Yusha'Daesung AyamLvJidat™
Mempersembahkan Cerita Keempat
Menjalani sebuah hubungan yang hampa, namun kau kalah telak saat sadar bahwa telah terperosok jatuh dalam sebuah permainan yang menyakitkan. Saling menyakiti, satu sama lain.
Egoisme
Naruto © Masashi Kishimoto
Sasuke × Sakura
With
Alternative Universe story, typo(s), OOC.
Enjoy with this one
××XX××
Sakura berjalan pelan menuju ke kediamannya. Ia dengan tampang kusut hanya memandang sesekali pada sekerumbul orang yang tengah berlalu lalang lalu kembali mendengus tak bersemangat menatap jalan yang Ia tapaki. Di matanya, semua orang tampak tengah berbahagia, kenapa Ia sendiri merasakan kesesakkan yang tak terlihat ini seorang diri? Heh sungguh takdir yang indah bagi Sakura. Tanpa sadar gadis itu tersenyum miris dengan kepala tertunduk. Kau gadis malang Sakura! Ia membatin.
Perasaannya masih sangat kacau semenjak kejadian buruk antara dia dan si mantan, ya siapa lagi kalau bukan Uchiha Sasuke. Di benak Sakura saat ini hanya satu, bagaimana jika dia hamil dan mengandung dari hubungan bodohnya dengan si Uchiha itu. Benar-benar. Takdir seakan memainkannya. Dan demi panasnya api neraka! Kenapa harus Uchiha Sasuke yang merenggutnya disaat yang tidak sangat Ia harapkan. Ya, disaat Ia sudah muak dengan semua yang telah Uchiha sialan itu lakukan padanya.
Nilai plus namun buruk setelah kejadian kemarin, semakin memperparah lukanya. Ibaratnya seperti luka menganga yang diberi garam. Kau bisa bayangkan bukan?
Ino sudah memberinya solusi, dan Sakura kembali terngiang-ngiang akan itu. Sobatnya itu mungkin hanya ingin yang terbaik untuknya, tapi solusi yang Ia berikan itu benar-benar akan membuatnya tampak bodoh di hadapan pemuda bejad itu. Dan Sakura, harus berpikir berjuta kali agar meminta Sasuke menikahinya dan bertanggung jawab atas kelak kandungan yang Ia miliki bersama Sasuke.
Ino memang kadang berpikir terlalu terburu-buru. Sakura tak mau mengambil resiko untuk itu. Tidak! Bisa-bisa Sasuke merendahkan dan mencemoohnya. Cih! Bahkan Ia sendiri pun rasanya mampu membesarkan anak ini nantinya.
Tak terasa Ia sampai di sebuah taman. Sepi. Dan Sakura memilih menepi di sana membuang waktunya. Dari pada Ia termangu di kamar dan memulai pikiran-pikiran negative. Bisa saja bukan Ia nekat dan mengiris nadi? Atau gantung diri, hum seperti kebanyakkan kisah patah hati ataupun jalan keluar dari masalah yang tidak sanggup dibendung oleh nalar. Sangat tidak logis, jika Sakura sampai mengambil jalan bodoh itu untuk menuntaskan masalah yang tengah membelitnya.
Melangkah memasuki kawasan taman ini, Sakura mengedar pandang. Ini taman dulu tempatnya bermain dengan Ino. Ya! Sakura masih ingat jelas akan hal bodoh yang Ia lakukan bersama sobat blondienya itu.
Saat dimana Ia dan Ino memperebutkan hal yang tidak penting. Kalau tidak salah sebuah mainan truk pengangkut pasir berwarna biru tua. Hem, bagaimana dulu Ino sampai tidak mau bicara padanya karena Sakura ngotot ingin meminjam mainan Ino yang bisa dibilang baru itu. Parahnya, waktu itu mainan itu tengah menjadi mainan favourite bagi Ino. Well adakah anak yang mau mainannya direbut?
Sakura maupun Ino tak berniat membuka pintu maaf masing-masing. Sampai peristiwa dimana Sakura hampir tertabrak sebuah mobil saat tengah menyebrang dan tepat saat itu, Ino datang menerjang serta menarik lengan gadis itu kepinggir. Walau saat itu keduanya sama-sama mendapat luka lecet akibatnya. Seulas senyum terpahat di wajah Sakura kala mendapati Ino yang mengisak memeluknya sembari bergumam jidat bodoh berkali-kali.
Sakura yakin, Ino sangat khawatir saat itu. Dan well, seperti biasa. S ekalipun umur mereka masih sepuluh tahun saat itu, Ino mengambil keputusan nekat dengan menyelamatkan Sakura. Dan Sakura benar-benar berterimakasih atas pertolongan tak terduga dari sahabatnya itu.
Seulas senyum Ia sunggingkan, Sakura merasa beruntung memiliki Ino yang terkadang menyebalkan namun jauh dari itu, seburuk apapun sifat atau sikap gadis blondie itu Sakura tetap takkan memandang Ino dengan biasa saja setelah apa yang sobatnya itu lakukan untuknya disaat-saat genting sekalipun.
