Huh.. Akhirnya bisa apdet chapie ini juga, maaf telat banget, keasyikan bikin fic dengan tema FemSuke sih..hehe, Oke-oke, langsung aja deh baca chapie ke4 ini, semoga suka... HAPPY READING...

._._. X ._._.

Tittle: Five Wifes

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Pairing: NaruSasu, KakaSasu, Slight KakaNaru.

Warning: Hard Yaoi fic, lemon, lime, NC-17, OOC, AU, Gajeness, typo(s), dll. So, don't like? Don't read.

'mine'

"talk"

._._. X ._._.

Rambut hitam, bola mata hitam, serta pakaian yang turut didominasi warna yang sama adalah trademark Namikaze Naruto yang sekarang. Bukan keinginannya mengapa ia tiba-tiba mengubah drastis penampilannya yang dulu serba ceria itu, salahkan saja Uchiha Sasuke yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Ya, pemuda ketus itu penyebabnya.

Jika 7 tahun yang lalu keduanya tidak bertemu, mungkin Naruto tidak akan pernah mengenal apa itu cinta pertama. Seandainya Sasuke tidak menjabarkan hal yang disukai dan tidak, mana sudi Namikaze Naruto merubah total penampilannya menjadi serba hitam. Dan jika Sasuke kecil tidak memberikan perhatian khusus sebelum mereka terpisah jarak, mungkin Naruto muda takkan memiliki hasrat yang tinggi untuk menemukan Sasuke yang ia sukai. Kalau saja Sasuke yang sekarang dapat mengingat siapa dia yang sebenarnya, akan menjadi kebahagiaan terbesar bagi Naruto tentu saja.

"Aku ingin memiliki pasangan hidup yang cantik Naru-nii. Matanya hitam, rambutnya hitam, dengan kulit yang tidak lebih putih dariku."

Naruto berubah, menjadi Naruto yang sekarang hanya karena obsesi kecil Uchiha Sasuke muda.

"Tapi, jika seandainya laki-laki yang berciri seperti itu bagaimana?"

Pertanyaan itu sampai sekarang belum dijawab oleh Sasuke karena Uchiha yang terlalu cepat pindah dari kota asal mereka.

"Aku ingin tau jawabannya Sasuke, dan aku ingin kau menyukai diriku, dengan penampilan ini!" Lirih Naruto, walau kadang ia merasa risih dengan penampilannya. Tapi demi cinta, demi Uchiha Sasukenya, ia rela melakukan apa saja. Meski pemuda itu tidak pernah menyadarinya.

._._. X ._._.

Di tempat lain, di halte bus dekat SMA Konoha, Sasuke duduk menunggu jemputannya dengan bosan. Nampak raut kesal di wajah tampannya. Pertama, ia benci harus menunggu selama ini. Kedua, ia merasa diawasi sekarang, ia sudah tidak sebebas dulu. Bahkan, hanya untuk berkumpul dengan teman-temannya sudah sangat mustahil. Ya, Hatake Kakashi benar-benar merubah hidupnya.

Limamenit, sepuluh menit, dua puluh menit...

"Jika semenit saja supir bodoh itu tidak datang, aku akan-" Belum selesai ia melanjutkan ancamannya, sebuah mobil sport orange berhenti di depannya.

"Hai, 'Nona'. Maaf membuatmu menunggu lama."

.

.

.

.

.

Dengan tampang kusut, Sasuke menatap jalanan kota di balik kaca jendela, itu adalah salah satu cara untuk mengindari pertanyaan-pertanyaan tak wajar dari orang yang seang menyetir di sebelahnya.

"Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya pria muda itu, sedikit mencuri pandang ke arah Sasuke lewat kaca spion.

"Ada masalah dengan itu?" Sulut Sasuke angkuh.

"Yup! kau nampak kurang baik jika kuperhatikan!" balas pria yang tidak lain adalah Namikaze Naruto, "Jadi kau membutuhkan sesuatu untuk menghiburmu, agar kau sedikit rileks."

Sasuke memandang pria yang menurutnya seperti teroris misterius itu dengan pandangan tak mengerti.

.

.

.

.

.

"Kenapa kau mengajakku kemari?" Sasuke mencoba melepaskan genggaman tangan Naruto di pergelangan tangannya ketika keduanya tiba di sebuah klub, "Aku masih belum cukup umur, lagipula aku benci tempat-tempat seperti ini."

