Summary :
Di awal pertemuannya, Naru hanyalah korban pelampiasan dendam Gaara ke Sasuke. Tapi ternyata pria itu lebih membawanya ke dalam jurang kehidupan, di mana takdir juga hadir untuk mempermainkan mereka.
.
.
Normal POV
Pada suatu sore, seorang pria berdiri di salah satu jembatan layang. Dia adalah Sabaku Gaara. Helaian rambut merahnya sedikit bergerak-gerak mengikuti hembusan arah angin. Kedua matanya menatap lurus kepada sesuatu di ujung sana—lebih tepatnya ke taman luas yang menjadi pemandangan di bawahnya.
Gaara menaruh dagunya di atas persilangan kedua tangannya yang tertumpu di sisi pembatas jembatan setinggi 1,5 meter itu.
Setelah terdiam selama beberapa saat, salah satu sudut bibirnya terangkat. Tentu saja karena ia barusan melihat kedua sosok yang sedang cari. Yaitu, sepasang kekasih yang sedang menebar kemesraan di taman.
Ya, tapi yang menjadi titik fokusnya sekarang adalah 'dia', bukan 'mereka'.
Dia, Sasuke Uchiha, seorang pria berambut biru dongker yang sedang memeluk pinggang ramping kekasihnya. Tapi, berhubung Gaara sedang mengamati dia yang sedang berpacaran, mau tidak mau dilihatnya juga gadis berambut pirang dan beriris biru yang berada di samping Sasuke.
Menyadari ciri-ciri tersebut, ia mengeryitkan kening. Tatapannya berubah tajam seakan marah, dan tanpa terasa kedua kepalan tangannya teremas kencang.
Lagi-lagi karena memikirkan ciri-ciri itu, dirinya kembali membayangkan penampilan seseorang yang dulu pernah ia cintai.
Dulu. Ya, dulu. Karena orang itu sudah menjadi masa lalu. Gaara sudah tidak bisa bertemu lagi dengannya. Karena Sasuke sudah membunuhnya. Membunuh satu-satunya seseorang yang pernah ia cintai.
Pria berambut merah marun itu membenarkan posisinya menjadi berdiri tegak, lalu ia kembali melemparkan pandangan datarnya ke pasangan yang dari tadi ia perhatikan dengan seringaian.
Tapi...
Ia pun akan melakukan hal yang sama.
Balas dendam.
.
.
.
MISTAKES
Sanpacchi's Fanfiction 2011
Naruto is Masashi Kishimoto's | GaaFemNaru & SasuFemNaru | Fanfiction-net
Genre : Angst, Drama, Tragedy, Romance. | Warning : AU, OOC, Typos, Gender Bender, Mature Themes, etc. | A/N : Tolong di garis bawahin kalo di fict ini so-many-grapefruit, jadi jangan heran atau marah ya kalo Naru dibuat tersiksa. | Jika ada kesamaan ide harap dimaklumi.
[Di sini Gaara ngga punya lingkar mata dan Naru kulitnya jadi putih—bukan tan]
- Naru (16 th) Sasuke (21 th) Gaara (21 th) -
MATURE CONTENT—YOU HAVE BEEN WARNED!
.
.
Mistakes no I. Dendam
.
.
Semenjak awal generasi muda lahir, Uchiha corp dan Sabaku corp memang dapat dibilang tidak mempunyai hubungan yang baik. Dimulai dari persaingan antar perusahaan, nama keluarga dan akhirnya persaingan individu antara Uchiha-Sabaku.
Tak terkecuali untuk Uchiha Sasuke dan Sabaku Gaara.
Uchiha Sasuke, putra bungsu pewaris utama Uchiha corp, dan Sabaku Gaara, putra pewaris tunggal Sabaku corp. Selain mempunyai kekayaan di kantung masing-masing, mereka juga diberkati ketampanan yang sedikit dibumbui oleh sifat dingin. Gadis mana pun pasti akan menjerit kegirangan jika mereka berhasil berbicara—walau hanya sepatah kata—dengan salah satunya.
Dan tanpa diragukan lagi, banyak gadis-gadis muda yang akan melakukan apapun demi mendapatkan mereka berdua.
Tapi bila diperjelas, sifat mereka mungkin terlihat sama, namun nyatanya tetap ada juga yang berbeda. Jika keduanya dijadikan tokoh antagonis, Sasuke mungkin lebih menonjol ke arah kelicikannya. Tapi untuk Gaara, ia lebih ke arah orang jahat tanpa perasaan.
