Summary :

Aku tau kamu tidak menerima pernikahan ini, aku tau kamu selingkuh, dan aku tau kamu tidak mencintaiku. Tapi aku akan tetap disini, menunggu untuk dicintaimu.

.

.

Normal POV

Sasuke memeluknya, membuat wanita berambut pink itu semakin erat di dekapannya. Wajah rupawan pria itu sengaja ia benamkan ke leher jenjang sang kekasih yang juga telah melingkarkan tangan di pinggang Sasuke, membalas pelukannya.

Setelah berbagi kehangatan selama beberapa saat, perlahan ia memundurkan wajah untuk kembali menatapnya yang terlihat sedih.

Ya, suasana di antara mereka sedang sedikit runyam.

Apalagi kalau bukan tentang 'masalah itu', masalah awal yang mungkin akan memisahkan hubungan mereka berdua.

Iris emerald milik wanita itu berkaca-kaca, menatap lurus obsidian sekelam malam yang juga menatapnya.

"Sasuke-kun, apa kau bisa memegang semua janjimu padaku?"

"Hn, Sakura..." Pria berkulit putih itu mengangguk pelan. "Sudah kukatakan berapa kali padamu?" Ia memberi jeda. Nadanya serius. "Aku tidak akan pernah menyentuhnya—walaupun sudah terikat hubungan sakral seperti pernikahan."

Jujur, perasaan lega menjalar di dada Sakura ketika mendengar pernyataan tadi. Namun ia tetap merasakan ada sebuah hal yang mengganjal.

"Tapi... tidak mungkin kau tetap enggan menyentuhnya, Sasu. Dia akan menjadi istri sah yang selalu ada di sisimu..." Lirihnya sambil menunduk—menyembunyikan kesedihan yang mendalam. "Lagi pula... untuk saat ini, aku memang kekasihmu. Tapi setelah kau benar-benar menikahinya, dengan otomatis statusku akan berubah juga sebagai 'kekasih gelap', kan?"

"..."

"Aku tidak ingin dianggap sebagai pihak ketiga dari hubungan kalian."

Tiba-tiba saja jemari Sasuke meraih dagu proporsional Sakura, memaksanya untuk mempertemukan tatapan mata mereka. "Kau salah, Sakura. Dialah pihak ketiga dari hubungan kita."

Lalu secara perlahan ia pun mengeliminasi jarak dengan mempertemukan bibir tipisnya ke bibir Sakura.

"Kuharap kau akan terus seperti ini..."

"Hn. Pasti."

.

.

.

I'LL BE WAITING FOR YOU

"I'll Be Waiting For You" punya zo

Naruto by Masashi Kishimoto

[Sasuke Uchiha x Hinata Hyuuga]

Romance, Hurt/Comfort, Drama

AU, OOC, Typos, Semi-M, etc.

.

.

FIRST. Calon Pengantin Baru

.

.

Di saat jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, pintu rumah di mansion Uchiha dibuka oleh seorang pria raven berkulit pucat. Setelah masuk, ia menutup pintu dan mulai mencari saklar lampu yang berada di dinding.

Tapi sewaktu sinar cahaya sudah menerangi ruangan, tampaklah sebuah sosok berparas stoic, persis sepertinya, namun lebih dewasa. Itu ayahnya. Dia duduk di sofa ruang tengah. Alisnya bertaut dan kedua tangannya terlipat rapi di dada.

Dia marah, dan Sasuke Uchiha tau apa sebabnya.

"Dari mana saja kau?"

Pertanyaan yang menggunakan suara berat tadi sama sekali tidak digubrisnya—bahkan Sasuke tidak menganggap suara itu ada.

"Sampai kapan kau akan bersamanya?"

"Ini bukan urusanmu."

Ia kembali berjalan, tidak peduli dengan pertanyaan omong kosong yang terlontar. Sampai akhirnya ia terpaksa berhenti—karena sudah ada lima orang berbadan tegap dan besar yang serentak menutupi jalannya menuju kamar. Tentu saja mereka berani menghalangi Sasuke, secara itu adalah sebuah perintah dari tuan rumah.

"Tentu saja itu ada hubungannya denganku, Sasuke Uchiha."

Sasuke mendengus kesal. Dengan terpaksa ia berbalik untuk menatap wajah seseorang yang ternyata adalah Ayahnya—Fugaku Uchiha.

"Kau mau apa lagi?"

"Kuharap kau bisa mengakhiri hubunganmu bersama Sakura..." Ia memberi jeda untuk lebih menekankan kalimat selanjutnya. "Kau sudah dijodohkan."

Mendengar kalimat tadi, ia tertawa sinis. "Kau menjualku—bukan menjodohkan."

"Apa?" Fugaku menggeram.

