAU, VAMPIRE! MENJAUH DARINYA!" teriak Rose
"Takuma! Bunuh anak perempuan yang berisik itu." kata Ichio
"Hnnng." gumam Takuma
"CYRUS! LARI! CEPAT!" kata Rose
Tapi hal itu sia-sia. Cyrus hanya bisa berdiri dengan badan yang penuh gemetar sambil menangis. Ichio semakin dekat dengan Cyrus. Rose tak mau kehilangan semua anggota keluarganya. Ia berlari menyerang Ichio, tapi dengan mudah Ichio membuatnya terlempar. Ia tergolek tak berdaya di lantai dengan belas luka cakaran di lehernya yang sekarang mengucurkan darah segar.
"Ukh... Cyrus! Lari Cyrus! Aku tak ingin kau mati!" kata Rose berusaha berteriak
"O-Onee-chan... Genki de ne."
Itulah kata-kata terakhir yang Rose dengar dari adik laki-lakinya sebelum tangan Ichio menembus dada bagian kiri Cyrus. Di tangan Ichio, ia terlihat menggenggam organ yang membuat manusia hidup, ya, itu jantung Cyrus. Lalu Ichio meremasnya dan mencampakkannya begitu saja ke lantai. Rose yang melihatnya dengan mata kepala sendiri hanya bisa meneriakkan nama adiknya itu, tapi apa daya, badannya tak bisa bergerak lagi.
"Sekarang, kau bunuh dia." kata Ichio lalu pergi
"... Aku, Takuma Ichijou, tak akan membunuhmu. Aku akan membiarkanmu hidup. Tapi aku akan memberimu sedikit hadiah." kata Takuma lalu menggigit lengan kanan Rose. Dari bekas gigitan itu, muncul sebuah tanda berbentuk bunga mawar, seperti namanya.
"Itu adalah jimat untukmu~ Berterima kasihlah padaku." kata Takuma
Mereka... Mereka iblis! Kata Rose dalam hati. Tanpa sadar ia menangis lalu kehilangan kesadarannya.
.
.
.
"Ketika aku bangun, aku berada di atas tempat tidur dan semua lukaku sudah diobati. Tapi ketika aku membuka pintu, mayat-mayat samua sanak saudaraku berserakan di rumah. Sejak itulah aku membenci vampire terutama keluarga Ichijou. Dan demi membalas perbuatan mereka, maka aku menjadi vampire hunter." cerita Rose
Sebenarnya, jika diperbolehkan menangis, Yuki akan menangis saat itu juga. Sungguh, ia tak dapat memebayangkan seberapa sedih dan terpukulnya dirinya jika ia menjadi Rose. Menyaksikan kematian semua keluarganya bukanlah hal yang mudah bagi orang lain. Tapi Rose menceritakan hal itu tanpa tanda-tanda ia akan menangis.
Entah dia gadis yang kuat atau memang dia sudah membunuh hatinya. Kata Yuki dalam hati sambil menatap Rose dengan iba
"Sebaiknya kau tidur, Yuki. Kau pasti lelah mendengarkan cerita yang tak menyenangkan dariku." kata Rose sambil tersenyum
"Ka-kau tak apa sendirian?" tanya Yuki
"Tak apa, lagipula aku merasa lebih tenang kalau sendirian." kata Rose sambil mengantar Yuki ke depan pintu kamarnya
"Baiklah, Oyasumi." kata Yuki
"Oyasumi." kata Rose tersenyum lalu menutup pintu kamarnya
Rose berjalan menuju jendela. Dari jendela kamarnya, ia dapat melihat kelas yang sedang melakukan proses pembelajaran. Ya, itu ruangan yang sedang digunakan Night Class untuk belajar. Ia berusaha menerka-nerka dari semua monster yang ada di ruangan itu, manakah Takuma Ichijou. Ia ingin sekali membunuh orang yang terus membiarkan ia terus hidup dengan penyesalan.
Kenapa ia tidak membunuhku dan membiarkan aku hidup? Untuk apa aku terus dibiarkan hidup? Rose bertanya-tanya dalam hati sambil menatap langit malam yang mendung
TBC~ (Tuberkolorsis *dijitak* maksudnya, Tu Bi Kontinyu)
Omake~
Yuri : Yoooy! XD Makasih udah ngikutin cerita saya~ Aku cinta para readers~ *peluk guling*
Yuki : Author sarap!
Rose : Aku nggak kenal orang itu. Lagian, cerita masa laluku itu tragis banget sih. Sumpah deh.
Yuri : Biarin dong~~~ Suka-suka aku yang buat~~ Hyaahaha~ XD
Oh iya, mengenai nama keluarga Rose~ Aku pake nama yang nggak biasa~ Ohoho~ Ini penjelasannya~ Zephyr dari bahasa Yunani artinya Angin. Kalo disatuin sama marga Bleu jadi Angin Biru. Cyrus dari bahasa Persia artinya Matahari. Jadi Matahari Biru. Lucius dari bahasa Latin artinya Cahaya. Tambah marga jadinya Cahaya Biru. Dan Petunia dari bahasa Latin artinya Setangkai Bunga. Jadinya Setangkai Bunga Biru~
Zero : Tumben ini author pinter
Yuri : Kamu baru tahu ya? Idiiiih! Ketinggalan jamaaan! XD XD XD Kan tinggal nyari di gugel! Hyahaha~ XD XD XD Ah, hari ini belum ngedangdut. Setangkai bunga biruuu~~~ Yang kau berikan kepadakuuu~~~ Di malam ituuu~~~ Ku~me~ngerti~ Apa maksudmuuuu~~
Zero : Oke, aku cabut perkataanku. Lagian itu lirik sama lagunya ngaco abis.
Rose : Nggak usah liatin Author sarap yang di sana. =="
Takuma : Ayo, ayo~ Mohon reviewnya ya~ ^^"