Title : One Night Stand
Genre : Romance
Rating : M
Pairing : Various Artist (Mainly DBSK)
Disclaimer : They belong to them selves. I own only the plot. The Song belong to Enrique Iglesias feat usher.
Warning : Typos, Cursing, YAOI (BOY X BOY), Incest, a SLUTTY!Jae, Don't Like? Back off, I can't tolerate any bashing towards JJ. XO
Summary : YunHo bertemu dengan seorang 'malaikat' disebuah club. Akankah hubungan mereka akan berakhir hanya sebagai one-night-stand-relationship?
.
I dedicate this FF for My Chagiya Sweet Dongsaeng, White Tree.. and also, for you...
.
.
"Stttt…. Sudah… Sudah… Behentilah menangis…" YunHo masih memeluk Jessica, mengira bahwa gadis itu masih menangis. Sesungguhnya air mata telah surut dari wajah cantik Jessica tapi ia enggan melepaskan kehangatan pelukan mantan kekasihnya itu.
"Biarkan begini sebentar." Pikir Jessica sambil menghirup wangi citrus khas YunHo, wangi yang bercampur sempurna dengan parfum vanilla yang dipakainya.
Perlahan mata Jessica tertutup karena menikmati setiap sentuhan jari YunHo pada pangkal rambutnya yang turun hingga bagian ujung rambut panjangnya.
YunHo menyenandungkan nada-nada pelan yang menenangkan.
"Kau selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik." Jessica tersenyum, suaranya sedikit teredam oleh bahu lebar YunHo.
Tawa kecil keluar dari bibir YunHo. "Berarti kau sekarang lebih baik. Jadi, pulanglah."
Mata Jessica terbuka lebar-lebar secara seketika mendengar ini.
YunHo mencoba melepaskan pegangan tangan Jessica pada punggungnya namun gadis berambut pirang itu malah mencengkram makin kuat.
"Tidak. Aku masih ingin di sini. Bersamamu…"
"Tempat seperti ini tidak baik untuk seorang gadis, Jess…"
Secercah harapan menghampiri Jessica, ia melepaskan pelukannya dan menatap YunHo. "Jess? Kau memanggilku Jess lagi? Berarti…"
"Tidak Jessica Jung… Itu tak berarti apa-apa. Aku telah menjelaskanmu sekali bukan? Jangan sampai aku harus mengulanginya lagi."
"Apa benar tidak lagi ada harapan untukku. Kupikir kau memesan bracelet dengan inisial J untukku tapi benda itu tak pernah dikirim ke rumahku."
"Maaf.. itu memang bukan…"
"Aku tahu itu untuk Kim JaeJoong." Jessica memotong.
"Kau menyelidiki kehidupanku?"
Mengabaikan pertanyaan itu, Jessica melanjutkan. "Dia tak baik untukmu. Jangan melibatkan diri lebih dalam dengannya. Bila Choi SiWon tahu, hidupmu dalam masalah. Kau akan berada dalam bahaya. Lagipula apa kata paman dan bibi? JaeJoong itu laki-laki, YunHo. Kalian tidak akan mendapatkan penerus darinya."
"Mereka akan mengerti."
"YunHo, apa kau lupa bagaimana posisimu dan paman di masyarakat?"
"Aku tahu kau adalah calon istri yang diharapkan oleh kedua orang tuaku. Tapi aku telah menentukan pilihanku." YunHo menyentuh bahu Jessica dan menunduk menatap matanya.
Jessica ingin menjerit frustasi karena melihat kesungguhan di mata coklat itu tapi ia tak akan menyerah kalah begitu saja. "Kita masih bisa mulai lagi dari awal. Aku memiliki segala kualifikasi yang diharapkan dan kita telah menerima restu keluarga. Selain itu kau mencintaiku."
"Dulu."
Satu kata yang berhasil membuat Jessica terhenyak.
Ia menggeleng tak percaya. "Tidak… Katakan ini tidak benar! Tidak mungkin! Jangan katakan kau gay?" Jessica membisikkan satu kata terakhir seolah takut bila diucapkan dengan keras maka itu berarti ia mengakui kebenarannya.
"Aku memang pernah mencintaimu. Sangat. Tapi JaeJoong membuatku… Ahh…aku tak tahu apa yang diperbuatnya padaku dan aku tak bisa menjelaskannya dengan baik! Yang pasti aku tak lagi memandang menikahinya sebagai kewajiban atau keharusan tapi memang karena aku menginginkannya."
"Kau apa? Ingin menikahinya? Jangan bertingkah gila!"
"Keputusanku sudah bulat!"
