LOST

Story By: MagnaEviL

Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: AU, OOC, Sho-ai, dll.

Dedicated for FFC

Don't Like Don't Read

Enjoy

Naruto menatap langit yang begitu megah di atas. Campuran bintang yang berhamburan ditambah dengan bulan yang membulat sempurna menambah keindahannya. Naruto bisa memprediksikan bahwa ini sudah hampir tengah malam. Namun nyatanya, dirinya tak juga merasa ngantuk. Dirinya memutuskan untuk duduk di tempat yang tadi digunakan olehnya untuk menatap danau.

Danau itu begitu indah. Airnya tenang membawa kenyaman bagi Naruto tersendiri. Tapi tak berapa lama, ada seseorang yang menghampiri dirinya.

"Kau belum tidur?"

Naruto menoleh, mendapati sang peri tersenyum padanya. "Sakura…" Naruto pun membalas senyum itu. "Belum. Aku masih belum mengantuk."

"Mau kutemani? Lagipula, aku juga tidak bisa tidur."

Pemuda itu mengangguk. "Boleh."

Sayap sang peri mengepak dengan indahnya. Kalau dilihat malam-malam begini, sang peri terlihat jauh lebih indah dari siang hari. Apalagi cahaya yang menguar dari peri itu terlihat sangat menyilaukan. Lebih terang dari lilin yang hidup.

"Boleh kutanya sesuatu?" Tanya sang peri itu memecah keheningan.

"Apa?"

"Bagaimana kau bisa sampai tersesat sampai di sini?" tanyanya.

Naruto terdiam sebentar sambil memikirkan sesuatu. Lalu ia menghela napasnya. "Aku juga tidak begitu tahu. Yang jelas saat itu, ketika aku tidur di tempatku, begitu bangun, aku sudah berada di tempat seperti ini. Dan saat aku mencari jalan keluar, Sasuke menyerangku dan hendak membunuhku. Karena ia mengira aku anak buahnya Orochimaru. Padahal, aku sama sekali tidak tahu siapa Orochimaru itu." Jelas Naruto panjang lebar.

Sang peri menganggukkan kepalanya. Ia paham dengan situasi ini. Ia hanya bisa menatap Naruto kasihan. Ia percaya bahwa manusia ini bukanlah salah satu dari anak buah Orochimaru.

"Mm… bagaimana dengan kalian? Maksudku… kenapa kalian bisa akrab begini? Padahal kalian itu terdiri dari makhluk yang berbeda jenis," tanya Naruto penasaran.

"Sebenarnya kelompok kami sangat banyak. Kami tinggal di berbagai tempat. Seperti aku contohnya yang berjenis peri. Kami tinggal di Taman Bunga Besar." Sakura menatap danau di seberangnya dengan tenang. "Tapi, semenjak Orochimaru melakukan perluasan wilayah kekuasaan, kami kehilangan tempat tinggal. Banyak bunga yang mati karena penyebaran racun yang dilakukan oleh Orochimaru, sehingga banyak pula para peri-peri yang mati. Aku berhasil menyelamatkan diri bersama Ino, meski pada waktu itu kami dalam keadaan sekarat."

"Aku turut berduka."

Sakura tersenyum. "Tidak apa. Lagipula kejadiannya sudah lama. Seiring dalam perjalanan mencari tempat tinggal yang baru, kami bertemu dengan mereka yang juga kehilangan tempat tinggal. Sehingga seperti inilah kami sekarang."

Naruto mendengarkan dengan serius penjelasan dari Sakura. Rasa kasihan menyelimuti dirinya. Ia bisa mendapatkan satu hal. Orang yang bernama Orochimaru itu pastilah jahat.

Keheningan menjalari mereka lagi. Sampai pada saat kemudian Naruto mulai bertanya lagi untuk memecah keheningan ini. "Mm… dulu kau pernah bilang bahwa Sasuke itu trauma. Memangnya dia kenapa?"

Sejenak Sakura menegang. Ia menatap sekelilingnya, khawatir kalau Sasuke ada di dekat mereka. Namun pada kenyataannya tidak ada siapapun.

