nacchan's note : ini fic kedua nacchan (kali ini berseri ya, tapi tetep aja rate M...)
kayaknya, di chapter satu ini cuma ada lime-nya aja deh... *nangis darah*
maaf yaa minna-chan! nacchan ga isiin lemonnya di chapter 1 ini! *nyesel banget, nangis lagi*
*sujud* minna-chan! nacchan janji di chapter 2 entar pasti isi lemonnya (dan diusahakan agar hot)
*sujud lagi* mohon read & review-nya ya, tapi kali ini nacchan gak terima flame, tapi kalo ada yang nge-flame, makasih aja ya :3
okay, HAPPY READING all!
Plumeria~ Hana Uta (Flowers for You)
Disclaimer : Masashi Kishimoto-sensei
Author : Nacchan (Hime Natsuki)
Genre : Romance
Rate : M
Warning : Don't like? Don't read! Warning, Yaoi. LIME/LEMON INSIDE!
Pair : Fugaku-Minato, Sasu-Naru
Malam hari di Konoha memang benar-benar indah. Kunang-kunang berlarian mengejar satu sama lain dengan cahayanya yang redup-redup. Udara sejuk berhembus pelan. Sebuah apartemen bertingkat yang sederhana berdiri disana, tepat dipojok desa Konoha.
Fugaku Uchiha—seorang pemuda berusia sekitar 17 tahun—mengambil sebungkus ramen instan, merebusnya sambil meminum kopinya pelan. Mug biru mudanya mengepulkan uap tipis. Bau kopi yang lembut memenuhi seluruh ruangan. Minato Namikaze masuk ke dapur apartemen kecil mereka, sambil menggerutu. Pria berambut kuning keemasan serta bertubuh jangkung itu (tapi masih kalah jangkung kalau dibandingkan dengan Fugaku), menghempaskan pantatnya di kursi yang berjok empuk.
"Haah... pekerjaan kali ini benar-benar membuatku frustasi." Fugaku menoleh ke arah Minato dengan senyuman lembut. Minato masih ada dalam balutan seragam anbu-nya. Nampaknya ia baru saja selesai menjalankan misi.
Fugaku meletakkan mugnya di lantai, memegang pipi Minato lembut dan mencium bibir Minato sejenak yang membuat seluruh wajah Minato memerah.
Minato menutup bibirnya dengan kedua telapak tangan, cepat. "Ap... apa yang kau lakukan, Fugaku!" katanya tergagap. Fugaku hanya tertawa melihat kelakuan Minato yang layaknya anak kecil.
Sudah setahun mereka hidup bersama di salah satu ruangan mungil, namun bersih, pada apartemen di pojok Konoha itu. Sudah setahun pula hubungan 'spesial' yang mereka jalankan bersama disana. Ya, seperti yang kalian duga. Minato adalah kekasih Fugaku.
"Mina-chan, kau benar-benar seperti anak kecil." goda Fugaku sambil mengambil kembali mug yang ia taruh tadi di lantai dan meminum isinya sampai habis, kemudian ia meletakkan mug itu ke bak cuci dan kembali duduk disebelah Minato. Minato hanya buang muka karena malu. Fugaku kembali terkekeh.
Minato menoleh ke arah Fugaku kesal. "Kau! Berhenti memanggilku seperti itu, atau..." kalimat Minato terpotong karena Fugaku sudah mendekatkan wajahnya kepada wajah Minato. Hanya tinggal sesenti... bukan... semili lagi, Fugaku akan melumat kembali bibir milik Minato. Mata milik Fugaku mengamati setiap detail wajah milik kekasihnya, Minato. Minato memejamkan matanya, tanda ia setuju untuk dicium. Tanpa buang-buang waktu lagi, Fugaku segera melumat bibir Minato.
