LOST

Story By: MagnaEviL

Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: AU, OOC, Sho-ai, dll.

Dedicated for FFC

Don't Like Don't Read

Enjoy

"Lalu, sang Putri akhirnya hidup bahagia bersama sang Pangeran."

Seorang pemuda pun mengakhiri ceritanya. Ia menutup buku bergambar itu yang baru saja ia ceritakan kepada anak-anak di hadapannya. Ia tersenyum sesudahnya.

Sedangkan anak-anak yang ada di hadapannya hanya memasang tampang kagum. Mereka terpukau. Entah terpukau karena cerita pemuda itu atau gaya pemuda itu dalam bercerita. Mata anak-anak itu berbinar senang.

"Kalian suka ceritanya?" Tanya pemuda itu kepada anak-anak di depannya.

Lalu anak-anak itupun menganggukkan kepalanya penuh semangat. "SUKAAA!" teriak anak-anak itu girang.

Sang pemuda yang menjabat sebagai guru taman kanak-kanak ini hanya tersenyum mendengarnya. Umurnya baru 20 tahun. Sehabis lulus dari SMA, ia memilih untuk bekerja daripada kuliah. Karena masalah biayalah yang menyebabkan ia tidak memilih untuk melanjutkan pendidikkannya. Ia bertekad, bekerja mengumpulkan uang terlebih dahulu barulah ia akan melanjutkan kuliah. Dan tahun ini rencananya ia akan mendaftar di salah satu universitas sebagai mahasiswa.

Sang pemuda melirik jam yang terpasang manis di pergelangan tangannya. "Waktu kita sudah habis. Sekarang bereskan buku kalian dan kita pulang."

Anak-anak bersorak gembira mendengarnya. Dengan cepat-cepat mereka kembali ke tempatnya masing-masing. Membereskan buku-buku yang berserakan dan juga pensilnya. Ada yang memasukkan peralatan tulis menulis itu dengan hati-hati ke dalam tasnya, dan ada juga yang asal-asalan.

"Baiklah. Semuanya sudah siap?" ucap pemuda itu kepada anak-anak yang ada di hadapannya.

"SUDAAAH!" teriak anak-anak itu kembali.

Sang pemuda tertawa. "Ya sudah. Kalian semua berbaris dulu. Dimulai paling pojok, silahkan keluar terlebih dulu."

Mereka keluar dengan tertib setelah mendengar aba-aba dari guru pembimbing mereka. Ada yang sambil bernyanyi, ada pula yang sambil mengobrol dengan teman sekelasnya.

Setelah dirasa semuanya sudah keluar dari kelasnya, giliran pemuda itu yang membereskan semua peralatan mengajarnya. Memasukkan dengan hati-hati, agar tak cepat rusak. Ia tersenyum kala tangannya memegang buku yang baru saja ia bacakan tadi. Kemudian ia memasukkannya dalam tas.

Begitu ia keluar dari kelas yang baru saja ia gunakan untuk mengajar, tiba-tiba cuaca di luar mendadak mendung. Untung saja pemuda ini telah memprediksi dari awal ketika ia mau berangkat hujan akan segera turun entah kapan. Maka sebelum pergi ia membawa payung sebagai bentuk persiapan.

Tak lama kemudian, titik-titik air berjatuhan. Disusul dengan serbuan tetes air, seolah mengajak bumi untuk berperang. Pemuda itu mengambil payungnya. Tapi, sebelum ia hendak pergi ke apartemen yang kini ia tinggali sendiri, sorot matanya menangkap sesosok anak kecil yang tengah bersandar memandang hujan. Pemuda itu menghampiri sang anak tersebut.

"Hei," tegur pemuda itu, "kau belum pulang?"

Sang anak mendongak, menatap sang guru. "Aku belum dijemput, Sensei."

"Begitu." Pemuda itu menganggukkan kepalanya. Lalu ia mengedar pandang ke sekelilingnya, terlihat sepi dan ia yakin bahwa tinggal dirinya dan anak ini yeng tertinggal di sini. "Bagaimana kalau kita pulang bersama? Kebetulan 'kan arah tujuan kita sama, Konohamaru?"