"Sebenarnya dulu ada seorang Dyard (1) dalam kelompok kami. Namanya Hinata. Ia hampir berwujud sepertiku, namun tubuhnya tidak sekecil diriku. Dan juga ia sangatlah cantik." Naruto bisa melihat ada rasa kekaguman yang tercipta dari wajahnya. "Selain itu, ia juga sangatlah baik dan lembut. Rasanya aku tak pernah melihat dia marah walaupun sedikit. Ia… sempurna."

"Dyard, eh?"

"Ya. Selain itu juga, dia mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan. Tak ayal para kelompok kami jatuh cinta padanya. " Sakura terkekeh kecil menceritakannya. "Tapi sayangnya, Hinata justru mencintai salah satu di antara kami, dan itu membuat mereka penasaran. Pada akhirnya semuanya terungkap, Hinata mencintai Sasuke. Dan Sasuke pun sepertinya mencintai Hinata."

Naruto tersenyum kecil mendengarkannya. Ia jadi ikut membayangkan bagaimana rupa dari sosok bernama Hinata ini. Sakura saja sudah terlihat sangat cantik di mata Naruto, tapi saat Sakura mengatakan bahwa Hinata lebih cantik, pasti kecantikkannya melebihi Sakura.

"Banyak yang cemburu pada hubungan keduanya. Kebanyakkan dari pihak laki-laki yang sangat mencintai Hinata. Tapi, ada satu kejadian yang membuat hati Sasuke hancur." Pandangan Sakura menerawang mengingat kejadian itu. Entah kenapa ia begitu merindukan sosok Dyard bernama Hinata. "Anak buah Orochimaru datang menyerang kami. Dan saat itulah Hinata terbunuh karena melindungi Sasuke. Sampai saat inipun Sasuke masih tetap merasa bersalah karena ia merasa dirinya adalah penyebab terbunuhnya Hinata."

Miris, itulah yang dirasakan Naruto saat mendengar kisah dari Sakura mengenai Sasuke. Ternyata kehidupannya begitu pelik. Naruto bisa melihat wajah Sakura yang murung. Lalu ia mencoba tersenyum untuk menenangkan peri itu.

"Hei, kejadiannya sudah lama, 'kan?"

Sakura menoleh untuk menatap Naruto. "Yeah, hanya saja kejadiannya seperti baru terjadi kemarin. Begitu membekas."

Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Suasana yang mendadak murung seperti ini membuatnya tak nyaman. Ia tak menyukai suasana seperti ini. Maka ia memutuskan untuk berpura-pura menguap, seolah-olah ia sudah mengantuk.

"Sepertinya aku sudah mengantuk. Kau masih ingin di sini?" Tanya Naruto kepada Sakura.

Sakura mengangguk. "Sebentar lagi aku akan kembali."

Naruto bangkit sembari merenggangkan badannya yang terasa penat. "Ya sudah, aku kembali ke tempatku dulu." Naruto pamit seraya meninggalkan tempat itu.

Sakura mendongakkan kepalanya, menatap langit yang kini telah menghitam. Membuktikan bahwa sebentar lagi akan ada hujan pada malam ini.

.

#

.

Hampir dua minggu lamanya Naruto terdiam di tempat ini. Tapi ada kemajuan yang bisa dirasakan Naruto di sini.

Ia mulai akrab dengan Centaur bernama Sasuke.

Ya, sejak kejadian malam itu Sasuke mulai melunak kepadanya. Entahlah, Naruto sendiri bingung dengan sikap Sasuke yang sekarang. Padahal waktu itu dia hanya mengobati lukanya saja. Atau jangan-jangan… luka itu mengandung racun? Dan racun itu mengubah daya pikir Sasuke? Ah, rasanya tidak mungkin, pikir Naruto saat itu.

Tapi bagaimanapun, Naruto menikmatinya. Bukankah ini lebih baik daripada yang dulu? Dimana Sasuke selalu membentak dan menyuruhnya melakukan ini dan itu. Meskipun Sasuke masih saja suka membentak, tapi setidaknya bentakkannya itu tak membuatnya takut.

Sasuke sekarang mulai membuka diri terhadapnya. Dulu, Sasuke tak mau didekati oleh Naruto. Namun sekarang, bahkan Naruto bisa menyentuhnya tanpa ada bentakkan dari yang bersangkutan. Kadang juga Naruto membantu Sasuke berburu saat makhluk itu pergi. Dan suasana seperti inilah yang membuat Naruto merasa sangat senang sekali.

