My Teacher My Husband
By
Arisa Adachi
a.k.a
U-Know Boo
Pairing :: YunJae
Disclaimer :: They are not mine, tapi Changmin forever mine!
Warning :: YAOI, OOC, gaje, typo(s)
xxx
Detik jam terdengar jelas diruangan itu. Seorang namja dewasa dan berwajah tampan tengah duduk di kursinya sambil membolak-balik sebuah buku. Sementara di hadapan namja itu terlihat satu lagi namja yang lebih muda duduk dengan sangat tidak sopan. Kedua kakinya naik hingga ke meja tempat namja dewasa tadi sedang membolak-balikkan bukunya.
"Kim Jaejoong-sshi, bisa turunkan kakimu?" tanya namja itu dengan lembut. Kepalanya masih menunduk menatap buku yang berisi daftar pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Jaejoong seminggu terakhir di sekolah.
"Kalau aku tidak mau, Yunho soensaengnim?" balas sang siswa a.k.a Kim Jaejoong dengan nada remeh.
Jung Yunho menghela napas menghadapi murid paling berandalan se-Dong Bang High School ini. Mulai dari datang sesuka hati ke sekolah, berlarian di koridor saat jam pelajaran, mengecat rambut, membuat keributan saat guru sedang mengajar dan masih banyak lagi.
Kalau bukan karena sejumlah prestasi yang diraihnya hingga membuat nama Dong Bang harum serta sokongan dana dari orang tuanya, sudah pasti Kim Jaejoong akan dikeluarkan dari sekolah. Sayangnya sekolah tidak bisa melakukan hal itu karena sejumlah hal yang author sebutkan diatas.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan Kim Jaejoong?" tanya Yunho lagi.
"Yang aku inginkan? Ani, aku tidak ingin apa-apa, aku hanya bosan" jawab Jaejoong santai.
Yunho menghela napas lagi. Dia adalah wali kelasnya Jaejoong dan itu artinya dia bertanggung jawab penuh atas kelakuan siswanya ini. Bukan sekali dua kali pihak sekolah mengadukan kelakuan Jaejoong kepada orang tuanya, malah orang tua Jaejoong sudah benar-benar angkat tangan atas kelakuan putra tunggal mereka itu.
"Sudah selesai soensaengnim? Sekarang jam istirahat dan aku lapar, aku ingin ke kantin"
"Bicara apa kau? Bukankah siswa sepertimu sudah berandalan sepertimu bebas ke kantin tanpa terikat jam istirahat?"
Jaejoong menyeringai, "oh anda pintar Yunho soensaengnim. Ne, aku bosan disini, karena itu aku pergi dulu ya?" dan tanpa menunggu persetujuan dari sang guru Jaejoong seenaknya pergi meninggalkan ruangan itu. Membuat Yunho menggelengkan kepalanya.
.
.
.
Jaejoong berjalan sambil menghentakkan kakinya. Namja berambut pirang itu tidak peduli walau siswa lain memandangnya kesal karena hentakan kakinya itu.
Namja cantik itu berhenti didepan kelasnya dan memasukinya. Seketika saja sekumpulan yeojya penggemar Yunho yang menamai diri mereka 'Love YunYun Club' mendatanginya.
"Jaejoong-ah, apa Yunho soensaengnim mengatakan sesuatu tentang kami?" tanya seorang yeojya yang Jaejoong kenali bernama Tiffany.
Jaejoong memutar bola matanya. Dia tidak mengerti kenapa hampir seluruh yeojya bahkan tidak sedikit namja di Dong Bang High School ini mengagumi seorang Jung Yunho. Apa sih bagusnya Yunho? Jaejoong akui, soensaengnim-nya itu memang tampan dan ramah, tapi tetap saja dia tidak mengerti kenapa begitu banyak orang yang mengaguminya. Terutama sembilan yeojya centil ini.
(a/n :: disini author bikin anggota SNSD jadi anggota 'Love YunYun Club', tapi tenang aja, author gak bakal bikin mereka jadi pengganggu hubungan YunJae, hohoho~)
"Jaejoong-ah! Jangan melamun!" desak Taeyeon, ketua 'Love YunYun Club'.
Jaejoong menyeringai, "kalian tahu? Yunho soensaengnim bilang, kalian itu jelek, dandanan kalian norak, kalian gemuk dan tua"
Hening sejenak. Jaejoong tersenyum menang melihat wajah para Yunho's fangirls itu memucat, lalu…
"NOOOOOOOOO~~~!" histeris sembilan yeojya itu. Cepat-cepat mereka kembali ke bangku mereka dan mengeluarkan isi tas yang tidak lain adalah alat make-up dan segera saja yeojya-yeojya itu berdandan ria, memastikan mereka tidak jelek ataupun norak. Jaejoong memandang yeojya itu bosan. Padahal dia 'kan berbohong, tapi siapa sangka mereka justru percaya.
Daripada memandangi yeojya-yeojya itu Jaejoong kemudian memilih melangkahkan kakinya ke bangkunya. Namun raut heran memenuhi wajah cantiknya ketika melihat Junsu teman sebangkunya. Bukan, Jaejoong bukan heran melihat Junsu, lebih tepatnya heran melihat bocah kecil yang sedang makan dengan lahapnya di pangkuan Junsu.
