Disclaimer: Harry Potter bukan milikku tapi milik dari J.K Rowlings

Warning: AU, OOC, Durmstrang!Draco, typo, etc.

Pairing: Unknown

Rating: T

Genre: Adventure, drama, etc


THE MALFOY'S SECRET

By

Sky


Durmstrang, Bulgaria

Draco menatap kapal besar yang ada di hadapannya dengan perasaan sedikit tertarik, bahkan ekspresinya bisa dikatakan kalau ia tengah bosan. Remaja berusia 14 tahun itu merapatkan mantel bulu yang tengah ia kenakan pada tubuhnya, ia sama sekali tidak mengerti dengan cuaca yang ada di Eropa Timur seperti ini, ia tahu kalau saat ini telah berada di bulan September yang mengharuskan cuaca menjadi hangat, namun tidak…. Suasana di sini sangat dingin.

Sebuah suara yang membahana membuyarkan lamunannya untuk sementara, ia membalikkan tubuhnya dan menemukan kepala sekolahnya tengah memberikan instruksi kepada murid-muridnya yang akan mengikuti perjalanan panjang ke Hogwarts untuk mengikuti turnamen Triwizard, Draco tahu apa itu namun ia tidak ingin mengganggunya. Sebuah tepukan keras di punggungnya membuat Draco melirik ke samping kirinya, ia menemukan seorang pemuda berusia 17 tahun yang sangat familier, bukan karena orang itu adalah bintang Quidditch dunia yang sangat terkenal atau murid teladan di Durmstrang, lebih dari itu sebenarnya karena Draco telah mengenal orang itu sejak ia masih kecil. Draco memutar bola matanya, tentu saja ia mengenal siapa Viktor Krum karena Viktor itu adalah sepupunya sendiri, bagaimana tidak?

"Kau tidak mengikuti instruksi Karkarof?" tanya Viktor dengan aksen bahasa Bulgaria yang sangat kental.

"Aku tidak mau mati kebosanan." Jawab Draco singkat, ia melepas mantel bulu merahnya, ia benci dengan warna merah karena mengingatkannya pada warna bodoh milik salah satu troublemaker namun ia tidak punya pilihan lain untuk tidak memakainya karena bagaimanapun juga mantel merah adalah seragam sekolahnya.

Viktor tertawa singkat karena itu, "Kau mati kebosanan? Aku akan senang hati menghadiri pemakamanmu kalau begitu." Ujar Viktor, "Ayolah, sepupu. Tidak ada salahnya kau mendengarkan kepala sekolahmu meskipun hanya untuk sekali, bagaimana pun juga kau adalah salah satu peserta yang terpilih untuk pergi ke Hogwarts."

"Itu bukan keinginanku."

"Aku tahu, peraturan mengatakan kalau yang boleh ikut adalah mereka yang sudah berusia 17 tahun yang dalam artian berada di tahun terakhir. Tapi beruntungnya, Draconis Damien Salazar Malfoy adalah murid akselerasi pertama yang pada usia 14 tahun sudah berada di tahun terakhir. Apakah aku harus cemburu mengenai itu?"

Draco memberikan seringai kecil atas perkataan Viktor, "Aku tidak sehebat seperti yang ada dalam pikiranmu." Jawab Draco kecil.

"Yeah, dan nenekku memakai tutu pink sambil menari balet." Kata Viktor sambil memutar bola matanya, "Jangan merendah seperti itu, nikmati saja apa yang sudah kau capai."

"Hahaha, lucu." Kata Draco sarkatis sebelum beranjak dari tepi kapal untuk menuju ke arah kerumunan murid senior yang lan, meninggalkan Viktor sendirian.

"Hei, jangan tinggalkan aku di sini!" teriak Viktor, beberapa orang yang mendengarnya hanya memberikan kedua sepupu itu tatapan heran seperti biasanya.