Ia melangkah mendekat pada sebuah kolam ikan kecil dengan air mancur berpatung berkeramik amethyst yang bentuknya menyerupai seekor angsa yang tengah mengadahkan kepala menatap langit dengan sepasang sayap yang berkepak lebar. Sakura lalu duduk di pinggiran kolam itu. Ia menghela nafas, melempar pandang pada gerumbulan ikan yang berkali menimbulkan gelembung dan bunyi 'blub' ke permukaan air. Mau tak mau Ia menarik senyum, ikan-ikan itu secara tak langsung mengajaknya barmain.
Lengannya mulai terulur, masuk ke permukaan air. Dan yang pertama kali yang dapat Ia rasakan adalah gigitan-gigitan kecil dari makhluk mungil di bawah air sana. Sakura terkekeh pelan.
"Kalian mencoba mengganggu ku ya?" Ia berucap, matanya menyipit karena senyum. "Hey sakit tahu." Ia mengernyit saat gigitan itu kembali menyerangnya.
Dan detik berikutnya hanya ada perbincangan bodoh antara Sakura dan sekawanan ikan yang ada di kolam itu. Biar saja orang yang melihatnya akan mengatakan Sakura kurang waras atau semacamnya, yang penting sekarang Ia memiliki teman untuk tertawa lagi. Tak ada manusia, hewanpun, bolehlah.
Setelah bosan bermain dengan ikan-ikan itu, Sakura kembali diam mengamati keadaan taman. Ia menarik tangannya yang tadi terendam di dalam permukaan air ke dasar, lalu mengelapnya pada rok yang tengah Ia gunakan. Kebiasaan buruk yang memang susah dihilangkan rupanya. Emeraldnya menangkap sosok pemuda yang berada di sisi lain taman, tepatnya di samping sebuah pohon besar. Entah hal apa yang tengah pemuda itu kerjakan. Ia tampak mengendap-ngendap. Posisi membelakangi, membuat Sakura tak bisa tahu hal apa yang tengah pemuda itu lakukan.
Sedang apa pemuda itu di sana sendirian?
Sakura dengan rasa penasarannya menghampiri sosok itu. Ia berjalan pelan namun kian mendekat pada sosok yang sedikit lebih tinggi darinya itu.
"Sedang apa?"
Ketika Sakura bertanya dari jarak yang tidak terlalu dekat, pemuda itu menoleh. "Heh?" gumamnya, kemudian membuat gerakan menyuruh Sakura diam dengan menaruh telunjuknya di bibir. Dahi pemuda itu kembali berkerut, tampangnya mendadak serius, "itu!" Ia berbicara pelan pada Sakura, mungkin nadanya terdengar seperti bisikkan. Pemuda itu menghandik, menyuruh Sakura untuk melempar pandang pada hal apa yang tengah Ia amati dari tadi. Sekawanan burung merpati yang tengah berkumpul memakan potongan-potongan biscuit-yang mungkin saja diberikan oleh pemuda itu. Cukup banyak. Dan tunggu, jumlahnya genap! Apa mereka datang secara berpasangan ya?
Sakura terpaku di tempat, kepalanya mengangguk. Dengan amat pelan Ia melangkah mendekat ke arah si pemuda misterius itu. Kamera? Jadi sedang memotret rupanya, heh?
Sakura berdiri tepat di samping pemuda itu, sesekali memperhatikan burung dan kembali pada pemuda berambut merah yang tengah focus dengan lensa kameranya. Tampan. Sakura menggeleng cepat.
JPRETT
Dan sedetik kemudian kawanan burung itu terbang semua ke udara. Namun pemuda itu tersenyum bangga pada kamera yang tengah Ia pegang. Great! Tembakkan tepat.
"Wah, kau photographer ya?" Sakura ikut menjinguk kamera itu, dan mata jadenya berbinar kagum akan apa yang Ia lihat. Sepasang merpati yang tengah menyuapi pasangannya dengan paruhnya. Oh Tuhan! Ini manis sekali, batin Sakura. "Kau hebat!"
Pemuda itu menatap Sakura, "bukan apa-apa, ini hanya tugas sekolahku."
"Jadi, kau bukan photographer?" Tanya Sakura, mengamati pemuda itu sampai ke ujung kaki.
Pemuda itu menggunakkan rompi berbahan levis tanpa lengan, dan juga sebuah kemeja panjang yang tampaknya sengaja dilipat sampai siku, berwarna putih susu. Bercelana kain, gober. Dengan sebuah kamera besar jaman dulu yang menggantung di lehernya. Penampilan biasa yang dipadu dengan polesan wajah yang luar biasa. Pemuda simple yang tampan.
"Hm! Kenapa? Aku memang ingin sih menjadi photographer tapi kedua kakakku melarang." Sahutnya sembari memperhatikan Sakura yang melipat lengan di dada sedang mengangguk.
"Kau berbakat loh, kurasa." Sakura berasumsi. Ia tersenyum, "sayang kalau tak disalurkan," sambungnya.
Pemuda itu terkekeh, "lihat nanti saja." Ia mengulurkan tangan, "kita belum berkenalan kan?" Tanyanya. "Sabaku no Gaara." Sebuah senyuman tipis darinya untuk Sakura.