"Cih... memangnya ada alasan lain? Aku tau kau mau menjodohkanku dengan putri sulung keluarga Hyuuga hanya untuk meningkatkan kerja sama bisnis, kan?"

Sasuke tersenyum mengejek.

"Dari pada aku yang dinikahkan, kenapa tidak kau saja yang menikahi putri dari sahabatmu itu... Otousan?"

"Sasuke! Dasar anak kurang ajar!" Mata Fugaku membulat, emosinya mulai naik ketika Sasuke membalasnya dengan sebuah kalimat yang merupakan pukulan telak—ya, semua yang dikatakan oleh Sasuke itu benar. Perjodohan ini bertujuan sebagai langkah awal dari kerja sama perusahaan Uchiha-Hyuuga yang akan menutupi kebangkrutan keluarga besarnya.

Pria yang sudah berumur setengah abad itu berdiri. Ia menghampiri Sasuke dengan telapak tangan yang siap melemparkan tamparan kencang, namun sebelum kejadian itu terjadi ke pipi Sasuke, istrinya sudah keburu muncul dan menengahi. Ia menahan langkah Fugaku dan mengelus pelan bahu suaminya agar kembali tenang.

"Fugaku... tenanglah sedikit..."

Dan untungnya usaha tersebut berhasil, walaupun wajah Fugaku masih terlihat seperti orang marah.

Lalu dengan lembut ia pindahkan pandangannya ke si bungsu Uchiha. "Sasuke-kun, turuti saja permintaan Otousan-mu..."

"..."

Sasuke membuang muka. Ia tidak bisa melawan.

Habis mau bagaimana lagi? Baginya Mikoto adalah seorang ibu yang tidak sepantasnya ia sergah kalimatnya. Jadi dengan terpaksa ia juga menurunkan tingkat amarahnya.

"Kalian menjodohkanku dengan orang asing yang sama sekali belum pernah kulihat..."

Fugaku dan Mikoto memandang anak bungsunya.

"Lebih parahnya lagi, besok ia akan kunikahi..."

Sasuke mendengus kesal. Kepalan tangannya mengerat.

"Pernikahan sialan macam apa itu?"

.

.

~zo : i'll be waiting~

.

.

Kedua mata Hinata mengerjap pelan. Ia menganga, tapi sebagian mulutnya yang terbuka telah ia tutupi oleh jemari lentiknya. Tatapannya terus tertuju pada sebuah bingkai yang berada persis di meja.

Bingkai tersebut cukup besar, dan diberi frame hitam polos yang elegan. Dan di dalamnya, terdapat sebuah foto seorang pria.

Tampan, gagah, beribawa, dan juga berjenggot seksi.

Johnny Depp.

Seorang yang menyerupai aktor hollywood—ketika bermain film Pirates of the Carribean.

Tapi itu bukan Johnny yang asli, hanya saja orang lain itu sedikit mirip.

Ya, sangat amat mirip. Dimulai dari garis rahang, rambut gimbal, dan pandangan matanya yang menggoda.

Tubuh Hinata melemas.

Orang di foto itulah yang besok akan menikahinya.

Melihat Hinata yang membeku tanpa berkedip, pria berambut coklat panjang berhenti mengeryitkan dan mulai berbisik ke pamannya—ayah dari Hinata. "Hiashi-jisan, apa benar ini tidak apa-apa?"

"Iya." Orang dewasa yang ditanya pun menjawab dengan tenang.

Iris lavendernya kembali ke Hinata yang masih menatap foto itu dengan pandangan yang susah dijelaskan. "Bagaimana Hinata, apa sekarang kau sudah tenang dengan calon suamimu nanti?"

Masih dengan posisi tadi, perlahan Hinata mengalihkan pandangannya ke mata sang Ayah.

"Ini... calon suamiku nanti?" Tanyanya dengan berbisik.

"Hm."

Matanya mulai berkaca-kaca.

"Be-Benarkah...?" Dengan lancar, linangan air mata mulai membuat sungai sendiri di masing-masing pipi mulusnya.

"Ya."

Wanita berambut biru panjang itu berdiri, membuat dua orang yang dari tadi melihatnya sempat terkejut. Ia menunduk, bibir bawahnya ia gigit keras-keras.

Setelah bertahan setengah menit di posisi tersebut, dengan cepat wanita itu menabrak dada Hiashi dan memeluknya erat—sambil dilatarbelakangi oleh isakan kecil.

Sedangkan si rambut coklat—atau yang lebih mudah dipanggil Neji—langsung prihatin dengan keadaan adik sepupunya.

Ia menduga, pasti Hinata tidak mau dijodohkan bersama pria seram yang ada di foto.

Lagipula... apa yang ada di dalam pikiran Pamannya sih?

