Disclaimer: J.K. Rowling except Chad Filbert
A.N: Tidak ada edisi Pangeran Kegelapan dan Pelahap Maut, Prof. Dumbledore dan Prof. Snape masih hidup.
Enjoy reading!
-oOo-
Draco berjalan sempoyongan menuju asrama Ketua Murid dan akhirnya berhasil memanjat lukisan yang menjadi pintu masuk asrama Ketua Murid dengan susah payah. Dia berjalan terhuyung-huyung menuju kamarnya.
Hermione segera menghentikan mengerjakan tugasnya setelah dilihatnya penampilan sang Pangeran Slytherin yang selalu rapi kini berantakan dan wajahnya mengernyit menahan sakit.
"Kau kenapa, Malfoy? Apa yang ter—" Hermione langsung berjalan menghampiri Draco setelah melihat lengan kanan pemuda itu terkulai lemas dan darah menetes dari jubahnya yang terkoyak.
"Jauhkan tanganmu dariku, Darah Lumpur Kotor!" Draco mencoba menepis tangan Hermione yang berusaha memeriksa lengannya menggunakan tangan kirinya yang tidak apa-apa. Hermione tidak menggubris tepisan tangan Draco, dia malah mengambil tongkatnya dan mencoba menghentikan aliran darah yang terus-menerus keluar dari lengan Draco dan memapah pemuda itu ke kamarnya.
"Berani-beraninya kau, Darah Lumpur Sialan—"
"Kau boleh menghinaku sesukamu. Kau bahkan boleh melancarkan kutukan apa pun padaku, tapi biarkan aku membantumu, Malfoy!" kata Hermione keras kepala. Draco yang merasa sangat lelah dan kesakitan akhirnya membiarkan Hermione membantunya.
"Jangan mengharapakan imbalan apa pun dariku, Granger!" Hermione hanya memutar kedua bola matanya sebagai jawaban. Memang apa yang bisa kuharapkan darimu Malfoy.
Hermione mendudukkan Draco di tempat tidur dan melepaskan jubah dan kemeja Draco. Dia terpaksa mengguntingnya di bagian lengan karena takut malah akan menyakiti Draco jika dia melepasnya dengan cara biasa. Pemandangan tubuh atletis Draco langsung menyambut Hermione. Untuk sekian lamanya, Hermione hanya bisa terpaku memandang tubuh tegap dan dada bidang Draco Malfoy yang didapatnya dari hasil latihan Quidditch bertahun-tahun.
"Mau sampai kapan kau memandangku dengan lapar begitu, Granger?" teguran dari Draco langsung menyadarkan Hermione dari khayalannya. Hermione merasakan wajahnya memanas dan dia segera berbalik bergegas menghilang di pintu.
Tidak lama kemudian Hermione kembali membawa baskom yang telah diisi air hangat dan handuk bersih, lalu mulai melap darah yang menempel di tubuh Pangeran Slytherin tersebut. Hermione menyusuri lekuk tubuh Draco sambil menahan diri untuk tidak merabanya dan merasakan kehangatan yang ditawarkannya. Sesekali terdengar erangan tertahan dari Draco saat Hermione melap darah yang menempel di lengan pemuda itu. Bahkan erangannya pun terdengar begitu menggoda. Apa yang kupikirkan? Glek! Hermione hanya bisa menelan ludahnya menahan godaan di depannya. Hermione kini memasang perban di lengan Draco dan mengikatkannya di leher pemuda itu. Sebelum dengan susah payah memakaikannya baju bersih agar Draco tidak masuk angin.
"Apa kau yakin tidak mau menemui Madam Pomfrey?" tanya Hermione sekali lagi sambil membereskan baskom, handuk, dan pakaian kotor Draco.
"Kau jangan berlebihan, Granger!" ujar Draco dingin. Dia tidak mau ada yang mengetahui tentang kejadian tadi. Orang-orang akan meremehkannya karena kalah dari Chad dan menghadapi cemoohan karena penyebab mereka berkelahi adalah darah lumpur yang selalu dihinanya walaupun untuk alasan berbeda. Lebih baik dia mengatakan jatuh dari sapunya, walaupun itu kedengarannya tidak mungkin karena Draco memang jago terbang.
Hermione memandangnya sedikit kesal sebelum akhirnya berkata, "Baiklah, tapi aku akan tetap menemui Madam Pomfrey untuk meminta ramuan penumbuh tulang."
