Title : P.M.M. (The Price Must be Mine)
Genre : Sci-fi, Adventure, Friendship
Length : Chapeterd
Point of View : Author
Disclaimer : All Canon in my fic are belong to themeselves (not my mine).
Inspirational Thing : Part 1 and part 2 was inspired from Brown Sugar Machiato. But the story is totally different!
AN :
Fic ini adalah salah satu fic perdana saya setahun yang lalu. Ketika awal-awal saya mengenal dunia fanfic, masih ingusan dan asing dengan dunia fanfic, dan ketika saya masih terbengong-bengong dengan keajaiban dunia fanfic. Fic ini masih WIP, hendak melangkah ke chapter 21. Sudah 1 tahun umur fic ini tapi masih saja belum tamat ya? Hehehehe Sambutan fic ini menurut saya luar biasa di fb, dan saya harap fic ini juga dapat menghibur penghuni FFN, khususnya para kuncen Screenplays ^^
Summary :
Ketika 13 orang dengan latar belakang yang berbeda dikumpulkan dan dipaksa untuk tinggal di satu rumah dalam waktu 2 tahun demi memperebutkan hadiah uang 1 Milyar Won, akankah mereka menganggap satu sama lain sebagai lawan bahkan musuh? Ketika salah satu peserta tengah terancam nyawanya, akankah mereka membiarkannya? Siapa orang yang sengaja mengumpulkan mereka? Potongan puzzle, lambat laun mulai terangkai sempurna! MARI BERKOALISI UNTUK MENGUNGKAP SIAPA BIANG DARI KOMPETISI INI!
Casts :
Kangin : The Bodyguard
Eunhyuk : King of Dance
Hankyung : Hard Worker
Heechul : Best Designer
Ryeowook : Adorable Cheff
Yesung : The Golden Voice
Sungmin : Engineer with money orientation
Leeteuk : The Best Leader
Siwon : Reach Boy
Donghae : Prince Charming
Shindong : Wonderful Teacher
Kyuhyun : The God of Gamers
Kibum : The Hacker
P.M.M.
Nurama Nurmala©2010
Totally Reserved
[28 Juli
pukul 07.45 pagi
Disebuah rumah dengan gaya kuno]
"Jangan menampakkan wajah busukmu itu lagi brengsek!" Sebuah hardikan keras melayang dari mulut seorang wanita separuh baya yang tengah terbaring dengan balutan pakaian seksi di atas tempat tidur itu.
"Siapa juga yang mau kembali ke tempat memuakkan seperti ini!" Namja yang tampak jauh lebih muda itu membanting pintu dengan ransel yang bersandar di punggungnya. Nafasnya saling menderu, matanya merah karena marah. Ia berjalan cepat menjauhi rumah yang tampaknya sudah dibangun sejak puluhan tahun silam.
"Sial!" laki-laki itu melayangkan sebuah tinju ke dinding yang lengang itu. "Kenapa aku bisa punya ibu kurang ajar seperti dia! Yang hobinya hanya minum dan bermain laki-laki! SIAL!"
WWUUUTTT~~~~~~~~~~~~~
Sebuah kertas yang diterbangkan angin melayang menutupi wajahnya. "HH… Huft… Apa-apan kertas ini!" Ia bersungut-sungut kesal. Dengan tampang ogah ia mengambil kertas itu dan melihatnya.
"1 MILYAR WON DIBERIKAN PADA SIAPA SAJA YANG SANGGUP BERTAHAN!" Begitulah bunyi iklan yang terdapat pada tengah-tengah gambar rumah dan uang di kertas itu. Ia memutar kepalanya. "Syaratnya adalah tinggal di dalam sebuah rumah dengan peserta yang lain… Hmh… Mirip Program penghuni terakhir…" Ia tersenyum. "Kangin-ah, kau tidak punya tempat tinggal sekarang. Kau tidak punya pilihan lain selain ikut ke dalam program ini."
[28 Juli
Pukul 09.33 pagi
Disebuah taman, ditengah kerumunan gadis-gadis]
"KYYYAAA! HYUKIE OPPA!" Teriakkan para wanita itu sungguh memekakkan telinga. Gerombolan gadis muda terlihat tengah mengikuti seseorang yang berusaha melepaskan diri dari mereka.
"Eunhyuk-ah, ayo masuk ke mobil!" Seseorang dengan kacamata hitam membukakan pintu mobilnya. Setelah Eunhyuk masuk kedalam mobil, ia segera menginjak pedal gas dan memacu mobilnya cepat. "Kau di kejar penggemarmu lagi Eunhyuk-ah?"
"Ne, hyung…. capek juga rasanya. Rumahku juga sudah tidak aman lagi. Setiap pagi selalu saja ada banyak surat dan bingkisan di pintu rumahku. Belum lagi di setiap waktu aku selalu merasa ada orang yang selalu mengawasi dan memotretku. Apa aku terlalu paranoid saja ya?" Eunhyuk merebahkan kepalanya ke kursi dan menutup matanya dengan handuk hangat yang sudah manajernya sediakan.
"Hmh… Hmh…." Sang manajer tersenyum-senyum aneh.
"Kenapa hyung?"
"Ini, " manajernya menyerahkan sebuah selebaran kepada Eunhyuk.
"Apa ini?"