Naruto membalikkan tubuhnya hanya untuk bertukar pandang dengan Sasuke yang enggan masuk ke dalam, "Iniadalah klub milikku, dan aku yakin apa yang ada di dalamnya dapat membuatmu melupakan segala masalah yang membebanimu," sahut Naruto.

"Tapi-" Naruto yang enggan mendengar protes atau penolakan Sasuke akhirnya menarik paksa pemuda itu.

Alunan irama musik disco yang putar kencang, spot light warna-warni yang menyorot klub yang terlihat remang, beberapa pelayan dengan penampilan sexy, serta pengunjung yang memang tak seberapa banyak, meninggat ini memang masih sore hari, adalah hal yang baru pertama kali dilihat oleh Sasuke. Aroma alkohol dan nikotin pun tak luput dari indra penciumannya. "Kau kurang kerjaan ya membuka usaha seperti ini?" dengan nada sarkartis Sasuke bertanya.

"Ahahaha..." Naruto tertawa lepas, "Karena tempat seperti inilah yang membuat masalah yang selama ini menganggu pikiranku bisa sirna," jawab pemuda itu dengan pandangan menerawang, "Dan kuharap, tempat ini juga bisa membuatmu sejenak melupakan masalahmu dengan Kakashi."

Sasuke menghela nafas, tidak tau harus membalas perkataan pria itu seperti apa. Menurut. Ya, lebih baik ia jadi anak yang patuh sekarang ini. Daripada terjadi hal-hal yang tidak ia harapkan.

._._. X ._._.

Entah sudah berapa lama gadis berkulit putih dengan rambut merah sepinggang berada di samping sang Uchiha bungsu. Menggoda pemuda itu dengan rayuan, serta membelai tubuh Sasuke demi menciptakan suatu rangsang. Tapi, Sasuke yang kini dalam keadaan setengah sadar karena terlalu banyak mengonsumsi minuman keras yang sama sekali belum pernah ia coba, tak merespon gadis itu sedikitpun. Walau sebenarnya, gairah pemuda tampan itu sedang on saat ini.

"Karin, terima kasih sudah menemaninya saat aku pergi!"

Gadis yang sedaritadi menggamit lengan kanan Sasuke mendengus kesal, ia sebal karena waktunya dengan Sasuke diganggu oleh sang Bos, "Yah, kau sudah janji menaikkan gajiku dua kali lipat sih. Dan maaf, sepertinya bocah itu tidak tertarik padaku, tapi... sesuai keinginanmu Bos, aku berhasil membuatnya mabuk." Karin menatap Sasuke yang ntah tidur atau tidak karena kedua kelopak matanya yang terpejam dengan punggung yang bersandar di sofa. Wajah 'istri' kelima Kakashi itu nampak memerah efek dari minuman keras, dan sedikit berkeringat karena 'hawa panas' yang diciptakan oleh pelayan Namikaze Naruto tersebut, "Oke, aku pergi dulu." Gadis itu merapikan helai rambutnya yang agak berantakan sebelum beringsut pergi meninggalkan Sasuke dan Naruto yang kini sudah menempati tempatnya.

Naruto tak membalas apa-apa, karena ia tengah terfokus pada sosok di sampingnya, "Kuharap, setelah ini kau segera mengingatku, Sasuke." Bisik Naruto sebelum menggendong tubuh Sasuke, yang sudah terlelap itu.

.

.

.

.

.

Di kamar pribadinya yang masih berada di klub mewah yang dia bangun, Naruto membawa Sasuke. Ia baringkan Sasuke di atas spring bed miliknya, ia tatap sekujur tubuh Sasuke tanpa berkedip. Berbagai presepsi timbul dan tenggelam di otaknya. Ia memejamkan mata, menguatkan hatinya akan sesuatu yang baru saja ia pikirkan. Dan dengan penuh keyakinan, mulailah pria beriris biru itu mendekati tubuh pemuda berpupil onyx itu, dan secara berurutan mulai melepas kancing seragam Sasuke hingga bagian depan tubuh Sasuke terekspos bebas.

Dengan hati-hati ia merayap di atas tubuh Sasuke, menempatkan wajahnya di depan wajah pulas sang istri kelima. Jari-jari letiknya mulai menari, menyibak poni Sasuke, membelai kelopak matanya, hidung mbangirnya, dan terakhir bibir merah Sasuke. Ia masih dapat merasakan betapa lembut dan hangatnya bibir pemuda itu ketika pertama kali menciumnya 7 tahun yang lalu. Dan ini, akan menjadi kali keduanya merasakan benda kenyal Sasuke.

