PREFACE
Settingnya pas musim dingin bulan januari.
Sebagian besar dari kalian –para pembaca, mungkin udah tau kalo fic ini pernah di publish. Dan, gue hapus. Kali ini fic ini gue publish ulang, dengan perbedaan plot yang besar –banget.
Latar cerita ini tuh tahun ke 5. Ceritanya di Aideen tuh kayak SMP-SMA gitulah di Indo. Jadi, di Aideen tuh tahunnya 1-6. Nah, SasuSaku itu sekarang di tahun ke 5. Jadi ngerti kali ya, mereka itu yah banyak ungkapan kasar. Jadi rated amannya gue taroh di M. Lemonnya paling lemon dengan ungkapan yang sopan. Gak'an macem-macem dan hot. Umpatannya kasar. Terus, setting Aideen tuh kayak sekolah di Hogwarts, berformat asrama.
.
.
Selenavella production
Proudly present
Aideen © Selenavella
WARNING : AU, OOC, Bad Language
The character belong to Masashi Kishimoto-san
While, The story forever mine
.
.
I didn't know, how and when I started to looking at you in different stares
STORY ONE ( DISASTER )
"Dia memperhatikanmu."
Sakura menoleh ke arah Ino. Alisnya mengkerut. "Siapa?" tanyanya.
"Si Casanova tampan." Kata Ino antusias. Senyumnya semakin lebar seraya menatap orang itu, lalu tiba-tiba senyumnya menghilang. "Ah, dia sudah berbalik lagi." Keluh Ino seraya mengerucutkan bibirnya. Ia lalu menyuapkan saladnya kembali.
Sakura melirik lelaki yang Ino panggil Casanova itu. Lelaki itu tengah sibuk tertawa bersama teman-temannnya dan gadis-gadisnya. Sakura menghela nafasnya. Lalu ia kembali menekuni makanannya.
Casanova. Siapa lagi jika bukan si brengsek Uchiha Sasuke. Lelaki brengsek yang merupakan Casanova Aideen. Lelaki bajingan yang bisa di katakan manwhore, bagaimana tidak ia banyak meniduri gadis-gadis di Aideen! Lelaki berandalan sekolah yang merupakan lelaki paling brengsek nomer satu –menurut Sakura. Pangeran asrama Lyon –sekaligus leader dari kumpulan orang-orang brengsek itu. Dengan predikat Badboy, Casanova, dan brengsek kurasa semua orang mengetahui siapakah seorang Uchiha Sasuke.
"Kalau ia melihatku memangnya kenapa?" tanya Sakura jengkel. Ia lalu menyuapkan lagi sesendok lasagnanya.
Ino memutar matanya. "Darling, tak perlu kau bersikap begitu. Aku hanya memberikan informasi oke." Kata Ino tenang.
Sakura mendengus lalu mulai memakan kembali lasagnanya ditemani dengan celotehan panjang lebar Ino mengenai gosip terbaru Sasuke. Ia menatap meja panjang yang ia tempati, tak banyak anak Alcante –asrama Sakura, duduk di sini. Kebanyakan mungkin masih berkutat dengan pelajaran. Mengingat ini masih pukul 11 siang. Dan makan siang baru di mulai pukul 12.
Jangan bertanya apa gadis pink dan pirang ini membolos pelajaran. Mereka berdua memiliki jam kosong, jadi yeah lebih baik diam di sini bukan dibandingkan berkeliaran tak jelas?
"Jadi bagaimana projek sejarahmu? Dasar menyebalkan, bagaimana bisa Prof. Gilliant memberikan tugas konyol! Menuliskan kembali perang antara Konoha dan Ame? Itu sejarah panjang! Tuhanku! Ia pasti sudah sinting memberikan tugas seperti itu! Dasar orang Inggris menyebalkan!" umpat Ino
Sakura hanya terkekeh geli. "Kau sudah mengerjakannya?" tanya Sakura.
Ino menggelengkan kepalanya. Ia meneguk jusnya, lalu menaruh gelas itu lagi. "Aku baru mengerjakan 1/5 nya. Dan itu di kumpulkan hari jum'at! 3 hari lagi! Sial!" umpat Ino kesal.