Bocah itu menoleh dan tanpa sengaja bertemu pandang dengan Jaejoong. Senyum lima jari terpasang di wajah imutnya, "Okaa-chaaann~~" serunya dengan suara cemprengnya.
"Mwo? Kau bilang apa?"
"Okaa-chan itu artinya 'ibu', masa' kau tidak tahu?" gumam Junsu santai.
"Aku tahu! Masalahnya kenapa anak ini memanggilku 'okaa-chan'?"
Junsu memiringkan kepalanya bingung, "memangnya kau bukan ibunya?" gumamnya dengan segala ke-innocent-an yang ada.
"Jelas bukanlah! Aku 'kan namja dan lagi sejak kapan aku punya anak?" geram Jaejoong.
"Mwo? Ah! Telnyata cuma milip, kau bukan kaa-chan! Okaa-chan tidak pelnah malah-malah!" celetuk bocah tadi.
"Memang aku bukan okaa-chan-mu tahu!"
"Ne, ne, Jaejoong-ah jangan buat keributan dikelas" gumam Junsu seraya mengencangkan pelukannya pada bocah yang kembali makan itu.
Jaejoong tidak peduli. Dia menarik kursi disamping Junsu dan mendudukkan dirinya. Mata beningnya menatap bocah itu, rasa-rasanya dia mirip dengan seseorang.
Tiba-tiba saja bocah itu mengangkat kepalanya dan memandang ke arah pintu kelas dengan mata berbinar, "OTTO-CHAAAAAAAANNN~~~~!" pekiknya yang sontak mendapat perhatian dari seluruh kelas.
Dan semua siswa di kelas itu pun menolehkan kepalanya secara bersamaan ke pintu kelas, ingin tahu siapa yang dipanggil 'otto-chan' oleh bocah kecil tadi. Tidak perlu menunggu lama hingga terdengar pekik kecewa seluruh yeojya di kelas itu, terutama dari Taeyeon dan kawan-kawan. Kenapa? Pasalnya yang berdiri di depan pintu itu adalah Jung Yunho.
"Otto-chan itu artinya ayah" celetuk Junsu, "Jadi Yunho soensaengnim itu ayah bocah tadi?Aku tidak tahu kalau Yunho soensaengnim sudah punya anak" tambahnya sambil memandangi si bocah yang kini berlari kecil ke arah Yunho.
Jaejoong mengangguk, "Yunho soensaengnim masih muda, pasti itu anak haram!"
"Ya, bicara apa kau Jaejoong-ah? Mana mungkin Yunho soensaengnim punya anak haram!"
Jaejoong mengerucutkan bibirnya, dia paling kesal kalau ada yang tidak sependapat dengannya.
"Changmin, apa yang kau lakukan disini? Bukankah otto-chan sudah bilang supaya Changmin menunggu di ruang guru saja bersama Ara-ah?"
Bocah kecil itu menggelengkan kepalanya, "Min bocan di luang gulu tou-chan~"
"Disini kau rupanya, sudah kucari kemana-mana"
Seorang yeojya yang juga guru di Dong Bang High School berdiri di depan pintu. Tidak lain yeojya itu adalah Ara. Paras cantiknya terlihat khawatir.
"Mian Ara-ah, sepertinya Changmin merepotkanmu" gumam Yunho ditambah senyum manly-nya.
"G-gwaenchanayo oppa, Changmin anak yang baik hanya saja aku tidak begitu cermat memperhatikannya tadi"
Oh, ingin rasanya Taeyeon serta belasan yeojya lainnya dikelas itu melempari raut malu-malu-menjijikkan milik Ara dengan sepatu mereka. Yah, di Dong Bang High School ini ada tiga guru yang usianya paling muda. Dua diantaranya adalah Yunho dan Ara. Tidak heran kalau keduanya sangat akrab bahkan mereka sampai digossipkan berpacaran. Dan tentu saja gossip itu dibantah habis-habisan oleh ratusan yeojya di sekolah itu.
"Ne Changmin, ayo ikut noona" gumam Ara sambil membawa Changmin keluar dari kelas. Soalnya sekarang sudah masuk jam pelajaran Yunho dan kebetulan Ara sedang tidak ada jam pelajaran sehingga Yunho bisa meminta tolong padanya untuk menjaga Changmin.
Ada yang penasaran kenapa Yunho membawa Changmin ke tempatnya mengajar? Itu karena Leeteuk ahjumma yang biasanya menjaga Changmin sedang keluar kota bersama suami dan anaknya.
(a/n :: disini no genderswitch! Jadi meski Leeteuk disebut ahjumma, Leeteuk tetaplah seorang namja disini)
"Oke, sekarang kita mulai pelajarannya" ujar Yunho setelah memastikan Changmin aman bersama Ara. Para siswa dikelas yang didominasi oleh yeojya itu pun segera membuka buku mereka, padahal kalau dengan soensaengnim mereka tidak seperti itu. Dan semua itu karena pesona seorang Jung Yunho yang luar biasa.