Viktor Krum dan Draco Malfoy adalah sepasang sepupu yang sangat akrab dan juga begitu popular di kalangan murid-murid. Kalau mengenai Viktor itu sudah jelas, dia adalah bintang Quidditch yang merupakan seeker kelas dunia, tidak hanya itu saja namun Viktor adalah peserta duel tahun lalu dalam kelas junior yang dalam artian lain ia sangat hebat. Yang menjadi pusat saat ini adalah Draconis Malfoy yang juga sering dipanggil Draco atau Choco dalam kamus Viktor (dan tentu saja hal ini membuat Viktor terpaksa untuk tinggal di rumah sakit selama seminggu karena kutukan yang diberikan Draco), mereka tidak berani memanggil Draco dengan nama panjangnya bila mereka tidak ingin menemui maut sebelum waktunya. Bukan rahasia umum lagi kalau penerus dari Keluarga Malfoy adalah seorang prodigy yang kehebatannya cukup tersohor, dia seorang jenius karena pada usia muda ia sudah hampir lulus dan kekuatan sihirnya sangat kuat. Hanya saja yang begitu misterius dari seorang Draco Malfoy adalah, anak itu jarang mengucapkan sepatah kata apapun kecuali mengucapkan mantra sihir atau tengah berbicara dengan professor dan Viktor, ia juga begitu tertutup dan auranya mengatakan kalau ia sangat berbahaya sehingga tidak ada yang berani mendekatinya. Oleh karena itu tidak ada seorangpun tahu apa yang tengah dipikirkan oleh Draco, dan ia bisa terpilih menjadi seorang peserta bukan lagi hal yang aneh, Karkaroof memang memilihnya karena ia mengakui kehebatan murid mudanya itu dan berharap ia bisa menjadi seseorang yang membanggakan.

Draco menghiraukan kepala sekolahnya yang tengah berceloteh panjang lebar di depan mereka semua, saat ini yang ada dalam pikirannya adalah ia akan kembali lagi ke Inggris, rumahnya beberapa tahun yang lalu sampai ia berusia 5 tahun. Pada awalnya Draco tidak mengerti mengapa keluarganya memutuskan untuk pindah ke Perancis sebelum ke Bulgaria, ia pikir karena suasana Inggris yang sangat mencekam waktu itu dan ia tidak memikirkannya lagi, barulah ketika Draco menginjakkan kaki di Durmstrang ia mengerti mengapa mereka memutuskan untuk pindah ke tempat ini. Alasan yang sangat singkat, mengenai sihir dan asalnya serta Dumbledore, itu bukan alasan yang baru lagi bagi sebuah keluarga penyihir hitam seperti keluarga Malfoy, oleh karena itu ketika ia mendapat undangan dari Hogwarts, Draco memutuskan untuk tidak memenuhinya dan memilih untuk bersekolah di Durmstrang. Di tempat ini ia bebas mempelajari tipe sihir apapun, mulai dari sihir umum sampai sihir tertua yang sangat hitam dan apabila dipraktekan di Inggris sudah pasti ia akan menjadi penghuni sel di Azkaban sejak bertahun-tahun yang lalu. Kementrian sihir di Eropa Timur tidak mengeluarkan peraturan yang bertele-tele seperti yang ada di Inggris, dan Draco menyukai hal itu sehingga pada usianya yang sangat muda ia sudah berhasil menguasai berbagai tipe sihir yang menurut standar para penyihir dimasukkan dalam kategori sangat hitam dan berbahaya.

Draco mengikuti murid-murid yang lainnya masuk ke dalam kapal Durmstrang yang sangat besar, ia mengamati tempat itu untuk sesaat sebelum menggelengkan kepalanya. Draco mengambil tempat duduk di salah satu ruangan bersama Viktor, keduanya duduk berhadapan dan tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Viktor yang merasa dihiraukan oleh sepupunya itu memilih untuk membaca majalah Quidditch minggu ini di mana berita utamanya adlah mengenai dirinya, sementara Draco memilih untuk menghabiskan waktunya melihat pemandangan luar yang berada di depan jendela.