Sakura mengerutkan keningnya. "Bukannya hari kamis?" tanya Sakura seraya membereskan piring lasagnanya yang kosong.
"Kau lupa? Pelajaran sejarah –astaga! Kamis! Kamis! Kamis! Oh, shit! Aku lupa! Ya tuhan! Aku pergi dulu! Kau sudah mengerjakannya? Ah, bagaimana aku bisa bertanya seperti itu! Kau pasti sudah mengerjakannya!" cerocos Ino panik. Ia lalu dengan cepat menyambar tas punggungnya. "Aku ke perpustakaan dulu. Bye darling!" kata Ino seraya melambai cepat dan berlari keluar dari Aula besar.
Sakura menggelengkan kepalanya seraya tertawa kecil melihat tingkah temannya yang kalang kabut seperti itu. Lalu, tanpa sengaja matanya menatap ke arah Sasuke. Si pangeran Lyon itu. Rasanya, darahnya berdesir, mendidih saat menatap si Uchiha itu. Bahkan sekarang dengan menatap lelaki itu, Sakura bisa merasakan kepalanya mulai memanas lagi. Rasa ingin mencekiknya atau melemparnya dari menara teratas Aideen kembali bermain-main di kepala Sakura. Ia tertawa dengan teman-teman Lyonnya yang brengsek itu dengan tenang. Seolah, kemarin itu tak ada kejadian apapun.
Padahal kemarin, ia membuat Sakura berurusan kembali dengan nona Tsunade –kepala sekolah Aideen, gara-gara lelaki itu dengan mudahnya berkelahi dengan anak tingkat 4 asrama Grunther! Demi Kami-sama! Sakura terpaksa ikut di panggil ke ruangan Nona Tsunade, gara-gara ia adalah ketua murid dan ia dikatakan tak becus oleh nona Tsunade!
Dasar brengsek! Gara-gara dia, Sakura dimarahi oleh nona Tsunade!
Permasalahan konyol, lelaki bajingan itu mengolok-olok Kajima, lalu Kajima memukulnya. Dan, BOOM! Perkelahian tak bisa di hindarkan! Hormon mereka meletup-letup, perkelahian panjang yang membuat Kajima kalah telak dengan hidung patah. Dan, Sasuke dipanggil menghadap kepala sekolah. Begitu pula Sakura.
Sakura mengerling ke arah bocah Uchiha itu. Uchiha Sasuke, si bungsu keluarga Uchiha, keluarga terpandang di Jepang –Keluarga yang merupakan musuh keluarga Sakura juga. Memang, keluarga mereka sudah bermusuhan berabad-abad lalu, Sakura mengira ia dan keluarga Uchiha akan baik-baik saja.
Faktanya : TIDAK.
Ternyata permusuhan itu berakar hingga generasi Sakura. Bahkan, hingga saat ini Sakura-Sasuke terikan kesepakatan tak tertulis bahwa mereka saling membenci satu sama lain. Sangat membenci satu sama lain.
Sebuah senyum kecil terbentuk di wajahnya. Ia ingat, saat ia kecil ayahnya seringkali mengingatkan dirinya untuk jauh-jauh dari keluarga Uchiha. Ayahnya sering mengingatkannya berulang-ulang agar tak pernah sekalipun berdekatan dengan keturunan keluarga itu. Anehnya, saat suatu perjamuan ayahnya malah akrab dengan salah satu Uchiha. Dan, Sakura menyadari itu hanya akting. Hanya berpura-pura baik untuk keuntungannya semata. Dasar, memuakan.
"Sendirian eh?"
Sakura menatap seseorang yang duduk kini di hadapannya. "Temari-nee?" kata Sakura pelan. "Kenapa disini? Asramamu Grunther'kan? Kenapa malah duduk di meja ini?" tanya Sakura.
"Aku kemari menyapamu, tak boleh? Fine, aku kembali ke mejaku." Kata Temari merajuk.
Sakura tersenyum kecil. "Aku hanya bertanya nee-chan. Jangan merajuk, kau kelihatan jelek kalau merajuk. Nanti Shikamaru tak suka lagi." Goda Sakura.
