Title: Last Dance

Rated: T

Warning: OOC, OC, mengandung YAOI atau boyxboy, gaje, garing sumpah, aneh, bertele-tele, dan... silahkan reader yang menentukan setelah memebaca

Desclaimer: Hetalia ciptaan Hidekaz Himaruya, saya sebagai author abal hanya menulis sebuah cerita menggunakan nama character Hetalia.

.

.

.

Musik hiphop melantun keras dari kamar di sebuah rumah, lengkap dengan suara kaki yang menggertak ke lantai mengikuti irama musik. Alfred F Jones adalah pemuda yang selalu menyetel lagu tersebut setiap pagi sambil menari hiphop dan breakdance mengikuti irama. Sejak kecil ia tergila-gila dengan dunia dance hingga ia selalu mempelajarinya sendiri. Langkah cepat terdengar menuju kamar Alfred dan tak lama seseorang mengetuk pintu tersebut.

"Alfred! Kecilkan lagunya!" teriak seorang pemuda berkacamata, dengan mata violet, dan rambut pendek bergelombang juga memiliki ahoge yang mencuat keatas dengan ujung melingkar. Alfred mematikan tape recordernya, dan membuka pintu.

"Kenapa sih Matthew kau selalu menggangguku?" keluh Alfred yang merasa sangat terganggu sambil membenahi posisi kacamatanya.

"Apa kupingmu tidak rusak dengan lagu sebesar itu? Lagipula kau tidak sekolah ini sudah hampir jam 8 lho." kata Matthew sambil menunjuk jam di dinding kamar Alfred.

"Sial aku telat!" teriak Alfred buru-buru mengganti piyamanya dengan seragam, mengambil tasnya dan berlari menuju meja makan.

"Aku berangkat!" kata Alfred sambil mengambil hamburger di meja dan langsung pergi.

"Haah..." Matthew hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan kakaknya yang selalu terburu-buru setiap paginya. Tapi Matthew memakluminya, ia pun bersiap untuk pergi ke sekolah.

Alfred berlari sekuat tenaga menuju SMU Hetalia Gakuen tempatnya bersekolah. Jarak rumah dengan sekolahnya tidak terlalu jauh, jadi Alfred sering menyempatkan diri berlatih dance setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Tapi latihan dance membuatnya sering kena teguran satpam sekolah karena terlambat masuk sekolah. Alfred melihat gerbang sekolah masih terbuka lebar, itu tandanya bel masuk belum berbunyi. Alfred mempercepat langkah menuju kelasnya, kelas sastra.

"Tumben kau tidak telat." kata seorang pemuda yang sedang duduk di bangku yang bejarak dua bangku dengan bangku Alfred sambil memegang buku ditangannya.

"Kau Ludwig, aku sedang ada urusan jadi aku buru-buru." seru Alfred menaruh tasnya di meja dan berlari keluar kelas dengan terburu-buru.

Alfred berlari menuju sanggar tari sekolah yang tak jauh dari kelasnya, disana sudah berkumpul beberapa orang di depan jendela sanggar tari. Alfred pun menembus kerumunan tersebut, disana sedang diadakan latihan dance rutin setiap pagi walau bukan eskul sekolah. Mereka adalah geng yang mencintai hiphop atau biasa disebut crew, bahkan prestasi mereka sudah menembus ke internasional. Crew itu terdiri dari Arthur Kirkland sebagai leader walau pada umumnya tidak ada yang namanya leader dalam crew. Arthur berasal dari Inggris, ia paling handal dalam tarian toprock dan downrock. Ivan Braginski sebagai wakil, Ivan berasal dari Rusia, ia paling menguasai tarian Power Move apalagi dalam gerakan flare. Francis Bonnefoy dari Perancis sebagai penanggung jawab fashion, ia sangat terkenal dengan gerakan windmill dan swipenya. Gilbert Beilschmit dari Jerman dan Antonio Fernandez Carriedo dari Spanyol sebagai bagian peralatan, Gilbert paling menguasai tarian freeze sementara Antonio tarian suicide. Penanggung jawabnya adalah Wang Yao, guru Kung-Fu dari China. Karena gerakan breakdance mendominasi gerakan kung-fu, maka Wang Yao bersedia menjadi guru sekaligus penanggung jawab. Selain dance yang keren mereka juga terkenal karena sifat mereka dan ketampanan mereka, tidak heran banyak fans club mereka dari berbagai kalangan di dalam maupun luar sekolah.