Sakura tersenyum membalas jabat tangan singkat itu, "Sakura, Haruno Sakura."
Dan tanpa mereka tahu, bahwa ini adalah awal dari kisah mereka.
"Sendirian?"
"Humm!" Sakura mengangguk, "kau?"
Gaara mengangkat bahunya, "seperti yang kau lihat Haruno." Ia kembali tersenyum tipis ke arah Sakura.
Sakura mengangguk, "oh ya, panggil aku Sakura, jangan Haruno."Selanya sembari memasang raut marah main-main. "Dan aku memanggilmu. Gaara. Bagaimana?" Sakura mengangkat alis kirinya.
Pemuda itu tersenyum ramah kali ini, "tentu, kita akan menjadi teman setelah ini."
Dan Sakura tertawa lepas, "tentu saja, Gaara."
Tunggu dulu, apa kau yakin hanya teman Gaara?
××XX××
Ino mengerutu tak jelas, saat Neji datang dan menepuk bahunya. Spontan gadis itu menoleh lalu mendelik tajam ke arah Neji. Pintu lokernya pun ditutup dengan secara kasar olehnya. "Apa?" Tanyanya ketus, dahinya berlipat tak suka. Ino membenarkan letak tas yang ada di pundak kirinya.
Neji memperhatikan Ino. "Sakura mana?" Tanyanya, to the point, Ino dapat membaca itu sebelum pemuda itu menanyakannya terlebih dahulu.
Ino mendengus keras, berbalik mengunci lokernya yang tadi hanya sekedar ditutup biasa. Kemudian bermaksud pergi dari sana .
Namun Neji mencegahnya. "Tunggu!" Ia menarik lengan Ino, menahan gadis itu agar tetap di sana menjawab pertanyaannya yang mengantung "aku hanya bertanya padamu, nona." Ketusnya. Menatap tajam mata Ino.
Bola mata Ino berputar bosan, "ya, ya, ya. Aku tahu." Ujarnya dengan nada bosan. "Sudah ku baca, kau menyukai Sakura, heh?" Sindirnya, sembari melepas paksa pegangan Neji. "Jika kau mau, berkerjasamalah denganku!" Ino sedikit menyeringai saat mengucapkan sederet kata itu dengan menatap Neji yang hanya diam di tempat.
Neji mengangkat alisnya, "apa?" Tanyanya, agak kaku. "Kerjasama seperti apa maksudmu?" Lengannya menyusup pada kantong kanan celana seragam sekolahnya. Ia mengambil posisi santai menunggu Ino melanjutkan perkataannya.
Gadis berambut blonde panjang itu menyelipkan anak rambutnya pada belakang telinga. Kemudian memperhatikan sekitar. Sepi. Setidaknya tidak ada yang akan tahu tentang ini, pikirnya.
"Jauhkan Sakura dari-" Ia melangkah maju ke arah Neji, lalu berjinjit memegang pundak kiri Neji untuk membisikkan sesuatu, karena badan Neji lebih tinggi dari dirinya. "-Sasuke."
Sesudahnya raut wajah Ino mengeras setelah menarik diri mundur beberapa langkah dari Neji, tak begitu jauh masih saling berhadapan. "Pastikan si brengsek itu tidak akan menyentuh sahabatku lagi. Tidak lagi!" Ia menggeleng cepat. Kemudian menatap intents Neji.
Pemuda Hyuuga itu hanya terpekur bingung membaca raut Ino yang tampaknya dalam kondisi tak bersahabat. Ada apa ini? Neji tahu jelas bahwa Ino membenci Uchiha itu, tapi kali ini, raut ini seolah mengatakkan lain. Seolah kebencian itu sudah menjadi dendam besar. Entah atas dasar apa.
"Jaga dia, jangan buat dia kembali bodoh untuk kesekian kalinya." Mata Ino mengarah tepat ke perak itu.
Neji memegang pundak Ino. "Kau tenang saja. Aku, akan menjaganya."
Ino sedikit tersenyum, "pegang janjimu, Hyuuga." Ucapnya. Neji hanya mengangguk dalam diam sampai saat Ino berlalu dari sana.
Neji hanya memperhatikan gadis blondie itu. Well, Neji sekarang tahu, bahwa Sakura adalah sosok penting bagi Ino selain bagi dirinya. Lihat saja tadi, bagaimana ketakutan itu jelas terpampang saat Ino memintanya menjaga Sakura.
"Aku, akan membuatmu melihatku. My golden princess!"
××XX××
"Pagi pig."
Ino melirik Sakura yang baru datang, gadis itu membalas sapaan Sakura. "Pagi," Ia mengamati sobatnya itu, kali ini wajahnya tampak lebih membaik dari kemarin. Dan Ino lega akan itu. "Sepertinya ada kabar baik?" Tanyanya pada Sakura, sembari memutar duduk menjadi berhadapan dengan Sakura. Gadis berambut merah jambu itu menggeleng. "Tidak juga," Sahutnya.