"YunHo…" Jessica menatap YunHo dengan wajah memelas, tak ayal YunHo merasa iba dan mencoba berbicara dengan nada lembut lagi. "Hentikan ini, Jess. Berhenti mengejarku dan berpura-pura kau tidak sadar bahwa hubungan kita sudah tidak ada harapan lagi. Aku telah memilih seseorang yang ingin kuajak menghabiskan sisa hidupku."
"…"
Jessica telah lama mengenal YunHo untuk mengetahui bila telah memutuskan sesuatu pria bertubuh tinggi itu akan mempertahankan pilihannya habis-habisan.
Tapi hatinya tidak bisa merelakan YunHo dengan begitu mudahnya. Walaupun kini ia harus merelakan dan mengakui kekalahannya. YunHo tak akan pernah kembali kepelukannya.
"Kau gadis yang baik. Aku yakin kau pasti juga akan mendapatkan yang terbaik."
YunHo menarik lengan Jessica dan menuntunnya menuju mobil berwarna abu-abu milik gadis itu.
"Kau akan selalu menjadi satu-satunya penyesalanku seumur hidup."
"Jess…."
"Aku akan terus menyesali kenapa aku pernah melepaskanmu. Membiarkanmu terbang dariku."
Dan dengan itu Jessica menjalankan mobilnya, meninggalkan YunHo yang terus berdiri di tempatnya hingga mobil abu-abu itu tak lagi terlihat.
"Setidaknya satu sudah beres." YunHo merentangkan tangannya dan berbalik.
Rasa bersalah menghempaskan YunHo dengan keras saat tak menemukan keberadaan sosok berkulit putih. "Aish.. Bodoh! Kenapa aku bisa-bisanya melupakan JaeJoong! Tidak mungkin dia akan tetap menungguku yang tengah memeluk Jessica!"
Setelah puas melampiaskan amarah dengan memukuli dahinya sendiri, YunHo menanyakan pada greeter akan keberadaan JaeJoong.
"Tuan JaeJoong ada di dalam."
"Baik. Terima kasih."
Maka YunHo berlari ke segala penjuru W.
Hanya dengan sekali lihat YunHo tahu bahwa JaeJoong tidak ada di dance floor.
Yah, YunHo selalu bisa membedakan sosok JaeJoong dalam lautan manusia sejak awal.
YunHo berlari dalam koridor.
Saat melewati sebuah persimpangan, YunHo memutuskan untuk lurus mengikuti lorong.
Belum tiga langkah, ia segera kembali.
"Rasanya tadi melihat seseorang yang familiar." Pikirnya.
Dan benar saja.
Sebelum pintu masuk men rest room, sahabatnya, Yoo Ah-In, sedang berciuman dengan seseorang.
Detak jantung YunHo meningkat seiring tiap tarikan nafasnya yang terasa makin berat.
"JaeJoong…." Panggilnya pelan.
Namun sepertinya tak ada yang mendengar, baik Ah-In maupun JaeJoong telalu asik dengan kegiatan saling menggigit dan menjilat mereka.
Ah-In menghimpit tubuh JaeJoong ke tembok putih di belakangnya.
Tiba-tiba kemarahan YunHo naik seperti matahari terbit di timur.
Hatinya terasa panas dan sesak oleh amarah.
Dengan langkah lebar-lebar ia mendekati Ah-In, ketika tangan YunHo hampir menjangkau bahu Ah-In, ada seseorang yang bergerak lebih cepat darinya.
BUG
Tubuh Ah-In oleng dan terhempas di dekat kaki YunHo.
"Kau bar-bar brengsek!" Teriak orang itu.
Seseorang yang selama ini selalu bersikap tenang dan tak mudah terpancing perkelahian betapapun Ah-In mencoba memprovokasinya, orang yang dipanggil Ah-In sebagai 'player kacangan', seseorang yang tak lain dari Song JoongKi.
"Bar-bar brengsek!" JoongKi tak merasa puas dengan meneriakkan kata-kata itu sekali saja.
Baik YunHo, Ah-In maupun JaeJoong tertegun oleh kata-kata dan ekspresi JoongKi.
Terlebih JaeJoong.
Selama ia mengenal JoongKi, tak pernah sekalipun pria baby face itu menunjukkan ekspresi semarah itu. JoongKi selalu saja membawa santai segala hal.
Selalu tersenyum dan menggampangkan segalanya.
Tapi tidak kali ini.
Tak ada lagi senyum main-main yang memperlihatkan gigi-gigi kelinci JoongKi.
Wajahnya kini diliputi kemarahan hebat.
Dan itu menakutkan.
Pepatah yang mengatakan bahwa orang yang tak pernah marah jika marah sekali akan jadi mengerikan dan menakutkan memang benar adanya.