"Mmmmmm~" ciuman Fugaku yang menyertakan lidahnya membuat Minato tidak tahan. Fugaku memang paling pintar melakukan hal macam ini. Ciuman Fugaku ganas, tetapi lembut. Minato melepaskan ciumannya dengan cara mendorong tubuh Fugaku pelan. "Hahh... hahh..." nafas Minato nampak tak beraturan. Fugaku mengeluarkan senyum mautnya yang membuat Minato tak berkutik, lemas.
"Ayo kita lanjutkan di kamar." kata Fugaku dengan senyum penuh kemenangan. Wajah Minato merona saat digendong ala pengantin oleh Fugaku.
"EEEEEHH... tapi! Tunggu dulu!" kata Minato setengah berteriak. Fugaku berhenti tepat dibelakang pintu dapur. Wajahnya menyiratkan tanda tanya.
"Matikan dulu kompornya, baka." kata Minato.
...
Fugaku terbangun. Kamar itu sangat gelap, dan Fugaku harus meraba-raba tembok ketika mencari saklar untuk menghidupkan lampu kamar.
"Ngghh... Fugaku... aku lelah..." Minato menggulung dirinya di dalam selimut cokelat tebal milik mereka berdua. Fugaku hanya tersenyum melihat kekasihnya yang kelelahan sehabis melakukan itu.
"Ya sudahlah, tidur saja dulu, Mina-chan. Oyasumi." Fugaku mendekat ke arah Minato dan membetulkan letak selimutnya yang acak-acakan di atas tubuh Minato. Minato hanya menguap kecil dan kembali tidur.
Fugaku meninggalkan Minato yang sudah terlelap ke kamar mandi. Disana, Fugaku mengisi penuh bathtub dengan air hangat. Fugaku lalu menceburkan dirinya begitu saja dan merasakan hangatnya air dan peluhnya yang menyatu jadi satu. Ia memejamkan matanya sejenak, dan membukanya lagi. Begitu seterusnya hingga ia bosan dan beranjak dari dalam bathtub. Fugaku berjalan menuju kaca yang ada diatas wastafel dan memutar kran hingga air dingin mengucur deras di telapak tangannya. Fugaku sedikit merinding saat tangannya yang tadi direndam di dalam air hangat, terkena air dingin. Fugaku kemudian memperhatikan wajahnya di cermin. Ia meletakkan satu tangannya di pipi, dekat dengan matanya.
"Aishiteru, Minato. Sampai kapan pun aku akan selalu mencintaimu." Fugaku kemudian mengeluarkan mata sharingan-nya. Kedua bola matanya berubah menjadi berwarna merah dengan tiga titik berekor di pupilnya yang saling menyatu satu dengan lainnya. Klan Uchiha adalah klan yang terbuang dan disisihkan oleh Hokage kedua. Itu sengaja dilakukan oleh Hokage kedua untuk melenyapkan klan Uchiha. Sebetulnya, klan Senju melakukan gencatan senjata pada klan Uchiha hanya untuk mempermudah cara melenyapkannya. Madara Uchiha, pemuka klan Uchiha yang lenyap entah kemana, kini kembali lagi ke Konoha dan mengajak Fugaku secara diam-diam untuk melakukan pemberontakan atau kudeta terhadap Hokage kedua.
Fugaku bimbang. Ia tidak ingin nama klannya hancur diinjak-injak oleh klan Senju. Namun, Minato pasti tidak akan setuju jika Fugaku melakukan kudeta, karena hal itu akan menjatuhkan banyak korban. Apalagi untuk mengajak Minato pergi dari desa, itu adalah sesuatu yang mustahil dan sulit untuk dilakukan. Itu karena Minato sangat mencintai desa Konoha, desa kelahirannya. Maka, inilah satu-satunya pilihan yang bisa dipilih.
Ia harus pergi sebelum Minato yang meninggalkannya...
...
Minato bangun dengan rasa sakit di pinggangnya. Ia bangun agak siang karena tahu bahwa ini hari libur kerja dan Fugaku pasti sudah menyiapkan sarapan untuknya.