"Nah, buka buku halaman-" perhatian Yunho teralih dari seorang murid yang seenaknya berjalan hendak keluar kelas. Yunho hanya menghela napas ketika melihat Jaejoong-lah murid yang hendak keluar itu.
"Jaejoong-sshi, kau mau kemana?"
Jaejoong tidak menjawab, namja cantik itu hanya mengacungkan jari tengahnya. Membuat Yunho geleng-geleng kepala.
.
.
.
Jaejoong merebahkan tubuhnya di atap sekolah. Mata beningnya memandang pada sekumpulan awan yang bergerak bebas di langit biru. Sebersit perasaan iri menyeruak didadanya. Ingin rasanya Jaejoong menjadi seperti awan itu. Bebas. Tidak terikat.
'brakk!'
Tiba-tiba saja pintu atap sekolah terbuka keras. Membuat Jaejoong bangkit dari berbaringnya. Mata besarnya membulat terkejut ketika secara tiba-tiba seorang anak kecil berlari menerjang tubuhnya.
"K-kau! Kau anaknya Yunho soensaengnim 'kan?"
Bocah kecil itu mengangguk semangat, "ne, namaku Changmin!"
"Aku tidak tanya namamu"
"Ya! Nee-chan ketus cekali?"
Jaejoong membelalakkan mata mendengar panggilan yang diberikan oleh bocah ini. Nee-chan? Dalam bahasa Jepang 'nee-chan' itu artinya kakak perempuan 'kan?
"Ehem, dengar ya bocah…"
"Changmin!" seru Changmin kesal. Namja mungil itu tidak terima kalau dipanggil bocah rupanya.
"Ne, ne Changmin, panggil aku hyung! Arra?"
"Mwo? Nii-chan?" Changmin memiringkan kepalanya bingung.
"Ya Changmin, bisakah kau gunakan bahasa Korea saja?" gerutu Jaejoong. Walau 'nii-chan' itu berarti kakak laki-laki, tetap saja dia kesal karena bocah ini menggunakan beberapa kosakata Jepang dalam kalimatnya.
"Ani! Kaa-chan Min olang Jepang! Jadi Min pakai bahaca Jepang!"
Jaejoong menghela napas. Bocah ini sama menyebalkannya dengan ayahnya, begitu pikir Jaejoong.
"Jadi, emm… Changmin, kenapa kau disini? Ibumu mana?"
"Kaa-chan nggak tinggal di lumah"
Jaejoong mengerutkan alisnya. Ibunya Changmin alias istrinya Yunho tidak tinggal di rumah? Apa Yunho sudah cerai dengan istrinya?
'Huh, itu pasti karena Yunho soensaengnim selingkuh, dasar playboy' batin Jaejoong.
"Kalau tidak tinggal di rumah, jadi ibunya Changmin dimana?"
Changmin tersenyum lima jari. Kepalanya menengadah ke langit dan tangannya menunjuk ke langit, "kata tou-chan, kaa-chan tinggal cama Tuhan"
Jaejoong tertegun. Mendadak perasaan tidak enak merasuk pikirannya, "oh begitu" gumamnya canggung.
Sejenak suasana hening. Jaejoong memilih untuk menyandarkan dirinya di dinding sambil membuka bungkus rotinya. Gerakannya terhenti ketika melihat Changmin memperhatikan kegiatannya dengan seksama.
"Ada apa?"
"Min mau ituuu~" gumamnya sambil menunjuk roti yang dipegang Jaejoong.
"Ani, ini punya hyung!"
"Tapi Min mauuu~"
"Aiiish, kau 'kan sudah makan sama Junsu tadi?"
"Min lapal lagiii~"
"Kau rakus ya?"
"Min nggak lakus, Min lapal, nii-chaaa~n"
"Pokoknya eng-"
"Changmin?"
Sontak Jaejoong dan Changmin memutar kepalanya dan mendapati sosok seorang guru wanita di pintu.
"Aish, tolong jangan menghilang tiba-tiba begitu, Changmin-ah" gumam yeojya yang ternyata Ara itu.
"Min bocaaa~n"
"Dan kau Jaejoong-ah, apa yang kau lakukan di tengah jam pelajaran begini?"
"Aku? Tadinya sih sedang tidur, tapi bocah ini datang menggangguku" ujar Jaejoong santai.
"Kembali ke kelasmu!" perintah Ara.
Tapi bukannya mematuhi perintah Ara, Jaejoong justru memakan rotinya dengan santai, "Ani, di kelas bikin ngantuk"
"Jaejoong-ah!" suara Ara meninggi.
"Ya, kau berisik sekali sih! Aku bilang 'kan tidak mau!"
"Siswa macam apa kau yang tidak menaati peraturan sekolah!"
"Apa hakmu mengaturku, hah?"
Yeojya cantik itu menggeram emosi. Tanpa sadar tangannya terangkat ke udara, ketika akan melayangkan tangannya mendadak ada yang menahan tangannya.
"Ada apa ini?" suara bass Yunho terdengar tegas.
"Y-yunho-ah…"
"Cih, jadi ramai!" ketus Jaejoong.