Temari memutar bola matanya. "Sudahlah." Ia lalu duduk di kursi sebrang Sakura. "Jadi, bagaimana rasanya menjadi ketua murid? Kau tahu, Neji saja yang menjadi ketua murid tahun kemarin, mengeluhkan betapa menyebalkan tugasnya. Dan, saat kemarin ia terlepas dari jabatannya itu ia kelihatan bahagia. Kau tak pernah melihatnya tersenyum selebar itu. Rasanya, seperti pipinya akan robek." Cemooh Temari.
"Itu sih Neji senpai bukan aku." Kat Sakura seraya mengangkat bahunya acuh. "Nee-chan tahu bukan kalau ketua murid itu ambisiku, jadi aku sudah mengantisipasi akan segala tugas seabreg yang ada. Termasuk kenakalan yang di buat si brengsek itu." Kata Sakura tenang.
"Si bocah Uchiha itu?" tebak Temari, ia lalu menghela nafasnya. "Bagaimana dengan si bocah Uchiha itu?" tanya Temari ringan.
"Pardon?" kata Sakura seraya mengangkat alisnya.
Temari mengambil satu gelas jus jeruk. Ia lalu menegak minuman itu, dan setelah itu ia menyimpan gelasnya. "Kemarin aku dengar kau di panggil oleh nona Tsunade. Jadi, masalah apalagi yang di buat si Uchiha itu?" tanya Temari tenang.
"Si brengsek itu bertengkar dengan anak asramamu –Grunther, dan terima kasih banyak padanya karena itu nona Tsunade mengamuk dan menceramahiku habis-habisan." Kata Sakura seraya menggelengkan kepalanya.
Temari menggelengkan kepalanya pelan. "Pantas saja, kemarin anak-anak tingkat 4 sangat rebut membicarakan tentang Sasuke." Kata Temari tenang.
Sakura hanya mengangkat bahunya. Perlahan, meja-meja di aula besar mulai penuh. Lalu Temari menepuk bahu Sakura pelan. "Aku kembali ke meja asramaku dulu. Sepertinya teman-temanku sudah datang. Bye." Kata Temari seraya melambaikan tangannya.
Tanpa sengaja Sakura memandang lelaki berambut raven itu. Ia memerhatikan lelaki itu dengan seksama. Lelaki berkulit seputih porselen, dengan warna mata yang kontras dengan warna kulitnya –onyx, seringai yang menggoda, tubuh yang sempurna, otot yang terbentuk di dalam kemeja sekolahnya itu, dan juga wajahnya yang –oh fuck, aku tak percaya mengakuinya, rupawan. Lelaki itu terlahir dengan fisik yang sempurna. Oh, dan tentu saja latar belakangnya juga luar bisa.
Sementara sifatnya?
Lelaki memuakan dengan ribuan sifat buruk. Ia lelaki dengan sifat brengsek, berharga diri tinggi, egois, licik, bajingan, keras kepala, tak mau mengalah, tukang intimidasi, dan berbagai sifat jelek lainnya. Pernah mendengar filosofi bahwa sejelek-jeleknya manusia pasti memiliki kebaikan juga? Sepertinya filosofi itu tidak berlaku bagi si keparat ini. Dia sama sekali tak memiliki kebaikan! Dia seperti iblis yang diutus dari neraka untuk menyiksa Sakura.
"Kenapa sih kau menatap teme terus?"
Sakura terhenyak dari lamunannya. Ia menolehkan wajahnya, ia lalu menemukan Naruto, dan Tenten menatapnya. Sakura mengerutkan alisnya. "Huh? Menatap si brengsek itu? Kau pasti bercanda." Kata Sakura seraya memutar bola matanya.
Tenten ikut menimpali. "Kau bahkan tak menjawab sapaan kami, kau dengan asiknya menatap Sasuke. Seperti orang tolol yang jatuh cinta kau tahu." Sahut Tenten.
Sakura tertawa sarkastik. "Jatuh cinta? Pada si bajingan itu? Jangan bercanda!" seru Sakura jengkel.
Tenten mengangkat bahunya. "Well, akukan hanya mengira-ngira." Kata Tenten kalem.
Sakura tertawa pura-pura. "Kalau kau mau mengira-ngira lain kali pakai otak nona Tenten." Kata Sakura sarkastik.