Sang anak yang bernama Konohamaru itu terdiam sejenak. Memandang mata sang guru sambil berpikir. Pada akhirnya, ia menganggukkan kepalanya menyetujui ajakan sang guru. Ia tersenyum lebar. "Baiklah, Naruto sensei!" serunya girang.

Pemuda bernama Naruto itu tersenyum sambil mengacak rambut coklat milik Konohamaru. "Ayo, merapat padaku. Nanti kau basah terkena hujan."

Konohamaru merapatkan tubuh kecilnya kepada Naruto. Naruto dengan sigap melindungi anak itu dari terpaan rintik hujan. Sepanjang perjalanan, mereka mengobrol dengan riang. Sesekali mereka tertawa, kemudian tak lama saling mencubit sebagai bentuk candaan mereka.

Hening menguasai sekitar mereka. Dan tiba-tiba saja Konohamaru teringat dengan dongeng yang Naruto ceritakan tadi. "Ne, Sensei?" panggil Konohamaru.

Naruto yang tadi fokus ke jalanan mengalihkan tatapannya ke Konohamaru. "Apa?" sahutnya.

"Apakah sensei mempercayai dongeng?" Tanya Konohamaru polos. Hal ini membuat Naruto terkekeh kecil. "Ada apa, Sensei?" tanyanya dengan raut wajah bingung.

"Tidak. Hanya saja pertanyaanmu membuatku tak habis pikir." Konohamaru menaikkan satu alisnya. Bingung. Naruto pun menghela napas. "Begini, bagiku dongeng hanyalah cerita fiktif yang mustahil ada di dunia. Hanya sebuah cerita untuk menghibur anak-anak dimana pola berpikir anak-anak seperti kau kebanyakan adalah sebuah imajinasi."

"Jadi, sensei tidak percaya dengan cerita dongeng?"

Naruto menggeleng. "Tentu saja tidak."

Konohamaru pun melipat kedua tangannya di depan dada. "Kalau aku sangat percaya bahwa dongeng itu nyata."

Naruto tertawa lagi entah keberapa kalinya dalam beberapa waktu ini. "Sudah kuduga kau akan menjawabnya seperti itu. Tak usah kau bilang pun aku sudah tau."

Konohamaru mengerucutkan bibirnya. "Lihat saja nanti. Sensei akan percaya bahwa dongeng itu nyata."

"Oh ya?" sahut Naruto meremehkan. Tepat saat itu mereka telah sampai di depan rumah Konohamaru.

Konohamaru menganggukan kepalanya. "Dan tepat saat itu aku yang akan menertawakan sensei." Konohamaru berlari menuju teras depan rumahnya, menghindari tetesan hujan yang akan membasahi tubuhnya. Setelah sampai, ia berteriak kepada Naruto. "Arigatou, sensei!" setelah itu ia memasuki rumahnya.

Naruto hanya menggelengkan kepalanya. "Dasar."

.

#

.

Malam hari mulai menjelang. Suara rintik hujan masih terdengar. Namun tidak sederas saat Naruto pulang dari mengajarnya sore tadi. Suara katak saling bersahutan, bernyanyi menyambut datang hujan yang telah sekian lama beberapa hari tak kunjung datang.

Saat ini Naruto tengah mempersiapkan segala keperluan mengajar untuk besok. Tak sengaja tangannya yang berwarna tan itu menyentuh sebuah buku dongeng yang baru saja ia beli beberapa hari yang lalu untuk diceritakan kepada anak didiknya. Ia tersenyum kala itu.

"Dongeng, eh?" ucapnya. Ingatannya mengarah kepada pembicaraan antara dirinya dan Konohamaru tadi sore. "Tidak akan mungkin sebuah dongeng itu akan menjadi nyata," katanya kepada dirinya sendiri. Lalu buku itupun ia masukkan ke dalam tasnya.

Tak berapa lama dirinya menguap. Menandakan dirinya telah sampai pada batasnya. Di ujung pelupuk matanya terdapat setitik air mata. Ia mengucek matanya dan menuju ke tempat tidur.