Yunho menghela napas. Namja tampan itu menundukkan kepalanya untuk sekedar melihat kondisi Changmin yang memeluk kakinya. Anak tunggalnya itu terlihat ketakutan. Dengan perlahan diangkatnya tubuh Changmin dan menggendongnya.
"Ara-ah, lebih baik kau ke ruang guru sekarang"
"T-tapi Yunho-ah…"
"Lebih baik kau ke ruang guru sekarang, nanti kau dikira membolos, hm?" perintah Yunho lembut sambil memamerkan senyumnya.
Yeojya bernama lengkap Go Ara itu hanya mengangguk pelan dan segera pergi dari sana.
"Dan kau Jaejoong-ah" Yunho beralih menatap Jaejoong, "kembali ke kelasmu sekarang"
Jaejoong menatap Yunho tajam. Namja cantik itu kemudian berjalan menuruni tangga bawah setelah sebelumnya sengaja menabrakkan bahunya dengan Yunho. Namja bermarga Jung yang turut menuruni tangga itu mulanya mengira Jaejoong akan kembali ke kelasnya, namun ketika sampai di anak tangga terakhir Jaejoong malah belok ke arah kiri. Padahal kelasnya ada di sebelah kanan.
Yunho menghela napas, "lihat itu, kalau sudah besar Changmin jangan jadi seperti itu ya?"
"Ne tou-chan!"
Yunho tersenyum tipis sambil mencium puncak kepala Changmin gemas.
.
.
.
"Joongie, kau sudah siap?"
"Ne eomma!" jawab Jaejoong menyahut panggilan sang ibu yang berada di lantai satu.
Saat ini namja cantik berusia 16 tahun itu tengah memperhatikan pantulan dirinya pada cermin berukuran cukup besar. Jas formal berwarna putih dengan dalaman kemeja yang juga berwarna putih membalut tubuh rampingnya. Dan celana panjang berwarna putih yang membungkus kaki jenjangnya. Sekilas Jaejoong tampak seperti mempelai pria yang akan menikah.
Rambut hitam lurusnya pun disisir rapi dan untuk wajah Jaejoong tidak memolesnya sedikitpun. Wajahnya sudah putih dan bibirnya juga sudah berwarna merah seperti buah cherry segar tanpa perlu bedak maupun pewarna bibir.
Jangan tanya kenapa dia berpenampilan seperti itu. Semua ini eomma-nya yang memerintahnya. Ketika sampai di rumah sekitar pukul tujuh malam tadi terlihat rumah Jaejoong seperti sedang mempersiapkan sesuatu. Eomma-nya keliling hilir mudik memastikan bunga yang diletakkan di setiap sudut rumah masih segar. Beberapa pelayan juga terlihat sibuk seperti membersihkan karpet, mengelap kaca dan perabotan dan masih banyak lagi. Seolah-olah akan ada suatu acara penting yang akan dilaksanakan di rumah ini. Dan pakaian formal ini juga eomma-nya yang memerintahkan Jaejoong untuk memakainya.
Sekali lagi namja cantik itu menghela napas. Padahal niatnya tadi sehabis dari game center, ia ingin langsung mandi, makan dan tidur. Tapi dengan segala persiapan entah-untuk-acara-apa dirumahnya ini membuat Jaejoong mengurungkan rencananya, kecuali mandi tentu saja.
"Joongie!" terdengar lagi suara eomma dari bawah. Jaejoong menghela napas lagi. 'Merepotkan' pikirnya. Untuk yang terakhir Jaejoong menyisir rambut lembutnya dengan jemarinya.
'cklek'
Jaejoong membalikkan ketika mendengar ada yang membuka pintu kamarnya. Dan mata besarnya membulat ketika melihat sosok bocah pendek dengan wajah yang cukup manis.
"Aigooo~ nii-chan manis~" gumam anak itu.
"C-changmin? Kau Changmin 'kan? Kenapa bisa ada disini?" tanya Jaejoong beruntun.
"E-eh, Min dicini kalena-"
"Joongie! Lama sekali!" ketus Mrs. Kim yang sudah berdiri di ambang pintu. Yeojya yang mengenakan gaun hitam sederhana dengan beberapa perhiasan mahal melembutkan pandangannya ketika melihat Changmin yang berdiri tidak jauh dari Jaejoong.
"Changmin-ah? Apa yang kau lakukan disini, hm?"
"Min bocan, ahjumma!"
Mrs. Kim merendahkan tubuhnya hingga sejajar dengan Changmin, tangannya terjulur membelai rambut Changmin lembut, "ne, jangan panggil ahjumma dengan sebutan 'ahjumma', panggil 'nenek', oke?"
Jaejoong memiringkan kepalanya bingung. Kenapa ibunya meminta Changmin untuk memanggilnya dengan sebutan 'nenek'?
"Joongie, cepatlah ke bawah. Yang lain sudah menunggumu"
Kembali Jaejoong mengernyit heran. Siapa yang dimaksud eomma-nya dengan 'yang lain'? Namun namja bermata bening itu memilih untuk diam saja dan mulai menuruni tangga bawah menuju meja makan. Diikuti sang eomma sambil memegangi Changmin.