Sebuah goncangan kecil menandakan kalau kapal yang mereka naiki itu mulai berlayar, pemandangan yang Draco lihat beranjak dari kastil tua sekolahnya menjadi pemandangan alam danau yang sangat indah. Ia merasa bebas melihat semua itu, tentu…. Drco adalah tipe orang yang tidak suka dikekang oleh aturan apapun, ia akan memilih untuk hidup bebas dan damai, jauh dari keramaian manapun kalau ia bisa. Pemandangan itupun beralih kembali ketika kapal tersebut mulai menyelam ke dalam laut lepas.

"Draco." Panggil Viktor.

"Hn." Hanya itu yang Draco ucapkan, matanya masih belum lepas pada pemandangan bawah air yang ada di jendelanya.

"Aku hanya berpikir apa yang akan terjadi bila mereka mengetahui kalau masih ada seorang Malfoy yang tersisa?" Tanya Viktor.

Kali ini ia mendapat perhatian penuh dari Draco, remaja berusia 14 tahun itu mengamati ekspresi sepupunya dengan seksama sebelum mengangguk singkat saat ia tidak menemukan keraguan sedikitpun di wajah Viktor.

"Yang jelas mereka pasti akan terkejut. Menurut rumor yang beredar keluarga Malfoy telah punah di Inggris, bahkan menghilangnya ayah pun dapat dikatakan sangat misterius." Kata Draco.

"Kalau terkejut itu sudah pasti, apalagi kalau mereka tahu kau seorang Malfoy dan bersekolah di Durmstrang yang terkenal sebagai sekolah bagi penyihir hitam. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi sesudah itu, keberadaan kalian akan benar-benar diketahui."

"Aku tidak peduli dengan itu, Vik." Ujar Draco, nadanya begitu dingin. "Aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan mengenai keluargaku."

"Kau tidak peduli pada reputasi? Itu sangat aneh."

Draco memberikan senyuman kecil di wajahnya, apa yang dikatakan oleh Viktor memang benar. Ia tidak peduli dengan reputasi yang ia peroleh entah itu baik atau buruk, Draco sudah terbiasa mengenai hal itu. Reputasi keluarganya memang telah buruk dan diklaim sebagai penyihir hitam hanya karena keluarganya adalah keturunan dari seorang penyihir tergelap sepanjang masa yang pernah hidup di dunia ini, Morgana Le Fay. Draco memang penyihir gelap, ia mengakuinya sendiri sebab penyihir putih mana yang mau mempelajari ilmu hitam sampai ke dasar-dasarnya beserta sihir terlarang lainnya? Sudah pasti ia adalah penyihir hitam, tapi Draco tidak pernah mengatakannya secara vokal, ia menyukai privasi dan tidak akan membaginya dengan orang lain. Tapi di sisi yang lain ia suka membuat kejutan secara diam, dalam peribahasa Draco dapat diibaratkan sebagai air tenang yang menghanyutkan.

"Terserah apa yang kau sebut mengenai aku, Vik." Kata Draco singkat. "Pergi ke Hogwarts sama sekali tidak masuk dalam daftar rencanaku tahun ini, sayangnya Karkaroof tetap menyeretku ke sana meskipun aku sudah protes sekeras-kerasnya."

Viktor tertawa karena itu, ia menutup majalahnya dan meletakkannya di samping tempat duduknya, "Aku masih bisa tertawa kalau mengingat bagaimana ekspresi Karkaroof, kau Draco Malfoy adalah satu-satunya orang terdiam yang pernah kuketahui dan tiba-tiba kau melancarkan protes keras pada seorang kepala sekolah. Tentu saja itu adalah kejutan yang lucu."

"Hanya kau yang menemukan hal itu lucu."

"Hei, bukan aku saja yang menemukan hal ini lucu. Sebagai informasimu, sebagian murid yang mendengarnya berpikiran sama denganku." Sanggah Viktor.

Draco tidak menjawab, ia hanya mengangkat bahunya tanda kalau ia tidak peduli. Yang terpenting baginya sekarang adalah ia ingin menyiksa kepala sekolahnya seberat-beratnya karena telah menyeretnya ke dalam masalah seperti ini. Ada satu alasan mengapa keluarga Malfoy meninggalkan Inggris dan ada beberapa alasan pula mengapa Draco Malfoy tidak memilih Hogwarts sebagai sekolahnya.