"Itu adalah sebuah kompetisi yang baru saja diadakan. Aku dengar acara ini sangat rahasia. Tidak sembarang orang tahu."
"Hadiahnya besar sekali. 1 milyar won…."
"Iya, itu juga sangat menarik. Tapi ada 1 hal dari kompetisi itu yang tidak bisa dibeli dengan uang."
"Apa itu?" sepertinya Eunhyuk terlihat mulai tertarik.
"Ketenangan."
"Ha? Apa?" Eunhyuk tak mengerti dengan apa yang dimaksudkan manajernya.
"Acara ini akan dipublikasikan ke stasiun TV setelah usai progress programnya. Selama acara ini berlangsung, penyelenggara menjamin tentang kerahasiaan program dan tempat tinggal bagi para pesertanya. Semua peserta disini juga diharuskan masuk ke SMA yang sama..."
"Mwo? Jeongmal? " Mata Eunhyuk tiba-tiba berbinar.
"Ne! Dan lagi kau masih bisa melakukan aktivitasmu, bernyanyi rap dan dance! Otokhe Eunhyuk-ah?"
Eunhyuk bagai ditimpa durian jatuh. Hal inilah yang selama ini ia inginkan; bisa beristirahat dari serbuan fans setidaknya untuk 2 tahun kedepan. Ia dan manajernya saling bertukar senyum.
[28 Juli
Pukul 10.15 pagi
Disebuah tempat penampungan koran bekas]
"Apa ini?" Seorang laki-laki dengan pakaian sederhana merapikan sehelai kertas yang tampak lecek dan kotor di sampiran telapak tangannya.
"Waeyo Hankyung-ah?" seorang ahjussi dengan pakaian yang sangat kotor mendatangi Hankyung.
"Ani ahjussi, hanya saja, selebaran ini..." Hankyung langsung menyerahkannya pada ahjussi yang sudah lanjut usia itu, lalu meneruskan pekerjaannya mengepak koran-koran bekas untuk dijual kembali.
"Kau tidak ingin mengikuti kompetisi ini?"
"Ani, itu hanya untuk orang yang mempunyai uang..." Ia tersenyum ketir.
"Tapi disini disebutkan bahwa persyaratan awal mengikuti kompetisi adalah datang ke tempat yang disebutkan dengan membawa selebaran ini... "
"Ah, ani ahjussi..."
"Kau ini... Padahal kau bukanlah saudaraku, kau juga sama kekurangan. Tetapi kau begitu mengkhawatirkan kami dan selalu membagi hasil kerjamu dengan keluarga-keluarga disini..."
"Ahjussi... tolong jangan berkata seperti itu. Sejak kecil aku tidak punya saudara. Aku sudah menganggap orang-orang disini sebagai keluargaku. Tolong biarkan aku tetap disini..."
BBLLLEEETTTAAAKKK!
"Ahjussi... kenapa memukulku?"
"Babo! Coba kau pikir... Kalau kau bisa bertahan di sana selama 2 tahun, maka uang 1 milyar won itu dapat kau pergunakan untuk membantu kami juga... Kau bisa membantu menyekolahkan anak-anak di sekolah yang bagus, memberikan makanan yang sehat, baju yang layak... Bukankah akan bagus sekali?"
Hankyung terdiam sejurus. Namun tak lama matanya begitu berbinar penuh dengan harapan. "Benar juga... jika aku bisa menang, aku bisa membantu keluargaku yang lainnya."
"Nah, benarkan? Sana pergi dan persiapkan semua barang yang kau butuhkan! Bisa gawat kalau tempatmu sudah terisi oleh orang lain..."
"Ne, aku pulang duluan ahjussi..." Setelah menunduk, Hankyung pergi meninggalkan ahjussi-nya dengan hati riang.
"Pergilah... setidaknya, untuk 2 tahun ke depan kau bisa hidup berkecukupan. Tidak terseret kemiskinan seperti sekarang. Manfaatkanlah kesempatan ini baik-baik Hankyung-ah. Jangan memikirkan kami terus." Ahjussi itu tersenyum, lalu diam-diam menyeka air matanya.
[28 Juli
Pukul 11.55 siang
Disekolah swasta ternama]
Plak!
Terdengar suara tamparan yang cukup keras hingga mengalihkan perhatian anak-anak ke arah mereka.
"Kau tega Hae! Padahal kau adalah pacarku, tapi kau malah selingkuh dengan Jenny!" Yeoja yang terlihat sangat cantik itu mengusap bulir air mata yang sedari tadi jatuh menghujami tanah.
"Ne, mian... aku sudah bosan denganmu dan ingin mencoba yang lain." Jawab Donghae dingin.
"Kau!" Si Yeoja hendak melayangkan pukulan lagi kepada Donghae, tetapi terlanjur dicegah oleh teman-temannya.
"Biarkan saja dia Eun mi... Ayo kita pergi!" Dengan langkah berat mereka meninggalkan Donghae sendiri. Di depan, mereka mengelus-elus kepala Eun mi dan menjelek-jelekkan Donghae. Tetapi di belakang mereka mengedip dan tersenyum genit ke arah Donghae. Sebenarnya mereka senang setiap kali ada gadis yang putus dengan Donghae.