Ino mencubit pipi Sakura sekilas, Ia tahu benar raut ini. Kau bodoh Sakura, kau pikir kalian baru kenal kemarin apa, heh? "jangan membohongi ku ya kau jidat." Ia berkacak pinggang, menanti jawaban dari sobatnya itu.
"Hanya perasaan senang memiliki teman baru, Ino." Sakura membalas, Ia menggenggam tangan Ino. Senyumnya berkembang sesaat. "Aku bertemu dengannya di taman."
"Taman?" Ino memutar otak, kapan-kapan Sakura ke taman? Apa sepulang dari rumahnya kemarin? Dan, apa tadi? Teman baru?
Kepala merah jambu itu mengangguk cepat. " Waktu pulang dari rumahmu kemarin aku ke sana, taman tempat kita bermain dulu," Ia mencoba mengingatkan.
Ino terdiam sejenak, mencoba mengingat. "Oh itu-" Ia ingat akan taman itu, sebuah taman yang memiliki banyak kenangan antara Ia dan Sakura. Jadi, bagaimana bisa Ia melupakan itu? "lalu?"
"Namanya Sabaku no Gaara."
"Tampan, heh?" Sela Ino, Ia mengerling nakal pada Sakura. Dan senyumnya berkembang saat mendapati rona merah di wajah sobat kecilnya itu. Ino bergerak mendekat. "Ayo, dia tampan ya?"
Haruno sakura mengangguk singkat tanpa menatap Ino yang terkikik pelan. Ia kembali berucap. "Dia berbakat dibidang photography, waktu aku bertemu dengannya, dia sedang memotret sekawanan burung merpati." Sakura menyelanya dengan cerita panjang lebar. Mengalihkan sifat usil Ino yang tampaknya hampir saja keluar.
Ino hanya tersenyum tulus, baginya melihat sobatnya ini kembali tersenyum adalah sebuah hal yang begitu indah. Dan Ino harus berterimakasih pada sosok yang bernama 'Sabaku no Gaara' itu. "Seorang photograper ya?" Ia berasumsi.
"Bukan-" Gadis itu menggeleng tak menghilangkan senyumnya, "-pertanyaanmu, sama persis dengan yang ku tanyakan padanya." Sekulum senyum, "dia memang berniat pada bidang itu, tapi kegiatannya hanya sekedar tugas sekolah. Begitu yang Ia bilang padaku." Jelas Sakura.
"Kau sepertinya bahagia sekali kenal dengan dia?" Selidik Ino, Ia terkikik. Mencolek pinggang Sakura dengan telunjuknya. "Kau suka ya?" Dan Ino hanya bisa menggeleng geli saat kembali berhasil menemukan rona bodoh berwarna merah itu di wajah Sakura. Telunjuknya mengacung pada Sakura, "hayo mengaku!"
Sakura menepis telunjuk berkutex soft purple itu, "sembarangan, jangan mengarang kisah, bodoh!" Elak Sakura. Namun Ia tidak bisa memungkiri, bahwa Ia sudah jatuh hati pada pemuda berambut merah bata itu. Dan perasaan senang menggelayutinya sesaat Ia mengingat moment disaat Ia dan Gaara memutuskan akan kembali ke taman itu untuk bertemu lagi. Dan catat ini, mereka saling bertukar email dan nomor handphone. Gesh! Rasanya tak sabar menunggu lusa. Mungkin ini ya rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Kalau tak suka kenapa memerah begitu, jidatku jelek!" Ino berhasil mengusik Sakura sekali lagi, kali ini gadis blondie itu menunjuk wajah Sakura. "Kau ini-"
"Hentikan pig! Kau membuatku malu!" selaan dengan suara nyaring. Gadis itu menggenggam erat telunjuk Ino yang mengacung dengan gemas dan kesal. Sakura membuat seluruh pasang mata memandang kearah kedua gadis itu. Dan keduanya hanya memasang wajah inonncent sesaat lalu mulai berkelahi kecil lagi, dengan sesekali Ino yang memencet hidung Sakura dan Sakura yang membalas mencubit balik pipi Ino.
××XX××
"Kau ke kantin?"
"Tidak, aku mau makan bekal ku di atap." Sakura tersenyum menunjukkan kotak bekal dari kayu miliknya, "aku buat sushi loh, kau tidak mau?" Tanyanya pada Ino.
Ino menggeleng, "bukannya tidak mau, aku ada janji dengan Shikamaru di kantin. Dia hutang padaku." Jelas Ino, Ia sedikit menggerutu saat menceritakan bagian hutang pihutang.
Sakura mengernyit, Shikamaru hutang? Setahu Sakura, Shikamaru termasuk anak orang kaya di sekolah seni ini, dan bisakah beritahu dia apa alasan Shikamaru berhutang pada rentenir kelas teri seperti Ino, eh? "Kok bisa?"
"Katanya dia lupa bawa uang cash, entahlah." Ino mengangkat bahu, "kau tahu bukan bagaimana penyakit para orang kaya?"
Sobatnya terkekeh, Ino memang ada-ada saja. "Ya sudah sana, nanti dia lupa lagi."
Kepala Ino mengangguk, Ia tersenyum. "Ku tinggal."
"Ya, tak masalah."