Alfred memang tidak terlalu mengenal para anggota tersebut, sedari tadi matanya hanya tertuju pada idolanya Arthur Kirkland. Arthur sudah berkali-kali memenangkan juara satu lomba breakdance internasional dan mendapat banyak mendali emas, bahkan dijuluki si jenius dance. Kemampuannya diakui dunia internasional sejak umurnya 7 tahun. Tapi sikapnya sangat dingin dan ketus. Walau begitu, ia dengan senang hati membagi ilmunya pada setiap orang yang mencintai dance. Alfred sangat mengaguminya sejak umurnya 9 tahun. Karena itu, saat Alfred mengetahui ia satu sekolah dengan idolanya betapa bahagianya Alfred. Sayangnya Alfred tidak bisa sekelas dengan Arthur. Alfred ada di kelas sastra sementara Arthur di kelas IPA. Dan Alfred sedang berusaha agar diterima di crew tersebut, karena itu ia selalu berlatih keras setiap hari.

"Baik latihan pagi ini kucukupkan, aru" kata Yao pada murid-muridnya, tanpa berkata lagi mereka langsung keluar ruangan. Baru saja pintu terbuka, crew itu sudah diserbu fans yang menunggu mereka sejak tadi.

"IVAAAN!" teriak fans Ivan menghampiri Ivan.

"Hai, da." sapa Ivan pada fansnya.

"Francis minta foto bareng dong!" teriak beberapa siswi yang lansung pasang pose bersama Francis, Francis pun memasang senyuman paling menawannya untuk para fans.

"Kyaaaaa! Gilbert you so AWESOME!" jerit fans Gilbert histeris.

"Kesesese. Ore-sama kan memang yang paling AWESOME!" teriak Gilbert membuat fansnya berjerit-ria.

"Antonio! Te quero!" teriak fans Antonio.

"Te quero! Mau dapat nomorku?" Antonio membuat para fansnya kelabakan dan berebut menanyakan nomor telponnya, tapi tidak terdengar para fans Arthur. Ternyata mereka sibuk mencari-cari keberadaan Arthur yang tidak ada sejak keluar tadi.

Alfred pun mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Arthur, ia berjalan kembali ke kelasnya. Apakah dewi fortuna sedang berpihak pada Alfred? Tak di sangka, Alfred melihat Arthur sedang menyandar di tembok kelas sastra memakai jaket abu-abu panjang tanpa ada fans yang berkerubung di dekatnya. Ini memang hal biasa, Arthur memang tidak suka punya fans. Arthur lebih suka memiliki teman sesama pecinta dance di bandingkan fans. Makanya ia jarang di ekspose kamera maupun paparazi. Alfred pun memanfaatkan kesempatan itu.

"Emh. Maaf..." Arthur hanya mengangkat sedikit kepalanya tapi tidak menatap Alfred, memehartikan Alfred dari balik tudung jaketnya.

"Mau apa? Foto? Tanda tangan? Maaf tidak terima." kata Arthur dengan dinginnya.

"Bukan begitu, aku ingin sekali bergabung dengan crewmu. Bolehkah?" Alfred membungkuk menunjukkan ia benar-benar berniat masuk.

"Banyak yang sudah meminta begitu padaku. Tapi apa? hanya tiga kali latihan mereka sudah bosan, capek, alasan saja bisanya." balas Arthur sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Kumohon! Aku ingin sekali masuk dalam crewmu, aku akan latihan dengan giat! Kumohon!" Alfred memohon sampai sembah sujud di depan Arthur. Arthur tertegun melihatnya, biasanya orang yang memohon padanya akan langsung pergi tanpa niatan. Tapi Arthur tetap kekeh pada pendiriannya. Paling-paling setelah ini juga sudah, ini hanyalah kedok.