"You jerk!" JoongKi menunjukkan tanda tidak sopan dengan jari tengahnya pada Ah-In dan tanpa berbicara lagi melewati mereka, tak lupa melemparkan tatapan kesal pada JaeJoong.
Ah-In mengusap darah yang mengalir di sudut bibirnya. "Damned!"
Tanpa rasa belas kasihan sedikitpun, YunHo menendang punggung Ah-In yang masih terduduk di dekat kakinya.
"Yoo Ah-In…" Ujarnya dengan wajah tak kalah menakutkannya dari JoongKi.
Tak perduli dengan wajah menakutkan YunHo, Ah-In bangkit dan berbalik, mengikuti arah kepergian JoongKi.
"Yah! Kau mau kemana? Aku masih ada urusan denganmu!"
Segera saja YunHo menyambar bahu Ah-In seperti cheetah yang tak berniat melepaskan hasil buruannya.
"Nanti!" Ah-In menepis tangan YunHo. "Setelah ini kau bebas melakukan pembalasan apapun padaku!"
"Pastikan kau kembali. Setelah ini kita buat perhitungan."
Hanya keheningan yang ada begitu Ah-In menghilang.
YunHo bernafas dengan pendek-pendek dan kasar. Ia sedang mencoba mengendalikan amarahnya.
Tapi JaeJoong sama sekali tidak membantu, karena tepat pada saat itu ia malah menjilati bibirnya dengan gaya yang bagi YunHo sama sekali tidak sexy (sekarang).
"Kim JaeJoong, apa yang kau lakukan?" YunHo berteriak menggunakan segala udara yang telah dihirup paru-parunya. Segala amarahnya kembali lagi.
"Memangnya apa yang kulakukan?"
"Kau! Hanya beberapa saat hilang dari pandanganku, kau membiarkan dirimu disentuh orang lain dan diatas itu, kau membiarkan Yoo Ah-In idiot yang mengaku sebagai temanku itu menyentuhmu!"
"Aihh… Tidak perlu marah-marah Yunnie… Aku hanya mencari hiburan. Lagipula kau sibuk dengan si pirang itu. Jadi wajar bukan kalau aku merasa bosan?"
JaeJoong telah kembali menjadi dirinya.
Entah bagaimana wajah marah YunHo membuatnya senang.
Walaupun begitu ia mencoba tetap bersikap cool.
YunHo mencengram lengan JaeJoong. "Aku.. tidak.. suka.. kau.. membiarkan.. dirimu.. disentuh.. orang.. lain.." Setiap kata ditekankan kuat-kuat.
Jari-jari JaeJoong membelai wajah YunHo, menari-nari dengan lincah di sana.
"Dengar, kau bukan apa-apaku. Jadi kau tak berhak mengaturku. SiWon saja tak pernah protes. Jangan membuang energimu untuk hal yang tak perlu Yunnie."
YunHo terdiam.
Ia menyadari dirinya bukan siapa-siapa bagi JaeJoong.
Ia tahu dan sadar akan hal itu tapi rasanya berbeda saat JaeJoong menyatakannya langsung.
Kepedihan yang tiba-tiba datang menyergapnya tanpa ampun.
Rasanya lebih sakit dari penolakan-penolakan JaeJoong sebelumnya.
Segala pemahaman akan dirinya yang tak berarti apa-apa bagi JaeJoong terasa menyakitkan.
"Dan kuberitahukan satu hal lagi, aku tipe yang tidak cukup hanya dengan satu. SiWon tahu itu dan ia membiarkanku berlaku sesuka hati. Jadi, bila kau tak suka, sebaiknya jauh-jauh dariku."
.
-OneNight-
.
Ah-In sekuat tenaga berteriak sambil berlari mengikuti JoongKi yang terus saja berjalan seperti tidak mendengar apapun.
"Yah! Tunggu!"
Setelah berhasil menjejeri JoongKi, segera saja Ah-In menarik lengannya, yang tentu saja ditepiskan.
"Jangan sentuh!"
"Baik. Aku tak akan menyentuhmu tapi dengarkan aku dulu!"
"Kau mau apa?"
"Izinkan aku menjelaskan."
"Untuk apa?"
Ah-In menatap mata JoongKi masih dipenuhi amarah. "Sebelumya aku ingin bertanya kenapa kau memukulku?"
JoongKi sedikit kaget akan pertanyaan Ah-In dan ikut mempertanyakan dirinya sendiri. "Benar. Kenapa aku merasa begitu marah? Kenapa aku memukulnya?"