"Fugakuuuuu..." teriaknya sambil mengusap-usap pinggangnya—seperti biasa. Namun tidak ada yang menyahut. "Heh?"
"Fugaku? Fugaku?" Minato menarik selimutnya, berharap kekasihnya itu masih terlelap di baliknya. Namun, tempat itu kosong.
Minato bangkit dengan panik dari atas ranjangnya. Minato belum mengenakan apa pun ketika ia membuka pintu kamarnya dengan kasar, bunyi berdebam yang berasal dari pintu kamarnya tidak digubrisnya sama sekali. Biasanya, Fugaku ada di ruang tamu, menyeruput kopinya sambil membaca koran harian Konoha. Namun, hari ini ruang tamu itu kosong. Atau, biasanya saat ini Fugaku pasti sedang menyiapkan sarapan untuk mereka di dapur. Minato melangkah bimbang ke arah dapur mereka. Tidak ada... Fugaku tidak ada. Ini pertama kalinya Fugaku tidak menemani Minato pada hari libur. Bahkan, sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa Fugaku ada di apartemen mungil mereka.
'Kemana Fugaku?' batin Minato. Minato kembali ke kamarnya untuk mengenakan pakaian dan pergi dengan tergesa dari apartemennya.
Minato berlari dengan cepat menuju pusat informasi Konoha untuk melaporkan orang hilang. "Tolong aku, Fugaku Uchiha menghilang!" kata Minato panik kepada para petugas jaga yang ada disana.
"Ada apa ini sebenarnya, Minato-kun. Kau sudah panik pagi-pagi begini." tanya petugas itu.
Minato yang masih tersengal-sengal jadi kecewa karena respon orang itu. Bagaimana tidak? Fugaku tidak ada disisinya saja sudah membuatnya sangat panik. Apalagi ini hari libur kerja. Seharusnya, Fugaku ada disisinya, menikmati liburan yang menyenangkan sebelum menjalankan aktifitas seperti biasa keesokan harinya. Berdua... Fugaku dan Minato.
'Degg!' tiba-tiba saja dada Minato sakit ketika membayangkan jika terjadi apa-apa pada Fugaku.
'Tidak! Tidak! Hal buruk macam apa pun tidak boleh terjadi kepada Fugaku!' batin Minato. Ia menggeleng keras untung mengenyahkan bayangan mengerikan tadi. 'Fugaku itu orang yang kuat, dia pasti bisa melindungi dirinya sendiri.' Minato berusaha menenangkan dirinya, ia masih berdiri di depan pos jaga pusat informasi Konoha.
Petugas itu melirik kalender yang ada di sebelahnya dengan tidak sengaja. Tanggal pada hari ini dilingkari dengan spidol merah. Petugas itu menepuk tangannya dengan senyum di wajahnya, seakan teringat akan sesuatu.
"Oh iya, Minato. Apa kau tidak diundang ke pesta pernikahan Fugaku dan Mikoto?" katanya senang, petugas itu nampak tidak menyadari bahwa ada kekecewaan, rasa kaget, dan sakit hati yang bercampur jadi satu di atas permukaan wajah Minato.
'Tidak... ini bohong kan? Fugaku tidak mungkin meninggalkanku. Ia mengatakan bahwa ia mencintaiku, setiap hari, selama kami hidup bersama...' Minato mengusap ujung matanya yang mulai menitikkan air mata.
...
Fugaku menunduk dengan perasaan yang campur aduk, namun disembunyikannya baik-baik. Biar perasaannya ini kepada Minato dipendam saja dalam-dalam. Tidak ada yang perlu diungkit kembali. Hari ini ia akan menikah. Ya! Menikah! Inilah cara pelariannya dari cintanya yang teramat dalam kepada Minato.
'Kuharap Minato baik-baik saja.' kata Fugaku dalam hati. Mikoto, sang pengantin wanita yang semulanya sibuk membantu menyiapkan tempat upacara pernikahan, akhirnya menghampiri calon suaminya.