"Umh… Sasuke?" panggil pemuda pirang itu.

Sasuke menoleh. "Hn?"

"Apa kau ingin sesuatu?" tanyanya ketika mata birunya menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

"Apa maksudmu?" Sasuke mengernyitkan alis bingung.

"Kalau begitu, kau tunggu sebentar di sini," ujar pemuda pirang itu girang sembari meninggalkan Sasuke. Saat ini mereka sedang berada di hutan, hanya sekedar untuk melihat-lihat. Ah, sebenarnya Naruto yang memaksa Sasuke untuk menemaninya menjelajah tempat ini. Karena ia sedang merasa bosan kalau harus berdiam di tempat itu terus menerus.

Melalui mata hitam itu, Sasuke bisa melihat Naruto tengah berlari-lari menuju sebuah pohon yang berdiri dengan kokohnya. Sasuke menyipitkan matanya, dan mengetahui kalau Naruto sedang menuju ke pohon apel yang sedang berbuah sangat lebat. Sasuke tersenyum kecil.

Melalui pemandang itu, Sasuke menatap apa yang dilakukan Naruto dari kejauhan. Pemuda itu, entah kenapa mulai menarik perhatiannya. Ia tersenyum kecil kala melihat pemuda itu sedang kepayahan memetik apel di dahan yang cukup tinggi. Beberapa kali pemuda itu terjatuh dan mengotori bajunya.

Setelah mendapatkan apa ia mau, Naruto kembali lagi ke tempatnya yang tadi ia tinggal pergi. Di sana masih ada Sasuke yang setia menunggu. Naruto tersenyum lebar seraya berlari mendekatkan kepada Sasuke.

"Hahh… ini yang kumaksud," kata Naruto mengatur napasnya yang terengah-engah akibat dari larinya tadi. Tangannya menjulurkan dua buah apel kepada Sasuke.

"Apel?"

Naruto menganggukkan kepalanya. "Ya, apel. Buah ini terasa begitu menggoda untuk dimakan."

Sasuke mengambil dua buah apel di tangan Naruto. Lalu ia melemparkannya ke udara dan kemudian ditangkapnya lagi. Sasuke memandang buah apel merah di tangannya.

"Tunggu!" tahan Sasuke ketika Naruto hendak menggigit apelnya menggunakan giginya yang putih itu. Naruto bingung kenapa Sasuke menahannya memakan apelnya.

"Eh? Ada apa?"

Sasuke merebut apel yang ada di tangan Naruto. Membuat Naruto seketika cemberut.

"Hei—"

"Jangan memakan sembarangan apa yang kau temui di hutan ini."

Naruto mengangkat kedua alisnya, bingung. "Apa maksudmu? Aku tak mengerti."

Sasuke menghela napas. "Kau tau? Pada permukaan apel ini pun mengandung racun."

"Eh? Kau tahu? Bagaimana bisa?" tanyanya heran.

"Apa kau lupa bahwa aku adalah penghuni hutan ini? Tentu saja aku tahu."

Mendengar jawaban itu membuat Naruto menyengir lebar. Ia menggaruk belakang kepalanya.

Lagi-lagi Sasuke menghela napas. "Sebaiknya kita ke sungai di sebelah sana. Sebelum dimakan, apel ini harus di cuci terlebih dahulu."

Naruto hanya mengangguk, mengiyakan perkataan Sasuke. Bagaimanapun, ini juga demi keselamatannya. "Baiklah."

Mereka pada akhirnya berjalan beriringan. Namun, tanpa sepatah katapun yang terlontar dari bibir keduanya. Mereka sibuk pada pikirannya masing-masing. Naruto hanya melihat-lihat keadaan hutan ini. Ya, hutan ini yang menjadi tempat pertemuannya dengan Centaur yang kini berjalan di sampingnya. Ada satu hal yang berbeda dari hutan ini saat pertama kali ia menapakkan kakinya. Ada banyak pohon buah yang mulai mematangkan buahnya. Seingatnya dulu, rasanya pohon buah yang berada di hutan ini tak berbunga pada saat itu. Tapi, kenapa begitu cepat sekali berbuah?

Ah!

Naruto lupa kalau hutan ini berbeda dengan hutan di dunianya. Apapun bisa terjadi di hutan ini, termasuk berbuah cepat dan lebat.