Menjadikan diamnya JoongKi sebagai kesempatan menjelaskan, Ah-In memulai. "Aku sedang mencarimu, aku berpapasan dengan JaeJoong lalu-"
Kalimat Ah-In tak sempat selesai karena begitu mendengar nama JaeJoong, amarah di dada JoongKi bangkit kembali. Bayangan keduanya menempel begitu lekat bermain-main di kepalanya.
"Aku memukulmu karena hanya aku ingin. Ah, and because you indeed are a jerk. End of the story! Bye…"
JoongKi mengangkat kepalanya dan melangkah kembali.
"Tunggu. Aku belum selesai. Dengarkan aku dahulu."
Sejujurnya Ah-In tak mengerti mengapa ia memiliki keinginan untuk menjelaskan dengan begitu mendesak.
Ia masih tak mengerti dan hanya mengikuti nalurinya.
Ah-In merasa khawatir.
Bukan karena pukulan yang akan diterimanya dari YunHo nanti tapi entah mengapa, kesalahpahaman yang akan semakin berlarut-larut antara dirinya dan Joongki serta bayangan pria imut itu akan terus marah lebih mengkhawatirkannya.
"Aku tak ingin mendengar!" JoongKi menutup kedua daun telinganya. "Untuk apa repot-repot menjelaskannya padaku?"
"Aku menjelaskan karena aku ingin dan karena kau marah!"
"Aku tidak marah!" Tanpa sadar JoongKi telah berteriak. "Dan aku akan marah bila kau terus mengikutiku! Sekarang, pergi!"
JoongKi mendorong Ah-In kasar, pria berkulit gelap itu tak melawan.
"Hey, JoongKi…."
Terhenyak, JoongKi berhenti melangkah. "Benarkah yang kudengar ini? Dia memanggil namaku? Benar-benar memanggilku dengan nama? Bukan dengan player kacangan?"
JoongKi terus berdiri diam di tempatnya sesaat sambil menajamkan telinga, tapi tak ada lagi suara berat Ah-In yang memanggil namanya. "Huh, rupanya hanya khayalanku. Tidak mungkin dia memanggil namaku. Lagipula siapa yang perduli dia memanggilku dengan sebutan apa!" Cemoohnya dalam hati.
Beberapa saat kemudian sosok JoongKi telah benar-benar lenyap.
Ah-In masih pada posisinya, kaku seperti patung lilin.
"JoongKi…." Panggilnya pada udara kosong.
.
.
BUGGGGG
Sebuah kepalan tinju menyambut Ah-In begitu ia kembali ke W dan mendapati YunHo telah bersama HeeChul dan HangKyung.
"Yun ah! Apa yang kau lakukan?" HeeChul berteriak.
HangKyung mencoba menahan YunHo yang mengamuk dengan membabi buta, ia melampiaskan rasa sedih, kesal, amarah dan frustasinya pada tubuh Ah-In yang masih tak melawan dan menerima pasrah segala pukulan dan umpatan dari YunHo.
.
.
"Jadi… Kau mencium JaeJoong di hadapan JoongKi dan kau memeluk Jessica di depan JaeJoong?" HeeChul sekali lagi mengkonfirmasi hal ini dan menunjuk bergantian antara Ah-In dan YunHo.
Kedua sahabat dekat itu kini duduk masing-masing di kedua sisi HangKyung yang mendeklarasikan diri sebagai tembok pemisah agar tak terjadi pertumpahan darah lagi.
Ah-In menekan es yang dijadikan kompres agar wajah tampannya tidak membengkak besok. Berkat YunHo besok wajahnya akan dihiasi lebam-lebam.
"Ya." Keduanya menyahut bersamaan.
"KALIAN PRIA IDIOT! KALIAN ORANG PALING BODOH, TIDAK PEKA, TIDAK BERPERASAAN YANG PERNAH KUTEMUI SEUMUR HIDUPKU!"
HeeChul telah berdiri dan beteriak tepat di depan wajah mereka.
"DAN KAU, YOO AH-IN, KAU SUKSES MENGACAUKAN SEGALA RENCANA YANG TELAH NAMPAK HASILNYA DAN HANYA TINGGAL MENUNGGU WAKTU!"
"Cinderella, tenanglah."
"CIH!"
Dengan itu sang Cinderella duduk kembali namun masih terlihat kesal. Tangannya terlipat di dada.
"Apa kalian telah meminta maaf?" HangKyung dengan sabar menanyakan walau dalam hati ia setuju dengan kalimat Cinderellanya.
"Dia tak mau mendengarkan." Ah-In mencoba berbicara ditengah rasa perih karena bibirnya sedikit robek.
"KAU MEMANG PANTAS MENYANDANG NAMA BAR-BAR BRENGSEK. KAU DENGAR ITU? DAN TENTU SAJA DIA TIDAK BERMINAT MENDENGARMU! LALU KAU MENYERAH BEGITU SAJA?"