Mata Jaejoong membulat sempurna ketika melihat ruang makan yang luas itu disulap hingga terlihat begitu mewah. Dengan bunga-bunga aneka warna di setiap sudut ruangan, lukisan mahal di pajang pada dindingnya lalu meja panjang dengan taplak meja berwarna merah dan hidangan lezat disepanjang meja itu.
Mata Jaejoong memicing ketika melihat siapa yang duduk di meja itu. Ada sekitar empat orang. Satu dikenalinya sebagai ayahnya. Sedangkan tiga lagi –dua namja dan satu yeojya- sama sekali tidak dikenali oleh Jaejoong. Kecuali seorang namja dengan rambut berwarna coklat yang familiar bagi Jaejoong, namun namja itu tengah berbicara dengan appa-nya hingga wajah namja itu tidak bisa dilihat dari sudut Jaejoong berdiri sekarang.
"Joongie, kenapa berhenti chagi?" tegur Mrs. Kim ketika mendapati putra tunggalnya berdiri mematung. Jaejoong mengangguk gugup, namja itu lalu berjalan menghampiri meja makan dengan kepala tertunduk diikuti oleh Mrs. Kim.
Jaejoong menarik kursinya disamping kanan eomma-nya yang duduk disamping kanan appa-nya. Ketika namja itu mengangkat kepalanya, ia terkejut bukan main ketika mendapati sosok Jung Yunho duduk di depannya. Disamping sosok gurunya terlihat Changmin yang sedang mengunyah kuenya.
"Kau Kim Jaejoong?" sebuah suara lembut dan anggun mengalihkan perhatian Jaejoong ke arah seorang yeojya yang lebih tua terlihat beberapa tahun dari ibunya.
"A-ah ne…" Jaejoong mengangguk gugup.
Yeojya itu tersenyum lembut, "ne, kau pasti belum mengenalku 'kan?"
Jaejoong menggeleng.
"Jaejoong-ah," Mrs. Kim bersuara, "ini Mr. Jung dan Mrs. Jung" ujarnya mengenalkan namja dan yeojya dewasa yang tersenyum ramah ke Jaejoong, "mereka ini orang tua Jung Yunho, kau sudah mengenal Yunho 'kan?"
Jaejoong melirik canggung ke arah Yunho.
"Kalau yang kecil itu namanya Changmin" giliran Mrs. Jung mengenalkan bocah kecil di samping Yunho yang masih sibuk mengunyah, "anaknya Yunho"
"Ne, nenek, Min udah kenal cama nii-chan kok!" gumam Changmin diantara kegiatan mengunyahnya.
"Begitu? Baguslah"
"Ah Kim Jaejoong, kau sudah besar ya sekarang" celetuk Mr. Jung yang sedari tadi diam saja, "waktu pertama kali melihatmu saat usiamu tujuh tahun kukira kau anak perempuan… hahahahaha" tambahnya diikuti oleh tawa dari orang yang berada disana kecuali Jaejoong, Yunho dan Changmin.
"Nah, mari dinikmati hidangannya" ujar Mrs. Kim mempersilahkan tamunya.
Sejenak ruangan itu penuh dengan suara-suara para nyonya dan tuan yang membicarakan masalah perusahaan mereka. Meninggalkan Jaejoong yang bingung sebenarnya acara apa ini. Namja cantik itu melirik Yunho yang menurutnya terlihat sangat tampan. Yunho saat itu mengenakan setelan jas berwarna hitam dan dalaman berupa kemeja putih disertai sebuah dasi berwarna hitam yang memperelok penampilannya (a/n :: gampangnya, bayangin aja Yunho di MV Wrong Number). Namja itu terlihat makan dengan tenang sambil sesekali mengusap serpihan makan di pinggiran bibir Changmin.
"Jadi bagaimana Jaejoong?" Mrs. Jung melirik Jaejoong, "kau setuju 'kan kalau minggu depan?"
Jaejoong mengerutkan alisnya bingung, "setuju tentang apa?"
"Mwo? Kau belum memberi tahunya, Hyerin?" tanya Mrs. Jung bingung ke eomma-nya Jaejoong.
"Ah mian aku lupa"
Jaejoong melirik bingung. Dia benar-benar tidak mengerti ada apa sekarang.
"Jadi begini Jaejoong," Mrs. Jung memandang Jaejoong lembut, "kami kemari untuk menentukan tanggal pernikahanmu dengan Yunho"
WHAT!
Cepat-cepat Jaejoong mengambil air minumnya dan menghabiskannya dengan sekali teguk, "me-menikah?" serunya tidak percaya.
"Ya dan kami semua setuju untuk melaksanakannya minggu depan, bagaimana denganmu?"
Jaejoong mematung tidak percaya. Dia menikah dengan Yunho? Sejak kapan diputuskan begitu? Seingatnya orang tuanya tidak pernah menanyakan soal pernikahan dengannya.
"Apa minggu depan tidak terlalu lama?" celetuk Mrs. Kim.
Mrs. Jung manggut-manggut, "bagaimana kalau lusa?"
Mrs. Kim mengangguk setuju.
Sementara Jaejoong masih membatu tidak percaya dengan kabar yang baru didapatnya.
