Fiuh akhirnya setelah lama berfikir, ide buat fic ini muncul juga!

Disclaimer:

Masashi Kishimoto

Pairing:

Itachi – Ino,

Slight:

ShikaTema, SasuNaru, NejiGaa (harus ada! *taboked*)

Summary:

Dia membuatku patah hati, tapi kini semua luka itu hilang tak berbekas karena kehadiran Itachi. Jujur aku menyayanginya, namun aku takut ia akan sama dengan adiknya. B'day fic for Minami22, 22 Mei 2011, RnR please.


Can you feel this?

A

Naruto Fanfic

By

Hime Uguisu

Birthday Fic For

Minami22

22 Mei 2011


Ino's POV

Aku melangkahkan kaki dengan tergesa. Hatiku serasa hancur berkeping-keping. Menyusuri koridor sekolah yang sepi. Ya, tentu saja sepi, karena jam pulang sekolah sudah lewat sejak tadi. Namun bukan hanya keadaanku yang sepi, tapi hatiku juga terasa sepi. Bukan sepi lagi, tapi mati rasa. Nyanyian bunga dan pelukan angin saja tak mampu membuatku tenang. Kalian mau tahu kenapa?

.

.

.

Flashback

"Sasuke-kun ayo kita pu…" kata-kataku terhenti. Aku terdiam di ambang pintu ruang kelas Sasuke sekaligus kelasku juga. Uchiha Sasuke, kekasihku sejak setahun yang lalu. Aku sangat mencintainya. Sangat dalam. Tapi apa yang kulihat sekarang? Dia, sedang berciuman dengan temannya di sudut kelas. Biar kutegaskan di sini, dia berciuman bersama teman LAKI-LAKI-nya. Rasanya badanku lemas melihatnya. Mereka seperti tidak menyadari keberadaanku. Kenapa kakiku terasa berat untuk melangkah? Mereka berciuman dengan panas sekali. Tangan kedua insan itu bahkan sampai sibuk. Sibuk untuk saling menyentuh tubuh satu sama lain, tubuh di balik kemeja seragam yang mereka kenakan. Menjijikkan sekali di mataku!

Tak berapa lama kemudian Sasuke menghentikan aktivitasnya itu. Benang saliva terlihat jelas saat ia menjauhkan bibirnya dari bibir lelaki pirang itu. Namikaze Naruto. Apa-apaan ini? ia menoleh padaku. Mata onyx itu menatap dingin kearahku. Dengan wajah datar tentunya.

"Oh kau Ino," Katanya santai. Melihatku berdiri di ambang pintu ruang kelas XI A, Naruto segera mengelap saliva yang keluar dari mulutnya dengan punggung tangannya. Aku menatap hampa pada dua pemuda ini.

"Apa-apaan kau Sasuke?" lirihku. Pandanganku agak buram karena terhalang oleh air mata yang sudah memaksa ingin keluar. Pemuda Uchiha itu hanya menyeringai kecil.

"Aku mencintai Naruto. Jadi bisakah kau pergi dan jangan ganggu kami?" katanya. Tak ada sedikitpun nada bersalah di sana. Aku tersentak kaget lalu segera pergi meninggalkan kelas busuk itu.

End of Flashback

Sialan! Bagaimana bisa Sasuke berselingkuh dengan sahabat kami, Naruto! Ini keterlaluan! Masa aku di duakan oleh seorang laki-laki sih? Mungkin kalau dengan perempuan masih kuberi toleransi. Atau jangan-jangan selama ini Sasuke tidak mencintaiku karena dia menyukai lelaki? Dasar 'menyimpang'!

Aku terus berjalan sambil mengumpat tidak jelas. Mengutuki Sasuke dan kebodohanku. Padahal selama ini dia selalu baik padaku.

.

.

.

Flashback

"Ino, kau pucat sekali? Sudah makan?" tanya suara berat namun lembut itu. Aku masih memainkan pensil mekanik ku di dalam kelas. Sasuke duduk di bangku depanku. Aku menggeleng pelan. Ia menghela nafas.

"Nanti makan di kantin ya! Sebentar lagi bel istirahat," katanya. Aku menggeleng lalu melihat ke arah saku baju seragamku.

"Uang jajanku tertiggal di kamar," keluhku. Aku kembali cemberut. Sasuke memutar balikkan kursinya menghadap ke arahku. Mumpung guru di kelas kami sedang keluar. Ia mengelus helai helai blonde-ku.

"Nanti aku yang belikkan. Pokoknya kau harus makan! Aku kan tidak mau lihat orang yang paling kucintai sakit," ucapnya. Walau ia bicara dengan nada serta wajah yang tenang, namun aku tahu, terselip nada khawatir di kalimatnya itu. Aku mengangguk lalu memegangi perutku. Keringat dingin sudah mulai mengalir melewati pelipisku.