"Jadi, aku harus bagaimana?"
"MASIH BERANI BERTANYA? KAU HARUS MINTA MAAF!"
"Aku mencoba, tapi…"
Alis Ah-In bertaut.
Ia sudah mencoba menjelaskan namun diabaikan. Lalu apa maknanya terus berusaha seperti YunHo bila hasilnya sia-sia?
Otaknya memberitahukan hal itu tapi sesuatu dalam dadanya menyetujui HeeChul.
Ah-In harus meminta maaf dan menjernihkan masalah ini.
Segera.
"TIDAK ADA TAPI! DAN KAU, JUNG YUNHO, KURASA INI MERUPAKAN PERTANDA KAU HARUS MENYERAH SOAL KIM JAEJOONG."
"Mwo?"
"Dia hanya akan memandangmu sebagai objek pemuas saja." HeeChul menurunkan suaranya, kali ini wajahnya terlihat sangat serius dan diliputi sedikit rasa kasihan.
"Apa Hyung sedang membicarakan diri sendiri?"
"Cih.."
"Ya, kau dulu juga seperti itu, Cinderella."
"Hannie~" HeeChul merengek karena kalimat HangKyung. "Aish… Baik. Aku juga dulu seperti itu, dan tidak lagi saat bertemu Hannie tapi kurasa JaeJoong tidak akan bisa berubah. Belum lagi kau harus mengalahkan sang raja bila ingin merebut selirnya."
"Kenapa Hyung mendukung Ah-In dan tidak aku? Tidak adil. Lagipula, mana buktinya JaeJoong tidak bisa berubah?"
"Kau hanya akan dipermainkan. Dan bicara soal bukti, lihat saja ke dance floor." HeeChul mengedikkan kepalanya ke belakang YunHo.
Tepat saat ketiga pria itu membalikkan badannya, lagu berganti. Menjadi lebih menghentak dari lagu sebelumnya.
.
it's a game (ha!)
that he plays
he can win with his eyes closed
it's insane
how he tames
he can turn you into an animal
he don't want love, he just wanna touch
he's a greedy boy to never get enough
he don't wanna love, he just wanna touch
he's got all the moves that make you give it up
he's a dirty dirty dancer
dirty dirty dancer, never ever lonely
he's a dirty dirty dancer
dirty dirty dancer, you'll never be his only (oh, noo)
he never satisfied
you better do it right
before you're lonely
no, he's never satisfied
you better do it right
before you're lonely
You'll never be his only….
.
JaeJoong menari di antara tiga orang pria, ia menggerakkan tubuhnya dengan begitu menggoda. Hampir menyentuh orang-orang berdiri sangat dekat dengannya namun saat mereka hendak menyentuhnya, JaeJoong melompat ke orang lain.
Sungguh tindakan ini membuat orang jadi makin ingin menyentuhnya.
Kerlipan lampu yang menjatuhi kulit putih porcelainnya yang berlapiskan keringat membuat sosok JaeJoong makin sensual.
Siapa yang menyangka bahwa orang yang bersimbah keringat dapat terlihat begitu fuckable.
Outfit yang dipakai JaeJoong membantu menambahkan kesan itu.
Ia mengenakan kain tipis berwarna hitam dengan potongan v yang entah bagaimana terbelah pada sisi kiri dan kanannya hingga menyebabkan abs sempurna JaeJoong tersingkap setiap kali ia bergerak.
Pakaian tak lazim itu diperkuat oleh ripped jeans ketat yang samar-samar memperlihatkan betapa mulusnya JaeJoong hingga kebagian bawah, padanan yang membuat siapapun ingin merobek jeans itu lebih lanjut.
Dari lantai dua W, YunHo hanya mengikuti setiap tindakan JaeJoong dengan matanya. Segelas civas dengan setia menemani YunHo.
Ia sedang marah namun memutuskan menahan diri sedikit, tapi JaeJoong membuat hal itu bertambah sulit.
Mengapa?
Karena JaeJoong merengkuh seseorang yang bertubuh lebih tinggi beberapa centimeter dari pria cantik itu. Mereka menempel rapat dan berciuman di dance floor tanpa perduli sekitarnya, dua orang itu kemudian menghilang di balik pintu bertuliskan 'staff only'.
YunHo berbalik dan membanting gelasnya di meja.
"Mau kemana?"
Ia tak berniat menjawab dan hanya melintasi tiga orang yang menatapnya penasaran.
YunHo bersyukur dianugrahi sepasang kaki panjang yang membawanya kurang dari satu menit mencapai lantai satu.