Ino berlalu dari sana, kelas merajut.
Sakura hanya tersenyum, mengangkat kotak bekal. Lalu berjalan keluar kelasnya yang sudah sunyi.
××XX××
Ino hampir jantungan saat tangannya ditarik oleh anak kelas err-kalau tak salah sekelas dengan Sasuke-kelas XI C, ke arah berlawanan kantin. Ino mendongak menatap siapa yang berani-berani menarik paksanya ini. Wajah itu?
Makhluk itu tersenyum ke arah Ino setelah keduanya berhenti. "Kau lupa ya?" Tanyanya, tentu saja kontan membuat Ino tersentak.
"Apa?" Ino menyahut ketus pertanyaan itu, sembari mendelik ke arah pemuda yang tengah berdiri di hadapannya ini. Karena pemuda itu lebih tinggi darinya, maka Ino terpaksa mendongak.
Pemuda itu menepuk kepala Ino dengan lengan kanannya, masih tersenyum. "Aku mantan kekasihmu waktu kita masih di SMP. Kau lupa?"
Mata Ino membulat sempurna. Ya! Dia ingat. Sangat ingat.
Sai Nakamura. Mantan kekasihnya waktu SMP. Kenapa baru Ia sadari sekarang! Padahal ini sudah hampir masuk dua tahun Ia bersekolah di sini, oh Ino kenapa kau melewatkan ini. Bodoh!
Mantan brengsek! Ino takkan mungkin bisa melupakan bagaimana penghianatan Sai pada dirinya. Lebih memilih wanita lain yang jauh lebih kaya dibanding dirinya. Owh, owh, owh. Rendahan.
Tanpa kata-kata, Ino mendorongnya menjauh lalu ingin beranjak dari sana sampai pemuda itu berhasil berhasil menggenggam tangan Ino dan memaksanya berbalik. Penghianatan yang menyakitkan takkan mudah dilupakan, bukan begitu teman?
"Maaf-" Ia menatap Ino, "-aku baru sadar sekarang dan juga baru berani bertemu denganmu sekarang." Nada penyesalan itu tampak di sana, walau samar dengan nada tinggi sebagai bentuk pertahanan agar Ino mau mendengarkan penjelasannya. "Aku terdesak Ino, aku dipaksa!"
Ino memandangnya, tatapan hampa. "Sudahlah-" Ia melepas tangan yang menggenggam tangannya itu perlahan, "-aku tak butuh penjelasan konyol dari makhluk sialan seperti kau!" mendelik Ia, Ino sudah sangat terluka karena pemuda itu. Bagaimana Ia dulu mati-matian mempertahankan semuanya, tapi apa? Seolah tak ada, Ino diacuhkan begitu saja. Berulangkali pesan singkatnya tak dibalas, tiap berpapasanpun wajah pemuda itu seolah memandang serangga busuk yang harus dimusnahkan. "Dan jangan ganggu hidupku!"
Sai menggeleng, Ia kembali menggenggam tangan Ino. "Tidak! Bagaimana aku bisa tenang dan tak mengganggumu, jika kau selalu di sini, Ino! Di sini!" Ia menepuk dada kirinya, wajahnya memerah karena emosi. "Ku mohon, ini yang terakhir. Berikan aku sekali lagi Ino." Pintanya, genggamnya mengerat. Lalu menarik Ino kepelukannya.
Bagaimana Ino? Kau tertarik memulai permainan lamamu?
××XX××
Sasuke dengan moodnya yang buruk, menatap sengit gadis manja di hadapannya ini. Seorang gadis berambut ungu, bermata hijau emerald sewarna Haruno Sakura. Heh! Jadi rindu pada sosok itu, Sasuke membatin.
"Sasuke~" Ia memeluk Sasuke, dengan manjadari depan. Lalu mengusap pipi putih mulus milik turunan Uchiha itu. "Aku rindu padamu, sayang~" Kembali Ia menenggelamkan wajahnya pada dada Sasuke. Menghirup wangi maskulin khas yang ada pada pemudanya.
Pemuda Uchiha itu melepasnya pelan, "lepaskan aku Tsuki." Sahutnya tanpa niat. Namun sayang saat itu juga si gadis memandangnya dengan tatapan berkaca-kaca. Tatapan itu, membuatnya berpikir bahwa itu-
-Sakura?
Sasuke mengerjap beberapa kali untuk meyakinkan apa yang tengah Ia lihat sekarang, kenapa jadi Sakura?
"Kau jahat Sasuke," Ia mengisak pelan, sembari merunduk. Kedua tangannya meremas satu sama lain.
Tidak! Jangan menangis, Sakura! Sasuke membatin.
Ia bergerak merengkuh tubuh kecil itu kembali mendekat. Dan membuat wajah itu mendongak dengan mengangkat dagu runcing indah milik gadisnya. Pelan Sasuke mengecup bibirnya lembut dengan mata tertutup. Dalam dan lama. Setidaknya mampu membungkam segala asumsi Sakura tentang dirinya.
KRIETT
Sepasang pintu itu terbuka, seiring dengan masuknya seorang gadis berambut merah jambu, beriris jade dengan sebuah kotak bekal kayu yang diikat kain. Mau makan siang di sini, ya Sakura?