"Pokoknya tidak." kata Arthur seraya pergi meninggalkan Alfred.

"Aku tidak akan menyerah lihat saja!" seru Alfred memegang teguh keinginannya, sayang bel masuk mengharuskannya pergi ke kelas.

"Maaf ya. Lain kali saja." Arthur tersenyum sinis pada Alfred dan pergi meninggalkan Alfred menuju kelasnya. Karena tidak mau di hukum guru, Alfred buru-buru lari ke kelas.

Bel istirahat berbunyi, dengan segera Alfred berlari menuju kelas IPA, kelasnya Arthur. Ternyata pelajaran di kelas itu belum selesai, Alfred pun menunggu di balik tembok kelas. Saat pelajaran selesai, semua murid berhamburan keluar kelas kecuali Arthur. Ia sedang sibuk dengan buku pelajaran di tangannya sambil memasang headset di kupingnya. Alfred pun memanfaatkan kesempatan kedua ini. Arthur yang menyadari kedatangan Alfred mulai merasa jengkel, ia pun menutup buku pelajarannya

"Mau apa lagi?" tanya Arthur lebih dingin dari yang tadi.

"Kumohon masukkan aku ke dalam crewmu!" Alfred memohon sambil bersimpuh di depan Arthur.

"Sudah kubilang tidak." Arthur membanting bukunya dan pergi keluar kelas menuju perpustakaan. Alfred mengikutinya di belakang. Saat Arthur membaca buku lagi di perpustakaan, Alfred melakukannya lagi.

"Kumohon!" teriak Alfred seperti mendesis berhubung itu di perpustakaan.

"Tidak." seru Arthur tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Arthur aku mohon!" desis Alfred lagi, kali ini ia menarik-narik baju Arthur.

"Ku bilang tidak ya tidak!" seketika Arthur mendapat teguran dari orang-orang di perpustakaan. Arthur semakin jengkel, ia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan perpustakaan. Tapi Alfred tetap mengikutinya.

Di kantin sekolah Arthur sedang menikmati teh yang di pesannya sambil mendengarkan lagu hiphop dari ipodnya. Alfred pun tidak menyerah, ia menghampiri Arthur dan menyelinap ke bawah meja yang tempat Arthur sedang duduk.

"Arthur aku mohon!" Alfred mucul dari bawah meja tempat Arthur duduk, dengan sukses Arthur tersedak teh yang sedang di minumnya saking kagetnya.

"Aku...uhuk...sudah bilang...uhuk...uhuk...tidak!" seru Arthur agak terengah-engah karena tersedak.

"Kalau kau membiarkanku masuk crewmu aku tidak akan mengganggumu lagi!" kata Alfred.

"Tidak ya tidak! Lagipula kita kan baru bertemu panggil aku dengan nama keluargaku!" Arthur melipat kedua tangannya di depan dada.

"Tidak apa kan? Aku sudah mengenalmu sejak kecil kok." Alfred tersenyum tanpa dosa, membuat Arthur semakin kesal padanya.

"Kau menyebalkan!"seru Arthur lalu pergi begitu saja. Tapi Alfred tidak juga menyerah, ia terus mengikuti kemanapun Arthur pergi (maksudnya hanya di waktu-waktu ini). Sekarang Arthur sedang menikmati udara segar diatap sekolah, ia biasanya menghilangkan stresnya disini.

"Haah... Akhirnya ada tempat tenang." Arthur membaringkan tubuhnya di lantai atap sekolah yang dingin berharap bisa menghilangkan stresnya akibat diikuti Alfred.

"Arthur!" teriak Alfred.

"Oh great." Arthur hanya bisa mendesah. Arthur pun bangkit dan menatap Alfred dengan jengkel.

"Kumohon!" teriak Alfred lagi.

"Dengar ya kau itu mengganggu saja! Pergi sana!" kata Arthur mengusir Alfred.

"Tidak sebelum kau bilang iya!" seru Alfred menyengkram jaket Arthur.

"Kau tuli ya? Sudah kubilang TIDAK!" teriak Arthur langsung berlari menuruni tangga dan melompat ke bagian koridor yang jaraknya lumayan jauh.