Memasang wajah santai, YunHo mendorong pintu besi itu dan menyusuri lorong yang berakhir pada sebuah ruangan dengan pintu kayu bertuliskan 'manager' menggantung di tengahnya.
YunHo bertanya-tanya apakah amarahnya kini bisa mencapai titik lebih tinggi dari maksimum karena dari celah pintu yang sedikit terbuka, ia mendapati sesuatu yang tak enak dilihat.
JaeJoong berada pada lututnya.
Kedua matanya tertutup dan dengan wajah menikmati ia mengulum batangan milik pria tadi.
Bunyi plop terdengar saat JaeJoong melepaskan kulumannya. Dan hasilnya erangan frustasi meluncur dari bibir pria yang sedang bersandar pada tembok.
"Khukhukhu… SiWon.. SiWon… "
Lidah JaeJoong bermain-main pada ujung arouse length milik SiWon.
Ia menjilat, mengigit, memutar lidahnya mengelilingi ujungnya namun tak pernah benar-benar mengulumnya lagi.
"Jadi, siapa yang nomor satu bagimu, SiWonnie?"
"Ugh… Kau, tentu kau.. Joongie.."
"Hanya itu yang perlu kudengar."
JaeJoong melahap SiWon dan menggerakkan kepalanya maju kemudian mundur.
Keluhan nikmat keluar dari bibir SiWon terus menerus dan makin keras seiring dengan setiap hisapan.
Segumpal rambut JaeJoong diraih oleh SiWon saat ia mendorong miliknya makin dalam pada mulut JaeJoong.
Pinggul SiWon bergerak mengikuti irama yang diciptakan JaeJoong. Tak butuh waktu lama hingga suara hisapan dan desahan bercampur menjadi satu dan itu membunyikan lonceng jebolnya titik pengukur kemarahan YunHo.
"This is just too much for one night. First, JaeJoong making out with Ah-In, his fucking best friend. Sekarang JaeJoong memberikan blowjob pada SiWon ini. CUKUP SUDAH!" Teriak YunHo dalam kepalanya.
Hal yang membuatnya makin frustasi adalah, YunHo berani bersumpah bahwa ia melihat JaeJoong menyeringai padanya sementara benda jahanam itu masih di mulutnya.
Sayangnya, ketika YunHo bersiap menghajar SiWon, seseorang mendekap mulutnya.
.
-OneNight-
.
YunHo diseret kembali ke bagian club.
Tentu saja ia tak tinggal diam dan memberontak habis-habisan.
"Yah! Kenapa menarikku! Aku ingin merebut kembali JaeJoong!" Teriaknya saat HangKyung, HeeChul dan Ah-In melepaskannya.
"Jangan bodoh, lawanmu itu Choi SiWon!"
"Lalu? Aku tak perduli!"
HeeChul memukul belakang kepala YunHo dengan keras. "Kau sama dengan menghantarkan nyawa bila begitu saja mendobrak pintu itu."
"Sudahkah aku bilang kalau aku tak perduli?"
Sekali lagi HeeChul memukul kepala YunHo. "Kau idiot!"
"Sudahlah, YunHo ah. Menyerah saja." HangKyung mencoba meyakinkan YunHo yang tentu saja tidak berhasil.
"Tidak."
"Kau makin lama makin terobsesi pada Kim JaeJoong, ini tidak sehat!"
Mata YunHo menyipit. "Maksudnya, Hyung?"
"Aku melihat ini makin tidak sehat, YunHo. Hubunganmu dengannya tidak baik. Awalnya memang kau menjadikan tanggungjawab sebagai alasan untuk mengejarnya, tapi orangnya tidak mau pertanggungjawabanmu, lalu untuk apa kau memaksakan dirimu? Kau jadi seperti terobsesi padanya."
"Karena aku memang menginginkan dia Hyung!"
Sebuah kalimat singkat yang membuat HangKyung tak lagi bisa menjawab.
"Terserah bila kalian ingin menyebutnya obsesi atau menganggap aku gila tapi aku memang jadi gila karena dia! Dan aku akan merebutnya dari Choi SiWon. Dia boleh saja raja di bawah sini, tapi di atas sana, akulah rajanya! Sudah saatnya memperlihatkan kekuatanku!"
"Entah kenapa aku melihat JaeJoong sebagai Helen of Troy. Sepintas ia terlihat innocent, cantik dan wanita tak berdosa yang diculik oleh Troya, tapi siapa yang tahu. Bisa saja Helen menyerahkan dirinya pada Paris dan diam-diam tertawa melihat dua orang pria memperebutkan dirinya. Kuharap JaeJoong tak membawa kemalangan padamu, seperti Helen membawa kemalangan pada Paris dan Menelaus."