Sakura terpaku di tempat, apa yang Ia saksikan sedikit membuatnya merasa tertusuk. Bagaimana tidak? Pemuda yang kemarin mencumbumu, sedang bercumbu dengan gadis lain. Dan itu adalah mantan kekasihmu yang baru saja dalam tahap dilupakan.
Niatan makan siangnya pun rasanya lenyap tadi terbawa angin yang barusan lewat.
Sasuke mendorong gadis itu cepat, terkejut akan datangnya sosok yang asli. Haruno Sakura. Ia dengan cepat, berlari kearah Sakura. Berdiri berhadapan di sana saling menatap satu sama lain. "Maaf." Sakura bergumam, dengan wajah merunduk. Wajahnya tanpa sadar berubah muram. Perasaan tak suka, mulai menggelayutinya. Tidak! Sakura sudah melupakan Sasuke. Ya! Sudah.
Sasuke menggeleng, "tidak!" Ia mengelak. "Aku bisa jelaskan ini Sakura!" Lanjutnya.
Kali ini Sakura mendongak, agak tersenyum dipaksakan. Dan itu membuat Sasuke tersentak. "Tidak! Dan aku sudah yakin akan ini, Sasuke." Sahutnya. Nadanya Ia buat setenang mungkin diantara getaran-getaran suara yang Ia coba sembunyikan. Ayolah Sakura, jangan seperti ini.
Gadis bernama Tsuki itu mendengus, beranjak dari sana. Dengan sedikit menyenggol bahu Sakura. Gadis Haruno itu mendelik sekilas lalu kembali menatap Sasuke yang tadinya juga sedang menatap tak suka pada gadis yang baru saja pergi itu. Gadis itu menyenggol gadis tersayangnya.
"Kau bebas, aku tak akan mengekangmu." Ia berucap tulus, dengan senyuman tipis yang amat dirindukan Sasuke darinya. "Kau dan aku sudah selesai dari sebelum ini semua terjadi, tak ada yang perlu-"
"Bodoh jika kau pikir aku akan melepaskan Ibu dari anakku!" Sasuke membentaknya, Ia menangkup wajah Sakura dengan tangan besarnya. "Sakura, maukah kau jadi kekasihku lagi?" Dan menyatukan kening keduanya dengan posisi Sasuke yang agak merendah. Onyx dan emerald.
"A-aku-"
"Hentikan itu Uchiha!" suara itu membuat keduanya melepas diri.
Akasuna no Sasori
"Cih! Si brengsek ternyata." Sasuke menatapnya tajam.
"Setidaknya, aku tidak serendah kau, Uchiha!" Sasori membalas, balik menatapnya sengit.
Sasuke mendengus, menarik Sakura kesisinya, "dengar!" Ia kembali membuat Sakura menatapnya. "Aku akan menjadi ayah dari kandunganmu Sakura!" Ia mencoba meyakinkan Sakura. Kemudian mengecup pelan kening gadis itu di hadapan Sasori. Mata Sakura terpejam sesaat, sampai ciuman yang dulu amat sangat Ia nantikan itu terlepas.
Dengan hazel membulat, Sasori mendelik kearah Sasuke. "A-apa? Kau bercanda?" Tanyanya.
Senyum sinis Sasuke berkembang, "apa aku sedang menunjukkan itu, heh?" Ia tampak seperti menantang Sasori. "Sakura, milikku. Jadi kau, jangan bermimpi. Sialan!" Telunjuk itu keras menuding Sasori. Sasuke akan menetapkan hak miliknya yang memang tak bisa diganggu gugat oleh siapapun.
Memutar bola matanya bosan, Sasori dengan nada rendah menjawab. "Jaga mulutmu, Uchiha!" Ia benar-benar geram akan ini. "Setidaknya, aku tidak serendah kau. Uchiha!" Ia menatap Sasuke rendah, "pemuda brengsek yang menghacurkan gadis yang dicintainya. Kau sepertinya tak serius, heh?"
Sakura yang dari tadi hanya diam, tersentak. Pernyataan Sasori barusan seakan menohoknya, tepat sekali. Hubungannya selama ini dengan Sasuke juga tampaknya sangat sejalan dengan apa yang Sasori katakan barusan. Sasuke menjalin hubungan dengannya pun hanya sebatas game, dan pada ujungnya berakhir dengan kata over besar yang menyakitkan.
Pada dasarnya, Sasuke memang datang untuk menyakitinya. Dan Sakura tidak bodoh untuk kembali merasakan itu. Atau Ia kecanduan untuk merasakan itu?
"Jangan hiraukan dia, Sakura." Sasuke menggenggam tangan Sakura, erat-sangat erat.
Sakura memperhatikan Sasuke dari sisinya, wajah pemuda itu mengeras menatap sengit Sasori yang tengah menyeringai.
"Kenapa? Aku benar ya?"
Sakura memperhatikan Sasori, yang tengah menatapnya. Tatapan penyesalan yang Ia dapati saat membaca raut itu.
"Diam kau!" Sasuke membentaknya. "Kita pergi dari sini."