Kenapa dibedakan menjadi tokoh antagonis? Karena mereka sama-sama bukan orang baik. Sasuke, playboy yang selalu mendapatkan apapun sesuai keinginannya. Bila tidak, tentu saja ia akan menggunakan akal licik. Dan Gaara? Hampir sama, tapi dia merupakan pria yang sedikit anti sosial, bukan seorang playboy yang gemar mencari mangsa ke mana-mana.
Untuk mereka, persaingan sudah dimulai sejak kecil. Tapi sekalipun bersaing, mereka tetap bersahabat. Memang persahabatan bagi di antara keduanya membuat rasa bersaing dari dalam diri sempat tertutup, tapi suatu kejadian membuat hubungan dekat itu terputus.
Masalah yang berinti pada seorang gadis yang dicintai Gaara.
Bila dijelaskan seperti tadi, bisa dikatakan hal itu tergolong hal sepele sampai-sampai Gaara membenci Sasuke sampai setengah mati. Tapi kenangan buruk Gaara akan kehidupan sosialnya membuat hal sepele tersebut menjadi dendam seumur hidup.
Berbeda dengan Sasuke yang dari dulu hidup dimanja keluarga, kehidupan Gaara lebih sulit. Di saat Gaara duduk di bangku SMP, kenyataan pahit membuatnya terbuang dari keluarga Sabaku. Ia tidak satu ayah dengan kedua kakaknya yang lain—Temari dan Kankurou.
Ia adalah anak haram dari kandungan ibunya bersama temannya sendiri.
Sejak kenyataan itu diketahui oleh kepala keluarga Sabaku, ayahnya, Gaara disingkirkan dari keluarga—dibuang jauh-jauh ke Tokyo dan hidup sendiri. Beruntunglah karena ibunya masih mengirimkan uang bulanan dan juga pelayan setia. Tapi karena hal tersebut, Gaara mulai membenci dan menutup kehidupan bersosialisasi serapat-rapatnya.
Sampai ada seorang gadis kecil yang membuka pintu hatinya kembali. Tapi dengan cepat pula keluarga Uchiha kembali menutup perasaan itu dengan cara membunuhnya.
.
.
: mistakes | sanpacchi :
.
.
Trrrr...
Merasa ponselnya bergetar, Sasuke memberikan isyarat ke teman-temannya yang berada di klub malam agar ia bisa keluar sebentar. Salah satu tangannya menutup telinga kiri agar suara ponsel akan lebih terdengar dari suara dentuman musik di dalam.
"Hn?"
"TEME!"
Belum sampai setengah detik terlewat, suara balasan dari ponsel melengking kencang menusuk gendang telinganya. Tapi karena itulah ia tau siapa pemilik suara berisik itu.
Kekasihnya.
"Kau berisik sekali, dobe."
"Uh, temee... sudah berapa kali kubilang padamu, jangan siapkan limousine-mu di depan flat-kuu!" Keluh seseorang dari sana. Tampaknya gadis yang dipanggil 'dobe' tadi kesal karena niat baiknya.
"Limousine itu untuk mengantarmu sampai ke sekolah."
"Iya, tapi aku tidak mau dan aku tidak minta ini! Pandangan teman-teman berubah jadi kagum kalau mobil mewahmu itu memasuki sekolah biasaku! Dan itu menyebalkan!"
Rajukan aneh barusan membuatnya menghela nafas malas. "Iya, tapi nanti. Biarkan dulu mereka mengantarmu sampai ke sekolah."
"Oke. Tapi ini yang terakhir, ya! Jangan kirim lagi limou-mu untuk menjemput atau mengantarkanku ke sekolah!"
"Hn, hari ini aku yang akan menjemputmu sendiri."
"Ah! Benarkah? Terima kasih, teme~" Sesudah suara riang itu terucap, terdengar suara bel sekolah dari ponselnya. "Ah, sudah bel masuk. Jaa, Teme!"
Setelah sambungan terputus, Sasuke tersenyum tipis. Itulah yang membuat kekasihnya berbeda dari gadis lain. Tidak ingin diperlakukan mewah.
Sebenarnya banyak perempuan yang seperti itu, yah, walaupun memang perbandingannya tidak sebanding dengan orang-orang yang bersifat terbalik—matre. Tapi dia lebih berbeda—sangat berbeda malah—apa lagi saat ia mengingat dobe-nya pernah mengamuk habis-habisan ketika Sasuke mendatangkan puluhan benda mahal ke rumahnya.