Tapi, sebelum tidur, ia berdoa terlebih dahulu. Agar kelak besok dirinya menemukan berbagai kemudahan dan keberuntungnya yang menghampiri dirinya.

.

#

.

Ia tersentak bangun saat sinar matahari menerpa tubuhnya langsung. Matanya ia gosok, menyesuaikan keadaan sekitarnya yang terang. Setelah sadar sepenuhnya, ia langsung terlonjak tak percaya.

Bagaimana bisa dirinya yang tertidur di dalam kamar yang beralaskan empuknya kasur dengan selimut yang tebal sebagai atasnya, ketika bangun semuanya berubah menjadi sebuah tanah dengan rerumputan hijau sebagai alasnya? Sungguh, ia takkan percaya semua ini. Apakah ada yang memindahkannya?

Tak mungkin!

Ia sudah ingat benar kalau semalam apartemennya sudah ia kunci dengan rapat begitu pula dengan jendelanya. Mata biru itu memandang di sekitarnya. Hanya ada sebuah sungai kecil yang bersih di sampingnya. Dan juga beberapa pohon yang tumbuh di sekitarnya. Cuaca yang sejuk ketika ia hirup. Serta ada hutan yang lumayan gelap ketika matanya menoleh ke belakang.

Ia takkan percaya ini. Takkan percaya.

Ingin rasanya ia berteriak minta tolong. Tapi… siapa yang akan dimintai tolong? Sedang ia hanya sendiri di sini tanpa ditemani siapa-siapa. Naruto memegang kepalanya yang tiba-tiba saja berdenyut sakit memikirkan semuanya yang terjadi sekarang. Ia harus keluar dari tempat ini bagaimanapun caranya.

Agak ragu, Naruto membawa kakinya menuju hutan. Hanya itu jalan satu-satunya agai ia keluar dari sini. Pohon-pohon yang menjulang tinggi berdiri kokoh. Serta rerumputan liar yang sudah memanjang sebatas lutut Naruto ketika ia melewatinya. Tapi entah kenapa, tempat ini terasa indah. Seperti berada di tempat dongeng.

Tunggu dulu!

Dongeng? Apakah dirinya berada dalam sebuah dongeng?

"Kalau aku sangat percaya bahwa dongeng itu nyata."

Sekelebat perbincangannya dengan Konohamaru terulang lagi diingatannya. Dirinya mulai bertanya lagi, apa benar dongeng itu ada? Sebuah jawaban yang kini menghantui pikiran Naruto saat ini. Sepertinya ia akan mulai percaya bahwa dongeng itu ada. Tapi ia tak mempercayai sepenuhnya.

Entah berada dimana ia pun tak tahu. Hanya saja ia terus saja berjalan menelusuri hutan ini tanpa ada jeda. Hanya terlihat pepohonan yang menjulang tinggi. Kemudian ada satu atau dua tangkai bunga yang tumbuh di hutan ini. Matahari pun hampir tak menyinari hutan ini karena saking lebatnya daun-daun yang tumbuh di pohon-pohon hutan ini.

Dirinya mulai merasa takut ketika ada sebuah suara di balik semak-semak di sampingnya. Ia khawatir kalau saja itu adalah binatang buas yang menghuni hutan ini. Sedangkan dirinya tak mempunyai senjata apapun. Matanya mengedar pandang. Mencari yang sekiranya dapat dijadikan senjata. Tapi nihil. Hanya ranting-ranting kecil memenuhi sekitarnya.

Hampir saja ia terkena serangan jantung kala di balik semak-semak itu muncul seekor kelinci yang tengah melompat. Naruto bersyukur. Setidaknya, itu bukanlah hewan buas yang muncul untuk menerkamnya. Kali ini ia selamat.

Namun, sebuah terjangan mengarah kepadanya dari belakang. Naruto yang mengetahui hal tersebut segera menoleh. Dirinya terkejut hingga ia jatuh terduduk. Dadanya berdegup kencang. Matanya terbelalaknya. Lalu napasnya pun memburu.