Sakura diseret paksa Sasuke dari sana. Gadis itu sempat menoleh pada Sasori, dan menatapnya sebagai tanda permintaan maaf. Detik berikutnya, keduanya benar-benar lenyap dari sana.
Dan Sasori hanya bisa meringis memegang dada kirinya, sembari memperhatikan keduanya berlalu begitu saja. Kesempatan itu kian menutup rapat. Dan sekarang, lukanya yang terbuka lebar. Amat lebar dan perih.
××XX××
"Kau sudah makan?"
"Hentikan itu, kau menjijikan jika kau tahu."
Sai hanya tersenyum, memandang Ino yang duduk di hadapannya.
Ia tak menyangka, kesempatan itu masih ada untuknya setelah apa yang Ia lakukan pada gadis itu. Jika Sai ada di posisi Ino, mungkin kesempatan itu sudah limit! Habis terlalu lama dimakan waktu.
"Kau belum berubah," langannya terulur, mengusap pelan pipi Ino. "Kau membuatku benar-benar rindu," gumamnya. Matanya menyayu sejenak.
Ino menjauhkan diri dari lengan yang menyentuh permukaan kulit pipinya itu, menarik diri kebelakang. Dingin, namun hangat.
"Maaf." Sai dengan tatapan menyesal, "aku tak akan mengulangnya." Ia meminta maaf atas perlakuannya barusan yang tanpa sadar, hal itu begitu saja Ia lakukan saat menatap wajah Ino.
Ino hanya mengangguk singkat. Meyuap kembali ice cream choco creamnya. Matanya sesekali curi pandang kearah Sai. Tak bisa disembunyikan, Ia pun rindu akan sosok itu. Sedang Sai mulai memainkan handphonenya. Bingung ingin melakukan apa, mungkin?
"Oy! Sai!"
Sai menoleh, mendapati sobat berambut kuningnya tengah berjalan santai ke bangku kantin miliknya dengan Ino. Si berisik Namikaze Naruto. Jika kau orang yang tenang, mungkin Naruto bukan pilihan tepat untuk dijadikan temanmu. Sediakan kesabaran yang lebih ekstra jika berhadapan dengan makhluk-makhluk berkarakter seperti Naruto.
"Apa?" Tanyanya. Memperhatikan pemuda itu dengan malas.
"Kau lihat Sasuke?" Memasukkan kemeja hemnya yang sebagiannya berada di luar. "Aku sudah berkeliling, tapi tak mendapatinya." Naruto menyahutnya.
Sai tak menyahut. Hanya mengangkat bahu singkat. Memang Sasuke Uchiha itu anak lima tahun yang harus dapat perhatian lebih dan dikawal kemana-mana. Gila saja. Sai yakin, umur Sasuke bisa menunjukkan apa yang seharusnya pemuda itu lakukan.
"Alasan apa kau mencari dia?" Sai kembali bertanya, "paling juga ada di tempat biasa." Sambung Sai, singkat sesuai dengan apa yang ada di fikirannya.
Naruto hanya menggaruk tengkuknya, cengengesan tak jelas. Benar juga, batinnya. Tunggu! Itu siapa?
Penasaran, Naruto mengambil tempat di samping Sai. "Kau siapa?" Seperti biasa, tak sopan.
Mendelik tak Suka, Sai menanggapi lengan Naruto yang terulur kearah Ino.
"Ino, Yamanaka Ino tepatnya." Ino menanggapinya pula dengan senyuman. Shit! Jangan bilang kalau sebentar lagi akan ada cinta pada pandangan pertama. Begitu yang Sai runtukkan.
Naruto mengangguk, tersenyum lebar. Matanya saja sampai menyipit. "Aku, Uzumaki Naruto. Sahabat dekat Sasuke." Dan Ia melirik Sai, "dan juga orang dingin yang satu ini juga."
Suruh siapa kau berteman dengan kami! Sai bergumam geram dalam hati. Sedang di kenyataan, Ia hanya memandang sinis Naruto itu. Andai ada barang tajam terdekat, mungkin Sai sudah menancapkan itu pada ubun-ubun Naruto, he?
Ino tersenyum sinis. "Si brengsek Uchiha itu ya, heh?" Tuturnya, matanya berputar jenaka. Kenapa duni ini begitu sempit sih? Si brengsek itu, selalu saja mengusik hidup Sakura dan dirinya.
"Apa maksudmu?" Kali ini Sai angkat bicara, suaranya terdengar seperti keras membentak Ino. Agaknya pemuda itu tak suka pada perkataan Ino barusan. Walau kenyataan bahwa Sasuke brengsek itu benar.
"Dia-" rahang gadis itu mengeras, "-sudah menghancurkan sahabat dekatku!" Ino berdiri, mencondongkan tubuhnya kedepan Sai, "dan aku-" Ia menarik kerah hem Sai, "tidak suka!" Lengannya mendorong Sai cukup keras.
"Bilang padanya-"
Sai terdiam, matanya menatap Ino. Pandangan Ino, adalah pandangan terlangka yang tak pernah Ia dapati. Dulu saja saat Sai memilih meninggalkannya, pandangan itu tak pernah terarah begitu padanya. Tatapan benci yang begitu dalam.