Ya, bagi kekasihnya yang bernama Uzumaki Naru itu, Sasuke terlalu memperlakukannya seperti kucing. Kucing itu manja, pemalas, lucu, dan banyak maunya. Tapi untuk Naru, Sasuke harus mencoret sifat 'banyak maunya'.
Dan ada sesuatu yang membuat gadis itu lebih istimewa, tapi hal itu hanya diketahui oleh dirinya dan sebagian keluarga Uchiha. Sebuah rahasia terbengkalai yang sebenarnya sangat penting untuk dijadikan kunci kebahagiaan dari seseorang.
Trrrr...
Tiba-tiba saja badan ponselnya kembali bergetar, tanpa basa-basi ia pun langsung menekan tombol hijau dan menaruhnya ke telinga. Sudah merupakan kebiasaan si dobe yang kadang suka menelfonnya dua kali—entah ada yang kelupaan atau apapun lagi alasannya.
"Hn, kali ini kau lupa apa, dobe?"
'Dobe? Apa itu panggilan sayang untuk kekasihmu?'
Mendengar suara yang menjawab bukanlah orang yang ia kira, Sasuke mengeryitkan alis lalu melihat nomor yang tertera di layar ponsel.
Nomor asing.
Tapi ia tau suara siapa yang menelfon.
"Sabaku Gaara..."
Terdengar suara dengusan meremehkan. 'Tidak kusangka kau masih menghafal suaraku.'
"Aku tidak akan pernah melupakan suara bajingan sepertimu, Gaara."
'Aku cukup tersanjung atas pujianmu.'
"Cih, jangan basa-basi!" Desisnya. "Mau apa kau menelfonku!?"
'Hm...' Gaara menyeringai. 'Kau masih ingat dendamku?'
"..."
'Sepertinya sudah waktuku untuk membalas segala perbuatanmu.' Ia memberi jeda untuk membiarkan Sasuke berpikir. 'Apa tidak apa-apa kalau dobe-mu itu yang kujadikan targetku yang sekarang?'
Sasuke tersentak. "Gaara, kau—!"
'Aku tau dia berbeda dari yang lain. Dia khusus. Bahkan aku sangat yakin kau sangat mencintainya. Karena itu aku ingin menghancurkanmu dengan cara menghancurkannya...'
"Jangan pernah kau lakukan apapun padanya!" Bentaknya kasar.
'Tenanglah...' Jawab orang itu dengan nada yang sangat tenang, kebalikan dari nada Sasuke. 'Aku akan memperlakukannya baik-baik. Dia tidak akan kusakiti.'
'Hanya saja... akan kurebut kekasihmu, dan kujadikan dia menderita.' Gaara tersenyum singkat. 'Jadi lebih baik kau siapkan diri untuk menerimanya.'
Klik.
Lalu sambungan tersebut diputuskan sepihak oleh si penelfon.
Sasuke menggeram bersamaan dengan gerakan menjambak rambut biru dongkernya. Otaknya terasa panas. Secara spontan ia langsung menendang pintu kayu yang ada di depannya sampai terdengar suara debaman kencang.
"Sial..." Desisnya.
.
.
: mistakes | sanpacchi :
.
.
Sudah lewat 50 menitan semenjak bel pulang berdering, tapi gadis pirang yang rambutnya dikuncir dua tinggi-tinggi itu masih berdiri di depan gerbang sekolah.
Sambil menggembungkan pipi yang di masing-masingnya terdapat tiga garis halus, sesekali ia melihat ke jam digital kecil di ponselnya dengan pandangan kesal.
"Hmph, teme di mana sih!?" Ia mendumel sendirian. "Masa aku dibiarkan menunggu sampai selama ini!?"
Tapi, sesaat kemudian Naru menyenderkan punggungnya ke dinding pembatas sekolah dan mengerucutkan bibirnya. Ia pasrah.
Habis mau bagaimana lagi? Dirinya sendiri yang kelupaan memberitahu Sasuke kalau hari ini waktu pulang sekolah sedikit lebih cepat dari biasa.
Naru melipat kedua tangannya di dada dan lagi-lagi menghela nafas lelah. Sekarang wajahnya mendongak, manatap langit-langit yang sudah berwarna kelabu. "Tuh, kan! Ini sudah mendung! Awas saja kalau teme tidak jadi menjemputku!"