"Ino?" tegur Sasuke. Aku tetap terdiam. Rasanya badanku lemas sekali. Aku merintih perih. "Ino?" teguran panik Sasuke kembali terdengar lagi. Mataku menutup. Setelah itu aku tak tahu apa-apa selain tubuhku yang digendong ala bridal style oleh Sasuke.

*#*

Aku membuka mataku perlahan. Menampakan sepasang aquamarine milikku. Hal pertama yang kulihat adalah wajah panik Sasuke. Pria it uterus menatapku dengan sepasang onyx-nya yang melukiskan kekhawatiran yang tak terucapkan.

"Sasuke?" panggilku dengan pelan. Aku mengerjap-ngerjapkan kelopak mataku beberapa kali dan memegang kepalaku yang terasa sakit. Baru kusadari aku sedang tertidur di salah satu tempat tidur di ruang UKS. Terlukis sebuah senyum tipis di wajahku saat melihat wajah Sasuke.

"Ino, ayo makan dulu, sayang. Aku sudah membelikan makanan, kau itu bukannya jaga kesehatan!" Sasuke lalu menyodorkan sesendok bubur padaku. Aku mendudukkan diriku. Sasuke lalu membantuku duduk. Aku lalu membuka mulutku perlahan dan makan makanan yang disuapkan Sasuke untukku. Lalu kulihat Naruto sedang duduk di bangku yang terletak tak jauh dari ranjangku.

"Naruto? Kenapa kau di sini?" tanyaku bingung. Naruto hanya memberikan cengiran rubah khasnya.

"Aku disuruh menggantikan Iruka-sensei sebentar untuk menjaga UKS," jawab Naruto. Aku hanya mengangguk mengerti. "Ino! Harusnya kau lihat wajah panik teme saat kau pingsan! Ia membawamu kesini dengan wajah orang yang seperti habis melihat hantu saja!" sambung Naruto. Tawa seraknya terdengar kencang di ruangan UKS ini. Sasuke mendelik tak suka pada Naruto. Aku pun tertawa membayangkan wajah paniknya. Seorang Uchiha yang terkenal dingin dan tanpa ekspresi bisa juga berwajah seperti itu. Ia mengecup punggung tanganku.

"Aku sangat mencintaimu Ino. Kau sangat berarti untukku," ucap Sasuke yang langsung membuatku salah tingkah dan Naruto tertawa makin keras.

End of Flashback

.

.

.

Kesambet setan apa sih tuh orang? Padahal baru kemaren kejadian seperti itu terjadi! Baru kemarin ia mengatakan hal seperti itu! Tapi kenapa sekarang dia malah bilang mencintai Naruto? Apa Sasuke kemarin pulang lewat hutan lalu kerasukan setan homo? Oh God!

Kakiku terus melangkah menuju halaman belakang sekolah. banyak rerumputan hijau yang tumbuh di sana dengan rapih. Tanganku terkepal menahan kesal. Rasanya banyak sekali luapan emosi yang tak bisa kuungkapkan. Sedih? Kesal? Kecewa? Terkhianati? Kecewa? Atau malah senang karena mengetahui fakta ini sebelum kami melangkah lebih jauh? Entahlah..

"Uchiha BRENGSEK! Semua Uchiha, semuanya brengsek! Mereka bodoh! Mereka bodoh!" teriakku di halaman belakang sekolah yang luas. Tak da seorang pun di sini. Bulir air mata itu kembali menetes turun membasahi pipiku dan semakin membuat mataku nampak sembab.

"Uchiha sialan! Kalian adalah makhluk terbodoh!" teriakku lagi. Suara derap langkah kaki seseorang di belakangku membuatku terdiam seketika.

"Siapa yang kau panggil 'Uchiha sialan' hemm?" tanya suara berat di belakangku. Dengan takut aku menengok ke belakang. Aku terlonjak kaget melihat siapa yang berdiri di belakangku. Mata onyx sehitam malam. Kulit putih itu. Rambut hitam yang diikat di tengkuk.

"Kau! Itachi-senpai!" seru ku kaget saat melihat sosok Uchiha Itachi. Dia adalah seniorku di club basket. Uchiha, ya benar. Dia adalah seorang Uchiha juga, kakak Sasuke. Kami sudah lumayan mengenal karena Sasuke pernah memperkenalkan aku pada Itachi atau sebaliknya. Tapi tetap saja kami tidak akrab. Mataku menatap tajam ke arahnya. Orang ini, sama saja! Dia sama saja dengan Sasuke, orientasi seksualnya menyimpang! Dia adalah (mantan) pacar deidara senpai, seniorku di club basket juga. Kakak dan adik sama saja. Walau menurut gossip, Itachi-senpai sudah putus dengan Deidara-senpai, namun itu tak bisa membuktikan bahwa dia sudah menjadi 'normal'.

Ia berjalan mendekatiku dan aku balas menatapnya dengan tatapan kesal. Lalu ia pun menghela nafas panjang dan berhenti tepat beberapa langkah di depanku.

"Apa yang kau lakukan di sini sambil menjelek-jelekkan Uchiha seperti itu?" tanyanya dingin.