Tenten memutar bola matanya. "Oh, maaf otakku tak sejenius milikmu."
"Makanya latih otakmu itu." Sahut Sakura acuh.
Naruto memutar bola matanya mendengar pertengkaran kedua gadis itu. "Ok ladies, it's enough." Kata Naruto kalem, lalu ia mengambil lasagna banyak-banyak, dan di taruh di atas piringnya. "Oh ya, kau dipanggil lagi Nona Tsunade? Sore inikan?" tanya Naruto mengalihkan pembicaraan. Sakura bersyukur setidaknya ia tak harus berdebat lagi dengan gadis kelahiran china itu mengenai si Uchiha. Karena, jika ia mungkin itu akan jadi perdebatan yang amat panjang.
Sakura menganggukan kepalanya. "Uh-uh, aku dipanggil lagi siang ini. Entahlah, nona Tsunade ingin membicarakan tentang si brengsek itu." Kata Sakura ringan. Lalu ia menatap Tenten dan Naruto bergantian. "Bagaimana ulangan Kalkulus kalian?" tanya Sakura.
Tenten dan Naruto menghela nafas berat. "Buruk." Kata Tenten dan Naruto berbarengan.
Naruto menelan lasagnanya. "Anko memberikan kami soal gila-gilaan, damn it! Dia sepertinya gemar menyiksa muridnya! Mana ada ulangan semacam itu! Ia sinting sekali!" seru Naruto jengkel.
Tenten mengangkat tangannya. "Kali ini aku setuju dengan si bodoh ini. Anko-sensei sepertinya memang berniat membunuh muridnya." Kata Tenten seraya mengangguk yakin.
Sakura tertawa kecil. "Kalkulus tak terlalu sulit menurutku. Hanya sedikit ruwet." Kata Sakura ringan.
Tenten memutar matanya bosan. "Hell yeah, aku lupa aku membicarakan pelajaran dengan murid paling pintar dalam sejarah Aideen." Kata Tenten sarkastik seraya memutar-mutar jarinya.
"Kau berlebihan." Kata Sakura seraya menyuapkan jelly ke dalam mulutnya.
Tenten mengacuhkannya. Ia lalu menoleh ke kanan dan kirinya. "Mana si nona gossip?" tanya Tenten pada Sakura.
Sakura lalu menyuapkan potongan jelly terakhirnya, ia lalu mengunyah dan menelannya. "Ino di perpustakaan. Ia belum mengerjakan tugas sejarah Prof. Gilliant. Jelas-jelas, tugas itu di kupulkan 2 hari lagi, dan ia belum menyelesaikannya bahkan seperempatnya saja belum." Kata Sakura ringan.
Naruto mendengus. "Professor inggris tolol, orang yang gila akan tugas." Cemooh Naruto. Ia lalu meminum jus dari gelasnya. "Ia bahkan menyuruh kelasku untuk menuliskan sejarah tentang Aideen! Brengsek! Sejarah itu jika dituliskan tak'an selesai dalam waktu 1 minggu. Bahkan dalam waktu 1 tahunpun aku meragukannya!" umpat Naruto.
"Terkutuklah orang inggris sialan itu." Kata Tenten seraya menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
.
.
Sakura berjalan dengan tumpukan buku sebanyak 3 buah –camkan, buku tersebut tebalnya lebih dari kamus bahasa latin miliknya! Ia berniat mengembalikan buku-buku itu ke perpustakaan. Ia berjalan terhuyung-huyung, mencoba menyeimbangkan kedua kakinya. Beruntung, koridor timur sedang sepi-sepinya. Mengingat, kebanyakan murid kini mungkin sedang berada di kelas atau di Aula besar. Aula besar, yang letaknya persis di koridor barat, yang jauh sekali dari koridor timur. Jadi, mungkin hanya segelintir orang yang ada di koridor timur. Itupun, hanya orang-orang yang ingin pergi ke rumah kaca atau perpustakaan –seperti tujuan Sakura saat ini, atau menara astronomi. Ia bersenandung kecil, mencoba menghilangkan rasa sepi. Tapi, tiba-tiba suara baritone rendah menyebalkan menghancurkan ketentramannya,
"Haruno."
Guess who?