Melalui mata biru itu, ia bisa melihat ada sebuah sungai yang terhampar luas. Ia ingat! Di sanalah dirinya bangun pertama kali dari tidurnya, dimana semua kejadian ini mulai. Naruto berharap. Di tempat itulah ia akan kembali ke dunianya. Meskipun pada akhirnya ia akan sangat merindukan tempat ini. Tempat ini penuh akan kenangan tersendiri baginya. Termasuk bertemu dengan pemuda di sampingnya.

Sasuke menyerahkan apel yang tadi diambilnya secara paksa dari manusia itu. "Ini, sebaiknya kau cuci di sana." Tunjuknya pada sebuah sungai di sebrangnya.

Naruto mengambil apel itu. Tapi dia tak segera bergegas untuk ke sungai itu dan membasuh apelnya. Hal ini membuat Sasuke menaikkan alisnya.

"Kau kenapa?"

Naruto tersentak dari lamunannya. Pemuda pirang itu kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak. Bukan apa-apa. Hanya saja… aku merindukan tempat asalku."

Ada perasaan tak nyaman yang menghinggapi diri Sasuke begitu pemuda itu mengatakan sesuatu. Namun ia berusaha bersikap seperti biasanya.

"Uhm… Sasuke?" panggil pemuda pirang itu.

"Hn?"

Naruto terlihat ragu sejenak untuk menanyakan hal ini kepada Sasuke. Tapi dia harus melakukannya untuk memastikan. "Apa… kau masih belum percaya kalau aku bukan anak buahnya Orochimaru?"

Sasuke terdiam. Centaur itu tak menyangka kalau pemuda pirang itu akan bertanya hal itu kepadanya. Sesungguhnya ia juga mulai mempercayai pemuda itu. Meski tidak sepenuhnya, tapi ia menjawab—

"Aku percaya padamu."

Kata itu, terlontar begitu saja dari bibirnya. Sasuke juga heran, kenapa ia berkata begitu mudahnya kepada pemuda itu. Mata hitamnya menatap Naruto, manusia itu tersenyum cerah kepadanya. Membuat hatinya terasa… hangat? Entahlah. Rasanya Sasuke sukar untuk mendeskripsikannya.

"Terima kasih."

"Hn."

Atmosfir di sekitar mereka begitu sejuk. Angin berhembus pelan membawa kenyaman pada keduanya. Membuat mereka memilih untuk menikmati daripada untuk berbicara satu sama lain. Merasakan hangatnya matahari menerpa kulit mereka. Tidak terasa panas, sehingga mereka takkan takut kulitnya terbakar matahari.

Keheningan ini terusik oleh sesuatu. Sasuke menyadarinya. Tapi Naruto tak menyadarinya sedikitpun. Mata hitamnya memicing tajam, mengawasi keadaan sekitarnya. Dan sialnya, ia tak membawa senjata apapun seperti panah atau tombak seperti biasanya. Inilah keteledorannya yang sangat ia sesali sekarang.

"Naruto."

Pemuda pirang itu menoleh, menatap Sasuke yang menggumamkan namanya. Alisnya terangkat memandang bingung. "Ada apa?" tanyanya heran.

"Berdirilah di belakangku. Cari sekiranya benda yang bisa melindungimu dari bahaya."

Meski ada berbagai pertanyaan yang menghantui pikirannya akan sikap Sasuke, toh, ia melakukannya saja. Mencari sekeliling dan menemukan balok kayu yang cukup besar tergeletak tak jauh darinya. Ia mengambilnya dan lekas kembali ke tempatnya semula.

"Ada apa, Sasuke?" Tanya Naruto keheranan.

"Aku mencium sesuatu yang tak beres. Sebaiknya kau juga waspada."

Naruto mengangguk. Mata birunya memandang awas ke sekitarnya. Mencari pergerakkan yang mencurigakan.

"Keluar kalian atau kalian akan kuhabisi sekarang juga!" teriak Sasuke penuh amarah pada sekitarnya. Namun tak ada pergerakkan apapun.

"Sasuke, kurasa—wooaaaa!"

Tanpa persetujuan Naruto, Sasuke menarik tangan pemuda itu berlari meninggalkan tempat itu. Naruto yang terkejut hanya menyejajarkan kecepatan lari milik Sasuke. Tapi, pada kenyataannya, lari Sasuke cukup cepat. Apalagi dia seorang Centaur yang memiliki kaki kuda. Sehingga Naruto tak sanggup dan akhirnya terjatuh.