Tapi, hampir semenit berlalu, Naruto tidak juga melakukan apa yang sedaritadi berkecamuk dalam otaknya, hingga akhirnya ia mendesis, "Aku... tidak bisa melakukannya, aku tidak bisa 'Suke..." Dengan frustasi akhirnya ia memilih turun dari atas tubuh Sasuke, dan kembali merapikan baju-baju Sasuke.

"Kita harus pulang," katanya usai membopong Sasuke dipundaknya, bersiap menuju parkiran untuk mencari mobil sportnya.

._._. X ._._.

"Biar aku yang membawanya ke dalam kamar!" Dengan tegas, dan sedikit nada memaksa, Kakashi yang marah melihat Naruto pulang sambil membawa Sasuke yang tengah mabuk berat segera mengambil alih tubuh si raven dan menggendongnya ala bridal, "Lain kali, kalau kau sampai mengajaknya ke klub sialanmu itu, awas saja kau!" Ancam Kakashi pada pemuda yang sama sekali tidak merasa gentar oleh perlakuannya.

"Huh, silahkan saja ancam aku, karena Namikaze Naruto, akan balik menyerangmu!" Umpat Naruto dengan seringai misterius.

.

.

.

.

.

Kini tubuh tak berdaya Sasuke tertidur dalam pelukan Kakashi yang sudah mengenyahkan helai kain penganggu di tubuh Uchiha bungsu. Bibirnya memagut bibir Sasuke yang masih tidur pulas dengan liar dan ganas. Jari tangannya yang tidak ia gunakan untuk menopang berat badannya ia gunakan untuk memilin puting kecil Sasuke yang telah menegang dengan sendirinya. Sementara lutut dan pahanya bergerak naik turun untuk membelai kejantanan Sasuke. Ia bersyukur karena tindakan bodoh Naruto membuatnya lebih mudah untuk bersenggama dengan Sasuke.

"emmhh... enngghh..." Dengan mata masih terpejam, Sasuke mengerang dan meracau tak jelas. Dari air mukanya, dapat terlihat jika ia menyukai rangsangan Kakashi. Tapi, pada akhirnya Sasuke bangun juga. Tapi sayangnya, saat ia sadar jika posisinya sedang tidak dalam keadaan yang menyenangkan, semua sudah terlambat. Dengan seringai bak iblis, pria tua itu melesakkan kesejatiannya yang besar menembus lubang sempit Sasuke.

"AAARRRGGHHH..." Uchiha Sasuke menjerit kencang, kepala mendongak ke atas dengan bagian punggungnya melengkung ke arah yang sama. Air matanya mengalir, bersamaan dengan keluarnya darah ketika liangnya di koyak dengan brutal oleh pria yang mempersuntingnya belum lama ini. Pria yang tengah mendesahkan nada kenikmatan disaat ia mengerang kesakitan. Orang yang kini telah menembus tubuhnya saat ia dalam keadaan lengah. Sesuatu yang sangat ia benci. Hal yang paling tidak ia harapkan.

"Henntikkan... Akh.. sakiittt..."

"Haa.. Tidak, kau.. ughh... harus melayaniku, sampai aku puasshh... khhh..." Yah, sampai akhir 'permainan' keduanya, dia hampir klimaks 3 kali dengan berbagai posisi dan gaya, sedangkan Sasuke sekalipun belum mencampai titik puncak, karena ia memang sama sekali tidak terangsang oleh sentuhan Kakashi. Karena Sasuke adalah pria normal yang takkan terpengaruh.

"Ahhh... sudah! Sakkittthh..." Darah yang keluar dari liang Sasuke memang sudah tidak mengalir sebanyak awal tadi, tapi rasa panas, dan nyeri seakan membuat tubuh bersimbah keringat milik Sasuke menjadi lemas.

Permintaan Sasukepun hanya sebatas keinginan semu. Kakashi masih dengan brutal mengoyak dan menusuk lubang sempit pemuda itu seakan penuh dendam...

"Aku... kelu-arrgghh..." Pria berusia lebih dari 40 tahun itu kembali orgasme. Tubuhnya ambruk menindih badan yang lebih kecil di bawahnya.

