A Super Junior's Fanfiction

All member belongs to God and themselves

.

Ichinikyuu Rin

presents

A Photograph

.

Semoga menikmatinya, chingu-sshi :D


Seorang namja bertubuh tinggi sedang asyik mengambil foto dari atas atap bangunan sebuah sekolah. Dia mengambil gambar langit yang entah kenapa terlihat begitu menarik untuknya. Ada sebuah bentuk yang jarang... seperti icon wajah yang sedang tersenyum.

Tidak sia-sia dia berlari dengan seluruh tenaganya ke atap bangunan berlantai tiga ini. Saat dia sedang berjalan-jalan, tiba-tiba dia melihat bentuk awan itu. Tanpa pikir panjang, akhirnya dia melangkahkan kaki jenjangnya itu.

Senyum lebar menghiasi wajah rupawan itu. Sebentuk lesung tergambar pas di wajahnya saat dia melihat layar kameranya.

"Haah, cantik sekali."

Baiklah. Namja ini memiliki nama Choi Siwon, seorang siswa kuliah tingkat 2 jurusan fotografi. Dia adalah seorang yang telah diakui memiliki bakat karena ada sisi artistik yang dalam dan keindahan yang berbeda dalam fotonya. Gayanya untuk mengabadikan suatu gambar itu berbeda dari fotografer kebanyakan.

Oh ya, satu lagi. Choi Siwon tidak pernah menggunakan ataupun meminta manusia untuk menjadi model fotonya.

Kenapa? Karena dia tidak suka. Dia pernah mengambil foto temannya waktu masih sekolah di SMA, dan dia langsung memutuskan untuk berhenti mengambil foto manusia saat dia mencetak foto itu.

Ada sisi manusia—yang dia tidak mengerti kenapa—akan tergambar begitu saja saat foto mereka yang diambilnya dicetak. Dia tidak suka... dia tidak suka kepalsuan yang ada di wajah-wajah orang itu.

Dia suka kejujuran yang selalu dapat alam berikan padanya. Karena itulah, hampir seluruh hasil fotonya bertema tentang langit, matahari, awan, dan apapun selain manusia.

Kamera yang dia pakai tadi segera dimasukkannya ke dalam tas kecil khusus kameranya.

Ini, adalah saat pertamanya mendatangi kota ini. Salah satu tempat yang dia lupa namanya, namun dia ingat bahwa daerah ini terkenal dengan pemandangan gunungnya yang indah.

Gunung Nam... yang ada di Namsan.

Dia mengincar pemandangan malam yang katanya akan terlihat sangat indah jika dilihat dari Gunung Nam itu.

Saking asyiknya dia membayangkan keindahan gunung itu, dia sampai lupa membawa peta dan penunjuk jalan. Hingga kini, saat sore sudah mulai menjelang... dia sama sekali tidak dapat menemukan gunung itu.

"Kenapa aku bisa sampai lupa membawa peta? Dan di ponselku, fitur GPS dan Peta tidak dapat berfungsi di daerah pedalaman ini. Kau teledor sekali, Siwon..."

Lelaki tampan itu menuruni tangga dengan wajah yang kusut. Saat tiba di lantai bawah, dia tidak sadar bahwa ada orang yang sedang setengah berlari menuju ke arahnya.

"Ah! Minggir kau yang ada di sana!"

Siwon tidak sempat menghindar, dan akhirnya tabrakan pun terjadi. Sosok yang berlari tadi menimpa tubuh Siwon. Siwon yang kepalanya terbentur lantai mengaduh pelan sambil memegang bahu orang yang menimpanya.

"Hei, gwenchana?"

"Nae, mianhae," jawab sosok yang sekarang sudah dalam posisi duduk sambil membersihkan tubuhnya. Dia berdiri dan mengulurkan tangannya pada Siwon. Siwon hanya tersenyum dan menerima uluran tangan sosok itu.

"Arasso, aku tahu kau tidak sengaja," kata Siwon lembut. Dia sempat terkejut melihat wajah orang yang menabraknya itu. Putih, manis, hangat... dan matanya itu yang membuat Siwon terpaku.

"Ne, ada orangtua siswa yang melupakan tas anaknya dan YAH! Kenapa aku lupa memberikannya? Mianhae, aku harus pergi!" seru namja itu sambil berlari menuju pintu keluar.