Remaja berusia 14 tahun itu memejamkan kedua kelopak matanya, perjalanan kali ini akan sangat panjang, entah kapan sampainya dan bagaimana selanjutnya Draco tidak bisa memprediksikan. Tanpa sadar Draco membelai cincin Heirloom yang ia kenakan di jari manis tangan kanannya, cincin itu adalah sebuah lambang yang menunjukkan kalau Draco adalah pewaris yang sah, ia telah mengenakan cincin pewaris semenjak ia berusia 8 tahun, mungkin jarinya saat itu masih terlalu kecil untuk ukuran cincin yang lumayan besar.


Hogwarts, Britania Raya

Draco merapatkan mantel bulunya pada tubuh kecilnya, ia tidak menyangka kalau cuaca yang ada di Inggris cukup dingin juga, mereka sudah tiba di danau hitam yang ada di Hogwarts. Dari tempatnya berdiri Draco bisa melihat sebuah noktah hitam dari langit, noktah itu semakin lama semakin besar yang memperlihatkan sebuah kereta kuda besar yang ditarik oleh beberapa Pegasus putih, sebuah kuda sihir yang memiliki sayap. Draco tersenyum kecil melihat pemandangan yang menakjubkan tersebut, kereta yang dimiliki oleh sekolah sihir Beauxbatons memang sangat elegan, tidak heran kalau sekolah yang ada di Perancis tersebut mendapat julukan sebagai sekolah sihir terindah dan teranggun karena sebagian besar yang bersekolah di sana adalah para Lady.

Seorang professor yang berusia sangat renta berjalan ke arahnya dan memberikan senyuman kecil pada Draco, Draco pun membalas senyuman itu dengan perlahan. Profesor Emmalinko, seorang professor yang mengajar charm di Durmstrang dan juga menjadi salah satu dari guru favorit Draco, professor Emmalinko telah berusia 200 tahunan lebih namun penampilannya masih begitu enerjik seperti ia berusia kurang dari 100 tahun.

"Apa kau siap menggunakan sihir untuk mengangkat kapal ini ke permukaan, Mr. Malfoy?" Tanya professor Emmalinko.

"Tentu, professor. Saya sudah menyiapkannya dengan baik sebelum kita berangkat, pelindung yang saya pasang di sepanjang sisi kapal ini cukup untuk menahan gesekan yang akan terjadi bila sihir yang mengangkatnya bekerja." Jawab Draco.

"Kerja yang bagus, anak muda. Kalau saja sihirku masih kuat sepertimu, pasti aku bisa melakukannya sendiri. Ah, usia tua memang tidak berpihak padaku."

Draco tersenyum kecil, "Tapi anda kelihatan seperti berusia 78 tahuna dalam opiniku." Kata Draco, "Kurasa ini adalah saatnya, saya akan membantu anda mengangkat benda ini ke permukaan danau."

Baik Draco dan professor Emmalinko mengeluarkan tongkat sihir mereka dari dalam jubah yang mereka kenakan, dengan perlahan keduanya mengucapkan mantra dalam hati dan secara perlahan pula mereka merasakan energy sihir yang sangat hebat berpusaran di sekitar keduanya. Kapal besar Durmstrang yang berada di bawah air secara perlahan-lahan terangkat ke permukaan danau hitam.

Layar yang menggunakan symbol Durmstrang langsung diturunkan, terpampang dengan begitu bangga ketika kapal itu akan berlabuh di sana. Draco adalah salah satu murid terbaik di Durmstrang dan memiliki kepercayaan dari sebagian besar professor yang ada di sana, jadi tidak akan heran bila ia melakukan hal seperti ini. Draco mendapat tugas untuk menaikkan kapal Durmstrang menggunakan sihir, ia juga membantu merancangnya beberapa bulan yang lalu sehingga ia hafal betul dengan bagian kapal yang tidak diketahui oleh orang lain. Sebenarnya tugas menaikkan kapal adalah tugas dari sang professor, namun karena ia tahu professor Emmalinko sudah sangat tua serta keadaan tubuhnya yang terlihat tidak akan begitu kuat untuk menerima gerakan sihir yang begitu tiba-tiba, Draco menawarkan diri untuk membantunya, sehingga di sinilah ia sekarang.