"Terimakasih..."

Hah?

Neji terlonjak kaget.

"Otousan, terimakasih..." Lirihnya sambil tersenyum lebar. "Kukira Otousan sama sekali tidak tau kalau aku adalah penggemar berat Johnny Depp..."

.

.

~zo : i'll be waiting~

.

.

Hari ini adalah hari yang berbahagia. Bahagia menurut keluarga Uchiha dan Hyuuga, tapi tidak untuk Sasuke—ataupun Hinata yang mungkin akan mengetahui kebenaran yang sengaja disembunyikan oleh pihak keluarganya.

Tirai berwarna putih, tembok gedung putih dan lantai pun juga putih. Bukan hanya itu, ratusan hiasan berwarna putih gading merajai dekorasi yang terpajang. Mereka memang memilih putih sebagai warna tema—karena bagi kedua keluarga mempelai, putih memancarkan sinar yang elegan dan suci.

Di ruang rias, Hinata masih saja tersenyum sendiri sampai kedua pipinya memerah—membuat orang lain yang melihatnya langsung ikutan tersenyum. Bayangkan, wajah Hinata yang belum memakai make-up saja sudah cantik dan manis seperti ini.

"Hinata-sama, Anda tampak bahagia sekali..." Seorang penata rambut memandangnya melalui cermin tata rias. "Pasti karena calon suami Anda Sasuke Uchiha, ya?"

Hinata—yang masih berpikir kalau Sasuke Uchiha mirip dengan Johnny—hanya melebarkan senyum malu-malunya, membuat gemas orang-orang sekitar.

Sebenarnya, Hinata senang sekali. Bahkan ia sempat tidak bisa memejamkan mata untuk menunggu hari ini datang. Tapi lama kelamaan ia merasakan firasat yang tidak menyenangkan.

Perasaan yang otomatis menyuruhnya untuk mencari waktu sendiri.

Apa jangan-jangan... Johnny yang dia dambakan malah tidak mau menikah dengannya, ya?

Kan mereka melaksanakan pernikahan ini dengan perjodohan. Jadi mungkin saja hal itu terjadi.

Ya, sangat mungkin.

Untuk 'Johnny' yang asli.

"Umm... aku mau cari angin sebentar. Boleh aku keluar?"

"Tentu saja. Tapi lebih baik jika Hinata-sama ke lantai atas agar tamu undangan tidak dapat melihat kecantikan Nona..."

"Iya, terima kasih..."

. . .

Sedangkan di ruang rias pengantin pria, Sasuke duduk di kursinya dengan wajah tertekuk plus kedua tangan yang menyilang di dada. Tak ada satu pun yang berani mengatakan kalau hari ini dia lagi bahagia. Lihat saja dari aura gelap yang dipancarkannya.

Tapi kenapa?

Itulah yang menjadi pertanyaan semua penata rias Sasuke. Mendapatkan seseorang Nadeshiko keluarga Hyuuga—yang umumnya bertabiat dingin dan keras—adalah impian seluruh keluarga besar di seluruh Tokyo. Tapi kenapa tidak bagi Sasuke?

Hyuuga, Hyuuga Hinata—calon istri yang akan melaksanakan upacara sumpah setia bersamanya—wajah manis, rambut panjang, badannya mungil tapi berisi, kulit bersih tak bernoda, juga sifat yang lemah lembut, polos dan suci.

Apa ada yang lebih sempurna di pikiran Uchiha bungsu itu?

Tentu saja ada. Sakura Haruno, kekasihnya.

Grek.

Kursi yang diduduki Sasuke berdecit. "Dimana calon istriku?"

"Hm... kau sudah tidak sabar, ya? Padahal tinggal beberapa jam lagi kalian bertemu..." Jawaban yang berasal dari seseorang di arah pintu masuk sontak membuat sosoknya menjadi perhatian.

Melihat siapa yang ada di sana, Sasuke memasang wajah kesal. "Itachi, untuk apa kau ke sini?"

Pria yang dipanggil Itachi itu semakin merapatkan jas formal yang ia kenakan, lalu tersenyum kecil. "Untuk melihat pernikahan adikku, memangnya apa lagi?"

"Aku tidak butuh kau melihatku, Baka Aniki."

"Sudahlah, ribut nanti saja. Hari ini seharusnya kau menghabiskan waktu untuk tersenyum."

"Tsch, jangan bercanda." Sasuke berjalan cepat mendekati pintu keluar. "Kau tau di mana dia?"

Itachi mengangguk. "Tadi aku ingin mengunjunginya di ruang rias, tapi dia sedang tidak ada. Sepertinya dia ada di lantai atas."

"Hn."

.

.

~zo : i'll be waiting~

.

.