Sepulang sekolah, di loker anak laki-laki
"Kau ini dalam 1 minggu kau sudah berpacaran dengan 5 orang yeoja... Maumu sebenarnya apa? Kau sedang bosan atau apa?" Jaejoong bertanya kesal.
"Ha-Ne... Aku hanya sedang bosan saja. Tidak ada hal menarik lainnya yang dapat dilakukan ya?" Ia menghela nafas panjang lalu membuka lokernya.
SSSSRRRREEEEETTTTTT...
Berpuluh-puluh lembar kertas berhamburan keluar dari lokernya.
"Wah, banyak sekali surat dari penggemarmu." Jaejoong yang sudah terbiasa dengan kejadian ini pura-pura terkejut.
Donghae membungkuk, lalu mengambil selembar kertas yang menarik perhatiannya. Bukan secarik kertas atau amplop bergambarkan hati yang ia ambil, melainkan sebuah selebaran bertuliskan " 1 MILYAR WON DIBERIKAN PADA SIAPA SAJA YANG SANGGUP BERTAHAN!"
Donghae tersenyum misterius, lalu... "Sepertinya ini akan menarik. Hehehehehe."
[28 Juli
Pukul 15.04
Di sebuah rumah sederhana]
"Seonsaengnim, Aku tak mengerti pembagian faktor ini." Seorang anak laki-laki yang dengan mata bulatnya menunjuk-nunjuk sebuah soal dalam buku cetaknya.
"Oh, yang itu. Jika kau mendapati persamaan..."
Tok... Tok... Tok...
"Ne." Namja bertubuh tambun itu menyahut dari dalam kamar dengan suara konstan dan sopan.
"Mianhamnida Shindong-ssi..." Seorang yeoja masuk sambil membawa beberapa kue dan jus segar ke dalam kamar.
"Ah, jeongmal gomapseumnida..." Ucap laki-laki itu sambil merundukkan badannya.
"Waahh, Shindong-ssi ini sangat rajin. Padahal masih SMU, tapi sudah banyak memberikan les kesana kemari."
"Hahahaha, aniyo... Saya ingin membagi ilmu saya walaupun hanya sedikit."
Melihat kesempatan itu Yoochun kecil mulai membaca kembali komik yang ia sembunyikan di bawah meja belajarnya.
"Yoochun-ah! Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu berbuat tidak sopan begitu di depan Seonsaengnim? Sini kembalikan komiknya!" Ibu Yoochun merampas cepat komik yang tengah dipegang Yoochun. Yoochun yang kaget segera merebut kembali komiknya, namun naas tangannya tak sampai walau pada kertas ujung komik itu.
"Kemarikan eomma! Itu Komik BTI Super Junior yang baru..." Rengek Yoochun dengan tangan yang masih menggapai-gapai ke udara.
"SHIRHO! Komiknya eomma sita untuk sementara!"
PLLUUUKKKK...
Dari sela-sela komik jatuh selembar kertas yang dilipat rapi.
"Apa ini?" Ibunya memungut kertas itu dan membacanya. "Wah... Andai saja aku bisa ikut."
"Waeyo?"
"Ini, kompetisi memperebutkan 1 milyar won. Haaaahhhh andai aku bisa ikut, tapi sepertinya mustahil. Dapat 10% dari 1 milyar juga tidak apa-apa deh. Hanya saja..." Kata-kata ibu Yoochun tiba-tiba terhenti. Dia memandang Shindong, dari atas sampai bawah...
[28 Juli
Pukul 15.03
Di sebuah rumah mode di Seoul]
"Kyaaaa! Eonni... Kau cantik sekali memakai baju itu! Sungguh bergaya!" Beberapa orang gadis SMU berteriak histeris.
"Geurae?"
"Ne!"
"Hahahahaha, walaupun kemarin baru saja ujian hingga memeras otakku. Ternyata aku belum kehilangan sentuhan untuk membuat pakaian yang menjadi trend... hahahaha."
"Chulie eonni, buatkan untukku juga ya..."
"Annya! Kalian harus ngantri dan membayarku penuh untuk satu design, baru aku akan membuatkannya!"
"Kami kan teman satu SMU-mu eonni, tak bisakah kami mendapatkan discount lebih?"
"Enak saja! Bisnis is Bisnis!"
"Yah... eonni! Kalau eonni mau memberikanku discount 50%, aku akan memberikan ini padamu!" Victoria memberikan sebuah selebaran dari dalam tasnya.
"Mwo? Apa ini?" Heechul menekuk kedua alisnya.
"Tidak tahu, semacam kompetisi seperti itu..."
"He... Lalu mengapa bukan kau yang mengikutinya?" Tanya Heechul sambil membolak-balikkan kertas itu. "Uang hadiahnya besar sekali 'kan?"
"Ne, kalau bisa sih aku juga ingin ikutan eonni. Tapi yang boleh ikut di sana 'kan hanya namja saja."
"Oh, jadi kau sadar kalau aku ini namja?"
"Hahahaha, tentu saja eonni!" Jawab mereka berbarengan sambil mengacungkan jempol.
"LALU KENAPA KALIAN MEMANGGILKU EONNI!"
"Kyaaa! Eonni marah! Hahahahaha. " Mereka berlari beriringan keluar ruangan itu setelah puas mengejek Heechul dengan candaannya.