Kepala Draco terasa begitu berat ketika ia menerima lonjakan yang hebat dari sihir yang ada di sekitarnya, ia memejamkan kedua kelopak matanya untuk sesaat sambil berpegangan di dinding kapal untuk menjaganya agar tidak jatuh. Untuk beberapa saat ia membuka kelopak matanya dan menemukan professor Emmalinko dan Viktor menatapnya dengan penuh kekhawatiran di sana.

"Apa kau baik-baik saja, Mr. Malfoy?" Tanya professor Emmalinko dengan pelan.

Draco mengangguk pelan, ia berdiri dengan tegap dan memasukkan tongkat sihirnya, "Sihir yang berpaling dariku membuat kepala sedikit pusing, tapi secara umum aku baik-baik saja. Sekarang sudah mendingan, kalau saja shield yang terpasang di tempat ini tidak kuat pasti sihir yang merembes dari tubuhku akan semakin banyak."

"Aku takut itu karena kau belum terbiasa melakukan pekerjaan yang berat seperti ini."

Viktor menatap keluar jendela dan menemukan kereta Beauxbatons mendarat tidak jauh dari kapal mereka, ia juga menemukan para gadis cantik yang berseragam gaun pendek berwarna biru dengan topi mereka yang lucu keluar dari kereta kuda tersebut secara anggun. Seorang penyihir wanita tua yang sangat besar, mungkin seorang raksasa, keluar dari sana dengan diikuti oleh seorang gadis yang memiliki kecantikan luar biasa, berambut pirang bersinar, di belakang wanita besar yang Viktor yakini adalah kepala sekolahnya. Wanita itu adalah Madam Maxime, kepala sekolah dari Beauxbatons.

"Para gadis dari Beauxbatons sudah turun. Aku tidak tahu kalau kepala sekolah mereka adalah seorang raksasa, tubuhnya begitu besar." Komentar dari Viktor.

"Mungkin kita juga harus keluar dari kapal. Mr. Krum dan Mr. Malfoy, ayo kita segera bergabung dengan yang lainnya. Sebentar lagi kelihatannya makan malam penyambutan akan segera dimulai.

"Baik." Jawab Viktor dan Draco serempak.

Professor Emmalinko beranjak dari sana, meninggalkan kedua saudara sepupu itu di sana sendirian. Viktor dan Draco saling bertatapan sebelum keduanya melihat beberapa murid Durmstrang keluar dari kapal, kelihatannya pertunjukkan pembuka akan segera dimulai.

Viktor mengenakan mantel bulunya sementara Draco memasukkan tongkat sihirnya, tanpa banyak bicara mereka berdua keluar dari dalam kapal mengikuti yang lainnya.

Harus Draco akui kalau Hogwarts membuatnya sedikit terkesan, hanya sedikit saja yang berarti tidak kurang dan tidak lebih. Kastil itu memang terlihat tua, namun kalau dibandingkan dengan Durmstrang maka Hogwarts tidak ada apa-apanya, aura di sekeliling Durmstrang mengandung suatu kemisteriusan yang membuat penyihir terkuat apapun merinding ketakutan ketika berada di dekatnya, bangunannya juga jauh lebih besar dari Hogwarts serta lebih tua. Bahkan usia Durmstrang adalah 250 tahun lebih tua dari usia Salazar Slytherin sendiri yang merupakan pendiri paling tua dari Hogwarts, hal ini membuktikan kalau Durmstrang merupakan sekolah sihir tertua yang pernah tercatat dalam buku sihir para murid.