Sakura memandang lelaki itu dengan tatapan tajam. "Uchiha." desis Sakura jengkel.
"Kau itu benar-benar kutu buku ya. Dengan kacamata dan rambut yang diikat, mungkin kau akan dipanggil secara resmi sebagai nerd no.1. walaupun, tanpa itu kau tetap seorang nerd." Cemooh Sasuke, Sasuke saat ini sedang duduk di jendela yang menghadap kearah lapangan basket, rambut ravennya tertiup angin. Kulit Sasuke terlihat pucat, bahkan dibawah sinar matahari. "Kenapa melihatku terus? Jangan bilang kau terpesona." Kata Sasuke sarkastik.
"Dalam mimpimu!" umpat Sakura terlalu cepat. Sebagai balasan, Sasuke hanya memandangnya rendah. Mata emerald Sakura memandangi tempat Sasuke, seolah menganalisis. Dari atas hingga bawah, ia memandangi tempat duduknya pangeran Lyon itu. Alisnya mengkerut. "Kau mau mati ya? Jangan pernah kau berani-berani meloncat dari sana." kata Sakura.
Sasuke mengerutkan keningnya. Merasa heran atas sikap Sakura. Lalu, ia menyeringai, "Kenapa memangnya? Khawatir aku mati eh? Takut tak ada lagi pemandangan indah yang bisa kau lihat?" sahut Sasuke sinis.
Sakura menggelengkan kepalanya cepat. Lalu, ia mencibir. "Kau percaya diri sekali sih?" kata Sakura dengan nada menghina. Sakura lalu mengangkat bahunya.
"Lalu kenapa?" kata Sasuke.
Sakura memutar matanya jengah. "Kau tak boleh mati karena jatuh dari gedung." Hening sejenak. "Karena tugas mulia untuk membunuhmu adalah milikku. Hanya milikku Uchiha." Kata Sakura ringan. "Jangan lupakan, jika kau meloncat dari sana, kau hanya akan menambah masalahku dengan nona Tsunade brengsek."
Sasuke menghela nafasnya, ia lalu berjalan turun dari jendela, "Demi Kami-sama. Kau itu benar-benar membenciku eh?" kata Sasuke sembari terkekeh pelan. "Tapi, tenang saja aku juga sangat membencimu jalang." Kata Sasuke seraya tersenyum merendahkan. Sasuke lalu berjalan menjauh, ia mengangkat sebelah tangannya sembari berjalan menjauh. Seketika, Sasuke berhenti berjalan. Hanya sepersekian detik, sekan-akan ada sesuatu yang ingin ia ucapkan. Lalu Sasuke berjalan menjauh kembali.
Butuh waktu beberapa detik –mungkin lebih, bagi Sakura untuk mencerna keadaan tersebut. Matanya membulat, "Brengsek! Beraninya kau memanggilku jalang!" pekik Sakura tak percaya.
.
.
Butuh segenap usahanya untuk memperhatikan pelajaran Hatake dengan udara musim dingin seperti ini, rasanya ia sangat tergoda untuk mengistirahatkan kepalanya sejenak, mengingat kemarin malam ia sibuk mengerjakan tugas sejarah hingga larut –begadang tepatnya. Tapi, ia memilih untuk terjaga. Otaknya berkali-kali memikirkan apa yang akan nona Tsunade bicarakan dengannya. Apa mungkin hal konyol mengenai tingkah bodoh si keparat itu? Atau tentang mengeluarkan Uchiha bungsu itu? Atau mungkin tentang tugas mulia untuk membunuhnya akan di serahkan pada ketua murid itu.
Sakura memilih opsi ketiga. Ia dengan senang hati memusnahkan lelaki brengsek itu dari muka bumi. Akan lebih nyaman jika Aideen tanpa lelaki keparat itu. Mungkin jika ia mati setengah penghuni perempuan Aideen –dan segelintir penghuni lelakinya juga, akan menyayangkan atau malah menangisi kepergian si brengsek itu. Tapi, Sakura akan dengan suka cita menyambutnya. Ia berjanji akan melakukan pesta jika hal itu terjadi.
Suara bel mengalun menandakan jam pelajaran berakhir pukul 4 tepat. Waktu untuk menemui nona Tsunade.