"Eonni! Kita sudah sepakat ya!" Teriak victoria sambil melompat-lompat riang di depan pintu butik.
"Eh, kita belum membuat kesepakatan apa-apa!" Jawab Heechul sambil menyodorkan selebaran itu ke arah Victoria yang semakin menjauh.
"Tidak tahu ah! Eonni 'kan sudah pegang selebarannya! Hahahahhaha." lalu tak lama, mereka pun menghilang dari pandangan.
"Aigho, dasar anak-anak ini. " Ia melirik selebaran itu lagi. "Apa ikut saja ya..."
[28 Juli
Pukul 15.23
Di sebuah perempatan di distrik Chang An]
"Ini tuan kembaliannya, 2800 won..." Seorang yeoja muda yang bertugas sebagai kasir itu tersenyum-senyum manis terhadap namja yang ada di hadapannya.
"Bagaimana mungkin kembaliannya 2800 won? Mie ini didiscount 5%, lalu pasta gigi ini aku beli bandeed-an jadi harganya bisa kurang 200 won, lalu kaus kaki ini aku beli yang sudah diretur jadi bisa kurang setengah harga. Seharusnya kembaliannya itu 3200 won!" Namja itu mendelik cepat.
"Ah, geurae. Mianhamnida..."
"Gwenchana... Cepat kembaliannya!" Namja itu menengadahkan tangannya.
"Ah, ne. Ini kembaliannya, sekali lagi mianhamnida..."
Tanpa menunggu lama lagi namja itu keluar dari mini market di perempatan dan berjalan lurus menerobos lampu merah. "Huh! 400 won itu 'kan jumlah yang lumayan besar. Enak saja kasir itu mau menipuku. Cih!" Ucapnya sambil melempar-lemparkan uang 200 won-nya ke udara.
CCLLIINNGG!
"AH!" Salah satu uang yang ia lemparkan ternyata mendarat bukan pada tangan namja itu, tetapi mendarat di trotoar jalan. Menggelinding, terus menggelinding menyusuri gang kecil. "Uangku! Hei 100 won-ku!" Namja itu terus mengejar uang yang sedari tadi terus menggelinding tanpa henti.
SSRRREEEEEETTTT...
"AH! Andwae!" Pekiknya kaget setelah ia melihat uang logamnya hendak jatuh ke lubang selokan. "ANDWAE!" Cling! Ternyata uang itu jatuh disisi yang sebelahnya. Masih di lantai gang kecil itu. "Hahh... untunglah Jagiya." Desahnya sambil mengelus-elus koin logam itu.
"Hah? Apa itu?" Perlahan, iamendekat ke sebuah kertas yang ditempel di gang itu. "Hah, kalau mau memasang pengumuman seperti ini seharusnya di tempat yang ramai dong biar banyak orang yang lihat." Gumamnya dengan senyum seperti meremehkan. "MWO? 1 MILYAR WON?" Namja itu langsung merobek selebaran yang tertempel di dinding, melirik ke kiri dan kanan, lalu mengeluarkan handphone dari saku celananya. Setelah itu mengetikkan beberapa nomor yang tertera di selebaran itu.
"Yeoboseyo... jonen Lee Sungmin imnida. Saya tertarik dan ingin mengikuti kompetisi yang Anda adakan."
[28 Juli
Pukul 16.01
Di sebuah galeri besar]
"Tuan muda.."
"Ada apa?"
"Tadi nyonya besar telepon..."
"Lalu?"
"Katanya beliau tidak bisa pulang ke Korea minggu ini..."
Namja bertubuh tinggi dan berparas tampan itu diam seketika " Selalu seperti ini..." Pandangan matanya menyiratkan kekecewaan yang besar. "Ada kabar dari appa?"
"Tuan besar sedang di London sekarang, lalu setelah itu beliau harus menyelesaikan trade mark dengan pengusaha di Inggris, menghadiri pengesahan perusahaan cabang di Amerika, lalu, "
"Stop! Intinya, kapan dia bisa pulang?"
"Di schedule tertera waktu kepulangan beliau adalah tanggal 23 Oktober... "
"Hmh, " ia tampak berpikir sebentar. Jangan ikuti aku. Aku ingin ke suatu tempat sendiri."
"Ah, ne..."
Perlahan langkahnya menyapu petak lantai keramik berwarna putih yang menghias indah, mulai beranjak keluar dari galeri itu menuju pusat pertokoan. Ia berjalan, berjalan, terus berjalan tanpa tahu arah.
"Eomma dan appa selalu seperti itu. Padahal..."
BBUUUGGGHHH!
"Ah, mianhamnida tuan..."
"Ne." Ternyata yang menubruk namja itu adalah seseorang dengan pakain lusuh dan kotor, mungkin ia semacam pengemis atau semacamnya.
"Tuan, saya belum makan..."
Melihat seseorang yang memintanya dengan tampang saru, ia tak bisa berdiam diri saja. Ia mengeluarkan dompet dari kantong celananya. Lama ia memandangi dompetnya.
"Waeyo tuan?"
Namja itu baru sadar bahwa ia tidak membawa uang sepeser pun. Yang ada di dompetnya hanyalah kartu kredit dan kartu kredit saja. "Mianhe, saya tidak membawa uang. Tapi ini..." Ia melepaskan jasnya. "Jika ini dijual mungkin bisa menyambung hidup tuan untuk sekian lamanya..."
