Disclaimer by Masashi Kishimoto
Rated : T
-00o00- .
"Maaf ayah… tapi aku tidak bisa." Suara gadis itu terdengar parau.
"Tidak bisa! Ini sudah keputusan ayah." Terdengar suara pria dewasa yang tegas.
"Tapi-" gadis itu mencoba menolak.
"Pergilah ke Tokyo besok bersama Neji-" pria itu menghela nafas. "-untuk menemui calon suamimu." Lanjut pria itu sambil berlalu pergi.
Sang gadis hanya menundukkan wajahnya sambil menangis meratapi kehidupannya.
-00o00-
HINATA POV
Mungkin takdirku memang harus begini. Selalu diatur dan tidak boleh memilih jalan hidupku sendiri.
Menyedihkan menjadi seorang gadis Hyuuga, rasanya seperti mati. Tak bisa hidup normal seperti gadis lain. Pernah aku berharap aku tak pernah mau di lahirkan dari keluarga ini.
"Hinata.." kutolehkan wajahku mencoba melihat orang yang begitu berarti dihidupku.
"Kak Neji." Ia Hyuuga Neji, dia adalah saudara kembarku. Hanya saja dia laki-laki. Dia orang yang sangat baik. Dia juga salah satu orang yang menjadi alasanku bertahan disini.
"Sedang apa disini? cepat masuk, sudah malam." Ujarnya lembut.. Aku mentap wajah kakakku lalu menundukkan wajahku lagi. Aku tak berani menatapnya.
"Soal perjodohanmu ya?-" tepat sekali. Sepertinya selain kembar identik kami juga sehati. Kurasakan kakak mendekat dan membelai rambutku.
"-jangan takut, aku akan ada di sampingmu. Jika dia macam-macam padamu, akan aku kirim dia ke Rumah Sakit." Aku rasa aku benar-benar membutuhkannya. Aku langsung memeluknya dan menangis.
"Sudah-sudah, jangan menangis. Besokkan kau harus bertemu dengan calon suamimu, Jika besok matamu bengkak bagaimana? Masa aku yang harus menggantikanmu dan menyamar menjadi Hyuuga Hinata. Hahaha." Aku terdiam mendengar candaan kakakku.
-00o00-
NORMAL POV
Pagi yang tenang, tapi kata itu tidak berlaku dikediaman Hyuuga.
"APA?" teriak anak sulung Hyuuga Hiashi. Ia terlihat shock mendengar permintaan adik kembarnya.
"Ayolah kak~, aku hanya ingin pendapat kakak. Kakak `kan tahu apa yang terbaik untukku." Ujar Hinata memohon.
"Tapi tidak seperti ini caranya. Ini terlalu gila Hinata, kalau ayah tahu bagaimana?" Neji menatap adik kembarnya, meminta adikknya untuk mengerti.
"Ayahkan hanya sebentar disana. Kakakkan tadi malam bilang jika mataku bengkak aku tidak bisa bertemu calon suamiku. Sekarang mataku bengkak."
"Semalam kakak hanya bercanda Hinata. Masa kakak harus menyamar menjadi kau? Maaf kali ini kakak tidak bisa mengabulkan permintaanmu." Ucap Neji berlalu pergi, walaupun ia sedikit kasihan pada adiknya tersebut.
Hinata hanya tertunduk lesu mendengar penolakkan halus Neji.
"Kakak benar." Hinata berjalan mesuk ke dalam kamarnya.
-00o00-
"Halo selamat siang. Saya Hyuuga Hiashi, bisa berbicara dengan Tenten?" ujar Hiashi melalui telepon.
"Ya saya sendiri tuan. Ada apa?" jawab Tenten.
"Nanti sore Hinata akan ke Tokyo dan tinggal beberapa lama, jadi tolong kau jadi asistennya selama dia disana. Bagaimana?" Tanya kepala keluarga Hyuuga tersebut.
"Benarkah? Baik, saya mau menjadi asisten Hinata tuan. Sampaikan pada Hinata nanti saya menjemputnya di bandara." Tenten sangat antusias mendengar sahabatnya akan ke Tokyo.
-00o00-
"Hinata cepat makan dulu sebelum berangkat. Dari pagi kau belum makan." Neji mengetuk-ngetuk kamar Hinata.
"Aku tidak lapar." Jawaban itu yang terdengar oleh Neji.
"Nanti kau bisa sa-" kalimat Neji langsung terpotong. "AKU TIDAK LAPAR!" teriak Hinata.
"-kit. Sepertinya dia marah." Neji pun pergi meninggalkan kamar Hinata dengan lesu.
Neji menuruni anak tangga menuju meja makan dan berpapasan dengan sang ayah. "Hinata dimana?" Tanya Hiashi pada Neji.
"Dia dikamar." Hiashi langsung naik ke lantai dua untuk menemui Hinata.
TOK TOK TOK.
"Kakak aku tidak lap-" Hinata mengira kakaknya yang datang. "Ini ayah."
"Hinata sebentar lagi kalian berangkat, jadi bersiap-siaplah. Dan disana kau akan di temani Tenten." Ujar Hiashi langsung pergi.
"Huh" Hinata hanya mampu menghela nafas berat.
-00o00-
Hinata sudah bersiap-siap. Sekarang ia sedang duduk ditepi kasurnya sambil menunduk sedih.
TOK TOK TOK.
"Masuklah, tidak dikunci." Jawab Hinatamasih menunduk.
Krrrieet. Terdengar suara pintu terbuka.
Perlahan-lahan Hinata mendongkak, untuk mengetahui siapa yang datang. mata Hinata membulat lebar mengetahui orang yang datang.
"Ne-Neji ke-kenapa kau.."
TBC
Terimakasih yang sudah mau membaca fict saya yang awut-awutan ini.
Saya juga berterimakasih untuk yang meriview fict pertama saya. Sarannya sangat membantu sekali. Terimakasih.