"Me-menyingkir dari tubuhku!" Ujar Sasuke dengan lemah, ia berusaha mendorong bahu Kakashi dari atas badannya. Hanya untuk kali ini, Kakashi mematuhi keinginan Sasuke, membiarkan pria muda yang meringis kesakitan itu bangun dari posisi tidurnya, berjalan tertatih dan terhuyung menuju kamar mandi. Membiarkan bercak darah menetes dan meninggalkan jejak di lantai. Pemuda raven itu merasa harga dirinya telah direnggut, dan ini adalah kesalahannya, juga pria yang sudah membuatnya mabuk hingga lengah seperti tadi. Jika saja ia menolak ajakan Naruto, pasti ini takkan terjadi.

"Sial-sial SIAAAALL..." Ia pukul dinding keramik di hadapannya, ia frustasi sekarang ini.

._._. X ._._.

PLAAK

Naruto mengelus pipi kecoklatannya ketika rasa panas dan nyeri mulai menjalar di wajahnya. Dengan pandangan tidak mengerti, ia tatap pemuda raven di depannya, "Apa-apa'an kau Sasuke?"

"Kau menjebakku!" Sergah pemuda itu cepat. Alisnya bertautan menahan kemarahan. Buku-buku jarinya terkepal untuk sedikit menenangkannya dari gejolak emosi yang meletup-letup di kepalanya. Tapi, di balik ekpresi penuh kemarahan itu, ada satu luka mendalam disana. Rasa kecewa, sedih, dan sakit hati.

"Aku tidak mengerti apa maksud kata-katamu?" balas Naruto.

Sasuke menggeram kesal, "Kau bersekongkol dengan Kakashi. Kau mengajakku ke klub miliknya dan membuatku mabuk, lalu saat aku lengah kau serahkan aku pada Kakashi agar dia bisa menyetubuhi dengan muda, iya 'kan?" tuduh Sasuke dengan nada sedikit membentak.

Pupil hitam Naruto mengecil, ia tidak percaya jika Kakashi akan berbuatselicik itu. Persetubuhan diantara dua pasangan itu benar-benar tak terfikirkan olehnya. "Aku tidak tau menau soal itu..." desis 'istri' keempat Kakashi itu disela rasa benci yang mulai timbul akibat ulah Kakashi. Ya, ia marah pada pria tua itu, ia sangat marah. Mengetahui orang yang ia sukai disetubuhi paksa oleh Kakashi membuat emosinya memuncak, tapi seandainya ia tidak membuat Sasuke mabuk, mungkin hal yang seperti ini juga tidak akan terjadi.

BUUGHH

"Ukh..." Tubuh Naruto limbung dan jatuh terhempas ke lantai ketika Sasuke melayangkan tinju tepat dirahangnya. Sakit memang, tapi ia tau, rasa sakit itu tidak sebanding dengan apa yang Sasuke rasakan.

"Aku benci padamu!" Pernyataan Sasuke barusan seakan menohoknya. "Aku sangat membencimu! Dasar brengsek!" Sasuke yang sudah duduk di atas dada Naruto makin brutal melayangkan tinjunya. Tidak peduli pada hidung dan sudut bibir Naruto yang sudah mengeluarkan darah, atau sembab karena ia sedang gelap mata. "Kau pria paling brengsek yang pernah kukenal Namikaze, dan aku sangat menyesal dapat mengenalmu!" raung Sasuke.

Sungguh kekuatan Naruto seakan terserap udara, ketika mendengar semua ucapan Sasuke. Ia ingin Sasuke menyukainya, bukan malah hal yang sebaliknya.

"Apa kau tau, Namikaze? Aku, muak melihatmu!" Dengan berakhirnya kalimat Sasuke itu, nyeri di wajah Naruto makin bertambah ketika Sasuke menghajarnya dengan bertubi-tubi.

"HENTIKAN SASUKE!" Kakashi yang muncul bersama Rin segera melerai perkelahian yang lebih di domanisi oleh si raven. "Apa-apa'an kalian ini, terlebih lagi kau Sasuke?" Bentak Kakashi sambil melindungi Naruto, mendekapnya tubuh pemuda itu. Sementara Rin, berada di depan Sasuke yang masih ingin memukul pria berambut hitam legam itu.

"Jangan ganggu! Ini masalahku dengannya!" Raung Sasuke berusaha menggapai Naruto yang hampir pingsan itu, "Aku harus menghajarnya, aku harus membuatnya mengerti apa yang aku rasakan!"