"Ah, gomawo..." Setelah menerima jas itu si pengemis langsung pergi dengan cepat.
Ia kembali meneruskan perjalanannya.
BBUUUGGGHHH!
Lagi-lagi, ia menubruk seseorang.
"WWHHUUUAA!" Ternyata yang ia tabrak adalah seorang gadis kecil.
"Mianhe..." Namja itu secara refleks memeluk gadis kecil tersebut. Ibu gadis itu tersenyum geli. Tak lama gadis itu pun berhenti menangis. "Gwenchana?"
"Um..." Gadis itu mengangguk perlahan. Lalu ia memandang wajah namja di depannya lekat-lekat. "Turunkan aku!" Perintahnya.
"Ah, ne. Mianhe..." Namja bertubuh bongsor itu segera menurunkan gadis kecil yang sedari tadi berada di pangkuannya.
"Gomawo..." Sang ibu menunduk lalu menggandeng anaknya pergi. Laki-laki itu hanya memandangi mereka dengan tatapan rindu.
"Chakkaman!" Si gadis kecil berbalik dan berlari ke arah namja itu. "Igo!" si gadis memberikan sesuatu kepada laki-laki itu.
"Apa ini?"
"Ini aku dapatkan dari seseorang... Kata orang itu, benda ini dapat mengusir rasa kesepian dan memberikan kebahagian kepada seseorang. Oppa sepertinya lebih membutuhkan ini daripada aku..."
Namja itu terdiam membatu.
"Igo!" si gadis kecil menyelipkan selembar kertas itu secara paksa. "Bye, Bye Oppa..." Ia pun berlalu pergi.
"Chakkaman!" Namja itu berteriak. Sang ibu dan anak langsung menghentikkan langkahnya. "Darimana kau tahu bahwa aku lebih membutuhkan ini?"
"Aku memang menangis di sini karena sakit..." Teriak gadis kecil itu sambil menunjuk ke arah matanya. "Tapi oppa sepertinya menangis di sini dan menahannya hingga tak bisa keluar." Ia kembali berteriak sambil memegang dadanya. "Semoga kalau kita bertemu lagi oppa sudah lebih bahagia dari sekarang. Bye Bye oppa!" Pamit gadis itu sambil melambaikan tangannya. Sang ibu kembali menunduk untuk berpamitan.
Tak terasa, bulir-bulir air mata jatuh dari pelupuk matanya. Ia membuka selebaran itu, membacanya sebentar, lalu mengeluarkan handphone dan mengetikkan nomor yang tertera diselebaran itu. "Yeoboseyo, jonen Choi Siwon imnida."
[28 Juli
Pukul 17.09
Di sebuah perpustakaan daerah]
"Hmh... Christy D Malorv penulis kontemporer yang terkenal akan kejeniusannya dalam merangkai bahasa dan menyisipkan berbagai makna. " Ia memasukkan pensil ke mulutnya dan menggigitinya. "Lalu Vangog, pelukis yang terkenal karena perpaduan warnanya yang tidak monoton dan gaya melukisnya yang ekstrim." Ia mulai membalikkan buku catatannya. "Gauss yang berhasil menemukan berbagai macam metode, hingga sampai kepada hubungan iterasi. Gauss, Gauss jordan, Gauss seidell, dekomposisi LU, dan masih banyak lagi."Ia mengerutkan alisnya. "Tokoh-tokoh artistik dunia, Sue son sang violinist wanita asal Korea."Iia berpikir sejenak, lalu memejamkan matanya. "Tugas sekolah ini, ada-ada saja." Ia mulai membereskan buku yang berserakan di depannya, lalu mengembalikkan sebagian buku ke dalam raknya semula. Sedangkan sisanya ia bawa ke hadapan petugas perpustakaan.
"Ini, saya mau meminjam ini." Pintanya dengan sopan sambil menaruh 2 buku dengan ketebalan yang lumayan lalu mengeluarkan kartu ke anggotaan dari dompetnya.
"Hmh, Leeteuk ya.." Pustakawati itu mengetik-ngetik nomor ID pada message box di PC nya.
"Ne, Annyeong noona. Jal jinaessoyo? Sudah lama kita tidak bertemu." Ucapnya basa-basi sambil melemparkan senyuman manis ke arah pustakawati itu.
"Ne, jal jinaeyo. Kau bersikap manis padaku karena telah berbuat salah ya?"
"Mwo? Kesalahan apa?" Leeteuk bingung akan pertanyaan pustakawati itu.
"Minggu lalu kau mengembalikan sebuah buku yang berjudul Phantom of the Opera kan?"
"Ne, itu buku yang sangat bagus!"
"Aku tahu itu."
"Ingatan Anda bagus sekali noona, padahal banyak sekali buku yang hilir mudik di perpustakaan ini. Tapi Anda bahkan bisa mengingat peminjam, judul dan waktunya! Hebat sekali!" Leeteuk tersenyum lagi.
"Sudahlah, kau tidak akan kumarahi, tapi jangan lakukan lagi ya?"
"Memangnya apa yang sudah aku lakukan?" Dia merasa aneh sendiri.