Sakura terburu-buru membereskan bukunya dan berniat berjalan keluar dari kelas kimia, saat Ino memanggilnya.
"Mau kemana?" tanya Ino.
Sakura memutar tubuhnya, sehingga kini ia berbalik menghadap Ino. "Ke ruangan nona Tsunade." Sahut Sakura simpel.
Ino melambaikan tangannya. "Yasudah sampai jumpa! Jangan lupa cerita-cerita oke." Kata Ino memastikan.
Sakura mengangguk asal-asalan, lalu ia melambaikan tangannya dan keluar dari kelas kimia. Ia sama sekali tak berniat untuk terlambat menghadap nona Tsunade. Sepatu putihnya bergesekan dengan lantai keramik Aideen. Rambut pink lembutnya yang diikat kuda bergoyang-goyang seiringan dengan langkah yang diambilnya. Letak kantor nona Tsunade ada di sebelah selatan Aideen. Dekat dengan taman selatan. Berkali-kali Sakura menggumamkan kata permisi pada setiap orang yang ia lalui.
Akhirnya, ia sampai pada pintu ruangan nona Tsunade. Ia mengatur nafasnya, lalu akhirnya ia mengetuk pintu ruangan nona Tsunade.
TOK TOK TOK!
"Masuk." Kata suara wanita dari dalam ruangan itu.
Sakura lalu memutar kenop, dan mendorong pintu kayu jati itu. Ia lalu melihat sesosok wanita berambut pirang yang kini tengah menyortir dokumen di mejanya. Tumpukan dokumen-dokumen itu seolah memperlihatkan betapa sibuknya wanita itu. Ketika menyadari siapa yang datang. Wanita itu segera membereskan dokumennya. Ia lalu berdeham pelan. "Masuklah Haruno."
Sakura menganggukan kepalanya pelan. Ia berjalan masuk ke dalam ruangan, menutup pintunya, lalu ia berdiri di depan meja nona Tsunade. "Anda memanggil saya?" tanya Sakura sopan.
Tsunade menganggukan kepalanya. "Ya, duduklah." Perintah nona Tsunade.
Sakura mengangguk singkat, ia lalu duduk di salah satu kursi di depan nona Tsunade. "Kenapa anda memanggil saya?" tanya Sakura.
Tsunade menyanggakan kepalanya pada kedua tangannya. "Kau ingat pembicaraan kita mengenai Uchiha?"
"Perihal perkelahian?" tanya Sakura sopan.
Tsunade menganggukan kepalanya. "Ya, bocah itu melanggar banyak aturan sekolah. Aku tak bisa membiarkannya begitu saja. Jika saja keluarganya bukan Uchiha, mungkin ia sudah kudepak sejak lama." Kata Tsunade seraya mendengus.
Sakura tertawa kecil. "Lalu?" tanya Sakura.
Tsunade lalu tersenyum tipis. "Kau tahu bukan kau adalah murid yang kupercaya?" ujar Tsunade.
Hell yeah, dia tahu itu. Siapa murid di Aideen yang tak tahu bahwa Tsunade menganak emaskan gadis berambut merah jambu ini? Dengan otak cemerlang, kelakuan baik, dan keluarga terpandang, tak mungkin Tsunade tak menyukainya. Itu merupakan rahasia umum –seperti rahasia umum lainnya seperti Haruno Sakura sangat membenci Uchiha Sasuke.
"Ya, dan kenapa memangnya nona?" sahut Sakura.
Tsunade lalu menghela nafasnya. "Aku akan memberikan tugas padamu. Sebenarnya aku bisa saja memberikan tugas itu pada murid lain, tapi aku percaya kau pasti bisa melakukan tugas itu Haruno." Kata Tsunade.
Kening Sakura mengkerut. "Maaf, tapi tugas apa maksud anda?" tanya Sakura.
"Menjadi pengawas dari Uchiha Sasuke." Kata Tsunade ringan.
"Oh, tidak tidak tidak!" kata Sakura seraya menggelengkan kepalanya. Terlalu cepat. Terlalu cepat ia menjawab. Menimbulkan sebuah kecurigaan pada diri Tsunade.
Alis Tsunade mengkerut. "Kenapa?" tanya Tsunade.