"Sasuke-kun, tenangkan dirimu Nak!" Rin memegangi pundak Sasuke, berharap pemuda berkulit putih susu itu sedikit meredam emosinya. Naruto melepas paksa pelukan Kakashi, wajahnya sudah dipenuhi lebam dan darah, pandangannya berkunang-kunang karena luka sobek di keningnya ketika menatap Sasuke.

"Maafkan aku 'Suke-" Akhirnya tubuh itu kehilangan kesadarannya juga. Naruto pingsan. Dan untungnya, Kakashi ada disana untuk menolongnya. Sasuke yang melihat Kakashi membopong Naruto naik ke lantai dua, nampak tidakpeduli dan tidak merasa bersalah sama sekali.

"Kau puas Sasuke?" tanya Rin padanya yang sedang memijat kepalanya sendiri, tangannya terasa sakit dan sedikit mengeluarkan darah. Itu menunjukkan jika ia terlalu keras menghajar istri keempat Kakashi itu. "Apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian? Kenapa sampai bertengkar seperti itu?" Sasuke yang tak berniat menjawab segera berlalu meninggalkan Rin, membuat wanita bersurai coklat itu menghela nafas. Dalam pikiran Sasuke saat ini, menenangkan diri jauh lebih baik daripada ia harus memuntahkan kemarahannya pada orang yang tak tau apa-apa.

._._. X ._._.

Namikaze Naruto terbangun di dalam kamar miliknya yang beberapa hari yang lalu menjadi tempat bercinta diantara Sasuke dan Kakashi. Oh, mengingat Sasuke, entah kenapa ia merasa sedih. Tentu saja begitu, karena cinta yang ia inginkan berubah menjadi benci yang mendalam hanya karena masalah yang, memang tidak bisa dibilang mudah. "Maafkan, aku Sasuke..." gumamnya penuh sesal.

"Kau tidak perlu merasa bersalah dengan hal yang tidak kau lakukan!" Naruto menggulirkan bola matanya ke kanan, dimana Kakashi duduk di pinggir ranjangnya.

"Kau tidak mengerti apa masalahnya!" tandas Naruto. "Dan kenapa kau tiba-tiba peduli dan membelaku?"

Kakashi mengerlingkan bola matanya, "Kau adalah 'istri'ku, tentu saja aku peduli padamu!"

"Terimakasih, tapi aku tidak butuh semua itu!" Saat Kakashi hendak menimpali, Naruto lebih dulu berkata, "Lebih baik kau tinggalkan ruanganku! Aku.. mau istirahat!" ujarnya sambil menahan kesal. Kakashi mendengus, ia tidak mengerti kenapa dua 'istri'nya yang terakhir sangat keras kepala. Tapi satu yang pasti, mendapatkan kedua orang itu adalah suatu kebanggan baginya yang seorang biseksual.

"Baiklah, tapi kalau kau butuh sesuatu, kau bisa panggil aku!" katanya sebelum melenggang keluar. Dia memang suami sah seorang Namikaze Naruto. Tapi ia juga tidak berhak terlalu banyak tau tentang masalah lelaki itu.

._._. X ._._.

Pupil obsidian itu menatap hampa genangan air bekas hujan semalam. Tak ada gurat wajah yang dapat menjelaskan seperti apa perasaan pemuda 16 tahun itu, semua nampak sama. Datar. Hanya lingkar hitam di bawah matanya saja yang sedikit menjelaskan jika ia memang kurang tidur beberapa hari ini. Matanya yang biasanya memandang dengan tajam objek yang dilihatnya, kini terlihat sayu. Seakan menahan kesedihan dan luka yang mendalam.

"Katakan apa yang bisa kuperbuat agar sedikit mengurangi bebanmu Ototou!" Lelaki dengan garis halus didekat hidungnya itu muncul dari arah belakang-dimana rumah mewah miliknya berdiri megah- dengan tangan kanannya membawa syal putih yang dirajut khusus oleh ibu kedua pemuda bermarga Uchiha itu. Tanpa diminta, ia dengan penuh kasih sayang, melingkarkan syal itu dileher sang adik yang agak kedinginan karena suhu udara yang makin lama makin turun. "Sebagai kakakmu, aku juga ingin kau mau berbagi cerita denganku," lanjutnya. Dan kini, pria berkuncir itu duduk berdampingan dengan sang adik yang tetap tak bergeming, dan bahkan terkesan tidak menyadari kehadirannya.