Sebuah tombak yang terbuat dari besi mengacung kepadanya. Ia tak bisa bergerak sedikitpun. Apalagi ujung tombak yang tajam itu mengarah tepat ke lehernya. Sedikit saja bergerak, kemungkinan lehernya akan terluka semakin besar. Ia hanya bisa terdiam mematung dengan mata yang masih terbelalak.

"Katakan padaku, siapa kau?"

Naruto menatap seseorang yang tengah berbicara dengannya. Naruto tidak tahu apakah seseorang yang ada di hadapannya adalah seorang manusia atau bukan. Dilihat dari wajahnya, ia adalah manusia. Namun, pada bagian tubuh bawahnya bukanlah manusia. Melainkan seperti kaki kuda. Naruto ingat pada sebuah buku yang ia baca, makhluk seperti inilah yang disebut dengan Centaur. (1)

Naruto memandang makhluk di depannya dengan takut. "A-aku Na-ruto," jawabnya dengan bibir bergetar. Ia benar-benar sangat ketakutan. Apalagi saat makhluk itu menatapnya dengan tajam melalui mata hitamnya.

"Naruto?" makhluk itu mengangkat alisnya. "Aku tak pernah mendengar nama itu sebelumnya." Ia semakin kiat mengarahkan mata tombak itu ke leher Naruto. "Apa kau adalah bawahannya makhluk Hydra(2) itu?" Tanya makhluk Centaur itu lagi.

Naruto semakin ketakutan. Ia tidak tahu siapa yang dimaksud oleh makhluk yang ada di depannya ini. "A-pa maksudnya?"

Mata tombak itu kini menempel ke leher Naruto. Keringat dingin membasahi wajahnya saat ini. Penuh dengan peluh. Bibirnya bergetar. Tanda ia benar-benar sangat ketakutan melihat makhluk yang ia yakini hanya muncul dalam dongeng saja.

"Tentu saja makhluk bernama Orochimaru itu. Kau jangan berbohong padaku. Kau pasti bawahan makhluk itu 'kan?"

Ingin rasanya ia berteriak minta tolong saat ini juga. Tapi ia tahu semuanya percuma. Yang ada malah dirinya yang menjadi sasaran tombak dari makhluk di depannya.

Naruto memandang di sekelilingnya. Ada makhluk lain yang mulai bermunculan. Sebut saja itu adalah serigala. "Aku benar-benar ti-tidak tahu si-siapa yang kalian maksud. A-aku hanya tersesat di hutan i-ini." Naruto tak bisa menahan ketakutannya lagi. Bahkan kini tubuhnya bergetar hebat. Ia hanya bisa mencengkram tanah sebagai penguatnya.

"Kau—"

"Tunggu!"

Sebuah interupsi menghalangi makhluk itu untuk menusukkan tombaknya ke leher Naruto. Makhluk Centaur itu menatap tajam siapa yang berani mengganggunya. Tatapan itu menuju ke serigala yang baru muncul tadi. Naruto pun mengikuti arah pandangnya. Pemuda ini lagi-lagi terkejut. Serigala itu bisa berbicara. Mungkin sejak awal ia harusnya percaya kalau dongeng itu benar-benar ada. Dan ia mengalaminya sekarang.

"Kenapa kau menghalangiku?" ucap makhluk Centaur itu marah.

"Apa kau tidak lihat bahwa dia adalah manusia? Apa kau lupa, bahwa anak buah Orochimaru itu adalah para makhluk Minotaurus (3)? Lagipula… apa kau tidak bisa membaca ketakutannya itu?"

Dan tiba-tiba saja makhluk serigala itu bersinar. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh sinar yang menyilaukan mata. Makhluk Centaur itu dan juga Naruto harus menyipitkan matanya. Dan ketika sinar itu menghilang, makhluk serigala itu berubah menjadi seorang pemuda. Pemuda itu memiliki rambut coklat yang berdiri, di masing-masing pipinya terdapar tato merah segitiga terbalik. Pupil matanya pun runcing, dan giginya bertaring. Tak lupa bahwa telinganya itu adalah telinga yang sama dengan telinga serigala. Serta ekornya yang mengikutinya.