Dalam hati Sai bersyukur, setidaknya itu berarti Ino tidak begitu membencinya. Kau jahat sekali Sai, Sasuke kan sobatmu!
"-aku akan membuatnya hancur perlahan!" Desis Ino, pelan namun mengancam.
Detik berikutnya. Ino meletakkan selembar uang di atas meja dan pergi dari sana.
"Tunggu, Ino-"
Begitupun Sai.
Sedang di bangku itu, Naruto menelan salivanya dengan susah payah. Mengerikan.
Hell. Welcome to Uchiha Sasuke.
TBC
××XX××
In next chap
"Lepaskan dia, brengsek!"
"Neji!"
"Kau! Aku membencimu!"
"Kau bisa bercerita padaku jika kau mau,"
"Kalian sama saja!"
"Kau masih tak percaya padaku?"
"Dia mengatakan itu-"
"Aku pantas diperlakukan begitu."
"Kau?"
"Ah . . . Kau?
"Traktir, bagaimana?"
"Humm-"
"-ya!"
"Kau kenapa?"
"Aku mual, dan-"
"-jangan bilang-"
"Tidak!"
Takdir baru memang mengagetkan, bukan?"
××XX××
Bagaimana? Puaskah?
Maaf kalau kepanjangan, habisnya keasyikan ngetik dan Saia malas memotong bagian yang kemarin Saia tunjukkan –PLAK-PLAK-PLAK- Berhubung ulangan sudah selesai, Saia KEMBALI! Khekhekhe akhirnya bisa tenang juga –narik nafas- semoga nilai Saia memuaskan. Mohon do'anya –melas-
Ini adalah chapter terpanjang yang pernah Saia buat loh –infotakpenting-abaikan-
Ya sudah-
Saatnya balas ripiu :
misterious girl :
Lihat aja ya, khekhekhe soalnya mood Saia mudah berubah-ubah-disepak- soal ending, pasti SasuSaku. Seperti pairing yang ada di atas –nunjuk yang di atas-
Yosh! Ripiu lagi ya ^^
Rhan'z B'sELF :
Sepertinya –pose mikir- kamu kok tau sih –nepuk pundak Rhan sok akrab- wah wah ELF ya, Saia suka SuJu, tapi kurang hafal nama personilnya-ckckckck- kebanyakan sih –alesan-leadernya siapa sih? Yang Saia tau cuman Ryeo Wook doang, ganteng –blush-
Ya sudah, ripiu lagi yaw ^^
Chamber :
Hoah benarkah, ternyata Saia membuat suatu yang tidak terbayangkan –cielah- Le-le-lemon? –nelen ludah-blushing- Saia masih ingat rated sih, err tau kalau lupa –dihajar-
Ripiu lagi yaw ^^
Maya :
Sabar –nepuknepukpalaMaya-digempang- Namanya juga jalan cerita, hehe ^^ -alasantipis-
Yosh! RnR lagi yaw ^^
d3rin :
Huhahaha terbawa emosi ya –nyodorin teh- monggo minum dulu-PLAKK-
Ripiu lagi yaw ^^
Meity-chan :
Siap! Udah updet, jadi ripiu lagi yaw Mei –maksa-narik baju Mei-PLAKK-
Hohoho enak noh jadi Saku –sinis-disepak Saku-
Yosh, RnR lagi yaw
Kikyou Fujikazu :
Masa sih –blushing- ide itu keluar gitu aja –nyengir- Soal Sakura, itu mah derita dia –SHANAROOO-
Hehehehe ripiu lagi ya ^^
eet gitu :
Hah? Iya ya? –begonyakambuh- gomen Saia tidak tahu –KABURRR-
Khukhukhu, iya kasian Saku –gelenggelengdramatis- tapi namanya juga cerita loh ^^
RnR lagi ya ^^
Debbie J. Bieber :
-Nyodor kotak tisu- ini, gomen ya ^^ ngikutin ide gila sih khukhukhu well, bisa dilihat apa peran Gaara kan. Bagaimana suka?
Sasuke menderita?
PASTI!
-CHIDORIIII-
RnR?-teler-
Akari amane ntah ngape gwa slalu mles login :
HUAAA NAMANYA KEREN –takjub- lain kali log in ya –sok nasehatin-PLAKK-
Ini updet ^^ RnR yaw ^^
Dan terimakasih juga untuk : Violet7orange, Miyu-Mai Nanahara-Komiko, 4ntk4-ch4n, Haza ShiRaifu, Eky-chan, Nyx Quartz, Park Ra Ra, Ame Kuroyuki, Dae Uchiha, haruno gemini-chan, Oscuro Ensin Khafilah Ahmed, Michilatte626, lathiefniwa 'UCHIHA, Rurippe no Kimi, Risuki Taka, Green YupiCandy, Aiko Uchiha-chan, Sabaku no Uzumaki, Kirei Atsuka. Dan para silents Reader.
Bagaimana? Suka chapter fanfic Saia panjang, atau pendek? Jawab lewat ripiu yaw. Makasih ^^
RnR?