Chapter 1: The Prolog

Disclaimer: Detective Conan Aoyama Gosho

Warning: OOC, typo, AU. Sisanya silahkan nilai sendiri

Summary: Kehidupan para chara Detective Conan di sebuah tempat bernama Dream Land sebagai peri. Bagaimanakah kehidupan mereka? RnR please! Dedicated for FFC!

.

.

"Bagaimana keadanmu Ran?" tanya sahabatnya yang bernama Sonoko.

"Aku baik-baik saja kok," ujar Ran lemah.

"Ini, aku bawakan sari bunga. Konon katanya sari bunga ini dapat menyembuhkan penyakit ringan," ujar Sonoko sambil menyerahkan sari bunga yang dia maksud. Setelah itu, Ran meneguknya tanpa sisa. Kemudian, Sonoko mengajaknya keluar dari rumahnya yang berbentuk seperti bunga mawar dan mereka berdua pun melihat keadaan luar rumah. Banyak peri-peri yang berterbangan kesana kemari untuk mengambil sari bunga dan menyetorkannya. Peri-peri di sini beragam. Kalau Ran, dia adalah peri mawar. Rumahnya berbentuk seperti bunga mawar, begitu pun dengan bajunya yang berwarna merah seperti mawar. Sedangkan Sonoko, dia adalah peri dandelion. Rumahnya berbentuk seperti bunga dandelion. Bajunya pun berwarna orange sama seperti bunga dandelion.

"Hey, Ran! Hey, Sonoko!" panggil seorang peri yang sudah sangat mereka kenal.

"Kazuha!" ujar mereka berdua kompak.

Kazuha adalah peri bunga matahari. Sama seperti peri-peri lainnya, setiap peri –baik itu rumah ataupun baju– pasti selalu sama. Maka dari itu, rumahnya berbentuk seperti bunga matahari dan bajunya pun berwarna kuning cerah. Persis seperti pembawaannya yang selalu ceria.

"Bagaimana keadanmu, Ran? Apa kau sudah boleh keluar? Kau kan baru saja sakit dua hari yang lalu dan belum sadar dari pingsanmu," ujar Kazuha.

"Ah, iya. Aku sudah merasa sangat baik, sebab tadi Sonoko telah memberiku sari bunga yang enak sekali," ujar Ran.

"Sari bunga yang itu, ya?" tanya Kazuha.

"Tentu saja! Ayo sekarang kita berkeliling-keliling!" ajak Sonoko.

"Baik!" ujar mereka berdua kompak.

Mereka pun terbang dengan sayap-sayap indah mereka. Setiap peri yang mereka lewati, baik yang kenal maupun tidak selalu mereka beri senyuman hangat. Mereka berterbangan kesana kemari. Melewati indahnya bunga-bunga di sana. Terkadang mereka berhenti sejenak untuk menikmati keindahan bunga-bunga tersebut. Mereka juga melihat ada peri yang sedang mengambil sari bunga, ada yang sedang membawa sari bunga untuk dikumpulkan, ada beberapa peri kecil yang sedang bermain, ada yang sedang bercanda, ada juga yang hanya sedang berjalan-jalan seperti mereka. Setelah puas melihat-lihat, mereka pun mencoba terbang lebih jauh dan pergi ke bukit. Mereka pun berhenti di sana.

"Indahnya bukit ini! Banyak bunganya!" puji Sonoko.

"Benar! Bunga-bunga di sini pun beragam!" seru Kazuha.

"Hey, teman-teman! Itu istana raja kan?" tanya Ran tiba-tiba sambil menunjuk apa yang dia maksud.

"Ya, benar. Memangnya kenapa?" tanya Kazuha balik.

"Tidak, bukan apa-apa. Aku hanya heran, kenapa mereka seperti tidak keluar istana, ya? Bukankah mereka harus mengawasi jalannya kegiatan kita ini?" ujar Ran.

"Mereka keluar kemarin lho! Hanya saja kau tidak lihat. Pangeran mereka yang tampan pun juga ada. Sayang kau tidak bisa melihatnya," ujar Sonoko antusias, "tapi, hanya saudara kembarnya saja sih."

"Eh?" ujar Kazuha dan Ran bersamaan, "mereka kembar?"