Rupanya pemuda ini adalah siluman serigala. Begitu yang dipikirkan Naruto.

"Cih!" makhluk Centaur itu berdecih. Ia menarik kembali tombaknya. Naruto bernapas lega. Ia juga bergerak untuk menegakkan tubuhnya. Untuk saat ini ia tak jadi mayat di hutan ini. Entah kapan dirinya akan benar-benar membusuk di hutan ini.

Pemuda jelmaan serigala itu mendekati Naruto. Rasa gugup yang berkurang tadi mulai kembali mengisi tubuh Naruto. Ia berpikir bagaimana caranya meloloskan diri dari kedua makhluk ini. Mungkin saja setelah ini ia jadi santapan lezat makhluk yang mendekatinya.

Namun, rasa gugup dan ketakutan itu berkurang kala mata birunya menatap senyum tulus di wajah makhluk itu. Ia berpendapat, bahwa makhluk ini tidaklah jahat seperti yang ia duga sebelumnya.

"Apa kau tidak apa-apa?" Tanya pemuda siluman serigala itu.

Naruto menggelengkan kepalanya kaku.

Pemuda itu menganggukkan kepalanya. "Aku Kiba. Dan dia—" pemuda yang bernama Kiba ini menunjuk makhluk Centaur yang membelakangi mereka dengan dagunya, "—namanya Sasuke. Dia adalah pemimpin dalam kelompok kami."

'Kami?' ucap Naruto dalam hati. 'Berarti jumlah mereka banyak.' Dengan dugaan itu, rasa ketakutan Naruto mulai datang kembali.

"Sebaiknya kau ikat dia dengan ini." Makhluk yang bernama Sasuke itu melempar tali ke arah Kiba. "Ikat tangannya, dan jangan biarkan dia lepas. Kita harus membawanya kembali." Perkataan dari Sasuke membuat Naruto membelalakkan matanya.

"Tu-tunggu! Kau tak bisa seenaknya saja membawaku. Aku—"

Sebelum perkataan itu terselesaikan, mata tombak itu kembali mengacung ke leher Naruto. "Kalau kau masih ingin hidup, sebaiknya kau patuhi perintahku." Sasuke berkata dengan kejamnya. Ia menatap tajam ke arah Naruto.

Naruto menelan ludah. Ia tak sanggup berkata apa-apa lagi. Keringat dingin mengalir dari keningnya.

Makhluk siluman serigala itu mengambil tali yang dilempar Sasuke, ia mengikat tangan Naruto kuat-kuat hingga Naruto meringis kesakitan.

"Ups! Terlalu kencang, ya? Akan aku longgarkan," ucap Kiba merasa bersalah. Dan seketika Sasuke memandang tajam ke arah Naruto.

"Jangan kau coba-coba melonggarkan ikatan itu."

Kiba menghela napas. Sungguh pemimpin mereka ini terlalu waspada. Padahal yang menjadi tawanannya ini adalah seorang manusia yang tak punya kekuatan apa-apa.

"Baiklah," ucap Kiba pada akhirnya. Lalu ia menatap Naruto, "maafkan dia. Dia hanya terlalu waspada."

Naruto hanya menganggukkan kepalanya. Kiba dan Sasuke, mempunyai sisi yang sangat berbeda.

"Kemarikan talinya. Biar aku yang menggiringnya. Kalau kau yang menggiringnya, bisa-bisa manusia ini akan melarikan diri."

Kiba kembali menghela napas. Bahkan kepadanya pun ia tak percaya. Tanpa membantah sedikitpun, Kiba memberikan tali itu kepada Sasuke. Dia tahu konsekuensinya kalau membantah perintah dari Sasuke. Bisa-bisa tombak yang dipegang Sasuke saat ini malah akan menebas kepalanya.