"H-hebat sekali..." Alfred hanya bisa melongo melihatnya.

Lapangan kosong belakang sekolah adalah tempat tenang Arthur yang terakhir, ia sedang tiduran di atas rumput hijau menenagkan pikirannya. Angin bertiup sepoi-sepoi, suara gemerisik pohon, dan kicauan burung-burung, semua itu bisa membuat perasaan seorang Arthur menjadi tenang.

"Coba latihan deh. Kalau sudah jam segini tidak akan cukup pergi ke sanggar." kata Arthur sendiri. Memang latihan crew mereka adalah setiap pagi, istirahat dan pulang sekolah. Ia menyetel lagu lewat ipodnya dan memulai beberapa gerakan top rock dan footwork. Di sela-sela gerakan ia mengomentari gerakannya sendiri.

"Haah, mulai hari ini latihan capoera lagi deh. Sepertinya skill parkourku juga mulai menurun." kata Arthur sendiri, ia pun menghentikan lagu dari ipodnya dan mulai melatih gerakan capoera. Ternyata Alfred memperhatikan Arthur dari tadi, ia berdecak kagum dan berusaha menghafal gerakan-gerakan yang dilihatnya.

Merasa ada mata-mata, Arthur menggunakan kemampuan pakournya menaiki tembok dan melompat dari tangga menuju ke gedung belakang. Alfred kebingungan sendiri melihat Arthur sudah tidak ada tapi ipodnya masih tergeletak begitu saja. Sedangkan hanya ada tembok tinggi dan pagar sebagai pembatas.

"Sedang apa kau di sini?" tanya Arthur yang sudah ada di belakang Alfred.

"Ah! Aku tadi ingin memohon lagi padamu tapi karna kau sedang latihan jadi aku menunggu saja." jelas Alfred dengan senyum mengembang sempurna di wajahnya.

"Kau masih berminat?" tanya Arthur menaikkan satu alis tebalnya.

"Tentu saja. Aku sangat suka dance sejak melihatmu di televisi waktu umurku 9 tahun, keren sekali." kata Alfred sedikit bernostalgia.

"Kalau begitu coba ikuti gerakanku yang tadi." pinta Arthur sambil menyila kedua tangannya di depan dada.

"E-eh?" Alfred hanya terkejut, ia belum pernah belajar gerakan-gerakan itu.

"Ayo. Itu gerakan dasar, masa tidak bisa?" sindir Arthur dengan senyum sinis.

"Baik akan ku coba." Arthur menyalakan ipodnya dan Alfred pun memulai beberapa gerakan, walau berantakan ada beberapa gerakannya yang benar.

"Boleh juga." kata Arthur pelan.

"Cukup." kata Arthur menghentikan lagu di ipodnya.

"Besok datanglah ke sanggar, biar teman-temanku ikut menilai." kata Arthur seraya pergi kembali menuju kelasnya.

Alfred tersenyum penuh kemenangan, ia melompat-lompat di tengah lapangan sambil berteriak kegirangan. Ternyata Alfred tidak sadar kalau bel masuk sudah berbunyi saking girangnya. Alhasil ia mendapat hukuman dari satpam sekolah untuk lari lima putaran di lapangan. Tapi Alfred tidak terlalu menanggapinya, ia sedang sangat senang hari ini. Sementara Arthur melihat Alfred dari jendela kelasnya, seulas senyum misterius muncul di wajahnya.

'Kita lihat seberapa kemampuan dan tekadmu itu Alfred F Jones.' kata Arthur dalam hati dan mengalihkan pandangannya pada buku pelajaran fisika.

~To Be Continue~

.

.

.

Apakah aneh? Atau terlalu bertele-tele? Maaf ya kalau sangat aneh...
Usagi sama Neko juga baru tahu soal breakdance sedikit, jadi kalau ada kesalahan mohon di maafkan *sembah sujud

Ini fic ke 5 tapi fic sebelum-sebelumnya gak belum sempat di publish jadi ini dulu aja deh...

Review-nya please ^^