Sasuke yang terkejut menghentikan larinya. Ia berbalik dan

menghampiri Naruto yang terjatuh. Seharusnya ia sadar bahwa Naruto tak mungkin bisa menyaingi kecepatan larinya yang di atas rata-rata itu. Bisa dilihat kaki Naruto berdarah di bagian lutut karena lututnya bergesekkan dengan tanah pada saat terjatuh tadi.

"Kau tak apa?"

Naruto menggeleng. "Tak apa. Hanya luka kecil."

"Masih bisa berdiri?"

"Kurasa bi—ouch!" Naruto hanya mengaduh ketika ia mencoba berdiri, rasa sakit yang luar biasa di lututnya menghentikannya. Sasuke menggeram kesal.

"Sial!"

Naruto memandang Sasuke yang menampakkan raut wajah kesal. Perasaan bersalah menyelimuti dirinya. "Sasuke, larilah dan selamatkan dirimu. Tak usah pedulikan aku. Aku akan baik-baik saja di sini."

Sasuke yang sedang kesal itu memandang tajam ke arah Naruto. Naruto terkesiap mendapatkan pandangan tajam dari Sasuke. "Aku takkan meninggalkanmu."

Naruto terkejut saat Sasuke mengatakan bahwa ia takkan meninggalkannya. Apalagi tatapan mata itu terlihat bersungguh-sungguh saat mengatakannya.

"Tapi—"

"AWAS!"

Sebuah panah melesat ke arah mereka. Sasuke mendorong Naruto menjauh, agar ia tak terkena panah yang sibuk menghujam ke arah mereka. Sementara Sasuke, ia juga berusaha menghindari diri dari hujaman panah itu.

Ada sekelompok monster yang menyerang mereka. Sekali lagi Sasuke menggeram kesal karena semua ini.

"Minotaurus… sial!"

Para Minotaurus itu membawa kapak sebagai senjata mereka. Sedangkan Sasuke tak membawa perlindungan apapun di tangannya. Ia hanya bermodalkan kekuatan kepalan tangannya. Menghajar para monster itu. Menghindar dari sabetan kapak yang apabila terkena, bisa mengakibatkan luka yang menganga lebar.

Dengan menggunakan kaki kudanya, ia menendang monster itu yang berusaha menyerangnya dari belakang. Monster itu terpental, tak jarang ada yang menabrak pohon di belakangnya. Memanfaatkan kapak yang tergeletak begitu saja di dekatnya, Sasuke mulai menebas musuh-musuh yang berhadapan dengannya.

Para Minotaurus itu semuanya tumbang akibat perlawanan yang diberikan Sasuke. Musuhnya yang berjumlah dua puluh itu hanya tergeletak tak berdaya. Ada yang mati, ada juga yang terluka cukup parah dengan luka yang menganga lebar. Sementara Sasuke, ia terluka di bagian lengan kirinya karena kelalaiannya. Dan untung saja tak seberapa parah.

Centaur itu mengedar pandang. Mencari seseorang yang tadi bersama. Tak ada dimanapun. Ia mulai panik dengan menghilangnya Naruto tanpa jejak.

"NARUTO!" teriak Sasuke menggema di hutan ini. Mata hitam itu tetap setia mengedar pandang mencari sosok pemuda berambut kuning yang mencolok dan berbeda itu.

Kembali, mata hitamnya mencari sosk pemuda berambut pirang itu di sekitarnya. Dan sebuah suara di belakang, membuatnya berhenti.

"Sasuke!"

"Na—sial!"

Sesosok monster tengah melilit tubuh pemuda pirang itu melalui ekornya yang panjang. Sesosok monster itu memiliki sembilan buah kepala yang berbentuk ular. Dan tentu saja, pemuda itu sedang dalam keadaan yang berbahaya. Bisa dilihatnya pemuda tengah kesakitan karena ekor milik monster itu melilit kuat tubuh Naruto.

"Hydra… kurang ajar kau, Orochimaru!" geram Sasuke. Sementara makhluk Hydra yang perwujudan dari Orochimaru itu hanya terkekeh.