.
.
.
Jaejoong melangkahkan kakinya di koridor sekolah dengan lemah pagi itu. Kejadian semalam benar-benar membuatnya syok. Semua terlalu cepat dan tiba-tiba.
Menikah?
Jaejoong baru akan memikirkan soal pernikahan begitu dia tamat sekolah.
Dengan Yunho?
Bukannya Jaejoong membenci hubungan sesama namja, Jaejoong menerima hubungan itu kok. Malah dimatanya hubungan semacam itu tidak berbeda dengan hubungan yeojya-namja. Dan lagi masyarakat Seoul juga sudah terbiasa dengan hubungan semacam itu. Tapi tidak adakah namja lain selain Yunho? Soensaengnim yang paling dibencinya namun kini akan dinikahinya. Kalau bisa Jaejoong ingin bunuh diri sekarang.
Dan menikahnya besok lagi. Oh shit… Jaejoong membayangkan besok dirinya dan Yunho akan berdiri di gereja dengan jas pernikahan. Mengucapkan sumpah dan resmi sebagai suami-istri(?). Lalu setelahnya akan ada pesta yang pasti mewah mengingat kedua orang tua mereka adalah pengusaha besar. Kemudian begitu pesta usai, dirinya dan Yunho akan masuk ke kamar pengantin, lalu… lalu…
Jaejoong mematung di tempat.
"Hoi Jaejoong! Selamat pagi!" sebuah suara lumba-lumba terdengar dari arah belakang.
"Ah, selamat pagi Junsu" sahut Jaejoong dengan lemas.
"Mwo? Kok nggak semangat? Besok kau akan menikah 'kan?"
"Terimakasih sudah mengingatkan" balas Jaejoong ketus. Jangan heran kalau Junsu mengetahui mengenai rencana pernikahan Jaejoong. Ayah Junsu adalah rekanan kerja sekaligus sahabat dekat ayah Jaejoong.
"Oh ya Jae… bagaimana ya kalau masalah pernikahanmu ini diketahui yeojya-yeojya di sekolah?" gumam Junsu yang sukses membekukan Jaejoong.
Di Dong Bang High School ini jumlah siswa yeojya-nya sekitar lebih dari lima ratus siswa yang kesemuanya memuja satu nama, yakni Jung Yunho. Dan meski Jaejoong adalah murid berandalan yang ditakuti dan jago berkelahi namun semua itu tidak ada apa-apanya dibanding lima ratus yeojya yang bagaikan banteng betina yang frustasi jika sedang marah. Terutama Taeyeon dan kawan-kawannya.
"Lebih baik jangan katakan masalah pernikahan ini pada siapapun" ujar Jaejoong memperingatkan.
"Kyaaaaaa~~ Yunho soensaengnim~~~"
"Saranghae…Yunho soensaengnim~~~"
"Kyaaa~~ hari ini soensaengnim cakep sekaliii~"
Jaejoong dan Junsu membalikkan badannya ke arah jeritan-jeritan histeris yeojya itu berasal. Terlihat sosok Jung Yunho yang tengah dikerumuni puluhan bahkan mungkin ratusan yeojya di sana. Rata-rata yeojya itu membawa sesuatu di tangannya, entah itu bekal untuk Yunho, hadiah, kue-kue dan banyak lagi.
"Dasar, orang itu berniat bikin harem kali ya?" celetuk Jaejoong.
"Seharusnya kau bangga Jae, calon suamimu adalah idola semua orang"
"Oh yeah… bisa tidak bahas yang lain?"
.
.
.
"Yo Yunho! Hari ini pun kau laris ya?" ujar Yoochun salah satu guru disana ketika melihat Yunho memasuki ruang guru dengan tumpukan hadiah dan kotak bekal.
"Ya Yoochun, mungkin kau punya hal menarik lain untuk dibicarakan"
Yoochun terkekeh pelan, "aku heran denganmu, seharusnya kau senang dikerumuni yeojya-yeojya seperti itu. Apalagi mereka semua manis-manis"
"Jangan samakan aku denganmu Tuan Playboy"
"Terima kasih untuk pujiannya"
"Aku tidak sedang memuji tahu"
Yunho menghela napas melihat mejanya penuh dengan bungkusan-bungkusan aneka warna berisi kue yang menumpuk. Sambil menghela napas, Yunho membereskan semua bungkusan-bungkusan itu dan memasukkannya ke dalam laci untuk kemudian dibawanya pulang. Jangan mengira kalau sampai di rumah maka Yunho akan memakan semua itu. Mungkin dia juga makan, tapi tidak sampai dua bungkus. Dan puluhan bungkus kue lainnya tentu saja diserahkan ke Jung Changmin-nya.
"Oppa.."
Yunho mengangkat wajahnya ketika ada yang memanggil, "ah, selamat pagi Ara-ah"
"P-pagi oppa… emm… kalau tidak keberatan, nanti mau tidak oppa makan siang denganku?" pinta yeojya bernama Ara itu malu-malu.
"Baiklah"
"Ah gomawo oppa!"