Tanpa peduli ringisan Naruto yang kesakitan itu, Sasuke dengan paksa menarik tali itu dan berjalan menuju tempatnya. Ikatan tali yang sudah menyakitinya itu bertambah sakit kala Sasuke menariknya dengan paksa. Kiba yang memandang wajah kesakitan Naruto menjadi khawatir. Ia berinisiatif, kalau sudah sampai nanti ia akan mengobati tangannya itu.

Selama dalam perjalanan, Naruto kembali berpikir. Hanya gara-gara tidak mempercayai dongeng, dirinya mendapat hukuman seperti ini? Oh Tuhan, rasanya tidak adil sekali ini. Naruto memandang makhluk Centaur itu. Bahkan ia tak peduli bahwa kini Naruto tengah kesakitan. Naruto sangat yakin kalau pergelangan tangannya yang terikat itu pasti sudah memar dan membiru.

Pemandangan di tempat ini sungguh lebih indah dari tempat Naruto bangun dari tidurnya tadi. Aroma tempat ini lebih sejuk. Matahari juga bersinar dengan cerahnya. Banyak kupu-kupu yang berterbangan ke sana kemari menambah indahnya tempat ini. Banyak bunga yang tumbuh, sehingga Naruto bisa mencium wanginya. Naruto hanya bisa tercengang menatap semua keindahan ini. Bahkan, bukit di belakang tempat mengajarnya kalah indahnya dari tempat ini. Sungguh ini memang benar-benar berada di tempat dongeng.

Naruto terlempar begitu saja ketika Sasuke menarik paksa dirinya hingga terjatuh. Naruto mengaduh, sementara Kiba memandangnya khawatir sambil menggelengkan kepalanya melihat sifat Sasuke yang keras itu.

Makhluk-makhluk yang ada di sana mulai menampakkan diri. Salah satunya ada yang sejenis dengan Kiba, yaitu siluman. Naruto memandang sekitarnya. Ada berbagai macam makhluk di sini yang bisa ia lihat. Namun, tak ada satupun makhluk di sini yang berjenis sama dengan dirinya, yaitu manusia. Bahkan rata-rata semua makhluk yang ada di sini hanya bisa dilihatnya di buku dongeng.

Ini benar-benar nyata!

Bahkan Naruto bisa melihat ada Mermaid (4) yang memandang dirinya dari danau air terjun beberapa meter dari dirinya. Naruto memandang di sekitarnya dengan tatapan tak percaya. Dan juga dirinya salah menduga, bahwa makhluk di sini tak sebanyak dalam pikirannya

"Ada apa ini, Sasuke?"

Sebuah suara lembut bertanya kepada Sasuke. Naruto mencari-cari dimana asal suara lembut itu. Dan matanya kembali terbelalak saat ada sesosok peri kecil menghampiri Sasuke. Ia terbang dengan menggunakan sayapnya yang mengeluarkan sebuah cahaya berbintang. Sangat indah sekali, pikir Naruto.

"Mulai sekarang, manusia ini akan menjadi budak kita." Sasuke menjawab dengan tenang.

TBC

Kamus:

Centaur: makhluk dalam mitologi Yunani yang mempunyai wujud setengah manusia dan setengah kuda.

Hydra: makhluk dalam mitologi Yunani juga yang mempunyai kepala berbentuk ular atau naga berjumlah sembilan buah. Setiap salah satu kepalanya dipotong, maka akan membentuk satu atau dua kepala yang baru. Makhluk ini juga memiliki napas dan darah yang beracun.

Minotaurus: Bisa juga disebut Minotaur. Pada mitologi Yunani, Minotaur mempunyai badan bagian atas banteng dan badan bagian bawah manusia.

Mermaid: Pastinya sudah tahu makhluk macam apa ini. Sebuah makhluk (wanita) yang mempunyai ekor seperti ikan dan pada bagian pinggang sampai kepala berbentuk manusia.

Sebuah fic untuk ikut FFC. Semoga menang ^^

Awalnya diprediksi cuma 5ribu kata doang, eh… tak taunya dua kali lipatnya =.="

Jadinya dibagi dalam tiga shoot aja.

So… review? Kritik sangat diperlukan. But, no flame, please.

Akan diupdate seceparnya.