Baru saja ia meluncurkan protes, tiba-tiba ponsel di tangannya bergetar. Bersama alis tertekuk ia pun melihat isi pesan yang tertulis.
.
17.24 - Teme-chan- 'Dobe, kau pulang sendiri saja, aku sedang ada—'
.
"Sial! Ternyata benar!"
Setelah membaca tulisan di layar, emosinya langsung naik. Tanpa membaca pesan dengan keseluruhan, ia langsung menutup ponsel dan memasukannya ke dalam tas dengan kasar. Tulisan di sana sudah membuat gadis yang bernama Uzumaki Naru itu tau kalau kekasihnya tidak akan menjemput.
Tapi di saat ia baru lima kali menghentakan kaki untuk kembali ke rumah, tetesan air dingin dari langit datang menyapanya.
"AAH! Hujaan!? Jangan hujan doong!" Naru berteriak sambil mengadahkan wajah ke langit yang sudah semakin gelap—mungkin akan hujan deras nantinya. Tapi bukannya dikabulkan oleh awan mendung, yang terjadi malah sebaliknya, tetesan air hujan semakin bertubi-tubi menjatuhi kulitnya.
"Dasar teme sialan! Kalau tau begini lebih baik aku pulang dari tadi!"
Daripada terus mengumpat padahal tidak didengarkan oleh Tuhan, Naru lebih memilih untuk menjadikan tas jinjingnya sebagai pelindung kepala dari hujan sambil terus berlari ke rumah.
Namun karena suhu udara sudah semakin dingin dan dirinya sudah cukup lelah akibat berlarian di bawah hujan, akhirnya Naru mengistirahatkan diri di bawah pohon yang cukup lebat, sehingga ia sedikit terlindung dari derasnya hujan sore tersebut.
Karena hawa yang terus menusuk tulang, Naru memeluk badannya yang menggigil kedinginan dan mengusapkan kedua telapak tangannya ke siku. Merasa dingin tidak kunjung berkurang, ia meletakan tas yang ia pegang ke sebelah kakinya dan menggosokkan kedua telapak tangannya, berharap ada sedikit kehangatan yang tercipta di sana.
Tapi dengan tiba-tiba, ada sebuah payung besar menghalangi rintikan kecil hujan yang membasahi kepalanya. Ia pun menoleh ke samping, lalu melihat pria asing berambut merah yang ternyata menyodorkan payung itu.
"Mau kuantar pulang?"
.
.
: mistakes | sanpacchi :
.
.
"Maaf, aku pasti merepotkanmu! Tapi aku benar-benar tertolong!" Serunya ke seseorang yang sedang fokus menyetir mobil merah miliknya. "Oh, iya. Maaf ya jok mobilmu juga basah karena kududuki..."
"Hm, tidak apa." Ia yang bernama Gaara itu mengangguk pelan. "Lagi pula aku yang menawarimu tumpangan."
Bibir Naru pun mulai menyunggingkan senyum. Dari tempatnya terduduk, ia menatap wajah pria yang berada di sebelahnya dengan pandangan meneliti. Lama.
Merasa terus diperhatikan, pria itu melirik kepadanya. "Kenapa? Ada yang aneh?"
"Eh, ti-tidak kok. Tapi, apa aku pernah mengenalimu?"
Untung saja terlintas pengalihan bicara yang tepat di benaknya. Namun saat pria itu sempat menghadapnya sekilas, kedua mata mereka bertemu. Sontak saja Naru mendadak gugup dan kembali menundukan wajah untuk menyembunyikan rona merah di pipinya—jangan sampai ia ketahuan sedang memperhatikan wajah rupawan orang di sampingnya.
"Rasanya aku pernah melihat wajahmu."
Perkataan Naru terlontar bersama dengan terhentinya laju mobil karena lampu merah. Merasa ada kesempatan, Gaara mempunyai kesempatan untuk menolehkan wajahnya lebih lama. "Tidak, kita baru pertama kali bertemu."
Tapi ia bukan hanya sekedar melihat mata sapphire Naru.
Bibirnya mulai menyunggingkan seringaian kecil ketika ia melihat lekuk tubuh gadis itu yang sedikit terekspos di balik kemeja basah kuyup putihnya. Kulit putih yang masih lembab dan juga helaian rambutnya yang basah.
Tapi yang paling menyita perhatiannya adalah bra hitam berenda yang terpampang sangat jelas di balik kemeja tipis Naru.
