Catatan Penulis:
Pertama-tama, mohon maaf untuk penantian yang super lama! Saya tidak punya cukup waktu, inspirasi dan motivasi sampai malam ini. Maaf juga kalau bab ini lebih singkat dari yang anda semua duga/tunggu-tunggu. Saya harus kembali mencoba menulis dalam bahasa Indonesia dari awal lagi; dan kembali ke dalam plot setelah absen yang cukup lama bukan sesuatu yang mudah . . . . (Alasan . . . . Alasan . . . . Hahaha. Yah, tapi memang benar sih.)
Terimakasih untuk Kukkuk, Artera, greyillussion97, ., Ellechi, Mena, EveeL, dan Celtic Megami. Semuanya hebat! Makasih buat kritikannya juga. Maaf kalau ada yang reviewnya lupa dibalas. (Saya lupa mana review yang sudah saya balas atau belum.)
Tapi ngomong-ngomong, kedua orang asing dari bab sebelumnya, yang juga akan ada di bab ini dan seterusnya, bukan penyihir (apalagi Voldemort/Narcissa/dll). Karena bab ini hanya filler saja, kita baru akan melihat jawabannya di bab selanjutnya. (Maaf seribu maaf . . . . :nyengir malu:)
Oh ya, hampir lupa: bagian kedua dari bab ini (sudut pandang Harry tiga tahun lalu), tidak seperti bagian pertamanya, mengikuti langsung dari akhir bagian kedua bab lalu. Bisa ngintip ke bab lalu kalau mau . . . . Dan bab seselanjutnya, karena akan dijuduli "Bagian 2," jelas akan mengikuti even-even yang ada di bab ini.
Dengan demikian, selamat menikmati!
Rey
–
Ringkasan Bab: Sirius Black menemukan semangat dan tekad baru, dan semuanya hanya karena ulah seorang Auror ceroboh dan sepotong wajah di koran. Tiga tahun lalu, Harry akhirnya menerima keadaan dan sibuk menikmatinya.
Jumlah Kata di Dalam Bab Ini (menurut MS Word): 667
–
Yang Tak Terlihat
Bab 3: Yang Tak Dipungkiri, Bagian 1
Penjara Sihir Azkaban tidak sesuai dengan deskripsinya; penjara itu lebih parah daripada perkiraan terliar sekalipun. Sirius Orion Black sangat, sangat, sangat menyesali perbuatannya sepuluh tahun lalu. Andai saja ia tidak langsung mengejar tikus sialan itu . . . . Sekarang malah ia yang dipenjarakan alih-alih si pengkhianat.
Kemarahan meluap-luap di dadanya, siap tumpah. Kemarahan selalu menguasainya ketika kenangan akan hari itu melintas di dalam pikirannya. Dan selalu, perasaan ini mampu mengangkat kabut ketakutan dan keputus-asaan yang ditimbulkan para Dementor di dalam hatinya. Segalanya menjadi mungkin, dan dendamnya terhadap Peter Pettygrew – mantan sobat karibnya – mengeras dan menajam seperti sebilah pisau baja buatan goblin. Dendam itu menamengi dirinya dari para Dementor, namun juga menyakitinya. Ia ingin perasaan itu lepas; lepas, lepas, lepas . . . .
Seorang Auror berjalan melewati depan selnya. Tangan kanan si penjaga penjara mengangkat tongkat sihirnya tinggi-tinggi, mengendalikan sebuah Patronus kelinci besar kemilau, sementara tangan kirinya menggenggam koran yang setengah tergulung. Sirius menjulurkan lehernya sampai wajahnya menekan jeruji-jeruji besi selnya yang dingin. Ia ingin melihat apa yang tertulis di koran itu.