Ah-In yang sebelumnya lebih banyak diam dan mendengarkan, tiba-tiba melontarkan kalimat panjang yang menurut HeeChul tidak ada hubungannya.
YunHo hanya diam dan duduk menautkan jari-jarinya.
"Helen of Troy…." Ia terus mengulangi kalimat itu. "Benar, Helen of Troy! Ah-In, kau jenius! Aku akan menggunakan taktik yang dipakai bangsa Sparta untuk mengambil kembali Helen dari Troya!" Teriak YunHo sambil menggebrak meja.
"Huh?" HeeChul dan HangKyung orang menyuarakan kebingungannya.
"Harusnya aku menutup mulutku rapat-rapat. Kini aku menanamkan dokrin aneh di kepalamu. Entah bagaimana aku bisa mencium sesuatu yang tidak baik dari operasi Helen of Troy ini." Ah-In menggelengkan kepalanya. "Tapi terserahlah, aku tidak mau ikut campur urusan ini."
Tangan YunHo menepuk bahu Ah-In sebelum pria itu sempat bangkit. Ia telah melupakan segala amarahnya pada Ah-In. YunHo mempergunakan azaz : manfaatkan baik itu teman ataupun musuhmu untuk mencapai tujuanmu.
Ia bersedia melupakan amarahnya demi mendapatkan JaeJoong.
"Aku memerlukan Jendral untuk menjaga punggungku seperti Raja Menelaus memerlukan seseorang untuk memimpin pasukannya. Dan kau mendapatkan kehormatan itu."
"Aku punya masalahku sendiri yang belum terselesaikan, Jung."
"Kau masih punya hutang padaku, Yoo Ah-In." Senyum licik yang biasa ditampilkan YunHo pada lawan-lawan bisnisnya kini diperlihatkannya pada Ah-In.
Senyuman yang menandakan YunHo siap terus berdebat dan menyanggah hingga lawan bicaranya menyerah dan ia mendapatkan kemenangan.
"Kau akan terus mengungkit hal itu bukan? Baik, aku akan membantumu dengan syarat kau juga harus membantuku."
"Kau sedang tidak dalam posisi menawar Ah-In."
Berikutnya adalah giliran HeeChul dan HangKyung yang menggelengkan kepala disertai wajah prihatin yang ditujukan pada Ah-In. Ekspresi diam mereka seolah berkata : bersiaplah-kehilangan-kepala-dalam-perang-konyol-ini.
Kedua pria yang lebih tua itu telah lelah melarang dan memutuskan tak ada gunanya menasehati orang keras kepala macam YunHo.
"Lalu apa rencanamu?"
"Tentu saja gunakan segala sumber daya yang tersedia."
"Maksudnya?" HeeChul bertanya penasaran.
"Jangan bilang kau akan memanfaatkan pengaruh kedua orang tuamu."
Lagi, senyum licik yang sama terkembang di wajah YunHo. "Kau selalu bisa membaca pikiranku. Karena itu kau pantas diangkat menjadi Jendral."
Amarah YunHo telah berubah menjadi sedingin es. Tidak lagi berapi-api seperti tadi.
Kemarahan dingin yang dua kali lebih berbahaya dari aura panasnya tadi.
Karena oh~ YunHo amat bersedia untuk menunggu meski beribu tahun asalkan dapat memiliki apapun keinginannya.
Dia akan menyusun rencana dengan hati-hati, memperhitungkan setiap kemungkinan dan pada saat yang tepat mengurung pion raja musuhnya hingga menciptakan checkmate.
Betapa bisnis bagaikan permainan catur bagi YunHo dan kini ia menjadikan kehidupan pribadinya sebagai lahan peperangan catur antara dirinya dengan Choi SiWon.
"Harusnya aku berhenti berteman denganmu sejak dulu dan selagi masih punya kesempatan. Tindakan ini adalah gila dan bunuh diri total."
Menganggap peringatan Ah-In sebagai angin lalu, YunHo menyeringai buas. "Just fasten your seatbelt. This is return of the king!"
.
TBC
.
.
Sebelumnya…
HAPPY ANNIVERSARY YUNJAE~~!
All : Telaaaaaaaaaaaat~~
Mian. Saya telat apdate karena tersendat diadegan WonJae.