Itachi menghela nafas panjang, harusnya ia tau apa yang membuat adiknya menjadi seperti demikian. Ia harus menyadari apa penyebab kepulangan mendadak sang adik dua hari yang lalu dalam keadaan basah kuyup terguyur hujan dan kedinginan. Ia tau siapa yang membuat Sasuke berjalan tertatih dengan gurat kesakitan yang amat sangat. Dia adalah orang yang sama yang menyebabkan sang adik berubah sedemikian rupa.

Itachi menarik kepala Sasuke untuk ia sandarkan dibahunya, "Maafkan kami Sasuke, maafkan kami..." ujarnya yang terdengar seperti bisikan penyesalan. 'Kami, hanya membuat hidupmu berantakkan...' lanjutnya dalam hati.

Sasuke yang biasanya akan berontak dengan perhatian dari orang-orang disekitarnya kini lebih memilih diam dan menurut. Membiarkan tangan besar sang kakak membelai dan mengelus rambutnya. Mungkin Itachi berniat membuatnya tenang dengan hal tersebut, dan jika memang benar demikian, itu berhasil. Setidaknya, belaian lembut penuh kasih sayangnya itu mampu membuat Sasuke perlahan-lahan memejamkan kedua kelopak matanya. Tertidur.

._._. X ._._.

"Ayo kita pulang Sasuke!" Sorot mata pria yang baru saja disebut namanya itu reflek menajam. Ia menatap benci pada Kakashi yang sudah mengatur-ngatur jalan hidupnya.

"Aku tidak mau!" tegas Sasuke. Bukan karena Sasuke merasa tak nyaman berada di rumah mewah pria tua itu, juga karena kehadiran Naruto yang turut menjadi salah satu deretan orang yang paling dibencinya.

Kakashi menggeram kesal, "Kau harus ikut denganku!" ia segera meraih paksa tangan Sasuke, namun dengan cepat pemuda berambut hitam kebiruan itu melepaskan diri.

"Jangan memaksaku Hatake-san! Aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku disana lagi, tidak akan!" Sergah Sasuke. Ia tidak peduli lagi dengan dimana tempat percekcokan itu terjadi.

"Kau adalah 'istri'ku, sudah sewajarnya jika kau ikut pulang bersamaku!"

"Asal kau tau, aku tidak pernah sudi menjadi pasangan pria tua yang menjijikan sep-" Tubuh Sasuke nyaris kehilangan keseimbangan setelah Kakashi menampar pipinya dengan keras hingga menyisakan bekas kemerahan yang cukup kentara. Saat Sasuke lengah itulah, pria berambut silver tersebut meraih dagu Sasuke agar dapat bertukar pandang dengannya.

Sorot mata Uchiha yang tadinya penuh rasa benci perlahan-lahan mulai memudar, berganti oleh sorot sayu dan nampak lemah.

"Nnng..." Dan tak lama kemudian, kedua kelopak matanya terkatup, dengan tubuh yang lemas seperti orang tidur. Ya, lagi-lagi hipnotis mampu membuat Uchiha Sasuke tenang. Tanpa pikir panjang, Kakashi menggendong Sasuke yang sudah terlelap itu masuk ke dalam mobilnya lalu menidurkan 'istri' kelimanya di jok belakang. Kakashi menelan ludah, melihat tubuh ramping dengan kulit sehalus sutra yang tergolek tanpa daya milik 'istri' termudanya itu, ntah kenapa gairah pria itu mendadak naik. Ia jilat bibir bawahnya yang kering, buru-buru ia ikut masuk ke dalam mobil yang sudah ia tutup rapat dan merayap di atas tubuh Sasuke.

"Aku ingin kembali memilikmu my special wifes..." desisnya. Terlintas pemikiran kotor yang muncul di otaknya untuk membuat Sasuke merasakan sensasi luar biasa ketika mereka bercinta nanti. Dan Kakashi sudah menyiapkan semua itu.

._._. X ._._.

TBC

._._. X ._._.

Ahh... fanfic abal macam apa ini? Hasilnya jelek banget. Haa, mau gimana lagi, inilah hasil begadang Fu akhir-akhir ini. Yosh, makasih buat semua yang udah review, maaf... Fu jarang balas... Jaa,