"Baru tahu? Aduh, kalian ini ketinggalan zaman sih. sini aku ceritakan. Ehm, ehm," ujar Sonoko sedikit berdehem sebelum melanjutkan, "Raja Yusaku dan Permaisuri Yukiko mempunyai sepasang anak kembar. Mereka itu bernama Kaito dan Shinichi. Tapi, yang menjadi kakaknya adalah Kaito. Yang kemarin datang ke tempat kita adalah Pangeran Kaito. Aku juga baru tahu kalau dia bernama Kaito. Soalnya, ibunya memanggilnya Kaito. Begitu."

"Oh, begitu. Bisa kau jelaskan bagaimana rupa Pangeran Kaito?" tanya Kazuha semangat.

"Tunggu dulu! Bukannya yang kau incar adalah sang panglima perang, ya? Kalau tidak salah namanya Heiji, deh," ujar Ran.

"Ih! Apaan sih? Siapa juga yang suka sama dia! Lagipula, waktu itu aku hanya bilang kagum padanya, bukan suka! Dan apa salah, jika aku ingin tahu bagaimana rupa pangeran kita?" bela Kazuha.

"Baik, baik. Maaf," ujar Ran, "Sonoko, ayo jawab."

"Baiklah. Bagiku, dia sangat tampan! Sikapnya juga sedikit romantis, terbukti dari kata-katanya itu, lho! Keren lagi! Rambutnya sedikit acak-acakkan, tapi aku suka!" ujar Sonoko sambil mengkhayal tentang sosok Kaito.

"Yah, kamu sih segala laki-laki dibilang tampan dan keren," celetuk Kazuha.

"Biarin donk! Wee!" ujar Sonoko sambil menjulurkan lidahnya.

"Sudah, sudah. Kalian ini," lerai Ran.

"He he he. Maaf!" ujar Kazuha dan Sonoko kompak.

"Daripada bertengkar, lebih baik kita melihat-lihat keindahan bunga-bunga yang ada di sini saja!" usul Ran.

"Baik!"

.

X.x.X.x.X.x.X.x

.

"Bagaimana hasilnya Yusaku?" tanya Yukiko.

"Karena cuacanya baik, sari bunga yang kita dapatkan meningkat 20%," ujar Yusaku.

"Hah? Hanya meningkat 20%? Sedikit sekali," protes Yukiko.

"Coba bandingkan dengan yang bulan lalu. Justru lebih sedikit bukan? Seharusnya kita beruntung, Yukiko," ujar Yusaku lembut.

"Iya, terserah kau sajalah," ujar Yukiko malas.

"Ha ha ha," tawa Yusaku. Tiba-tiba salah satu anak mereka datang menghampiri mereka.

"Ayah, Ibu, di mana Kaito?" tanya Shinichi.

"Tumben sekali kau menanyakannya. Wah, Ibu juga tidak tahu tuh. Mungkin sedang di taman," ujar Yukiko.

"Sudah kucari dan dia tidak ada di sana," ujar Shinichi.

"Memangnya kenapa, Shinichi?" tanya Yusaku.

"Dia mengambil bukuku! Pasti dia menyembunyikannya di suatu tempat! Makanya aku ingin berbicara dengannya," ujar Shinichi.

"Coba cari dengan lebih teliti lagi di kamarmu. Mungkin saja dia menyembunyikannya di sana. Dia kan tukang sulap," ujar Yukiko.

"Siapa yang Ibu bilang tulang sulap?" ujar seseorang dengan tiba-tiba.

"Kyaa! Kaito!" pekik Yukiko kaget. Bagaimana tidak? Kaito muncul dengan tiba-tiba di belakangnya.

"Hey, Shinichi! Ada apa? Kudengar kau mencariku," ujar Kaito dengan nada manis yang dibuat-buat.

"Aku ingin bertanya padamu! Di mana kau sembunyikan bukuku!" seru Shinichi.

"Hi hi hi. Itu rahasia!" ujar Kaito sambil terbang menjauh.

"Hey, tunggu!" seru Shinichi sambil berusaha mengejar Kaito. Dan mereka pun –tak disangka-sangka juga– telah terbang menjauhi istana. Mereka pun berhenti di sebuah bukit tak jauh dari tempat tinggal mereka.