"Kau yakin Ara?" tanya Yoochun, "kau tahu 'kan ratusan yeojya disekolah ini bisa membunuhmu kalau kau dekat-dekat dengan Yunho"
"Jangan bicara yang aneh-aneh Yoochun, itu tidak mungkin" sahut Yunho, "lagipula kalau memang terjadi sesuatu, aku akan melindungi Ara"
.
.
.
Ada yang berbeda kali ini dengan kantin. Bukan karena makanannya atau pelayanan para petugas kantin. Namun lebih karena siapa dengan siapa yang kini berada di kantin.
Jung Yunho dan Go Ara duduk dalam satu bangku.
Oh, sungguh kini kantin diliputi suasana dingin dan mematikan.
"Suram sekali kantin hari ini" ujar Yunho santai sambil menikmati jus jeruknya.
"Iya ya" sahut Ara.
"Ara soensaengnim! Gawat!" tiba-tiba saja seorang siswi menghampiri Ara.
"Ada apa Jessica?"
"Gawat! Ada siswi yang berkelahi di toilet wanita!" ujar Jessica sambil menarik-narik tangan Ara. Mau tidak mau Ara terpaksa bangkit dari kursinya. Dengan berat hati dan sangat terpaksa yeojya itu berjalan mengikuti Jessica menuju toilet.
"Mana yang berkelahi?" tanya Ara begitu sampai di toilet.
"Itu, yang paling ujung"
Dengan gusar Ara berjalan menuju kamar kecil yang paling ujung. Satu-satunya yang diinginkkannya adalah menyelesaikan hal ini dan kembali ke Yunho. Ara lalu membuka pintu toilet paling ujung. Namun yeojya itu mengernyit heran ketika mendapati yeojya itu dalam keadaan kosong.
"Lho? Mana-" belum selesai ucapannya tiba-tiba saja ada yang mendorong punggungnya dan membuatnya memasuki toilet itu lebih dalam.
'blam!' 'cklek'
Ara memelototkan matanya ketika pintu toilet itu tertutup dan terkunci.
"Ya! Buka pintunya! Hei!" jerit yeojya itu panik.
"Nah, Ara soensaengnim baik-baik disini ya? Ntar kalau jam istirahat sdah selesai, kami keluarkan kok" terdengar suara manis Tiffany.
"Kalian menjebakku?"
"Yep! Itulah akibatnya kalau dekat-dekat dengan Yunho kami! Arraseo? A-ra soen-sa-eng-nim?"
"Mwo? Kubilang buka! Aish! Akan kuadukan kalian ke kepala sekolah!"
"…"
"Hei!"
"…"
Satu yang tidak Ara sadari adalah. Bahwa dia sendirian di toilet itu sekarang. Ckckck poor Ara…
.
.
.
"Mana Ara" tanya Yoochun heran ketika mendapati Yunho makan sendirian.
"Entahlah, tadi dia pergi bersama Jessica. Ada siswi yang berkelahi"
Yoochun terkekeh pelan, tentu saja dia tahu kalau Ara tidak akan kembali. Namja tampan bersuara husky itu kemudian memesan jus jeruk.
Sekejap saja kantin yang tadinya suram bagai kuburan kini menjadi indah bak surga. Penyebabnya tak lain karena dua guru tampan ini. Sekali dua kali Yoochun membalas senyum siswi yang tersenyum padanya. Berbeda dengan Yunho yang lebih sibuk dengan ponselnya.
"Hei, jangan terlalu dingin. Sekali-kali tersenyumlah pada yeojya-yeojya itu"
"Jangan samakan aku denganmu"
Yoochun menghela napas, "aku tahu kau masih mencintai mendiang istrimu, tapi cobalah untuk jatuh cinta lagi"
"Yeah, mungkin akan kulakukan" gumam Yunho ketus, "oh ya ini…"
Yoochun memandang bingung pada selembar undangan yang baru saja diserahkan oleh Yunho, "apa ini? Seperti undangan pernikahan"
"Memang" jawab Yunho singkat.
"Siapa yang akan menikah?" tanya Yoochun lagi sambil membolak balikkan undangan itu.
"Aku"
"Oh… eh? MWOOO!"
"Jangan teriak-teriak Yoochun!"
"Hueee~ akhirnya kau menikah sobat! Selamat ya!" ujar Yoochun sambil menepuk-nepuk bahu Yunho, "ne, mempelai wanitanya siapa?"
Yunho menghentikan kegiatan minum jusnya. Mata kecilnya memandang Yoochun dalam-dalam. Hatinya menimbang apakah lebih baik dia memberi tahu sahabatnya ini atau tidak.
"Tapi kau jangan teriak ya?" gumam Yunho memperingatkan.
Yoochun mengangguk semangat. Namja tampan bersuara husky itu sedang memikirkan nama-nama yang kemungkinan menjadi mempelai wanitanya Yunho, "jadi siapa?" desaknya tidak sabar.
Yunho menghela napas, mungkin dia akan menyesali karena memberitahukan ini ke Yoochun.
"Siapa? Siapa? Ayolah, jangan buat sahabatmu ini penasaran"
Sekali lagi namja tampan berambut brunette itu menghela napas, "Kim Jaejoong"
Hening sejenak.