Sasuke berjalan memasuki lift, setelah di dalam ia menekan tombol lantai atas untuk menemui calon istrinya. Ia ingin bertemu bukan karena ingin melihat penampilan dari wanita yang akan ia nikahi nanti, melainkan untuk menawarkan sebuah kesepakatan.

Tapi kalau wanita itu tidak mau menerima, tanpa sungkan ia akan memaksa.

Di saat pintu lift sudah terbuka sempurna, ia keluar. Dengan pandangan serius ia menjelajahi seluruh sudut ruangan sepi itu. Sepertinya di sana hanya terlihat beberapa orang yang berlalu lalang.

Merasa tidak menemukan seorang wanita manapun, ia langsung bertanya kepada salah satu staff yang kebetulan ada di sebelahnya. Orang itu mengangguk kemudian mengacungkan jari telujuknya ke arah kanan sambil memberikan sedikit informasi.

Tanpa basa-basi lagi Sasuke berjalan cepat menuju arah yang ditunjuk. Setelah mengikuti pengarahan, ternyata jalannya berakhir dengan sebuah pintu kayu besar yang sedikit terbuka. Perlahan Sasuke membuka pintu. Dan saat matanya memandang lurus ke depan, ia menemukan seorang berbaju pengantin yang sedang menatap keluar jendela, sehingga Sasuke hanya dapat melihat rupanya dari belakang.

Dan wanita itulah yang akan ia nikahi.

"Kau..." Ia mendekati wanita berambut biru panjang itu. "Sedang apa?"

Orang yang dipanggil sedikit menoleh, lalu membalikkan badannya untuk menjawab. "Mencari angin. Ruang tata rias terlalu banyak orang..."

Langkah Sasuke akhirnya berhenti setelah tepat di hadapannya. Karena jarak pria itu sudah sangat dekat, Hinata mendongakan wajah—untuk melihatnya. Tapi karena mendapat tatapan tajam dari yang punya mata, ia menunduk lagi karena takut. "Eng... kau sendiri?"

"Apa kau calon istriku?" Tanyanya langsung, matanya masih menatap kedua lavender tersebut dengan tajam.

Ia menatap onyx Sasuke lagi, lalu menggeleng. "Aa, bukan. calon suamiku bukan sepertimu..."

Jawaban aneh dari Hinata membuat kedua alis Sasuke bertautan. Tentu saja ia heran. "Apa maksudmu?"

Tatapannya melembut, dan pipinya merah. "Ia mirip Johnny Depp..."

Sasuke mengernyitkan mata. "Kau adalah calon istriku."

"Bukan—" Hinata hendak mengelak, tapi Sasuke lebih cepat memotong kalimatnya.

"Kau pikir siapa lagi yang memakai baju pengantin selain kita?"

"..."

Hinata memperhatikan penampilan Sasuke.

"..."

"Be-Benarkah?"

"Hn."

"Ah..." Ia kembali menunduk. Kalimat barusan dari Sasuke terasa benar, dan hal itu membuat tubuhnya seperti kesemutan.

"..."

"..."

"..."

"Calon suamiku bukan seseorang yang mirip Johnny Depp?"

Sasuke semakin menatapnya tajam. "Bukan. Akulah calon suamimu—"

"Hiks..."

Kalimat Sasuke terpaksa berhenti karena wanita berumur 20 tahun itu sudah terisak.

Hinata tampak shock dan baru sadar ia telah dibohongi.

Musnahlah mood menikahnya di Minggu pagi ini.

Padahal di depannya sudah ada pria impian seluruh wanita yang berada di Konoha. Pria yang adalah calon suaminya kelak.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

Author's Note :

Fuh, selesai juga chap satu! Dan sebenernya sih aku udah buat kerangkanya, jadi gampang ngebuat chap dua sampe end. Cuman ya tergantung mood nulis aja, hehe :)

Kalau ide cerita ini disamain, bisa dibilang pasaran banget. Tapi, semoga aja aku bisa ngebawain IBWFY dengan ringan sekaligus menyakitkan. Amin. Oh ya, aku dapet ide fict ini dari lagi Ku Menunggumu - Rossa. Dengerin deh! Aku suka banget lagunya~ :D

.

.

Next Chap :

"Hyuuga Hinata, bersediakah kau menerima Uchiha Sasuke sebagai pendamping hidupmu dalam suka dan duka, sakit maupun sehat, miskin dan kaya, hingga kematian memisahkan kalian...?"

"Sejak kapan ciuman di hari pernikahan menjadi dua kali?"

"Pokoknya a-aku... aku—kyaaaa!"

"Ini hanya perjodohan, dan dia sudah memiliki kekasih..."

.

.

Review kalian adalah semangatku :'D

Mind to Review?

.

.

THANKYOU