"Hey, kita sudah terbang menjauhi istana," ujar Kaito.

"Baguslah, aku juga sudah bosan di istana. Hey, kembalikan bukuku!" seru Shinichi.

"Iya, iya. Dasar tidak sabaran," ujar Kaito. Dia pun mendekat ke arah Shinichi dan mendekatkan tangannya ke muka Shinichi. Dan, voila! Dengan sebuah trik sulap yang dilakukannya dengan cepat, buku Shinichi pun ada di tangannya dan segera dia berikan kepada adik kembarnya itu.

"Huh! Dari tadi donk," ujar Shinichi.

"Masih untung kuberikan," uajr Kaito. Saat hampir berdebat, mereka mendengar sebuah alunan suara merdu yang mereka rasa dari seorang peri.

"La la la la~."

"Siapa itu?" ujar Kaito sambil mencari sumber suara.

"Hey, tunggu! Aku ikut!" seru Shinichi.

.

X.x.X.x.X.x.X.x

.

"Kita pisah di sini, ya!" ujar Kazuha, "nanti kita bertemu lagi di tempat ini" Kazuha pun terbang, begitu pula dengan Sonoko. Hanya Ran saja yang tidak terbang. Menurut dia, bunga-bunga di sini juga indah, tak perlu ke sisi bukit yang lain. Dia mulai melihat-lihat.

"Wah, indahnya!" serunya saat melihat bunga-bunga yang berwarna-warni. Dia memetik setangkai lalu menyisipkannya di telinga. Ran pun tersenyum.

"Aku bosan. Lebih baik aku berrnyanyi saja," ujarnya. Dia pun mulai menyanyi. Tanpa sadar, ada dua orang pangeran yang mendengar alunan suara merdunya. Samar-samar, dia mendengar suara derap kaki.

"Gawat! Siapa itu? Aku harus segera bersembunyi," ujar Ran panik. Setelah itu, dia memilih bersembunyi di balik pohon yang ketaknya tidak cukup jauh dari situ. Tapi, apakah mungkin? Sayapnya yang indah dan besar dan tentu saja berwarna merah akan mudah ditemukan.

"Aduh, aku lupa! Warnaku kan merah, aku akan mudah ditemukan!" ujarnya pelan. Suara derap kaki itu pun berhenti. Tapi dia samar-samar mendengar suara dua orang.

"Wah, ke mana perginya peri yang menyanyi tadi, ya?" uajr Kaito sambil celingak-celinguk.

"Mungkin dia takut kali. Bukit ini kan sepi, mungkin dia salah kira," ujar Shinichi santai.

'Aku harus kabur,' pikir Ran. Dia pun melangkahkan kakinya pelan-pelan berharap tak ada yang menyadarinya. Tapi dia tak sadar ada sebuah ranting kering di depannya.

KREKK

"Eh?" ujar Kaito kaget. Ran yang menyadari hal itu langsung terbang tanpa melihat di depannya ada siapa. Saat menoleh ke depan...

"Huaa!"

"Aduh, Ran. Kenapa sih kau ini?" sewot Kazuha.

"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang! Ayo kita kabur!" seru Ran sambil menarik lengan Kazuha dan segera kabur.

"Hey, tunggu!" seru Kaito saat melihat Ran ada dua peri yang kabur.

"Kenapa Kaito?"

"Lihat ada dua peri! Cantik bukan?"

"Kau sih, mau seberapa jeleknya peri juga kau bilang cantik terus," ujar Shinichi menyi dir.

"Hey, hentikan! Menurutmu, yang mana yang tadi bernyanyi? Yang merah? Atau yang kuning?"

"Merah. Mungkin? Ayo kita pulang saja," ujar Shinichi sambil terbang.

"Ya, ayo."

Tsuzuku

Ini adalah fic fantasy pertamaku. Ide awalnya emang terinspirasi oleh Fairytopia. Jadi, kalo ada yang sama, mohon maaf. Kalo plotnya rada-rada ga lengkap, mohon maaf. Emang saya nulisnya kayak gini. Ini adalah gaya penulisan saya *padahal sendirinya bingung gimana gaya penulisannya sendiri*. Jika berkenan, silakan review

Review

I

I

V