"Aku benci Uchiha! Apalagi adikmu yang sialan itu!" bentakku. Itachi pun terdiam dan akhirnya tertawa. Aku menatapnya kesal seakan ingin menghajarnya. "Apa yang lucu?" tambahku lagi. Kami pun terdiam sampai aku merasakan tangan Itachi ada di atas kepalaku. Aku menenggakkan kepalaku dan kulihat sebuah senyum tipis terlukis di sana.

"Kau ini, ada masalah apa dengan adikku?" tanyanya dengan lembut. Padahal yang ku tahu dia itu orang yang pendiam dan kukira sombong, ternyata dia bisa juga berbicara selembut itu. Karena sudah kepalang basah begini aku pun memutuskan untuk menceritakan masalahku dengan Sasuke. Aku tertunduk lesu. Hening kembali menyergap kami berdua. Kami akhirnya memilih duduk di atas rerumputan hijau ini. Terdiam mendengarkan melody-melody angin yang perlahan membuatku tenang.

"Sasuke.." ucapku pelan memecah kesunyian yang kami ciptakan tadi. Itachi menengok ke arahku sebagai respon darinya. Aku pun kembali melanjutkan kata-kataku, "Sasuke selingkuh.." lanjutku lagi. Kupeluk kedua kakiku yang ditekuk ini, lalu kubenamkan wajahku.

"Sungguh? Dengan siapa?" kalimat yang terdengar datar dan sukses membuat tangis yang susah payah kubendung pecah kembali. "Na.. naru.. Naruto..! huaaa…hiks.. hiks.." bukannya menjadi tenang, sekarang aku malah semakin kencang menangis. Melihatku menangis seperti itu Itachi kelihatan kebingungan.

"Hei, hei jangan nangis ya! nanti kalau ada yang melihat kan bisa-bisa aku yang dikira membuatmu menangis!" katanya. Aku pun menangis semakin kencang. "Huaa… memang salah.. salahmu! Hiks.." jawabku disela-sela tangisanku. Itachi pun berdiri dan menggenggam tanganku. Ia memerintahkan aku untuk berdiri. Dengan malas akhirnya aku pun berdiri dan ia kembali melepaskan pegangan tangannya. Tangan kanan dan kiriku masih sibuk mengelap sisa air mataku yang membasahi pipiku. Aku sudah seperti anak kecil yang tidak dibelikan es krim saja.

"Begini saja, kutraktir kau es krim tapi jangan nangis ya!" serunya. Aku semakin cemberut. "Masa' es krim sih? Memangnya kau pikir berapa umurku sekarang?" bentakku. Ia menepuk dahinya. Dapat kudengar dia mendecih dan mengumpat pelan.

"Baiklah, kutraktir kau makan di café, tapi jangan nangis! Basuh dulu wajahmu itu!" kata Itachi. Aku mengangguk semangat lalu menarik tangannya. "Kalau begitu ayo antar aku ke kamar mandi,"

"Heh? Tunggu-tunggu, aku akan menunggu di gerbang saja," Itachi tidak mau bergerak dari tempatnya semula. Aku pun menggeleng cepat. "Nanti kau kabur! Tunggu saja di depan pintu kamar mandi!" paksaku. Akhirnya Itachi hanya berjalan pasrah mengikutiku.

.

.

.

Kami pun berjalan dengan cepat menuju kamar mandi dan tepat saat tiba di koridor sekolah aku berpas-passan dengan Sasuke yang sedang berjalan dengan Naruto. Naruto terlihat risih saat melihatku. Aku pun menghentikkan langkah kakiku, begitu juga dengan Itachi.

"Jadi.. putus denganku, kau langsung menggandeng kakakku begitu? Apa keluarga Uchiha segitu hebatnya sampai kau ingin mendapatkan marga dan harta kami yang berlimpah?" tanya Sasuke sinis. Aku menatapnya dengan tatapan dingin. Sungguh, aku tak mengerti apa maksudnya dia berbicara seperti itu? "Ini bukan urusan manusia iblis sepertimu!" balasku tak kalah sinis.

"Kuterima pujianmu," katanya singkat sambil tersenyum mengejek. Aku benci sekali kalau sudah melihat senyumnya yang memuakkan seperti itu. Kalau tidak ada Itachi disebelahku mungkin sudah kumasukkan kepalanya kedalam tempat sampah.

Tak mau berurusan dengannya lebih lama, aku pun kembali menarik tangan Itachi untuk menjauh dari mereka. Tak ingin aku menengok kebelakang sedikitpun!

Aku benci kau Sasuke Uchiha!


Pendek ya? maaf! Ini baru awalnya aja. Chap depan pasti panjang deh, dengan syarat Reader-san mau nge-REVIEW! .

Saya ingin minta maaf pada Minami22, maaf telat publish ya! semoga kau menikmatinya..

"Happy b'day to you, Balqiis!"

Ditunggu masukan serta kritik kalian lewat review, asal jangan flame, ya!