Yoochun menatap Yunho dengan tatapan tidak percaya. Matanya membulat dan mulutnya ikut membulat. Untuk sejenak dia tidak terlihat tampan.
"MWOOOOO?"
Namja bermarga Jung itu kembali menghela napas. Dia tahu dia akan menyesal.
.
.
.
Jaejoong merebahkan dirinya di kasurnya. Entah sudah berapa kali namja cantik itu menghela napas. Hari ini adalah saatnya. Hari ini adalah hari pernikahannya.
"Aish!" umpat Jaejoong sambil memukul bantal. Rasanya Tuhan benar-benar tidak adil padanya. Apa ini hukuman dariNya karena Jaejoong selalu melanggar peraturan sekolah? Kalau ya, menurutnya Tuhan terlalu berlebihan dalam memberikan hukuman.
"Joongieee~ chagiii~" kembali terdengar suara melengking sang eomma. Dengan ogah-ogahan Jaejoong bangkit dari kasurnya dan mematut bayangannya di cermin.
Namja bermata bening nan cantik itu memakai jas putih seperti yang dipakainya kemarin lusa. Bedanya, kali ini dia memakai kemeja dalam berwarna pink pucat dengan dasi putih melingkar leher jenjangnya. Sedikit kusut pada bagian punggungnya karena Jaejoong merebahkan dirinya ke kasur tadi. Rambut pirangnya juga kembali di cat hitam.
Sekali lagi Jaejoong menghela napas. Mata beningnya menatap bayangannya di cermin. Tak sengaja pandangannya jatuh ke leher jenjangnya yang masih putih mulus. Yah, masih, karena setelah ini Jaejoong tidak yakin kalau lehernya masih putih seperti ini atau tidak.
"Joongieee~~" kembali Mrs. Kim memanggil putra tunggalnya itu.
"Fighting…" gumam Jaejoong lemah pada dirinya.
.
.
.
Dan disinilah Jaejoong berada. Di gereja, tepatnya di depan sang pendeta dan tepatnya lagi di samping Yunho. Namja cantik itu menghela napas lagi untuk menetralisir rasa gugup.
Berkali-kali matanya melirik ke calon suaminya yang beberapa menit lagi akan menjadi suaminya. Namja bermarga Jung itu juga mengenakan jas yang sama dengannya. Bedanya dia memakai dalaman kemeja berwarna baby blue. Dia terlihat begitu tenang.
Setelah mengucapkan beberapa pembuka, sang pendeta menatap Yunho, "apakah kau, Jung Yunho, bersedia menerima Kim Jaejoong sebagai istrimu dan terus bersamanya dikala suka maupun duka?"
"Saya bersedia"
Jaejoong membelalakkan matanya. Yunho menjawab sumpah itu dengan begitu tenang seolah tidak ada apa-apa. Berikutnya sang pendeta menatap Jaejoong dan kembali menanyai hal yang sama, "apakah kau, Kim Jaejoong, bersedia menerima Jung Yunho sebagai suamimu dan terus bersamanya dikala suka maupun duka?"
Jaejoong menggigit bibir bawahnya. Ingin sekali dia meneriakkan kata 'aniyo' keras-keras, namun mana bisa dia melakukan hal itu. Hingga akhirnya dengan berat hati Jaejoong mengangguk dan…
"Saya bersedia"
Pendeta itu tersenyum dan melanjutkan ucapannya, "You may kiss your bride"
"Mwo?" bisik Jaejoong sambil memelototkan matanya. Ia tahu setelah pengucapan sumpah akan ada sesi ciuman, tapi tetap saja Jaejoong belum bisa menerima kenyataan kalau kini dia akan dan harus berciuman dengan Yunho.
Namja cantik itu ingin memprotes, namun sebelum ia sempat membuka mulutnya tiba-tiba saja ia merasakan bahunya di sentuh oleh seseorang dan membalikkan tubuhnya ke arah samping. Membuat posisinya yang tadi menghadap sang pendeta menjadi berhadapan dengan Yunho.
Jaejoong menelan ludah ketika merasakan tangan Yunho melingkar di pinggang kecilnya dan menariknya berdekatan hingga perut mereka saling menempel. Sedangkan tangan Yunho yang satunya menyentuh dagunya dan mendongakkannya sedikit. Jaejoong bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar hebat ketika Yunho menatapnya dalam.
Hingga akhirnya dengan sangat perlahan Yunho mendekatkan wajahnya ke wajah Jaejoong. Mengerti sinyal-sinyal bahaya itu Jaejoong langsung memejamkan matanya erat. Keringat dinginnya mulai mengalir dan membuat poninya agak basah. Sementara tangannya mencengkeram erat jas Yunho pada bagian dada.
Mendadak Jaejoong merasakan kepalanya pusing luar biasa. Seperti godam besar yang menghantam kepalanya kuat. Kakinya terasa lemas bagai jelly dan tubuhnya terasa melayang.
Satu yang diingatnya sebelum ia kehilangan kesadarannya adalah sesuatu yang lembut dan hangat menyentuh bibirnya.
End or tbc?
Terserah readers (^^)
Review plissss