"Terserah kau saja, Granger, tapi jangan mengatakan apa pun tentangku!" kata Draco dingin. "Dan cepatlah keluar, kau sudah terlalu lama mengotori kamar ini dan aku butuh udara yang bersih untuk bernafas!"
Hermione segera keluar tanpa menoleh lagi. Dasar Ferret sialan! Hermione berjalan menuju Hospital Wings sambil bertanya-tanya apa yang terjadi pada Draco. Walaupun Hermione melewati lorong tempat pertempuran yang baru saja terjadi antara Chad dan Draco, tapi dia tidak menyadarinya karena Draco sudah mengembalikan tempat itu ke keadaan semula untuk menghindari resiko ketahuan. Sementara itu, Draco mencoba untuk tidur, dia merasa tenaganya terkuras habis. Awas kau, Filbert, aku akan membalasmu berkali-kali lipat dari ini! geramnya dalam hati.
-oOo-
Draco bangun dan merasakan matanya silau oleh cahaya matahari pagi. Dia mencoba bangkit dari tempat tidur dan rasa pusing menghantamnya. Akhirnya Draco berhasil menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidurnya. Dia menengok meja yang ada di sebelah kirinya dan mendapati sarapan serta botol berisi ramuan berwarna coklat lumpur. Hermione memang sengaja menaruhnya di situ. Draco tidak peduli rasanya mungkin akan membuatnya muntah, jadi Draco meminumnya dengan sekali teguk. Dia harus segera sembuh untuk membalas perbuatan Chad.
-oOo-
SEMINGGU KEMUDIAN
-oOo-
"Ha, di sini kau rupanya, Granger!" Suara dingin dan tajam yang sudah dikenal Hermione mengusiknya, dia segera menghentikan kegiatan menulisnya.
"Jangan coba-coba mengacaukan tugasku kali ini, Malfoy!" Hermione berdiri sambil mengacungkan tongkatnya. Draco malah berjalan mendekatinya.
"Kau enak-enakan duduk di sini memastikan kau masih Nona-Tahu-Segala, sementara aku melaksanakan tugas Ketua Murid sialan ini sendirian! Kau menikmati liburanmu empat hari, eh, Granger?" tudingnya sarkastik.
"Asal kau tahu saja, aku pingsan selama tiga hari dan itu sama sekali bukan jenis liburan yang akan kupilih, Malfoy! Dan, maaf, aku terlalu larut mengerjakan tugasku," Hermione menghela nafas sambil menurunkan tongkat sihirnya dan melanjutkan, "biar aku yang berpatroli dan mengurusi tugas Ketua Murid selama empat hari ke depan minggu ini. Kau puas?"
"Kau pikir semudah itu, huh?"
"Apa lagi maumu, Malfoy?" kali ini tongkat Hermione kembali teracung.
"Oh, ayolah, Granger. Aku sudah lama sendirian dan ruangan ini benar-benar dingin tanpamu," Draco berkata dengan nada merindu yang dibuat-buat, "kau tidak mau memberiku ciuman selamat tidur, eh? Aku sangat lelah hari ini. Hei, di mana sopan santunku, seharusnya aku memberimu ciuman dan pelukan selamat-datang-kembali." Kali ini Draco menyeringai licik.
Sebenarnya Hermione belum menyiapkan cara untuk terbebas dari situasi seperti ini—lagi. Apa yang harus dilakukannya. Hermione berjalan mundur karena Draco semakin mendekat. Akhirnya Hermione menyentuh dinding dan merasa tersudut. Apa aku merapalkan mantra saja? pikirnya, tapi bagaimana kalau Draco melaksanakan ancamannya? Lebih baik aku bersabar, toh tinggal beberapa bulan lagi kami lulus. Draco sudah tiba di depan Hermione yang hanya dipisahkan oleh tongkat.
"Apa kau berniat memantraiku, huh?" Baiklah, menjaga rahasianya tetap aman di tangan si brengsek Draco Malfoy lebih penting. Lebih baik membiarkan dia merasa menang. Hermione menurunkan tongkatnya.
Draco menampakkan senyum kemenangan dan mulai mempersempit jarak di antara mereka. Draco mengambil rambut Hermione yang terurai menutupi sebagian wajah gadis itu dan menyelipkannya di belakang telinga Hermione, kemudian membelai pipi gadis itu, mengangkat dagunya dan mulai mencium bibirnya dengan lembut. Hermione tersentak mendapat perlakuan seperti ini dari Draco, dia langsung memalingkan wajahnya.