Sang pustakwati mundur sebentar, lalu mengambil sesuatu dari laci penyimpanan. "Kau menaruh ini di dalam buku yang kau kembalikan 'kan? Ini sebagai penanda buku atau pesan rahasia yang ingin kau sampaikan kepada seseorang? Kau tahu disini dilarang melakukan hal seperti itu terhadap buku-buku , arro?"
"Ne, Arasso. Tapi aku tidak pernah merasa melakukannya..."
"Sudah, jangan menyangkal lagi. Igo! Ambil buku dan kertasmu!" Pustakawati itu memberikan buku dan kertas yang katanya telah ditinggalkan Leeteuk.
"Aneh..." Leeteuk segera memasukkan buku-buku yang ia pinjam ke dalam tasnya lalu menelusur kertas yang diberikan padanya itu. "Ha? Kompetisi? Apa ini..."
[28 Juli
Pukul 18.20
Di sebuah restaurant Barat]
"Wookie-ya! Bisa tolong kesini sebentar..." Seorang chef dengan postur tubuh yang tinggi besar memanggil seorang bawahannya.
"Yes chef?" Tiba-tiba muncul seorang namja yang terhitung imut untuk seukurannya. "Ada apa chef?"
"Tolong rebuskan kepiting ini untukku!"
"Ne..." Dengan cekatan wookie mengangkat sebuah panci berisikan kepiting segar yang teramat besar dan menaruhnya di atas kompor. Setelah selesai menaruh kepiting itu ia memotong lobak dengan cekatan dan menghias buah semangka menjadi bunga mawar. Wwaaaawwww... benar-benar keahlian yang sangat luar biasa.
"Ah, aku harus menaruh adonan ini di atas kertas..." Ia menengok ke kiri dan ke kanan. "Ada!" Ia mengambil selebaran dari laci meja. "1 milyar won? Waw, kuis dengan hadiah yang sangat besar." Setelah berkomentar seperti itu, ia meletakkan selebaran itu di atas meja dan hendak menuangkan adonan ke atasnya.
BBBUUUAAAGGGHHHH!
"What's wrong chef? Aigho..." Wookie yang merasa kepalanya di pukul oleh wajan mengaduh kesakitan.
"Stupid! Sudah ku bilang pakai kertas yang tak berserat. Jangan kertas yang licin seperti ini! Ayo sana ganti! Dan buang itu!"
"Ne, sorry..." setelah itu sang chef berlalu pergi. Wookie yang menurut membuang selebaran itu dan meneruskan pekerjaannya.
Malam hari
"Haaahhhh, akhirnya pekerjaan hari ini selesai juga. Aku harus cepat pulang, besok ada ujian di sekolah." Wookie cepat-cepat membereskan barang-barangnya. Sebelum pulang ia sempat mencicipi hidangan yang tadi tak jadi dihidangkan. "Um, kenyang..."
"Ayo pulang wookie-ya!" sunbaenya menepuk punggungnya.
"Nee hyungnim! Aku mau membuang ini dulu sebentar." Ucapnya sambil memperlihatkan plastik bekas hidangan tadi.
Ia berjalan menuju tempat sampah, tutup tempat sampah itu dia buka, tapi tindakannya terhenti seketika. Ia menunduk bukan untuk membuang sampah tadi, melainkan untuk mengambil sesuatu dari tempat sampah.
"Mwo? Apa itu?" Sunbaenya bertanya dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Ini, selebaran kompetisi berhadiah."
"Geuraeyo? Sudah lewat belum?"
"Belum, batas waktu pendaftarannya 2 hari lagi." Ryeowook terdiam sejenak. "Hyung, hadiahnya besar sekali."
"Jeongmal? Berapa?" Sepertinya sunbaenya tertarik pada kompetisi itu.
"1 Milyar won..."
"MWO? Sini aku lihat!" Sunbaenya merebut selebaran yang tengah dipegang Ryeowook. "Yah, harus tinggal di asrama selama 2 tahun ya." Ucapnya lemas sambil menyerahkan selebaran itu kembali.
"Kenapa memangnya?" Ryeowook bertanya heran.
"Kau ini pelupa sekali, aku kan akan menikah 3 bulan lagi. Jadi mana bisa aku meninggalkan istriku selama 2 tahun. Sudah, kau saja yang ikut!"
"Hmh, begitu..." Ryeowook tampak berpikir keras.
[28 Juli
Pukul 20.30
Back Stage sebuah Konser ternama]
"Yesung-ah..." Seorang yeoja yang membawa kado cukup besar di tangannya berjalan dengan perasaan takut.
"Waeyo noona?" Yesung yang tengah mengelap keringatnya menghentikan segera aktivitasnya. "Apa itu?" Yesung menunjuk ke arah kado yang dibawa yeoja itu.
"Kado untukmu. Tapi, isinya..."
"Jangan Chaerin-ah!" Teriak seorang namja berpakaian rapi. "Jangan diserahkan!" Ia kembali berteriak.
"Memang apa isinya?" Yesung yang merasa penasaran segera merebut kado itu.
"Ah! " Yeoja bernama Chaerin itu terpekik kaget.
Namun teriakkan dari Chaerin dan larangan dari seorang pria yang dipanggilnya manajaer tak didengarkannya. Yesung segera membuka kado itu. "A-apa ini..." Ia menjauhkan kado itu dari hadapannya.
"A-Apa?" Semua kru dan artis yang berada di sana mengerumuni Yesung.