Bra yang kini sedang menampung kedua bukit besar milik dia, si kekasih Sasuke. Sesuatu yang nantinya akan ia sentuh. Entahlah secara lembut ataupun kasar, tentunya yang dapat membuat dia mengerang kesakitan dan mendesah.
Tapi bukan hanya itu saja, karena ia yakin semuanya akan terjamah dengan rata. Terutama sesuatu yang saat ini ditutupi oleh rok mini kotak-kotak khas sekolah Konoha High School.
Dan ia akan melakukan semua hal tadi di depan Sasuke.
"Lalu kenapa kau baik padaku sampai-sampai menawariku tumpangan?" Naru yang masih tidak sadar telah diperhatikan hanya kembali bertanya dengan nada malu-malu.
"Apa salahnya berbuat baik pada gadis yang membuatku tertarik padanya?"
"Eh?"
Jawaban Gaara yang tadi langsung membuat Naru blushing mendadak. Tidak ia sangka kalimat sederhana itu membuat aliran darahnya berdesir tak karuan, terasa hangat dan nyaman. Tapi ia cepat-cepat menggeleng... ya, tentu saja karena dia sudah milik Sasuke.
Lampu hijau lalu lintas sudah kembali bersinar. Sambil menginjak pedal gas, pemuda berkulit putih itu menambahkan. "Tenang saja, aku tau kau sudah punya pacar."
"Eh? Kok bisa tau?"
"Aku hanya ingin berteman, tidak lebih. Tapi aku memang sengaja mencari tau tentang statusmu."
Naru mengangguk mengerti.
"Kau mau ke mall? Aku akan membelikanmu pakaian sekalian baju hangat. Lalu setelah itu kita akan jalan-jalan sebentar."
"Mau!" Tanpa berpikir dua kali Naru mengangguk senang.
Sepertinya pria yang tampak seperti berumur 20-an itu tau kalau sudah dari tadi Naru sangat kedinginan—karena seluruh pakaiannya basah. Dan untuk ke mall, jujur Naru sebenarnya kurang suka ke mall, tapi hitung-hitung balas budi ke pria baik ini—walaupun ia memang lebih menguntungkan dirinya sendiri.
Naru sempat tersenyum, tapi mendadak senyuman itu menghilang ketika baru menyadari pria yang sedang membawanya ini adalah orang asing yang sama sekali tidak ia kenal. Terus terang saja kebaikannya membuat Naru nyaman, tapi ia merasa ada yang kurang. Sebagian besar dari dalam hatinya mengatakan kalau pria yang di sebelahnya ini adalah...
Orang jahat.
Lagi-lagi ia menggeleng. 'Naru... jangan berprasangka buruk terlebih dulu...' Batinnya.
"Ada apa?"
"Eh!? Tidak, tidak apa-apa..." Dengan wajah merona ia memberikan cengiran lebar kepada pria itu. "Namamu siapa?"
"Gaara."
"Um, Gaara-san?"
"Gaara saja."
"Baiklah..."
Hening.
Karena tidak ada yang berbicara selain lagu putaran radio yang terpasang di mobil, Naru yang sedari tadi memandang ke arah jendela mulai merasa bosan. Untuk sekedar mengisi kegiatan, ia langsung mengambil ponsel dari tas lalu mengotak-atiknya sendiri.
Karena tidak tau harus berbuat apa lagi, ia akhirnya membuka pesan dari Sasuke yang belum sempat terbuka, tapi saat pesan itu menampilkan full text yang berderet panjang, matanya terbuka lebar.
.
17.24 - Teme-chan
Dobe, kau pulang sendiri saja, aku sedang ada urusan mendadak.
Dan mulai sekarang jangan bicara sama orang asing,
Terutama yang berambut merah.
Aku tau kau selalu tidak mau dilarang,
Tapi untuk kali ini, tolong dengarkan aku.
.
Mendadak jantungnya berdetak semakin cepat, mood-nya langsung terganti menjadi gelisah. Entah kenapa sejak membaca pesan dari Sasuke, rasanya suasana berat kembali memasuki hatinya—mendukung firasat buruk yang sudah mendahului.
Masalahnya, pria asing yang sedang membawanya ini mempunyai rambut merah. Persis seperti orang yang Sasuke inginkan untuk ia hindari.
"Eng, maaf..." Secara mendadak Naru mulai membuka suara. "A-Aku baru ingat kalau setengah jam lagi aku ada kerja part time, jadi..." Kilahnya tidak lupa gagapan yang menyertai. "Sepertinya aku tidak bisa ke mall."