"Kau tidak apa-apa kan Fugaku?" tanyanya. Fugaku menggeleng, ia tetap menyembunyikan kecemasannya untuknya sendiri. Mikoto tidak perlu tahu, Mikoto pantas berbahagia meski pun Fugaku mencintai orang lain. Mikoto tidak bersalah, seharusnya ia tidak dilibatkan. Fugaku terus-terusan menerawang secara kosong pada saat Mikoto kembali pada kesibukannya, menyiapkan tempat upacara pernikahan mereka.
...
Minato berlari sepanjang jalan di Konoha untuk mencapai kediaman Mikoto. Kertas denah yang diberikan oleh petugas informasi tadi, basah terkena keringat Minato. Minato berlari, menabrak-nabrak orang, dan jatuh. Ia tidak perduli, pokoknya ia harus sampai secepat mungkin dan secepat yang ia bisa di kediaman Mikoto.
'Yak! Tinggal belok!' pikir Minato, ia langsung berbelok dengan cepat.
Minato melihat rumah paling ujung di blok itu. 'Itu kediaman Mikoto!' Minato berlari semakin kencang. Pintu rumahnya tertutup, namun bau harum—seperti dupa—menguar keluar. Minato membuka paksa pintu geser tersebut.
'Sreeeeekkk! Grakk!'
Semua tamu memandang ke arah pintu. Nampak Minato tersengal-sengal sambil bertumpu pada kusen pintu.
"Hentikaaaaaaaannn!" teriak Minato bersimbah air mata.
Mulai terdengar bisik-bisik dari para tamu yang datang menghadiri upacara pernikahan tersebut. Mikoto terkejut ketika mendengar teriakan Minato. Tapi tidak Fugaku. Fugaku sudah menduga apa yang akan terjadi. Mikoto menoleh ke arah Fugaku.
"Diam disini." bisik Fugaku kepada Mikoto. Mikoto menurut dan tetap duduk diam. Fugaku bangkit dan berjalan dengan tenang ke arah Minato yang meracau—antara tersengal dan terisak—Fugaku tidak tahu. Yang ia tahu hanya perasaan Minato yang pasti sama dengan perasaannya. Sedih, marah, bimbang, benci... tetapi cinta dan tidak ingin berpisah.
Minato menampar Fugaku keras. "Apa yang sudah kau lakukan?" teriaknya. Air matanya sudah menetes kemana-mana membasahi wajahnya. Fugaku hanya diam.
Kesunyian menemani mereka secara sesaat. Para tamu dan Mikoto diam tidak berkutik ketika melihat Minato menampar Fugaku. Sesaat, tangan Fugaku merogoh kantong hakama-nya dan mengeluarkan sepucuk bunga.
Itu adalah bunga Plumeria, bunga kesukaan Minato. Lalu Fugaku menyisipkan bunga itu di rambut Minato. Minato, Mikoto dan semua tamu tercengang, menatap apa yang dilakukan Fugaku kepada Minato.
"Arigatou gozaimasu, Mina-chan." bisik Fugaku di telinga Minato.
...
Konoha, 2 tahun kemudian.
Minato duduk di ruang Hokage. Minato telah diangkat menjadi Hokage keempat. Dan ia juga telah memiliki istri bernama Kushina. Kushina adalah gadis yang merupakan teman Minato waktu menjadi anbu dulu. Saat ini Kushina sedang hamil dan usia kehamilannya sudah menginjak sembilan bulan, sepertinya sebentar lagi ia akan melahirkan. Minato sangat menunggu saat-saat kelahiran anak pertamanya. Namun, ia tetap tidak bisa melupakan Fugaku. Ia juga masih tidak mengerti arti dari kata 'terima kasih' yang dibisikkan oleh Fugaku kepadanya, pada saat terakhir mereka bertemu. Minato bangkit dan mengambil mantel serta caping Hokagenya, bersiap-siap untuk pulang.