Pemandangan luar Hogwarts menakjubkan, ia melihat para Lady dari Beauxbatons berbaris dengan rapi dan bersama dengan kepala sekolah mereka, para Lady tersebut memasuki kastil Hogwarts, Draco yakin kalau mereka tengah menghibur para murid Hogwarts untuk membuat mereka terkesan atau semacamnya. Draco dan Viktor berjalan untuk menyusul teman-teman mereka yang telah dulu masuk ke dalam kastil, ia memutar kedua bola matanya saat ia melihat seorang manusia setengah raksasa tengah memandangi beberapa ekor Pegasus penarik kereta kencana Beauxbatons penuh dengan ketakjuban. Draco yakin kalau manusia setengah raksasa itu adalah penjaga sekolah, apa pedulinya?

Mereka berdua berhenti di belakang kerumunan para murid Durmstrang yang ada di depan pintu sebuah aula besar, kelihatannya mereka akan menunggu sampai Dumbledore yang menjadi kepala sekolah Hogwarts mengumumkan kehadiran mereka. Draco memutar bola matanya karena itu.

Dalam diam ia memperhatikan beberapa murid yang bertubuh jauh lebih besar dan tinggi darinya berbaris, kelihatannya atraksi yang cukup menarik akan segera dilakukan untuk menandakan identitas Durmstrang yang terkenal sebagai sekolah terkuat sepanjang masa.

"Ah, pertunjukan menarik dari para Lady murid Beauxbatons. Sekarang kita sambut kedatangan putra-putra terbaik dari Durmstrang!" kata Dumbledore dengan suara yang menggelegar.

Pintu aula besar terbuka, dari sana muncullah murid-murid berseragam merah yang mengenakan mantel bulu mereka yang berwarna merah pula. Sekumpulan murid laki-laki itu menghentakkan tongkat tinggi berwarna keemasan ke lantai di sepanjang jalan, dari ujung hentakan itu muncul bunga api berwarna keemasan yang sangat memukau. Pertunjukan itu membuat sebagian besar murid Hogwarts begitu kagum, apalagi ketika mereka melihat seekor naga yang berbentuk lidah api keluar dari mulut seorang murid yang meniup obor. Naga itu mengelilingi aula besar dalam beberapa kali putaran, sekitar dua atau empat murid tahun pertama terlihat takut akan naga itu, tentu saja mereka dihiraukan oleh semua murid yang menatap pertunjukan yang begitu hebat dengan tatapan kagum di mata mereka.

Seorang laki-laki setengah baya dengan raut wajah serius yang mengenakan mantel bulu berwarna putih masuk ke dalam aula besar dengan diikuti oleh dua orang murid Durmstrang. Salah satu dari kedua murid tersebut adalah orang yang sama sekali tidak asing, dia adalah orang terkenal yang mereka lihat tampil dalam pertandingan Quidditch pada musim panas yang lalu. Benar sekali, dia adalah Viktor Krum. Di samping Viktor berdiri seorang remaja laki-laki yang terlihat sangat tenang, atau mungkin tidak menampakkan emosi sedikitpun. Remaja itu memiliki rambut berwarna pirang platinum yang tertutup oleh topi bulu berwarna hitam kemerahan yang dikenakannya, remaja itu bisa dibilang sangat tampan dan juga seorang bangsawan, ia memiliki kulit putih ivory dan struktur tubuh yang sempurna. Mungkin memang sangat pendek karena usianya yang terbilang masih sangat muda, tapi ia begitu anggun dan memiliki karisma yang tinggi. Seperti kebanyakan murid Durmstrang lainnya, remaja itu juga mengenakan seragam yang berwarna merah marun.

"Igor. Bagaimana perjalanan kalian menuju Hogwarts?" Tanya Dumbledore yang telah sadar dari lamunannya ketika remaja laki-laki berusia 14 tahun itu muncul di sana, ia menyambut Igor Karkaroof dengan pelukan yang hangat.

"Lumayan, Albus." Jawab Karkaroof.

Draco, dari tempatnya berdiri di samping Viktor menatap mereka berdua dengan tatapan yang mengatakan kalau ia terhibur. Bagaimana tidak, bila ia melihat Karkaroof yang sepertinya tidak menyukai Dumbledore kini malah memeluknya seperti dua orang sahabat yang lama tidak bertemu.