Dan… Oh Mai goood~~ JJ~~ Kau benar-benar slut~! Bagusss.. #plak
Tapi Mian yaw, adegan WonJae-nya masih kurang. Saya sudah frustasi duluan, adegan itu saya membuatnya dengan muka merah dan butuh waktu lamaaaaaaa sekali mencari inspirasi. *bow*
Kali ini ekstra panjang lho chap-nya.. 15 lembar word.. :DD rekor baru… Tapi AhKi-nya masih gantung.. . *complain sendiri lagi*
Fiuh, Lanjut ke review reply saja daripada saya melantur. Review reply :
Zhie Hikaru-chan : Habis ini Jess udah tak muncul lagi kok, Hika Chan. Jangan jambak Appa, jambak Min saja *?* Kenapa Ah-In cipokin JJ? Lho? Belum Mi jawab yaw? Umm.. Chap depan atau 2 chap lagi dijawab deh.. *dihajar*
Hinata Fuyuki H : Masihkah Hina Chan kasihan pada JJ yang ditinggal uno? Saya malah kasihan sama Yun. . Iya, HangKyung sekseh dan saya baru sadar body HangKyung kotak-kotak, habis sepintas terlihat kurus. #plak
Donidonita : Iya, ini masih panjang. Tapi setelah mereka perang, kelar kok. Perhitungan YJ cuma sisa 3-4 chap kok. Saya juga pusing kalau terlalu panjang. Em..Kenapa Ah-In bisa sama JJ yaw? *siul-siul*
Diitactorlove : Eh? Hot kah kissu scene-nya? Fiuh.. Saya malah berasa kurang. Apalagi WonJae yang ini. Masih minus nilainya. AhKi masih sama-sama bingung tuh…
Noyii : Waw.. Semua hobi jambakin YunPa yaw.. :DD Sepertinya JJ makin menjadi-jadi itu~ Khukhukhu.. Pasti sadar kok, tapi masih nanti.
ika-chiharu : Iya, HanChul nanti buka biro jodoh dibantu saya. :D Eh? Ah-In jadi uke? Dengan muka sangar seperti itu? Saya tak bisa bayangkan. ^^v
Arisa Adachi gak login : Chap ini sudah banyak. Entah YJ momennya sudah banyak atau belum. Saya selalu tak bisa banyak-banyak buat YJ momen. T^T
HyukAimimi fishy : Ah-In dan Jae tak ada hubungan apa-apa kok (sepertinya). #plak Ini sudah lanjuy meski lama. :D
youngsu0307 : Annyeong.. Reviewer baru~~~ *peluk* Itu mah YunHo terlalu bloon.. Makanya dimainin terus. *dihajar*
MicKeyBum Fu-chan : Lagi, Reviewer baru~ *peluk* Iya, kasian JoongKi, sakit ati liat Ah-In. *pengen tonjok Ah-In*
zero BiE : Lah.. Malah diperbolehkan Ah-In cium JJ. Gimana WonJaenya? Chap ini buat Zero BiE. ^^v Mian, saya masih belum pro adegan slight NC sekalipun. Upss.. Saya typos, lain kali saya lebih perhatikan. Gumawo~ *kissu*
Moyoko Tomoyo : Mo Chan ngga salah baca kok. JJ memang disosor Ah-In. *tendang Ah-In* Masih kasihan sama JJ kah, Mo Chan? Khukhukhu… Boleh-boleh, nanti eon kirimin videonya HK di twit.. :DD Wah~~Masih ada yang penasaran YooSu. Hiks.. Nanti eon lanjutkan penderitaan JunSu. #plak
icha22madhen : Bagaimana ujiannya? Sudah selesai? Sukses? Minta traktir *?* *dihajar* Akhirnya AhKi mulai ada kemajuan, walau sedikit dan masih sama-sama bingung. Ayo, dukung AhKi~~
RizmaHuka-huka : Lalu yang chap ini bagaimana? Masih mengigit tidak? Saya juga suka HanChul yang kesannya seperti orang tua Ah-In dan Yun dan ortu yang ramai.. :DD
WiznuWon : Auww… Makasihhh *kissu* syukurlah kalau tidak bosan, karena saya saja jujur, mulai bosan. :D
HyukCan : Mian, Acan, selasa kemarin tak jadi apdet. Boleh eon minta spanduknya? Gambar YJ khan itu? #plak Hore~! Masih ada yang mau YooSu~!
White Tree : Hajaaaar… Ayo, hajar si bar-bar~! Tapi chap ini Jess terpaksa digusur, dan dengan mudahnya dia menerima (mungkin).
Love-chan : Wawww~~ Reviewer baruu~~ *Hugs* Saya malah awalnya tak kepikiran pair Ah-Ki ini.. Untung ada yang menyadarkan. *tangkep uang recehan yang dilempar* Ah-In udah digebuk abis-abisan lho. Janji, AhKinya jadi kok… Pasti..
Sudah. Sekian dan terima kasih.
She's a greedy girl to never get enough
She's a dirty dirty writer
*Nari bareng JJ*
Minta Review lagi~~ Karena saya tak pernah merasa cukup dengan satu review kalian… :DD #plak
Love, Cho Jang Mi