"KYYAAA!" Separuhnya menjerit histeris. Pasalnya, isi dari kado yang teralamatkan untuk yesung itu adalah sebuah jantung yang masih berdetak hangat.
"Ini mainan kan? Hahahaha, lucu sekali manajer Hwang." Yesung tertawa lahak. Semua yang menyangka demikianpun akhirnya menyelesaikan kekagetan mereka dan ikut tertawa bersama Yesung.
"Ayo, kesini." Manajer segera menarik Yesung ke suatu tempat yang sepi. Ketika tidak ada orang lain lagi di sekitar mereka, "itu buka bercanda,"
"Apa maksudmu?"
"Teror seperti ini sudah berjalan selama 2 bulan. Kau merasakannya?" Yesung hanya terdiam. "Awalnya kami menerima berbagai macam surat tak sopan yang menyamakan ayahmu dan dirimu."
"APA? Menyamakan aku dan si botak itu? Aku tak sudi!" Ingarnya dengan ingatan yang menguar tentang orang yang disebut appa olehnya. Ayah Yesung adalah seorang politisi kotor yang sering menerima suap dan suka menghalalkan segala cara demi mewujudkan impiannya, sekalipun itu membunuh orang lain.
"Kami tahu itu, awalnya hanya surat makian saja, tapi semakin lama yang datang adalah surat ancaman, lalu si pengirim mulai mengirimkan berbagai kado yang dihias lucu agar tersamar dengan kado dari fans lainnya. Isinya adalah mayat ayam, lalu potongan jari, potongan telinga, lalu terakhir adalah jantung yang masih berdetak tadi. Kado itu diselipi pesan-pesan mengerikan yang mengucapkan kalimat seperti 'kalau kau tidak begini maka kau akan begitu' begitu seterusnya."
Yesung terhenyak dan mendengarkan secara serius.
"Awalnya kami berfikir bahwa ini adalah salah satu tindakan dari anti fans, tapi setelah membawa nama ayahmu, sepertinya ini adalah pebuatan seseorang yang memiliki dendam pribadi terhadap beliau. Dugaan kami semakin diperkuat dengan adanya percobaan pembunuhan dan seringnya kecelakaan yang menimpamu."
Yesung sepertinya sudah menyadari sesuatu, kecelakakaan mobil itu, seseorang yang hampir menabraknya, lampu panggung yang jatuh menimpanya, seseorang yang mendorongnya dari tangga, makanannya yang beracun, jelas sudah semuanya. "Manajer Hwang, apa yang harus aku lakukan?"
"Demi keselamatanmu, kau harus bersembunyi!"
"Bersembunyi?"
"Ya, Bersembunyi!" Ia tiba-tiba mengeluarkan sebuah benda dari tasnya. " Bersembunyi disini..." Manajer Hwang menyerahkan sebuah selebaran mengenai sebuah kompetisi untuk memperebutkan uang sebesar 1 milyar won.
[28 Juli
Pukul 21.06
Di sebuah Game center besar]
CCCAAAUUUU!
DOOORR!
DOOORRR!
TIRIRIRIRIRIRIRRITTTTTT!
PPRRRIIIIITTTT!
Bunyi ramai dari permainan game on line berderu di seluruh ruangan itu. Lalu, dibilik nomor 9...
"Whaaa... Hebat! Dia sudah sampai level 45! Aku saja baru sampai di level 4 dengan susah payah." salah seorang anak SMA berbicara dengan teman-temannya sambil menonton permainan seorang namja yang tengah bermain dengan tenang, bahkan raut mukanya datar tak merefleksikan perasaan apapun.
"WA! ADA COMODOR!" Temannya yang satu lagi berteriak histeris.
"Aku dengar Comodor muncul pertama kali di level 37. whah..." Tanggap temannya dengan mata berbinar.
DDDUUUAAARRR!
"Wa! Comodor kalah dengan mudah!" Teriakkan mereka sungguh memekakan telinga.
"LEVEL IS COMPLETE!" Terdengar suara seorang pria dari speaker. "PUSH ENTER TO SEE YOUR GIFT." Namja itu segera menekan tombol enter. Pada saat seperti ini yang akan keluar itu biasanya adalah password yang bisa ia jual ke Gamers lain dengan harga yang sangat tinggi. Bisa mencapai 100 juta won jika itu adalah password level yang teramat sangat susah.
Tapi, yang keluar kali ini bukanlah sebuah password, melainkan...
"CONGRATULATION! YOU GOT A BIG SUPRISE! PLEASE TAKE YOU'RE GIFT AT YOUR SERVER GAME CENTER."
Alis namja itu saling bertaut. Ia beranjak dari duduknya dan pergi ke Server Game Center (SGC).
"Ah, Kyuhyun-ah. Kau menang lagi ya? " Operator game center itu sepertinya sudah sangat mengenal Kyuhyun. "Tapi aneh, setelah kau menyelesaikan level, langsung datang sebuah selebaran aneh lewat mesin fax dan di billing tercatat bahwa itu adalah hadiah untukmu."
"Begitu?"
"Ne, igo." Operator itu memberikan secarik kertas kepada Kyuhyun.
"Apa ini?"
"Molla, semacam iklankah?"
"Aku tak butuh yang seperti ini, untukmu saja hyung."