Naru mengamati gerak-gerik Gaara setelah kalimat itu terucap, tapi ia hanya merespon biasa. "Hm, tidak apa... mungkin lain kali."
'Eh? Dia tidak memaksaku untuk ikut bersamanya...?' Naru mengerjapkan matanya sekali. 'Mungkin firasat buruk itu cuma pikiranku yang terlalu berlebihan...'
.
.
: mistakes | sanpacchi :
.
.
Sesampainya di depan flat, Naru langsung keluar—mencegah Gaara yang sempat menawarkan diri untuk membukakan pintunya. Ia berputar agar dapat menghampiri Gaara. Tanpa isyarat pun Gaara menurunkan kaca mobil.
"Terima kasih banyak ya, Gaara! Semoga kita bisa bertemu lagi!"
"Hm..." Jawabnya singkat. "Tapi untuk sebelumnya... aku mau minta maaf." Gumamnya sambil lebih memandang lekat iris Naru.
Naru mengernyit. "Eh, untuk apa? Kan seharusnya aku yang harus minta maaf karena merepotkanmu?"
Mendengar pertanyaan tadi, Gaara tidak menjawab dengan suara, melainkan kedua sudut bibirnya yang mulai terangkat perlahan, membuat Naru melebarkan matanya.
Entah karena pesona atau sesuatu yang dimiliki oleh orang itu, tubuhnya terasa seperti merinding sendiri. Tentu saja ronaan merah mulai muncul di pipi sampai-sampai mulutnya sedikit menganga.
Tidak dapat dipungkiri lagi, pria ini memang tampan. Dan jauh lebih tampan lagi jika ia tersenyum—seperti sekarang, tepat di depan matanya.
Pria berambut merah itu membuyarkan lamunan Naru dengan anggukan singkat dan mulai menjalankan gas mobilnya.
Naru yang tertinggal sendirian masih terpana. Dan setelah mematung beberapa lama, ia pun mengerjapkan kedua matanya. Tanpa basa-basi lagi ia langsung melemparkan pandangan ke aspal yang diinjaknya.
Sambil mengigit bibir bawah, ia menepuk kedua pipinya keras-keras. "Uuh, aku kan sudah ada Teme! Tidak boleh seperti inii!"
"Dobe... kau kenapa?"
Tiba-tiba saja dari belakang muncul Sasuke yang langsung mengalungkan kedua tangannya di leher jenjang milik Naru, dan tentu saja membuat yang punya menjadi kaget.
"Teme! A-Aku baik-baik saja, kok!" Ia menggelengkan wajahnya dengan panik. "Lagian kenapa tiba-tiba muncul sih?"
"Aku menunggumu di sini."
"Ahhh! Katanya ada urusan? Menyebalkan!"
Melihat pacarnya terus mengomel tidak jelas, ia tersenyum lalu mengecup sekilas bibir Naru. Membuat pipi yang berkumis kucing itu semakin memerah.
"Dasar teme!"
.
.
: mistakes | sanpacchi :
.
.
Sepeninggal mobilnya dari daerah tadi, senyuman pria itu—yang sebelumny dilihat oleh Naru—berubah menjadi sebuah seringaian. Ia pun mengambil salah satu foto berukuran sedang yang menggambarkan sepasang kekasih. Tentu saja salah satunya adalah gadis yang sempat ia antar.
'Aku meminta maaf karena kaulah korbanku yang nanti akan menanggung beban ini... untuk membalas Sasuke.'
"Kita lihat saja nanti." Imbuhnya sambil merobek foto itu menjadi dua bagian.
.
.
TO BE CONTINUED
.
.
Sansan's Note :
Halo, salam kenal. Ini fict pertamaku di archive GaaNaruko. Rencananya, aku mau buat ini jadi longshot. Ngga panjang banget sih, cuma ini bakalan jadi fic terpanjang yang pernah kubuat (dari kerangkanya sampe 20 chap). Mungkin di awal kayak pasaran dan boring banget... tapi lewat beberapa chapter lagi, doain aja ceritanya agak-agak beda haha.
.
.
Next Chapter :
"Kau telah menolongku lagi. Terima kasih Gaara, sungguh..."
"Brengsek! Lepaskan Naru!"
"Kau lihat? Dia nyaman berada di pelukanku. Sepertinya gadis ini ingin kusentuh."
"Silahkan menikmati pertunjukkan kami, Sasuke."
.
.
I'll be pleased if you enter your comment
Mind to Review?
.
.
SANSANKYU