'Oh, please berfikirlah cepat! Please!' batin Sakura. Ia lalu menghela nafasnya. "Well, saya –saya merasa saya bukan orang yang cocok." Sahut Sakura pelan. Oh great! Itu jawaban yang sangat idiot!
Tsunade mendengus. "Kau tidak cocok? Jangan bercanda, kau orang paling tepat!"
"Sa-saya…" gagap Sakura. Demi segala keturunan Haruno, ia tak pernah merasa setolol itu sepanjang hidupnya. Ia bahkan tak bisa menemukan kata penolakan yang tepat.
Tsunade memotong perkataan Sakura. "Gara-gara kau dan Uchiha itu bermusuhan?" kata Tsunade. Sebelum Sakura bisa menimpali Tsunade segera melanjutkan omongannya. "Itu sudah merupakan rahasia umum Haruno. Dan, aku tentu saja tahu itu." Kata Tsunade sinis.
Mata Sakura membelak. Tak menyangka kepala sekolahnya ini tahu hal itu. Ia lalu mengatur kembali emosinya. "Tapi, nona… saya…" sakura berdeham.
"Kau ketua muridkan? Kau harus bisa membedakan mana urusan pekerjaanmu mana urusan pribadimu. Kuharap kau tak membawa urusan pribadimu dalam urusan ini." KataTsunade tajam.
Sakura lalu menghela nafasnya berat. "Apa memang harus saya? Kenapa tidak ketua kedisiplinan? Bukankah itu tugasnya?" kata Sakura dengan nada setengah memohon setengah berharap.
Tsunade menatap ke dalam mata emerald Sakura. "Kau orang yang sama kerasnya dengan Sasuke. Terutama, kau adalah orang yang palingku percaya. Aku mengharapkanmu mau menerima tugas ini." Kata Tsunade setengah memaksa.
"Saya rasa ini bukan salah satu dari tugas saya." Kata Sakura pelan seraya menggelengkan kepalanya.
Tsunade memutar kedua bola matanya. "Baiklah, kita singkirkan segala macam omong kosong tak berguna ini. Dengar, aku memaksamu, puas?" kata Tsunade dengan nada jengkel. "Aku ingin kau menerima tugas ini. Karena, aku tak yakin orang lain bisa mengerjakan tugas ini dengan benar. Tapi, kau orang yang sama keras kepalanya dengan bocah brengsek itu. Aku percaya kau tak'an tunduk dengan mudahnya oleh bocah sialan itu." Terang Tsunade panjang lebar.
Sakura menghela nafansya. "Aku tahu pasti anda akan memaksa." Gumam Sakura.
Tsunade lalu menyeringai. "Kau tak'an dengan mudah tunduk pada bocah itu bukan?" kata Tsunade.
Sakura menghela nafasnya. "Ya." Sahut Sakura singkat.
Senyuman mulai terkembang sedikit demi sedikit di bibir kepala sekolah Aideen itu. "Kau tak mungkin kalah dari bocah itu?" tanya Tsunade –lagi.
Sakura menelan ludahnya. "Ya." Kata Sakura tegas.
Kali ini Tsunade menyeringai. "Jadi kau menerimanya Haruno?" kata Tsunade.
Wajah Sakura mengeras. Ia lalu mengangguk dengan tegas. "Tentu saja." Kata Sakura dengan nada tegas. Ia lalu menatap ke dalam mata nona Tsunade. "Bagaimana mungkin saya bisa kalah dari orang menyebalkan itu." Desis Sakura.
Yeah, tak mungkin ia sudi kalah dari si brengsek itu.
Tak'an pernah mau.
Walaupun, ia tahu bahwa menerima tugas ini sama dengan bencana baru yang ia timbulkan.
.
.
Author note's : Maaf telat publish! Kemaren rencananya di publish, bareng sama update'annya 'dark moon' tapi kemaren saya sakit! Jadi begitulah. Maaf yaa sekali lagi! Oh iya, buat nanya-nanya soal fic, kalian bisa follow tweet saya : .com/dheadheaa kalau mau di follback, tinggal ngomong sip?
Hope there's not a silent reader here!
Kiss and hug!
.
Arisa-chan