Sesampainya di rumah, Minato teringat akan sesuatu. Hari ini, Jiraiya—guru Minato yang mesum sekaligus kuat—akan datang ke rumahnya untuk menengok Minato dan istrinya. Ketika tiba di rumah Minato, Jiraiya disambut hangat oleh Minato dan istrinya.
Jiraiya tertawa keras. "Kushina, kau masih saja tomboy seperti dulu ya?" kata Jiraiya senang melihat Kushina.
Kushina cemberut. "Ah, diamlah guru. Kau ingat kan tujuanmu datang ke sini?" balas Kushina.
Jiraiya tertawa terbahak melihat wajah Kushina. "Oh iya... iya... rupanya kau tetap galak seperti dulu ya." kata Jiraiya. "Aku menyarankan agar anak ini dinamai... Naruto."
"Naruto?" kata Minato nampak menimbang.
Kushina tersenyum sambil mengelus perutnya yang membuncit karena hamil. "Nama yang bagus." kata Kushina senang.
"Eh... eh..., aku hanya bercanda. Nama itu kudapatkan sewaktu aku makan ramen, lho." Jiraiya nampak bingung karena nama itu nampaknya tidak cocok untuk menjadi nama seorang anak dari Hokage keempat. Minato terkekeh melihat gurunya yang tiba-tiba mati gaya.
Minato menepuk kepala Kushina yang duduk disebelahnya. "Guru, aku sangat setuju untuk menamai anak ini sesuai dengan apa yang guru katakan tadi, Naruto." Minato tersenyum ke arah Jiraiya. "Lagi pula, aku sangat berharap agar anak ini bisa tumbuh dengan sehat, kuat, dan menjadi orang yang hebat seperti guru." kata Minato tulus. Jiraiya yang dipuji seperti itu oleh Minato jadi tersipu.
"Baiklah, kita namai anak ini Naruto." kata Kushina memutuskan. Minato dan Jiraiya menyetujui dengan anggukan. Minato berharap ia bisa secepatnya melupakan Fugaku sepenuhnya agar ia tidak merusak momen-momen membahagiakan ini.
...
Sebuah insiden besar datang dan merusak kebahagiaan keluarga Minato dan Kushina. Kyuubi, monster musang berekor 9, tiba-tiba saja datang dan menyerang desa Konoha. Banyak penduduk yang mati akibat amukan Kyuubi. Minato—sang Hokage keempat—yang bertugas untuk melindungi rakyat desa, tentu saja tidak berdiam diri. Dikerahkannya seluruh pasukan elit Konoha untuk menjebak Kyuubi tepat di tengah-tengah hutan Konoha yang luas (itu dilakukan agar tidak semakin banyak korban berjatuhan) dan juga menyuruh ninja-ninja ahli beserta Jiraiya untuk mengevakuasi seluruh penduduk desa yang masih hidup ke tempat yang aman. Minato bermaksud untuk menyegel Kyuubi. Tapi, untuk melakukan segel itu, ia memerlukan tubuh seseorang dan harus mengorbankan nyawanya sendiri untuk melakukan segel. Mengorbankan nyawa bukanlah masalah bagi Minato. Namun, dimana ia bisa mendapatkan seseorang untuk melakukan penyegelan? Minato akhirnya teringat pada istrinya yang kini berada di rumah sakit Konoha. Kushina sedang melahirkan. Ia akan menggunakan tubuh Naruto—bayi mereka yang baru lahir—sebagai media untuk menyegel Kyuubi.