Siwon menatap heran. Tapi dia merasa tidak perlu ambil pusing, lagipula dia harus cepat menyetop taksi dan meminta sang supir untuk mengantarkannya ke Gunung Nam itu. Dan entah kenapa, wajah namja tadi terus terbayang di kepalanya.

Hatinya.

Menghela napas, dia mengambil tasnya yang ikut terjatuh saat insiden tabrakan kecil tadi. Saat dia mengangkatnya, tidak ada rasa berat yang menyapa.

Siwon terkejut. Dia langsung membuka tas itu dan merasakan firasatnya benar.

"Oh tidak... tasnya tertukar."

Tanpa ambil pusing lagi, Siwon berlari mengejar orang yang membawa kameranya. Dia tidak mau terjadi apa-apa dengan kamera itu karena semua tugas dan gambar-gambar yang diambilnya ada di roll filmnya.

Di ujung jalan, dia melihat orang tadi sedang memberikan tas miliknya pada seorang ibu-ibu yang ada di dalam mobil.

"Hoi! Tas kita tertukar!" teriak Siwon sambil berlari ke arah namja itu. Namun, sayang. Mobil itu pun melaju setelah terdengar bunyi khas pintu yang ditutup.

Siwon berhenti di depan namja itu sambil menstabilkan napasnya yang sedikit terengah.

"Tas... kita... tertukar, tahu?"

Namja yang tadi menatap Siwon heran menepuk kepalanya. "Omona? Sungguh?"

Siwon hanya mengangguk dan melepaskan satu kancing atas kemejanya. Terus berlari membuatnya gerah dan panas.

"Maaf. Tas kalian sama-sama kecil. Pantas, tas tadi terasa berat."

"Lalu bagaimana? Aku harus segera menyelesaikan tugas kuliahku. Aku harus ke Gunung Nam untuk memotret, dan aku pun belum tahu di mana letak gunung itu. Ah, Tuhan... bantu aku."

Namja itu memandang Siwon dengan mata bersalah. Namun tiba-tiba, raut wajahnya berubah seperti ada ide yang bagus masuk ke pikirannya.

"Nae, aku tahu di mana Gunung itu, aku tahu banyak hal tentang pemandangan di sana, jadi aku bisa mengantarmu. Dan aku pastikan kameramu akan kembali besok pagi. Aku akan menghubungi Ibu itu untuk membawakan tasmu besok, bagaimana?"

Siwon mengangguk. "Lalu? Aku harus menginap di mana? Dompet dan seluruh uangku ada di tas itu."

Tanpa ragu, namja itu menarik lengan Siwon dengan lembut dan cepat. Dia berjalan dengan sedikit cepat sambil menarik tangan Siwon karena hari sudah mulai gelap.

"Kau bisa bermalam di rumahku. Tapi, maaf ya di sana agak ramai dan banyak orang di sana."

"Gomawo. Ah, aku tidak tahu siapa namamu," lirih Siwon. Dia tidak paham, mengapa dia membiarkan orang lain memperlakukannya seperti orang buta arah seperti ini. Namun, rasa nyaman yang merasuk ke dalam hatinya membuatnya enggan menarik tangannya dari genggaman namja di depannya ini.

Namja itu menolehkan wajahnya dan tersenyum lembut. "Mianhae. Kim Kibum, imnida."

Siwon yang melihat senyum itu, entah mengapa refleks membalas senyum lembut tadi.

"Choi Siwon, imnida."

To Be Continued


R/N

Annyeong, chingu-sshi :)

Gomawo chingudeul... atas segala sambutan hangat, semangat dan banyak hal lain yang kalian berikan untuk saya di fanfic pertama saya kemarin.

Kamsahamida untuk Yufa-eonnie, Ly-chan, sihanchul 21, Sweet Ave Maria, ZuZiZu-ZuZu, Kim TaeNa, Yuera Kichito -Cloudyue291, mellchaaa, Lee Taesung, Mentari Lacamara, Sulli Otter, Min Hyorin, Han Soo Ki, Pipit-SungminniELFishy, Minnie Chagiy4yang sudah memberikan saya review di Tetaplah Hidup, Kibum.

Gomawo, juga untuk semua yang sudah baca :D

Nah, ini adalah fic chapter saya yang pertama di fandom ini. Mind to review, please, chingu?

Saya lanjutkan atau tidak? Semoga kalian berkenan meninggalkan semangat, kritik, dan saran untuk penulis baru seperti saya ini ^^