"Sudah lama kita tidak bertemu, Sasuke," ujar salah satu kepala ular itu berbicara.

"Kau! Cepat lepaskan manusia itu! Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini!" Sasuke berkata penuh dengan amarah. Dan ekor milik Orochimaru itu semakin melilitnya. "Naruto… cih!" gumamnya kesal.

Salah satu kepala itu melirik Naruto yang terangkat tinggi melalui ekornya. Mata kuning tajam itu menatap manusia yang kini dililitnya. Lidahnya terjulur, dan menjilat pipi Naruto yang masih dirundung kesakitan.

"Melepaskan manusia ini? Jangan harap. Bahkan dia terasa sangat enak untuk kumangsa."

Sasuke menggenggam erat kapak di tangannya. Sedangkan tangan satunya mengepal erat. Bisa dilihat buku-buku jarinya memutih. Ia menahan tengah menahan kesal. Andai saja ia membawa senjatanya, ia pasti bisa melawan Hydra itu. Namun yang di tangannya hanyalah sebuah kapak. Dia tidak bisa menggunakan benda itu untuk melawan. Dan juga… apabila ia melawan, maka nyawa manusia itu akan segera melayang dengan mudah tanpa sempat Sasuke melawannya.

Sayap milik Hydra mengembang. Bersiap-siap ia akan meninggalkan tempat itu.

"Mau kemana kau, Orochimaru?" Tanya Sasuke saat melihat Orochimaru tengah melebarkan sayap berbentuk naga itu.

"Hari ini aku sedang tak berminat untuk bertarung denganmu," salah satu kepala ular itu berbicara, kemudian mata kuningnya melirik manusia itu, "aku takkan memangsa pemuda ini. Kalau kau ingin menyelamatkannya, datanglah ke danau Lerna(2) dengan membawa Kristal Centaurus (3) yang kuyakin ada bersamamu. Kalau kau menyerahkan Kristal itu, manusia ini akan segera kubebaskan."

Sasuke menggertakkan giginya kesal. Ya, kristal itu tentu saja ada padanya. Tapi, tidak mungkin ia menyerahkan kristal itu kepada makhluk Hydra itu. Kalau sampai ia memiliknya… dia yakin, takkan ada lagi tempatnya bernaung untuk tinggal. Di satu sisi, ia takkan mungkin begitu saja membiarkan Naruto dimangsa oleh makhluk itu. Rasanya… ia tak mempunyai pilihan.

Sayap itu mulai menggepak. Membawa tubuh Orochimaru itu terbang meninggalkan tempat itu. Sasuke tak bisa berbuat apa-apa sekarang ini. Ia hanya bisa menatap kepergian makhluk itu dengan Naruto bersamanya.

"NARUTO!"

Naruto yang kala itu menutup matanya kini terbuka. Naruto terkejut saat posisinya melayang dengan tubuh dililit ekor milik Orochimaru. Dirinya semakin menjauh dari Sasuke. Dari bawah Sasuke hanya mampu memandangnya.

"Sas—SASUKE!"

.

#

.

"SASUKE!"

Naruto terbangun dari tidurnya dengan napas yang memburu. Keringat membasahi wajahnya. Dan piyama yang ia pakai pun sepertinya juga ikut basah akibat keringat berlebihan.

Naruto memandang sekelilingnya. Ia telah berada di tempatnya semula. Berada di sebuah kasur empuk dalam apartemennya. Sesaat, ia seperti orang amnesia yang telah kehilangan akalnya. Matanya membulat saat dia mengetahui sesuatu.

'Jadi… ini semua adalah… mimpi?'

Sekali lagi ia memandang sekelilingnya. Benar, ini benar-benar apartemen yang ia tinggali. Naruto juga meneliti tubuhnya dan kedua tangannya. Tak ada tanda-tanda bahwa ia baru saja mengalaminya. Ia pun bangkit dari tempatnya sembari berlari ke arah kamar mandi, membasuh mukanya kalau saja ia masih bermimpi. Dan kemudian menatap cermin yang memantul dirinya di hadapannya.

Tidak. Ini bukan mimpi. Ini nyata! Naruto tertawa kecil saat mengetahui realita ini. Yang tadi itu cuma mimpi. Hanya mimpi berada di dunia dongeng itu. Mimpi bertemu dengan peri. Mimpi bertemu dengan Mermaid dan Mermain. Dan mimpi bertemu dengan… Sasuke.