Minato berlari dengan cepat menuju rumah sakit Konoha. Setibanya disana, ia langsung masuk. Tidak susah menemukan ruangan dimana Kushina berada. Tangisan bayi yang keras menunjukkan jalan bagi Minato. Minato cepat-cepat masuk ke dalam ruangan itu. Ketika memasuki ruangan, yang Minato lihat hanya seorang ahli medis, perawat yang sedang menggendong bayi kecil, dan tubuh Kushina yang tergeletak lemah di ranjang rumah sakit. Minato langsung menghampiri ranjang Kushina, dan satu lagi, yang membuatnya benar-benar shock. Kushina sudah tidak bernyawa! Ahli medis menjelaskan kepada Minato bahwa kandungan Kushina tidak kuat, sehingga ada dua pilihan, membunuh bayinya agar ibunya selamat, atau membunuh ibunya untuk menyelamatkan bayinya. Kushina memilih pilihan kedua untuk menyelamatkan bayinya. Air mata Minato berderai karena mendengar hal itu. Dikecupnya kening Kushina yang dingin dan diraihnya bayi miliknya dengan Kushina dari pelukan sang perawat.
"Kushina, arigatou, mata ashita." kata Minato dengan senyum ditengah derai air matanya.
...
Dan, disinilah Minato, berdiri tegar dihadapan Kyuubi yang asyik mengamuk. Ia memeluk bayinya—Naruto—erat-erat dan melakukan jurus segel. Kyuubi mengaum ganas ketika tubuhnya masuk dan disegel di dalam tubuh kecil Naruto. Saat Minato menyelesaikan jurus segelnya, udara di sekeliling desa Konoha berubah menjadi normal kembali. Minato terjatuh dan menghembuskan nafas terakhirnya di hutan Konoha, medan perangnya dengan Kyuubi.
Sementara itu, Jiraiya yang telah mengevakuasi seluruh penduduk Konoha ke tempat yang lebih aman, pergi untuk memeriksa apa yang terjadi kepada muridnya yang nampaknya berhasil mengalahkan Kyuubi. Jiraiya pergi ke hutan Konoha dan kaget begitu melihat sesosok mayat yang dikenalnya sedang menggendong bayi. Bayi itu menangis dengan keras menandakan bahwa sesuatu yang mengerikan baru saja terjadi padanya. Jiraiya mengambil bayi tersebut dari gendongan Minato. Dan juga, Jiraiya menyadari ada seseorang yang sedang mengamati mereka.
Jiraiya melirik ke sekitarnya. "Keluarlah kau." kata Jiraiya tenang.
Sejenak, tidak ada respon. Beberapa detik kemudian, seseorang dengan baju dan topeng khas anbu berjalan keluar dari semak-semak yang ada beberapa meter disamping tubuh Minato dan Jiraiya. Orang itu menghampiri tubuh Minato dan jatuh bersimpuh di sebelahnya. Orang itu membuka topeng anbu-nya. Air mata berderai di pipi orang itu.
"Fugaku, sebaiknya kau berhenti dari organisasi anbu, aku tahu, kau hanya menjadi anggota anbuuntuk memperhatikan Minato." kata Jiraiya yang mengetahui segalanya dari awal (maksudnya, mengetahui kehadiran Fugaku ditengah-tengah kalangan Hokage dan pasukan elit Konoha dan juga hubungan mereka berdua). "Sekarang Minato sudah tiada, sebaiknya, kau juga hidup dengan normal." lanjut Jiraiya lagi.
Fugaku menatap Jiraiya. Kemudian ia kembali menatap mayat dari orang yang dicintainya itu—Minato—Fugaku mengelus rambut Minato dan wajahnya yang penuh darah. Jiraiya yang tidak ingin mengganggu, kemudian melangkah pergi bersama bayi Naruto.
"Maafkan aku Minato, aku sangat mencintaimu. Aku hanya mengharapkan kebahagiaanmu, tidak lebih. Namun aku telah melakukan suatu kecerobohan yang membuatmu meninggal." kata Fugaku ditengah tangisnya. "Aku mencintaimu Minato, aku tidak akan pernah mencintai orang lain, maaf jika aku tidak bisa berada disisimu selama kau hidup." Fugaku kemudian mencium bibir Minato untuk yang terakhir kalinya dan menghilang ditengah kegelapan malam.
...