"Eh, mana boleh seperti itu. Ini adalah salah satu hadiah dari level yang paling tinggi. Senilai dengan password yang berharga 50 juta won. Mana bisa kau memberikannya begitu saja. Ikuti saja kompetisinya, tidak ada ruginya 'kan meski ini hanya bohong?" Operator itu mengedipkan sebelah matanya, sedangkan Kyuhyun membaca kembali isi selebaran sambil menenggak moccacinonya. "Kau pulang sekarang? Padahal masih jam 9 malam 'kan?"
"Eomma menelpon terus, lagi pula anak-anak di belakangku itu berisik sekali."
"Oh, mereka... hahahaha."
"Ne, aku pulang dulu hyungnim."
"Ne, hati-hati di jalan ya."
[28 Juli
Pukul 23.35
Di sebuah kamar seorang namja]
"Kau sedang apa?" Terlihat seseorang berbicara lewat layar komputer.
"Kau tahu berita yang sekarang sedang ramai dibicarakan di internet?" Namja itu balik bertanya dengan raut wajah tenang.
"Tentang apa?" Orang di seberang layar itu berbicara kembali.
"Tentang kompetisi 1 milyar won itu."
"Oh, kau tertarik? Tapi mungkin saja itu bohong. Sudah banyak programmer yang mengecek validitas berita itu. Tapi mereka tidak bisa menemukan sumbernya."
"Begitu?"
"Ne, mungkin ini hanya kerjaan orang iseng saja. Mana ada orang yang mau memberikan uang 1 milyar won kepada banyak orang secara cuma-cuma."
"Ne, benar juga. Aku off dulu."
"Oh, okay. Kibumie, jangan lupa retas bank itu ya. Ini permintaan ayahku, nanti income-mu aku naikkan deh jadi 75 juta won. Ya? Ya? Ya?"
"Ne, sudah sana pergi."
"Heheheh, okay! See you guys!"
Kibum terdiam sejenak. Ia mulai menenggak kopi yang sedari tadi diam di sisi PC-nya. " Bohong? Aku rasa tidak." Ia mulai masuk ke alamat server, mentrace IP dan melacak validitas berita itu memakai algoritma yang sama dengan yang digunakan oleh aplikasi Search Engine. "Mianhe... tapi aku sudah menemukan sumbernya. Sudah beberapa hari aku mencari sumber beritanya. Beberapa kali aku kena tipu. Tapi kali ini tak diragukan lagi kebenarannya."
Ia meneguk kembali kopinya. "Selebaran itu dicetak memakai sebuah printer, printer haruslah diinsoll terlebih dahulu. Aku bisa langsung tahu dari SN atau crack yang digunakan untuk menginsoll sehingga bisa menyusup masuk ke sistem komputernya. Sehingga bisa tahu informasi, jumlah brosur yang disebar, pemiliki PC itu, bahkan bisa merusak sistem keamanan dan mengacak-acak data disana." Gumamnya sambil terus menekan tuts Keyboard dengan cepat.
"Found it! Jumlah selebaran yang di cetak adalah... 13 lembar? Lalu, informasi tentang orang-orang yang sudah menemukan selebaran itu... 12 orang sudah mengkonfirmasikannya. Tinggal 1 selebaran lagi yang belum di temukan. Hmh," Kibum tersenyum. "Orang ini mendistribusikannya ke-13 kota yang berbeda di Korea, lalu selebaran terakhir dikirim ke... Ke kotaku?"
Kibum langsung mengambil jaketnya, petak lantai dan ceruk anak tangga dilewatinya dengan cepat. Ia melangsir pergi meninggalkan kamar dan rumahnya.
"Yang membuatku penasaran bukan tentang uang hadiahnya. Tetapi mengenai penyelenggaranya. Sudah dipastikan dia adalah orang yang teramat sangat kaya. Kebenaran berita itu tidak bisa ditelusuri oleh programmer lain. Sistem keamanannya mencapai level B, satu tingkat lagi mencapai level A yang merupakan tipe pertahanan Pentagon." Ia langsung berbelok ke arah gang yang jarang dilalui orang dengan terburu-buru.
"Lalu, alasan kenapa orang itu mengadakan kompetisi ini untuk apa? Mengapa dia hanya mencetak 13 selebaran dan menyebarnya ke 13 kota yang berbeda? Kenapa harus tinggal 2 tahun dalam satu rumah? Mengapa harus sekolah di sekolah yang sama? Sial! Banyak sekali pertanyaan yang belum terjawab!
"Jika aku tidak salah duga... Aku sudah menge-hack jalur pengiriman selebaran itu. Lalu jalur transportasi mobil pengantar harusnya melalui jalan ini, dan selebaran itu harusnya ditempel di... sini!" Kibum berhenti di depan sebuah super market besar. Dia diam berdiri di depan tiang dan memandang sebuah selebaran di depannya.
[29 juli
Pukul 00.00
Di depan sebuah Super market 24 jam]
"Haaahhh... haaaahh... haaaahhh..." Nafasnya saling memburu, tetapi senyum puas tersungging di wajahnya. "Sebelum rahasia ini terungkap, aku tidak boleh mundur dari kompetisi ini!" Tekad Kibum sungguh-sungguh.
TO BE CONTINUE...
Silahkan komentarnya :)