Matanya membelalak kaget ketika sepotong wajah yang sangat ia kenali sekilas mengisi bidang pandangnya. Harry . . . . Anak itu telah dipercayakan kepadanya oleh sobat terkaribnya sebelas tahun lalu. Tapi kenapa ia muncul di koran? Sirius ingin tahu; ia, wali Harry, harus tahu. Bocah laki-laki itu masih tanggungannya, bagaimanapun juga. Sepuluh tahun sudah dihabiskannya dengan sia-sia. Ia akan menebus kesalahannya, kendati terlambat.
Ia harus mencari kesempatan, lalu membebaskan dirinya dari tempat ini.
Sirius Black bertransformasi ke dalam rupa Animagusnya begitu kerlip sinar terakhir Patronus si Auror yang tak tahu apa-apa menghilang ditelan kekelaman. Sesosok anjing besar namun ceking menyelinap keluar dari pintu sel yang terbuka ketika seorang petugas memasukkan jatah makanan harian ke dalam sel. Dan sejenak kemudian, si anjing bertarung melawan arus dan ombak dingin Laut Utara, bergulat berenang menuju dataran utama Inggris.
Keesokan paginya, 10 Februari 1991, Daily Prophet memajang judul halaman pertama yang menggemparkan seisi komunitas sihir Inggris. – "PEMBUNUH MASSAL DAN PENGIKUT KAU-TAHU-SIAPA KABUR DARI AZKABAN."
–
Harry tertawa terbahak, sesekali menjerit senang ketika sebuah tangan menyergap pergelangan kakinya atau menjawil pundaknya. Untuk seseorang yang sebelumnya tidak bisa berenang sama sekali, ia sadar betapa cepatnya ia menguasai keterampilan yang satu ini, bahkan bukan di kolam renang yang aman. Semua karena pria misterius yang telah memboyongnya dari ruang makan tempatnya mendarat pertama kali, yang telah menyanyikan lagu penidur untuknya, yang sekarang sibuk menyibakkan air laut kepadanya ketika ia sedang berenang melawan ombak. – Lúnwë.
Míriel menertawai aksi ceria nan konyol mereka dari pinggir pantai, terbenam sebatas lutut di air asin yang hangat. Sesaat kemudian wanita bak peri itu melangkah menjauhi ombak, dan kembali dengan sebuah bola kulit merah di tangan yang langsung dilemparkannya kepada Harry.
Harry tak bisa lebih senang lagi. Dengan sebuah sorakan lepas yang tak diduganya sendiri bisa ia keluarkan, ia menyambar bola itu dan berenang menjauhi jambretan tangan Lúnwë. Dan sebelum sejenak berlalu, ia mendapati dirinya bermain lempar bola bersama kedua orang dewasa tersebut. Ia tak pernah menyangka mereka bisa bertingkah seperti anak kecil begini! Yah, tapi toh ia tak mau protes soal itu. Hatinya terasa jauh lebih hangat daripada air laut arena bermainnya, dan pipinya sakit karena terlalu banyak tertawa. Ia hanya lega bahwa cipratan air asin di wajahnya mampu menyamarkan airmata yang meleleh tanpa seizin hatinya.
Kalau Paman Vernon dan Bibi Petunia memang sudah membuangnya dari rumah mereka, ia akan dengan senang hati tinggal di sini; itu pun kalau kedua orang dewasa baik hati ini mau menerimanya. (Dari perlakuan mereka dalam waktu yang cukup singkat ini, Ia memperoleh harapan kecil bahwa mereka tidak akan berkata tidak.) Alam di sekitarnya pun terasa seperti surga, jika dibandingkan dengan sumpek dan membosankannya Privet Drive. Mungkin ia akan merindukan Inggris entah kapan; namun tetap saja, tempat itu bukan rumah baginya.
Orang-orang ini tidak berniat buruk. Ia hanya akan buang-buang waktu dan kesempatan kalau ia bersikeras meneruskan kecurigaannya terhadap mereka.
Mulai sekarang, ia akan hidup sesuai dengan apa yang diinginkannya. Mungkin saja memang ini yang seharusnya didapatkan anak-anak seusianya . . . ?