Draco dengan lembut menghadapkan wajah Hermione kembali ke wajahnya. Hermione tidak tahu harus membalas perlakuan itu bagaimana. Draco kembali menciumi bibirnya lembut. Hermione membuka mulutnya untuk bertanya apa Draco salah makan sesuatu atau kepalanya terbentur karena ini bukan sifatnya. Memperlakukan seorang darah lumpur dengan lembut, hei, apa sebentar lagi aku akan mendapati Ron berkencan dengan Pansy Parkinson? Tapi Draco malah mengambil kesempatan itu untuk menjelajah seisi mulut Hermione. Seperti biasa, Draco menciuminya penuh gairah. Walaupun darah lumpur, tapi Draco sudah memastikan cuma dia yang akan dan pernah menyentuh dan menciumi gadis itu. Walaupun sangat bergairah, Draco menciuminya perlahan, menikmati semua rasa yang ditimbulkan dari sentuhan lidahnya, sambil sesekali berhenti untuk mengambil nafas.
Hermione tidak tahan untuk tidak membalas ciuman Draco kali ini. Perlahan dia menggerakkan tangannya menyentuh pundak Draco dan mengalungkan kedua lengannya di leher Draco. Draco tidak menghiraukan perbuatan Hermione, dia malah semakin memperdalam ciumannya. Hal itu membuat Hermione meremas rambut Draco tanda bahwa dia menikmati ciuman mereka. Hal selanjutnya yang mereka tahu, mereka sudah ada di atas tempat tidur di kamar Draco.
Mereka masih berciuman, Draco kini menindih Hermione. Ciumannya bertambah ganas membuat Hermione mendesah. Mendengar desahan Hermione, Draco terbakar gairah. Dia mulai membuka kancing baju kemeja yang dikenakan Hermione dan turun menciumi leher gadis itu. Hermione tahu apa yang mungkin akan terjadi bila dia terus membiarkan Draco, tapi Hermione tidak bisa menghentikannya, bahkan ada rasa enggan untuk menghentikannya. Where do you keep your mind, Hermione Granger? Ini tidak ada di buku manapun yang pernah kau baca! Kenapa kau malah membiarkannya? Hermione mencoba menyadarkan dirinya, tapi ini sesuatu yang tidak bisa dijelaskan bahkan oleh dirinya yang merupakan murid terpintar di sekolahnya.
Draco semakin bergerak turun menciumi gadis itu. Pada kancing ketiga kemeja Hermione, Draco menghentikan niatnya untuk membuka semua kancing kemeja gadis itu. Tapi Draco kini menyapukan tangannya, mencoba menyusuri setiap lekuk tubuh gadis yang berada dalam pelukannya dan tampak tak berdaya untuk menolak perlakuannya. Hermione mendesah tertahan menikmati sentuhan dingin Draco di tubuhnya. Entah setan apa yang merasukinya hingga menolak pun dia tak bisa. Draco kembali membuka kancing kemeja Hermione setelah tadi sempat tertunda, dia ingin menyentuh permukaan kulit gadis itu. Ada niat untuk menelanjangi Hermione, tapi niat itu ditahannya. Tidak, tidak, aku hanya terbawa suasana, kalau aku bisa melakukannya sekarang, berarti aku juga bisa melakukannya nanti, batinnya. Draco kemudian menyelipkan tangan kanannya di balik kemeja Hermione ke bagian punggung dan tangan kirinya di belakang leher gadis itu dan kembali menciumi bibirnya. Aku memiliki semua waktu yang kupunya untuk menikmati tubuh ini, untuk apa merusak kesenangan menciumi dan membuatnya bergairah dengan melakukannya sekarang, pikirnya. Kau milikku, Hermione Granger, hanya milikku!
-oOo-
FIN
Akhirnya selesai juga. Aku harap kalian menikmatinya! Maap ya, kependekan banget ceritanya. Buat yang penasaran sama rahasia Hermione baca prolognya ya!
P.S nama Chad Filbert berasal dari bahasa Anglo-Saxon yang berartiprajurit yang tangguh. Aku sempat pusing mencari nama, tapi aku juga tidak mau bikin nama sembarangan. Setelah searching seharian dapatlah nama ini.Semua fiksiku, aku publish juga di blogku.
Terakhir aku mau bilang kalau this is not about love story, it's about ownership! Soalnya aku tidak tahu bikin cerita romance.
Kota Daeng, 4-5 Mei 2011