Tiba-tiba saja ia merindukan sosok itu. Entah kenapa mimpi itu amat sangat nyata. Terakhir kali mimpi itu… ia dibawa oleh Orochimaru pergi dan Sasuke… hanya menatapnya sedih.

Naruto menggelengkan kepalanya cepat. Ini hanya mimpi. Hanya mimpi, batinnya mempertegas.

Tak berapa lama ada suara bel yang tertangkap di indera pendengarannya. Naruto menggerutu kesal. Pagi-pagi begini, siapa yang datang? Sedangkan dirinya baru saja ingin membuka bajunya dan segera mandi. Tapi Naruto mengurungkan niatnya.

Dengan langkah gontai Naruto menuju ke pintu luar apartemennya. Sambil menguap karena rasa ngantuk itu masih ada. Dan tangannya terjulur untuk membuka pintu itu.

"Siap—"

Katanya terhenti saat memandang seseorang yang berdiri di depannya. Mata birunya terbelalak lebar. Pemuda ini—

Pemuda itu menundukkan kepalanya singkat. "Ah, maaf mengganggumu pagi-pagi. Perkenalkan, aku Sasuke. Uchiha Sasuke. Aku tetanggamu yang tinggal di samping apartemenmu. Aku baru saja pindah. Dan sepertinya kamar mandinya belum bisa digunakan. Jadi… bisakah aku meminjam kamar mandimu untuk sementara?"

Naruto yang ditanyapun hanya menatapnya diam. Pemuda ini… pemuda ini sama persis dengan yang ada di mimpinya! Bukan hanya sama, tapi namanya pun sama! Mata biru itu memandang pemuda yang ada di hadapannya dari ujung kaki sampai kepala. Dan itu sama persis! Hanya saja dia berwujud manusia bukan Centaur.

Merasa dipandangi seperti itu membuat Sasuke risih. Apalagi tetangganya ini hanya memandangnya diam tanpa jawaban. "Kalau kau keberatan, aku bisa—"

Buru-buru Naruto tersadar dan menggelengkan kepalanya. "Aa—kau bisa menggunakannya kapanpun kau mau. Aku tak keberatan," jawab Naruto cepat.

Sasuke tersenyum. "Benarkah? Arigato." Ucap Sasuke sambil membungkukkan badannya. "Boleh kupakai sekarang?"

Narutopun menyingkirkan badannya dari pintu. Mempersilahkan Sasuke memasuki apartemennya. "Ya, kau boleh memakainya."

Sekali lagi Sasuke membungkuk tanda terima kasih dan Naruto membalasnya. Begitu pemuda itu memasuki kamar mandi, Naruto tersenyum melihatnya.

"Jadi… ini bukan mimpi?" Naruto bertanya entah kepada siapa. Lalu ia terkekeh pelan saat ini.

FIN

Kamus:

Dyard: Dryad adalah makhluk legendaris dari mitologi Yunani bisa juga disebut peri hutan. Menurut mitologi Yunani, Dryad merupakan makhluk, atau semacam peri, yang menghuni tumbuh-tumbuhan, berwujud wanita. Dalam bahasa Yunani istilah serupa, drys, berarti pohon oak.

Danau Lerna: Tempat bersarangnya Hydra. Tempat ini berada di Argolid. Argolid itu dimana, saya juga tidak tahu . coba cari di peta, siapa tau ada XD

Kristal Centaurus: Saya ambil dari rasi bintang Centaurus. Saya cuma ngambil namanya doang buat ngenamain kristal yang dimiliki Sasuke. Jadi, Orochimaru menginginkan kristal itu untuk menguasai dunia. Anggap saja kristal itu mempunyai kekuatan yang tak ternilai. Dan memiliki unsur magis :D

Makasih banget yang udah review. Maaf banget nga bisa reviewnya. Tapi saya baca semua reviewnya kok.

Review lagi? :3

Ceritanya ngegantung? Emang dibuat seperti itu. Karena ini semua hanya mimpi Naruto. Ehehehe XD

Satu lagi! Soal Gaara ama Neji yang 'bercinta' itu. Itu semua cuma ngarang! Saya nga tau gimana cara kehidupan seorang Mermaid dan Merman. Maafkan saya #bow