"Ada yang lucu?" Tanya Viktor pelan.

Draco menengok ke arah sepupunya, "Mengapa kau berasumsi kalau aku menemukan sesuatu yang lucu?" Tanya Draco.

Viktor mengangkat bahunya, ia menghiraukan beberapa murid Hogwarts yang mencoba memanggilnya, terutama pada kalangan gadis. "Kau menggunakan tatapan itu lagi, yang tentu saja kuketahui kalau kau menemukan sesuatu yang lucu." Jawab Viktor dengan pelan, sehingga hanya mereka berdua saja yang dapat mengdengarnya.

"Apakah aku sebegitu mudahnya dibaca?" Tanya Draco sedikit khawatir.

"Tidak, Drake. Kau itu adalah orang TERSULIT yang kutahu untuk dibaca apa yang tengah kau pikirkan dalam kepalamu. Sebelum kau bertanya dari mana aku bisa tahu, jawabannya hanya singkat. Aku ini adalah sepupumu yang sudah lama bersama denganmu."

Draco menganggukkan kepalanya, mengerti dengan perkataan yang dimaksud oleh Viktor. Kedua mata silver kebiruannya memandang berkeliling, mencoba untuk menemukan sesuatu yang mampu membuatnya menarik atau setidaknya dapat menghilangkan rasa bosannya. Draco menemukan para Lady dari Beauxbatons mengambil tempat duduk di meja Ravenclaw, oh.. dia tahu kalau mereka adalah Ravenclaw meskipun Draco tidak bersekolah di Hogwarts. Di Durmstrang Draco banyak mempelajari sejarah sihir para penyihir termasuk mereka yang mendirikan Hogwarts, ia menemukan sejarah mereka sangat menarik terutama adalah sejarah dari Salazar Slytherin dan Rowena Ravenclaw. Keduanya adalah keturunan langsung dari dark Lord Mitchygan yang dulu pernah menghancurkan komunitas penyihir yang ada di Perancis, di dalam buku sejarah Draco juga mengetahui kalau sebenarnya Salazar dan Rowena itu adalah suami istri yang kemudian memutuskan untuk berpisah karena suatu alasan yang sangat rumit. Ketertarikannya pada pelajaran sejarah sihir rupanya membawa banyak keuntungan bagi Draco, ia bisa tahu sebagian besar yang terjadi di masa lalu, bahkan kata professornya yang mengajar sejarah sihir Draco itu sangat diberkati dalam segala hal.

Mata Draco beralih dari lambang Ravenclaw dan tertuju pada seorang gadis berambut pirang dari Beauxbatons. Sebuah seringai tipis muncul di wajah tampannya saat tatapan keduanya bertemu, tidak heran kalau banyak laki-laki yang begitu tertarik pada gadis itu, sebab bagaimanapun jarang ada orang seperti dirinya yang kebal pada daya pikat seorang veela. Oh ya, Draco tahu kalau Lady itu adalah seorang Veela. Auranya berkata lain.

"Apa ada yang menarik?" Tanya Viktor yang menggunakan bahasa Bulgaria.

Draco memberinya senyuman tipis, "Tentu saja ada. Tahun ini akan menjadi tahun yang sangat menarik, Viktor," jawab Draco.

Oh, tentu saja tahun terakhir ini akan menjadi tahun yang menarik. Bukan karena alasan yang tidak masuk akal yang tidak dapat diterima oleh akal sehat. Draco menyimpulkannya dengan alasan yang bagus, tantangan dari tournament Triwizard akan menjadi lebih menarik apabila dibumbui oleh bangkitnya yang tak terpedriksi sebelumnya. Mata silver kebiruan milik Draco bertemu langsung dengan mata emerald milik anak itu, dan Draco tersenyum puas karena apa yang ia prediksikan akan menjadi kenyataan. The Boy who lived dengan Lord Voldemort, hm… siapa sangka kalau ia akan bertemu dengan mereka berdua dalam waktu yang sesingkat ini.


AN: Terima Kasih sudah membaca

Author: Sky

11